Seharian penuh Ling Li menaiki pedang terbangnya berkeliling hutan Hon yang sangat luas, Ling Li berpikir betapa sayangnya hutan Hon yang saat ini tidak berpenghuni, tidak ada satupun hewan biasa ataupun hewan spiritual di hutan ini karena habis di makan oleh Kubal.Mata Ling Li yang memperhatikan segala arah melihat sebuah rumah besar di tengah-tengah hutan, Ling Li langsung meminta pedangnya untuk turun dirinya ingin memastikan apa isi rumah besar itu yang kemungkinan adalah rumah Kubal.Kriiiiiiieeeeet.Ling Li mendorong pintu hingga terbuka sangat lebar dan masuk ke dalamnya, mata Ling Li seperti ingin lepas dari tempatnya saat melihat tulang-tulang manusia ditumpuk menjadi satu di menyambutnya yang baru masuk beberapa langkah, kulit manusia yang sudah mengering terpajang di dinding menambah kesan mengerikan bagi Ling Li.Ling Li menyusuri setiap ruangan, hampir setiap ruangan yang ditelusuri Ling Li tidak ada yang istimewa, semua hanya tulang-tulang manusia yang sudah tidak tau b
Ling Li masih tidak percaya hutan di depannya menghilang begitu saja, saat ini di depannya hanya tersisa tanah lapang, Ling Li masih terus memperhatikannya seolah merasa ada yang janggal dari semua yang terjadi.Keempat Naga yang melihat Ling Li terdiam serentak kepikiran sesuatu, Kubal hewan spiritual setengah iblis yang mereka tau sangat kuat bagaimana bisa Ling Li membunuhnya dengan mudah, apa lagi Kubal sudah hidup puluhan tahun dengan memangsa manusia seharusnya semua tidak berakhir semudah itu. Keempatnya merasa sangat bodoh kenapa tidak menyadari dari awal, sepertinya semua yang terjadi karena Ling Li dibantu oleh seseorang, tapi siapa keempatnya saja tidak mengetahuinya mungkin Ling Li juga sama seperti mereka tidak tau bahkan tidak menyadarinya."Aku merasa ada yang aneh, diantara kalian siapa yang tau tentang asal usul hutan Hon?" tanya Ling Li."Aku tidak tau," sahut Sin."Aku juga," ucap kedua."Tidak ada yang tau asal usul hutan itu, yang kami tau Kubal sudah ada di hutan
Dari atas langit mengendarai awan terbang sang utusan Dewa mengejar Ling Li dengan sangat cepat, utusan Dewa hanya tersenyum melihat Ling Li yang melarikan diri, utusan Dewa tidak menyangka Ling Li hanyalah manusia pengecut yang bahkan tidak berani melawannya."Aku tidak akan mengecewakan Sang Dewa Agung," ucap utusan Dewa sembari terus mengejar Ling Li.Pedang Ling Li yang terbang dengan sangat cepat membawa Ling Li ke sebuah kota, Ling Li yang baru turun memperhatikan sekelilingnya sambil menggertakan giginya. Ling Li tidak menyangka benar-benar ada kota yang isinya penuh dengan penjahat. Kekerasan, pelecehan, perampokan semua penjahat berkumpul menjadi satu di kota yang saat ini dipijaknya."Mau ke mana kamu, aku tidak akan membiarkanmu terus melarikan diri," teriak utusan Dewa penghancur yang sudah masih di atas awan terbangnya."Sudah cukup merasa herannya, cepat cari tempat sembunyi," ucap Sin mengingatkan Ling Li.Ling Li memutar badannya berlari menerobos kerumunan, sang utusa
Tabib kecil seperti tau apa yang dipikirkan Ling Li, anak kecil yang duduk di depan Ling Li langsung turun dari tempat duduknya dan menarik tangan Ling Li memeriksa denyut nadinya."Hari ini kamu meminum pil penyembuh, pil itu tidak bisa menyembuhkan bekas sambaran halilintar karena memang pil penyembuh hanya bisa menyembuhkan luka luar dan dalam," ucap anak kecil itu mendongak ke atas menatap Ling Li."Benar, bagaimana kamu bisa tau?" tanya Ling Li."Aku adalah tabib Dewa, tentu saja aku tau," ucap anak kecil itu kembali duduk di tempatnya.Ling Li memperhatikan dari kepala hingga kaki anak kecil itu, walau yang dikatakan anak itu memang benar masih sulit baginya percaya anak itu adalah seorang tabib."Kalau kamu meragukannya, kenapa tidak kamu coba tanya saja dia tentang pil," ucap Naga kedua."Sudah berapa lama kamu menjadi tabib?" tanya Ling Li pada anak berumur 5 tahun di depannya."Hemmmm, setelah aku lahir," sahut anak kecil itu santai."Puuuuufff, hahahaha," tawa Ling Li pecah
Ling Li mengikuti Na Xi yang berlari melompat di depannya, tidak ingin terjadi sesuatu pada anak itu Ling Li mempercepat langkahnya dan berjalan tepat di belakang Na Xi. Melewati gang gang kecil Na Xi yang berjalan di depan terlihat sangat santai, Na Xi tidak terlihat takut sedikitpun walau jalan yang dilewatinya sangat sepi."Na Xi sudah berapa kali kamu melewati jalan ini?" tanya Ling Li."Emmmmm, tidak tau, aku tidak menghitungnya," sahut Na Xi terus melompat."Kamu apa tidak takut diculik dan dijual menjadi budak?" tanya Ling Li lagi."Siapa yang berani menculikku," sahut Na Xi santai.Ling Li hanya menggelengkan kepalanya, untuk anak kecil seumur Na Xi yang berani berjalan sendiri sebenarnya cukup mengejutkannya, tapi kalau diingat lagi Na Xi yang seorang tabib Dewa kecil siapa yang berani menculiknya, menculik Na Xi sama saja mencari masalah karena mungkin semua orang di pasar gelap mengenalnya.Setelah berjalan cukup jauh Na Xi kembali masuk ke dalam gang, tepat setelah ke luar
Haaaaaaaah.Ling Li menghela nafas panjang lalu memutar badannya, saat ini dirinya malas berdebat, lagipula yang dicarinya adalah tungku di dalam kios di depannya, karena bukan penjual tungku dirinya harus melupakan rasa penasarannya."Wanita muda," panggil seorang pria lebih tua dari Ling Li berjalan ke luar dari dalam kios."Bukannya kamu ingin masuk, silahkan masuk tempat kecilku ini selalu terbuka untukmu," ucap pria itu sambil tersenyum.Ling Linmemegangi dadanya, sepertinya pria itu memiliki maksud tersembunyi lebih baik kalau dirinya pergi saja sekarang."Di dalam sana banyak api suci, kamu yang ingin membuat pil tingkat tinggi pasti akan membutuhkannya," ucap Naga keempat."Tapi lihatlah wajah pria itu, sepertinya dia merencanakan sesuatu," sahut Ling Li.Tanpa Ling Li sadari An Yi sengaja menyebarkan ke semua penjual di pasar gelap kalau Ling Li memiliki pil mahkota Dewi, sang penjual api suci yang juga tau tentang itu tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan emas di depan
Sebagian budak pria masih ingin melawan Ling Li, mereka berpikir lebih baik mati daripada harus menjadi budak yang melayani seorang anak kecil seperti Ling Li. Tau gertakannya tidak mempan Ling Li menaruh kembali pedangnya, Ling Li menghampiri salah satu budak pria di depannya dan menggenggam tangannya."Lepaskan dia," teriak budak pria bernama Lu Gi, Lu Gi walau umurnya masih muda dia yang paling kuat diantara lainnya.Tidak menghiraukan Lu Gi Ling Li langsung memeluk pria yang di depannya, Ling Li berbisik di telinga pria itu hingga membuatnya meneteskan air mata."Terima kasih, maaf kami salah paham padamu," ucapnya yang langsung berlutut."Bangunlah, jelaskan saja ke mereka," sahut Ling Li."Kamu kemarilah, jangan takut kami akan melindungimu," teriak Lu GI."Kalian semua salah paham, dia tidak berniat memperkerjakan kita dia membeli kita hanya untuk membebaskan kita semua," sahut Jiu Lo."Aku tidak percaya, kamu pikir apa ada orang yang ingin membeli kita dan melepaskan kita lagi
Semalam Lu Gi bercerita pada Ling Li kenapa dirinya tidak mempercayainya awalnya. Waktu itu sebelum menjadi seorang budak Lu Gi memiliki teman yang sangat dekat dengannya, keduanya sudah bagai saudara walau hidup tidak menentu dan terus mengembara, Lu Gi yang saat itu sangat mempercayai temannya mengutuk dirinya sendiri betapa bodohnya dirinya mempercayai orang tanpa tau tujuannya hingga membuatnya dijual dan dijadikan budak.Mendengar cerita dari Lu Gi yang mengenang masa lalunya Ling Li hanya menganggukkan kepalanya, Ling Li mengerti seberapa sakitnya dikhianati orang yang ada bersama kita yang sudah kita anggap sebagai saudara karena dirinya juga pernah merasakannya."Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Ling Li."Aku tidak memiliki siapa-siapa, aku sudah putuskan akan mengikutimu sama seperti mereka," sahut Lu Gi.Ling Li menggelengkan kepalanya cepat. Lu Gi yang melihat Ling Li menggelengkan kepala menghela nafas, Lu Gi mengerti pasti tidak mudah bagi Ling Li ingin be
Ling Li menarik nafas panjang menatap ke anak tangga di depannya, setelah yakin sudah siap Ling Li melangkah naik ke anak tangga pertama. Breeeeeees. Di anak tangga pertama Ling Li merasa seperti disiram air yang cukup panas, Ling Li menatap ke tangannya yang masih baik-baik saja setelah tersiram air itu. "Ini baru anak tangga pertama," ucap Ling Li. Tap tap tap. Ling Li kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga kedua, di tempatnya saat ini berdiri Ling Li merasa hawa panas mengelilinginya, hawa panas yang dirasakannya berbeda dari yang pernah dirasakannya selama ini. Sambil menahan hawa panas yang mengelilinginya Ling Li melangkah naik ke tangga ketiga, hawa panas seketika menghilang, dari bawah Ling Li tiba-tiba merasa kakinya kepanasan seperti menginjak bara api. Ling Li menundukkan kepalanya, setelah melihat kakinya menginjak bara api yang sangat panas Ling Li mengeluarkan unsur airnya menyiram bara api dibawahnya dan langsung naik ke anak tangga selanjutnya.
Sin yang terbang menuju tempat sebelumnya tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Ling Li sangat terobsesi dengan menjadi kuat sepertinya ada tempat yang bisa membuatnya menjadi kuat selain menyerap inti monster. "Jika aku katakan ada tempat yang bisa membuatmu menjadi kuat apa kamu akan pergi ke sana?" tanya Sin. "Itu tentu saja," sahut Ling Li. "Kalau begitu aku akan membawamu ke sana ke tempat yang bisa membuatmu menjadi lebih kuat," ucap Sin. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal, kalau begitu Cepat bawa aku ke sana," sahut Ling Li penuh semangat. Sin langsung terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa hari, Setibanya di suatu tempat Sin bergegas turun ke bawah membuat Ling Li yang masih berada di atasnya terus memperhatikan menara di depannya. "Di menara itu terdapat menara surga dan neraka Aku sangat yakin di tempat itu Cocok untukmu," ucap Sin. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi," sahut Ling Li yang bergegas turun dari Sin dan Sin kembali masuk ke dalam lar
Sin yang melihat Ling Li berjalan menuju perkotaan bergegas ke luar dari dalam tubuhnya, Sin lupa memberitahu Ling Li satu hal inti hati monster sangat sulit di dapat orang biasa yang tidak mengetahui kelemahannya, jika Ling Li menyerapnya di kota pendekar dari beberapa penjuru pasti akan mendatanginya dan berusaha merebutnya Sin yang tiba-tiba ke luar mengejutkan Ling Li, tidak seperti biasanya jika ingin ke luar Sin akan bilang dulu padanya tapi sekarang Sin tiba-tiba saja ke luar dan berdiri di depannya. "Ada apa?" tanya Ling Li. "Cepat naik," ucap Sing membuat Ling Li semakin tidak mengerti. Ling Li langsung menaiki Sin tanpa banyak bertanya, baru saja Sin membawa Ling Li terbang dari beberapa arah Ketua dari berbagai perguruan mendatangi tempat Ling Li sebelumnya. "Ada apa? tidak biasanya kamu langsung ke luar begitu saja," ucap Ling Li. "Apa kamu tidak sadar beberapa orang sedang ke arahmu," sahut Sin. "Aku memang merasakan getaran, tapi aku tidak terpikir jika mer
"Apa kamu akan langsung berburu?" tanya Sin yang melihat Ling Li yang berulang kali menarik nafas panjang. "Tidak, aku masih harus singgah ke sebuah tempat," sahut Ling Li. "Tempat apa?" tanya Sin lagi. "Nanti juga kamu akan mengetahuinya," ucap Ling Li. Ling Li langsung terbang kembali menuju kediaman keluarga Li yang sudah di bakarnya. Ling Li berdiri di antara kuburan ayah pemilik tubuh dan bibi Cie, setelah mengucapkan beberapa kata Ling Li menundukkan kepala memberi penghormatan terakhir. "Ahhhhh, ternyata datang kemari," ucap Sin. Kali ini semua yang berkaitan dengan tubuh asli sudah terlepas olehnya, Ling Li merasa jauh lebih tenang seakan tubuh yang digunakannya saat ini benar-benar miliknya seutuhnya. "Haaaaaaah," Ling Li menghela nafas panjang sambil berjalan pergi, sekarang dirinya sudah bisa kembali ketujuan awalnya. "Jadi apa kamu akan pergi ke reruntuhan Arkas sekarang?" tanya Sin. "Tentu saja, bukankah itu tujuan awal kita," ucap Ling Li. "Setelah
Ling Li berjalan pergi meninggalkan rumah ibu tirinya yang penuh dengan genangan darah, satu tugasnya selesai Ling Li bergegas ke Pangeran Yan yang berada tidak jauh dari istana. "Bagaimana?" tanya Pangeran Yan pelan. "Selesai," ucap Ling Li sambil tersenyum puas. "Apa kita serang sekarang?" tanya Pangeran Yan lagi. "Pasukan yang kamu bawa kalau banyak dengan mereka, aku akan pergi ke barak prajurit setelah selesai aku akan bertelepati padamu," ucap Ling Li. "Baiklah, akan ku tunggu," sahut Pangeran Yan. Salah satu prajurit yang melihat Pangeran Yan selalu menuruti perkataan Ling Li memutuskan untuk bertanya, sebenarnya apa yang membuat Pangeran Yan selalu menurut pada Ling Li. "Kamu tidak akan tau, karena semua yang direncanakannya sudah pasti berhasil, aku sudah membuktikannya sendiri," ucapan Pangeran Yan membuat prajurit yang bertanya terdiam. Di tempat berbeda Ling Li yang mendatangi barak prajurit langsung mengeluarkan racunnya, Ling Li sengaja hanya menyebarkan racunnya
Ketua Along tersenyum tipis sambil bersiap menyerang Ling Li, Ketua Along meyakini dirinya memiliki pertahanan yang sangat kuat dan penyerangan yang sangat cepat, dirinya sangat yakin pria yang akan menjadi panglima perangnya tidak sehebat dirinya sendiri. Wheeeeeeeessssss. Ketua Along bergerak cepat menyerang Ling Li yang hanya diam, diamnya Ling Li menjadi kesempatan untuk Ketua Along menyerangnya bertubi-tubi. Serangan kaki tangan yang sudah dikerahkan Ketua Along sama sekali tidak membuat Ling Li merasa kesakitan, Ling Li sengaja hanya diam membiarkan Ketua Along menyerangnya agar merasa puas. Ini tidak mungkin, kenapa serangan ku tidak berpengaruh padanya, aku akan mencobanya sekali lagi," dalam hati Ketua Along. Buuuug, buuuuuug, buuuuuuug. Ketua Along terus menendang Ling Li tanpa henti, setelah merasa kelelahan sendiri Ketua Along menghentikan usahanya dan menatap Ling Li. "Apa sudah selesai?" tanya Ling Li. "Sekarang giliranku," ucap Ling Li dengan nada serius
Setelah berhasil menghentikan penyebaran racun Ling Li langsung mengambil pil mahkota Dewi miliknya, Ling Li menelankan pilnya ke Pangeran Yan dan kembali duduk di sebelahnya. Hanya beberapa menit racun di dalam tubuh Pangeran Yan perlahan menghilang, Ling Li yang melihat usahanya berhasil menghela nafas lega dan duduk bersandar. "Heeeeeh, setelah berburu monster bagaimana jika kamu membuka pengobatan saja dan menjadi tabib," ucap Sin. "Aku tidak berminat, lagipula mengobati orang membutuhkan kesabaran ekstra," sahut Ling Li. "Emmm, benar juga harusnya aku tau kalau kamu tidak memiliki kesabaran ya," ucap Sin. Ling Li yang duduk di samping Pangeran Yan Su melihat mata Pangeran Yan terbuka perlahan, Pangeran Yan yang habis bermimpi bertemu seseorang langsung menatap ke arah Ling Li tanpa berkedip. "Apa aku masih bermimpi," ucap Pangeran Yan. Plaaaaaaaaaak. "Bangun, sudah bukan waktunya tidur lagi," sahut Ling Li yang baru menepuk pundak Pangeran Yan. "Kamu? apa ini be
Sebelum membakar rumah keluarga Li Ling Li menemukan sebuah giok berlambang kerajan. Selain kelompok pembunuh bayaran darah merah salah satu anggota kerajaan pasti ikut andil dalam pembantaian keluarganya. "Kita mulai dari kelompok pembunuh bayaran darah merah dulu," ucap Ling Li. "Ahhhhh aku ingat, aku pernah mendengar markas pembunuh bayaran darah merah berada di bukit tengkorak," sahut Sin. "Apa kamu tau tempatnya?" tanya Ling Li. "Tentu saja," sahut Sin. "Bawa aku sekarang juga ke sana," ucap Ling Li yang langsung menaiki Sin. Sin mengepakkan sayapnya terbang menjauh meninggalkan rumah keluarga Li yang terbakar habis, Sin yang bisa merasakan hawa membunuh Ling Li sangat kuat memutuskan untuk tetap diam tanpa bertanya apa yang akan Ling Li lakukan setelah sampai di sana. Hanya membutuhkan waktu 1 jam bagi Sin untuk tiba di bukit tengkorak, Sin langsung menurunkan Ling Li dan menunjuk ke arah balik bukit tempat markas pembunuh bayaran darah merah berada. "Kamu ingin me
Dari kejauhan Wei Yan hanya bisa menatap ayahnya yang berjalan pergi, dari dalam lubuk hati Wei Yan merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada ayahnya tapi penderitaan yang selama ini dirasakannya sendiri juga dari ayahnya, apakah salah yang sudah dilakukannya tadi pikir Wei Yan yang menangis dalam diamnya. Ling Li yang melihat Wei Yan menangis tanpa sadar langsung memeluknya, Ling Li berulang kali mengatakan pada Wei Yan kalau yang dilakukannya tadi sudah benar. "Ehem, sangat jarang melihat mu berinisiatif terlebih dulu," ucap Sin bertelepati. Ling Li bergegas melepaskan pelukannya, tepat setelah melepaskan pelukannya Wei Yan yang berhenti menangis membuat Ling Li merasa lega sendiri. "Terima kasih," ucap Wei Yan memalingkan wajahnya. "Untuk apa?" tanya Ling Li. "Karena kamu sudah membantu ku tadi, tidak hanya itu kamu juga bahkan sudah menyembuhkan wajahku, andai ada yang bisa kulakukan untuk berterima kasih padamu," ucap Wei Yan sambil menatap Ling Li. "Jangan pi