Setelah membulatkan tekad, Han lalu mempersiapkan semua yang diperlukan. Ia pernah membaca beberapa buku milik keluarganya, tentang informasi segala monster yang ada di dunia ini. Namun, perhatiannya lebih memusatkan ke bagian monster yang kurang lebih memiliki fisik seperti dalam mimpinya.
Han membuat perlengkapan berupa cincin, jimat, dan kalung. Setiap benda tersebut memiliki atribut yang memberikan kemampuan, ketahanan fisik ataupun sihir, dan sedikit menambah kekuatan.Kini ia berada di depan mulut gua. Belum masuk ke dalam sana, insting yang dimiliki dari tiap Phantom sudah aktif dan memperingatkan bahaya di hadapannya. Han menelan ludah, memberanikan diri masuk ke dalam. Tangan kirinya memegang obor, tangan satunya didekatkan ke kantong yang menggantung di pinggangnya.Kondisi gua yang gelap dan sedikit licin, membuat Han harus berhati-hati. Apalagi ditambah ancaman dari sosok yang berada di dalam gua, semua kemungkinan terburuk dapat terjadi.Baru melakukan perjalanan sampai di tengah gua, Han dibuat tercekat oleh lukisan di dinding yang berasal dari darah. Ia mengarahkan obornya lebih dekat lagi ke dinding, berharap dapat melihat gambar lebih jelas.Betapa terkejutnya Han saat melihat gambar, meskipun tidak sepenuhnya mengerti artinya, ia menduga-duga itu bergambar sosok kegelapan yang seperti dirantai oleh banyak orang yang mirip dengan ras Phantom.Tak ingin terlalu lama mengamati gambar-gambar di dinding gua, Han kembali melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa saat, akhirnya ia sampai di semacam ruangan yang sedikit hancur. Ia melangkah ke dalam dan bertemu dengan yang dicari.Tidak jauh dari tempat Han berdiri, tampak sosok berwarna hitam menyerupai makhluk besar berkaki dua, serta memiliki dua tangan dengan kuku-kuku yang tajam. Secara sendirinya naluri Han memperingatkan ada bahaya di depan. Namun, ia tidak menghiraukan peringatan tersebut. Ia berpikir sudah sejauh ini, maka harus diselesaikan sampai tuntas.“Kuatkan dirimu, Han. Beranikan dirimu!” ucap Han kepada dirinya sendiri dengan lirih.Han melangkah perlahan dan menjaga kewaspadaan di sekitarnya. Sesekali ia menelan ludah. Aroma busuk dari dalam gua sangat menusuk hidung, sehingga ia menutup mulut dan hidungnya dengan kain yang terlilit di lehernya.Saat Han tengah berjalan, sosok kegelapan itu mulai menunjukkan tanda pergerakan. Matanya merah menyala tatkala terkena cahaya obor milik Han.Han berhenti, mata di antara mereka saling bertemu. Namun, Han lebih tertarik dengan sebuah kunci yang menggantung di leher sosok tersebut.“Kau pikir ingin merebut kunci ini?” tanya sosok kegelapan dengan suara parau.Mendengar suara tersebut Han tercekat. Suaranya terdengar seperti seorang laki-laki dewasa yang serak dan berat. Mata Han beralih ke mata sosok itu.“Dia bisa berbicara?” Han membatin.“Tentu aku bisa bicara!”Kini suara sosok kegelapan sedikit terdengar marah.“Aku juga tau isi pikiranmu,” imbuh sosok tersebut.Han mencoba menenangkan diri. Hatinya benar-benar yakin bahwa di hadapannya adalah makhluk yang berbahaya. Selain mempunyai kemampuan membaca pikiran, sosok itu memiliki aura membunuh. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.“Siapa kamu?” Han bertanya dengan sedikit gugup.“Buat apa kamu tau namaku jika nanti kamu akan mati,” jawab sosok kegelapan dengan nada kasar.Han tertawa paksa untuk menghilangkan ketakutannya. “Aku datang kesini tidak untuk membunuh, tapi untuk bertanya tentang kunci itu untuk membuka apa?”Sosok kegelapan terdiam sejenak, seakan ia berpikir sesuatu. Akan tetapi, Han tak bisa mengetahui isi pikiran makhluk tersebut. Lalu muncul kata-kata dari mulutnya.“Kamu tidak akan paham tentang kunci ini.” Terdengar suara sosok kegelapan dengan nada yang rendah. “Kunci yang dapat mengembalikan segalanya.”Mendengar jawaban yang tidak dapat dimengerti, Han menampakkan wajah murung. Ia berharap kunci itu dapat membuka kubah kaca ini.“Gelisah tentang kubah kaca ini?” Sosok kegelapan bertanya dengan suara yang bersahabat.Han tercengang, ia hampir lupa dengan kemampuan sosok kegelapan yang dapat membaca pikiran. Jika tidak ingin dalam bahaya, Han harus menjaga pikirannya dari hal yang mencurigakan. Namun, yang paling membuatnya terkejut adalah sosok yang mulanya tampak berbahaya, kini terdengar lembut.“Iya, apa kamu tau caranya membuka kubah ini?”“Tentu, aku tau. Aku juga ingin membukanya,” respon sosok kegelapan.“Bagaimana caranya?” Han menunjukkan wajah antusias.“Sebelum aku menjawab, aku ingin tau seberapa besar keinginanmu keluar dari kubah ini.”Dengan cepat Han menjawab. “Lebih besar dari keinginanmu yang ingin membuka kubah ini.” “Dasar bocah, kamu datang ke sini tanpa salam dan dengan sombongnya menyuruh memberitahu cara keluar dari sini.” Sosok kegelapan mendengus. “Memangnya kamu tidak takut kematian tepat di hadapanmu?” tanyanya.“Aku sudah tidak takut tentang kematian lagi.”“Sudah?” batin sosok kegelapan.Sosok kegelapan menatap mata tajam milik Han, lalu ia berkata, “Baiklah, aku akan memberitahumu.”Han mengamati dengan seksama wajah sosok kegelapan.“Cara membuka kubah yang mengurung desa ini adalah ... dengan membunuh 100 Phantom.”Han tak sanggup menutupi ekspresi wajahnya. Mulutnya sedikit terbuka karena mendengar sesuatu yang belum diterima oleh akalnya. Dirinya masih belum bisa menerima apa yang dikatakan oleh sosok kegelapan itu. “Kamu berdusta, kan?” tanya Han penuh keraguan.“Untuk apa aku berdusta?” Sosok kegelapan itu menatap tajam mata Han. “Aku juga ingin segera keluar dari sini...”Tak langsung merespon, Han terdiam sejenak. Ia berusaha untuk tidak berpikir di depan makhluk yang dapat membaca pikiran. Setelah beberapa saat suasana di sana menjadi sunyi, sosok tersebut melanjutkan kata.“Dan bertemu dengannya,” imbuh sosok kegelapan itu dengan lirih.Meskipun Han tidak dapat membaca pikiran apalagi perasaan, sisa-sisa sisi kemanusiaannya membuat hatinya berempati. Sekilas dirinya mengingat kehidupannya di dunia sebelumnya saat dirinya masih hidup. Kemudian ia mengeluarkan suara untuk menghilangkan suasana canggung.“Bertemu dengan siapa?”Ada jeda sebelum sosok kegelapan tersebut menjawab pertanyaan
"Shiva, kumohon berhenti!"Sekuat tenaga Han mengejar Shiva, tetapi ia tak dapat menyusulnya. Berkali-kali ia meneriaki nama perempuan itu, berharap mau berhenti dan mendengarkan penjelasannya.Secara kebetulan, di tengah jalan Kafui melihat Shiva dikejar oleh Han. Merasa ada yang tidak benar, Kafui menghadang Shiva."Ada apa, Shiva?" tanya Kafui dengan raut wajah cemas.Shiva tak langsung menyahut. Dengan terisak-isak ia menatap Kafui dan berkata, " Han ... ingin mem-bunuh ... semua orang."Mata kafui melebar ketika mendengar perkataan itu. Dirinya mencoba menduga-duga maksud dari anak perempuan di hadapannya. Akan tetapi, hatinya ingin mendapat jawaban pasti dari Han. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Han yang baru tiba."Han apa barusan kamu dari gua?" tanya kafui dengan nada menekan.Han mencoba mengatur napasnya. Karena takut, ia menatap mata ayahnya sekilas lalu menundukkan kepala.Amarah sekaligus kekecewaan tak sanggup lagi dibendung oleh Kafui. Wajah pria itu berubah merah
Kafui menyeret Han dengan kasar ke gudang belakang rumah mereka. Ia tanpa belas kasih melempar anak laki-lakinya dengan kencang ke sudut ruangan, sehingga tubuh Han menghantam beberapa benda dan berserakan ke lantai.Seperti kerasukan, Kafui memberikan beberapa tinju ke tubuh Han. Sementara Han hanya bisa terdiam dan merintih kesakitan saat menerima pukulan dari ayahnya.Sesaat kemudian masuk Masuk ibu Han dengan raut wajah panik. Ia bergegas menghampiri Han yang sudah terkapar di lantai. Air matanya tumpah saat menatap putranya dipenuhi luka lebam."Sudah berhenti! Ini anakmu, Kafui!" teriak Mawuli sembari merangkul Han.Kafui menghentikan amukannya. Ia mengatur napas dan mulai meredamkan amarahnya. Meskipun wajahnya masih merah, matanya berkaca-kaca ketika melihat anaknya tidak berdaya di hadapannya."Apa yang telah kulakukan?" Kafui membatin penuh penyesalan.Sementara di tempat lain, Shiva menangis di dalam kamar. Ia belum percaya dengan apa yang didengar. Hatinya merasa gelisah k
Pria berjubah lusuh itu telah menumbangkan naga tanah yang kedua. Menggunakan jurus sama untuk mengalahkan monster sebelumnya. Ia menatap sebentar mayat monster yang dikalahkannya. Pikirannya merasa ada yang janggal."Jarang sekali bertemu dengan naga tanah berukuran sebesar ini, kenapa mereka ada di sekitar daerah ini?" tanya pria berjubah lusuh dan melanjutkan perjalanan.Mendadak langkah kakinya terhenti tatkala di depannya ada banyak naga tanah berukuran sama besar dari sebelumnya mulai menyembul dari bawah tanah satu persatu.Monster naga tanah itu mendekat kearah pria berjubah. Mereka mengelilingi pria berjubah lusuh dengan tatapan tajam dan haus darah. Seakan-akan ingin memangsa buruan di depan."Apa kalian serius?" Pria berjubah membuat kuda-kuda pertahanan. "Contoh dua kawan kalian yang sudah terbelah jadi dua, apa belum cukup membuat kalian paham?"Para naga tanah terlihat jelas tidak dapat mengerti peringatan dari pria berjubah. Atau bahkan, mereka tidak mau mendengarkan pe
Kubah transparan yang mengurung desa tempat tinggal ras Phantom sedikit sulit dijelaskan oleh nalar. Jika dari dalam kubah, orang di dalamnya dapat melihat dari sisi luar, tetapi tidak dapat keluar. Sedangkan di luar kubah, pihak sisi luar tidak dapat melihat ke dalam, tapi dapat masuk. Seakan-akan tidak ada penghalang untuk memasuki kubah.Dulu saat monster atau hewan buas yang tidak sengaja masuk ke dalam kubah, Kafui bersama teman-temannya mengusir, melawan, bahkan memburunya untuk diambil daging dan bagian yang berguna."Oi, Kafui! Ada kawanan mamut masuk ke kubah," ucap seorang pria berbadan besar."Kamu serius, Kren?" Wajah Kafui tampak sedikit tidak percaya.Pria yang berbadan lebih besar dari Kafui itu bernama Kren. Memiliki perawakan tinggi dengan tubuh gempal yang dominan lemak ketimbang otot. Tangan kanannya memegang pedang besar."Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Teman seperjuangan dari kecil," ujar Kren dengan nada membanggakan diri.Kafui tertawa kecil sambil mengam
Pertarungan antara Kafui dengan teman-temannya berakhir cepat. Meskipun kalah jumlah, ia berhasil mengalahkan banyak orang seorang diri. Tubuhnya mengalami luka, tetapi tidak separah kawannya."Kena-pa ... kamu tidak mengakhiri kami, Kafui?" tanya Kren dengan mulut mengeluarkan darah.Kafui menatap Kren dan teman-temannya. "Kalian bukan musuhku.""Tapi kami berniat membunuh putramu," ucap Oden dengan kondisi terkapar di lantai."Kenapa kalian ingin menyerang anakku?" Kafui duduk di lantai dengan napas tersengal-sengal."Entahlah, aku tidak tau kenapa harus membunuh anakmu." Haelus menjawab sembari mengingat kembali apa yang telah terjadi.Kafui mengernyitkan alisnya. Ia menjadi bingung dengan jawaban dari kawannya. Hatinya merasa ada yang janggal.Beberapa saat kemudian masuk seorang pria. Menghampiri ketiga teman Kafui yang terbaring."Oh, Ayah Shiva. Anda datang tepat, ada yang ingin kutanyakan tentang apa yang tengah ter-." Ucapan Kafui terhenti saat tiba-tiba perutnya tertusuk ole
Pertama kalinya Han memasuki tempat yang belum pernah didatangi. Karena terbatasnya pencahayaan, membuat Han harus berhati-hati dalam melangkah. Beruntungnya, dari atas bangunan terdapat beberapa lubang, sehingga sinar matahari bisa masuk untuk menerangi dalam bangunan.Berjalan di lorong Han mengikuti sesuai jalur yang ditemui. Sesekali ia berusaha mengingat kembali pesan ibunya, untuk mengikuti jalur yang tidak ada tempat obor. Saat itu juga ia mengkhawatirkan kondisi ibu dan ayahnya. Ia menyeka air mata dan meneruskan langkah kakinya.Ketika dirinya semakin pergi ke dalam, semakin muncul banyak gambar yang telah samar di dinding. Di antaranya gambar itu berupa beberapa siluet orang-orang berwarna abu-abu dengan tanduk merah kecil.Gambar-gambar yang tidak asing baginya. Seolah pernah melihatnya baru-baru ini. Ia mencoba mengingat kembali di mana pernah menjumpai gambar tersebut. Langkah kakinya terhenti ketika melihat gambar sosok kegelapan dan satu sosok yang membawa pedang bercah
Beberapa jam yang lalu ..."Pertunjukan akhirnya dimulai! Hari ini, desa Smohill akan muncul bunga-bunga merah bermekaran," kata sosok kegelapan sambil tertawa lepas."Silvanna, tunggu aku keluar dari sini!"Saat sosok kegelapan selesai berkata dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar beberapa suara yang berbicara satu persatu."Benar ... tunggu kami."Sosok kegelapan membuka kedua matanya. Matanya melebar melihat beberapa siluet berwarna gelap. Setiap sosok tersebut memiliki satu warna lagi yang berbeda dari yang lain."Bunuh!" teriak siluet hitam dengan sedikit warna merah menyala."Akan menyelamatkanmu ...." Muncul siluet hitam dengan biru dari sebelah siluet hitam merah."Hancurkan semuanya?" tanya siluet hitam ungu.Betapa terkejutnya sosok kegelapan melihat beberapa siluet hitam di hadapannya. Ia merasakan aura membunuh yang sangat kuat dari beberapa bayangan tersebut.Sosok kegelapan membatin. "Sial... aku lupa ada mereka. Apa mereka berhasil melepaskan diri dari rantai yang me
Asmodeus berjalan pelan menuju Han dan Temuo terkapar di tanah. Tampak dua tubuh yang telah dihanguskan dengan sihir apinya. Ada rasa puas di raut wajahnya, tetapi itu bertahan lama.Mendadak dua jasad orang tewas di depannya lenyap menjadi debu. Asmodeus menunjukkan ekspresi terkejut. Matanya melebar dan giginya mengertakkan giginya.“Apa? Bayangan?” Wajah Asmodeus berubah menjadi merah.Lalu ia melakukan sihir pendeteksi untuk mencari hawa keberadaan Han. Dirinya memejamkan mata sebentar dan membuka mata, tetapi percobaannya gagal, seolah ada yang menghalangi penglihatannya. Kini dirinya yakin bahwa di bawah reruntuhan itu ada sihir penghalang,Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang berlari. Asmodeus menoleh, matanya menangkap sosok yang dicari. Dengan cepat ia mengejar Han. Sampai di belokan lorong Asmodeus kehilangan jejaknya.Ia berdiri terdiam sejenak. Pandangannya menyapu seisi ruangan, tetapi tak menemukan Han. Mendadak dari belakang muncul sosok Han membelakanginya dan b
“Lari!”Dengan sigap Han langsung berlari menjauh dari pria yang mengincar nyawanya. Sesekali ia melihat ke belakang memastikan kembali sosok orang yang ia kenal sebagai ‘ayah Shiva’ itu hanya ilusi.“Apa yang terjadi dengan ayah Shiva?” tanya Han sembari berlari di lorong ruangan.“Dia telah dirasuki oleh Asmodeus.” Temuo mendesis berusaha menyamakan kecepatannya lari Han.Mendengar ucapan Temuo dengan nada kesal, Han menebak bahwa sosok yang mengejarnya adalah makhluk yang merepotkan bagi Temuo. Akan tetapi, pikirannya masih terganggu dan ingin memastikan bahwa makhluk yang mengejarnya itu bukan iblis yang diceritakan oleh Temuo.“Apa dia ... kuat?”“Tidak kuat saja, tetapi sangat mematikan.” Setetes keringat Temuo meluncur dari dahinya. “Dari ketiga belas iblis yang terkurung, dialah yang paling berbahaya.”Han menelan ludah saat mendengar perkataan tersebut. Dalam kondisi saat ini, dirinya dituntut berpikir cepat dalam mengambil keputusan.“Pasti ada cara mengalahkan dia,” ujar Ha
Wajah Han kini terlihat sangat terkejut setelah sosok kegelapan menceritakan kisah yang ada di dinding. Kejadian tiga ratus silam benar-benar membuat tercengang hingga dirinya tidak banyak berbicara.Meskipun begitu, Han belum mempercayai sosok kegelapan dan masih mewaspadai gerak-geriknya.“Apa dia bisa dipercaya?” Han bertanya dalam hatinya yang gelisah. “Namun, ke depannya dia akan sangat membantu untuk menghadapi bahaya.”Melihat Han yang termenung cukup lama, sosok kegelapan mengucapkan kata untuk memecah keheningan. “Jika kamu masih ragu padaku, akan kutuntun ke lokasi pedang phantom berada.”“Kamu pasti sudah tau apa isi pikiranku, bukan? Apa alasan aku harus mempercayaimu?” Mata Han menatap sosok kegelapan yang melayang.Sosok kegelapan menghela napas. “Aku tidak akan menyuruhmu mempercayai diriku seratus persen. Akan tetapi, di luar sana ada beberapa iblis yang perlu dihentikan agar tidak membunuh para phantom.”Han memejamkan kedua mata. Mulutnya terkatup setelah mendengar p
Siluet hitam merah menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya belum pulih total. Bahkan, kemampuannya mengendalikan pikiran tidak berpengaruh kepada anak-anak. lantas ia menyuruh Shiva kembali ke rumah agar tidak membuat keributan.Kemudian siluet hitam merah membuat portal gerbang untuk menuju ke suatu tempat. Shiva yang melihatnya terkejut dengan hal yang terjadi di hadapannya. Gadis kecil tersebut mematung, tak menyangka ayahnya dapat melakukan hal itu.Sebelum siluet hitam merah berjalan ke portal, mendadak terdengar suara dari arah belakang Shiva.“Apa aku boleh menyerapnya?”Shiva terperanjat dengan kedua mata yang melebar. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tak berani membalikkan badannya ke arah sumber suara.Shiva membatin sambil mengepal kedua tangannya. “Menyerap? Apa maksudnya?”Siluet hitam merah menoleh sedikit ke belakang. “Oh, rupanya kamu.”Terlihat sosok siluet hitam jingga berdiri tepat di belakang Shiva yang tampak ketakutan.“Jika itu anak kecil, kamu boleh mem
Setelah memasuki tubuh salah satu warga desa, siluet hitam merah secara tidak langsung melihat kenangan orang yang dirasukinya. Dalam ingatan itu ia melihat seorang wanita dan anak perempuan."Shiva," kata siluet hitam merah.Ia juga melihat ingatan lain tentang percakapan orang yang dirasukinya dengan anak perempuan yang bernama Shiva."Apa anak-anak jahat lagi kepadamu?""He'em," kata Shiva sambil mengangguk, "tapi ada anak laki-laki yang membantuku.""Benarkah?"Shiva mendekapkan kedua tangannya pada dada. "Iya, namanya Han. Dia orang baik. Bahkan, mau mengobati lukaku. Cuma aku sedikit takut." "Takut kenapa?""Dia ... kelihatan tidak seperti anak-anak lain yang takut ke gua terlarang."Sosok siluet kembali sadar. Ada rasa penasaran dalam dirinya untuk bertemu dengan anak yang bernama Han. Ia juga menduga anak itu adalah tujuan sosok kegelapan yang telah kabur.Ia menggerakkan tangan kirinya memutar ke depan. Secara bersamaan muncul sebuat portal yang berwarna hitam. Portal yang t
Beberapa jam yang lalu ..."Pertunjukan akhirnya dimulai! Hari ini, desa Smohill akan muncul bunga-bunga merah bermekaran," kata sosok kegelapan sambil tertawa lepas."Silvanna, tunggu aku keluar dari sini!"Saat sosok kegelapan selesai berkata dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar beberapa suara yang berbicara satu persatu."Benar ... tunggu kami."Sosok kegelapan membuka kedua matanya. Matanya melebar melihat beberapa siluet berwarna gelap. Setiap sosok tersebut memiliki satu warna lagi yang berbeda dari yang lain."Bunuh!" teriak siluet hitam dengan sedikit warna merah menyala."Akan menyelamatkanmu ...." Muncul siluet hitam dengan biru dari sebelah siluet hitam merah."Hancurkan semuanya?" tanya siluet hitam ungu.Betapa terkejutnya sosok kegelapan melihat beberapa siluet hitam di hadapannya. Ia merasakan aura membunuh yang sangat kuat dari beberapa bayangan tersebut.Sosok kegelapan membatin. "Sial... aku lupa ada mereka. Apa mereka berhasil melepaskan diri dari rantai yang me
Pertama kalinya Han memasuki tempat yang belum pernah didatangi. Karena terbatasnya pencahayaan, membuat Han harus berhati-hati dalam melangkah. Beruntungnya, dari atas bangunan terdapat beberapa lubang, sehingga sinar matahari bisa masuk untuk menerangi dalam bangunan.Berjalan di lorong Han mengikuti sesuai jalur yang ditemui. Sesekali ia berusaha mengingat kembali pesan ibunya, untuk mengikuti jalur yang tidak ada tempat obor. Saat itu juga ia mengkhawatirkan kondisi ibu dan ayahnya. Ia menyeka air mata dan meneruskan langkah kakinya.Ketika dirinya semakin pergi ke dalam, semakin muncul banyak gambar yang telah samar di dinding. Di antaranya gambar itu berupa beberapa siluet orang-orang berwarna abu-abu dengan tanduk merah kecil.Gambar-gambar yang tidak asing baginya. Seolah pernah melihatnya baru-baru ini. Ia mencoba mengingat kembali di mana pernah menjumpai gambar tersebut. Langkah kakinya terhenti ketika melihat gambar sosok kegelapan dan satu sosok yang membawa pedang bercah
Pertarungan antara Kafui dengan teman-temannya berakhir cepat. Meskipun kalah jumlah, ia berhasil mengalahkan banyak orang seorang diri. Tubuhnya mengalami luka, tetapi tidak separah kawannya."Kena-pa ... kamu tidak mengakhiri kami, Kafui?" tanya Kren dengan mulut mengeluarkan darah.Kafui menatap Kren dan teman-temannya. "Kalian bukan musuhku.""Tapi kami berniat membunuh putramu," ucap Oden dengan kondisi terkapar di lantai."Kenapa kalian ingin menyerang anakku?" Kafui duduk di lantai dengan napas tersengal-sengal."Entahlah, aku tidak tau kenapa harus membunuh anakmu." Haelus menjawab sembari mengingat kembali apa yang telah terjadi.Kafui mengernyitkan alisnya. Ia menjadi bingung dengan jawaban dari kawannya. Hatinya merasa ada yang janggal.Beberapa saat kemudian masuk seorang pria. Menghampiri ketiga teman Kafui yang terbaring."Oh, Ayah Shiva. Anda datang tepat, ada yang ingin kutanyakan tentang apa yang tengah ter-." Ucapan Kafui terhenti saat tiba-tiba perutnya tertusuk ole
Kubah transparan yang mengurung desa tempat tinggal ras Phantom sedikit sulit dijelaskan oleh nalar. Jika dari dalam kubah, orang di dalamnya dapat melihat dari sisi luar, tetapi tidak dapat keluar. Sedangkan di luar kubah, pihak sisi luar tidak dapat melihat ke dalam, tapi dapat masuk. Seakan-akan tidak ada penghalang untuk memasuki kubah.Dulu saat monster atau hewan buas yang tidak sengaja masuk ke dalam kubah, Kafui bersama teman-temannya mengusir, melawan, bahkan memburunya untuk diambil daging dan bagian yang berguna."Oi, Kafui! Ada kawanan mamut masuk ke kubah," ucap seorang pria berbadan besar."Kamu serius, Kren?" Wajah Kafui tampak sedikit tidak percaya.Pria yang berbadan lebih besar dari Kafui itu bernama Kren. Memiliki perawakan tinggi dengan tubuh gempal yang dominan lemak ketimbang otot. Tangan kanannya memegang pedang besar."Apa kamu tidak percaya dengan diriku? Teman seperjuangan dari kecil," ujar Kren dengan nada membanggakan diri.Kafui tertawa kecil sambil mengam