Beranda / Romansa / Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin / Menjadi selingkuhan mantan suami

Share

Menjadi selingkuhan mantan suami

Penulis: Liya Mardina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 20:47:11

Setelah mengetik seluruh biodata lengkap milik sang Atasan, terbesit pikiran jahat yang mulai menguasai kepala Lara. "Bagaimana jika seluruh dunia tahu kebusukanmu selama ini, Mas? Aku sungguh penasaran, bagaimana reaksi orang-orang di sekitarmu," gumam Lara menyeringai.

Dengan tangan gemetaran menahan gejolak amarah yang menyesakkan dada, Lara kembali melanjutkan tulisannya. Namun alih-alih menulis tanya jawab yang terekam selama sesi wawancara, Lara justru menyelipkan kebusukan sang suami dalam artikel tersebut.

Setelah menjadikan tulisannya sebagai file dokumen , Lara gegas menghubungi nomor ponsel Prasetya.

"Halo," sapa suara berat dari seberang telepon.

"Selamat malam, Pak Prasetya. Saya Lea Faranisa, Sekretaris Pak Abian Mahendra. Saya sudah selesaikan tulisan saya, apakah saya bisa langsung kirimkan filenya sekarang? Barangkali Anda ingin mengeceknya terlebih dahulu sebelum diterbitkan."

"Ah, iya-iya, bisa kirimkan langsung ke nomor ini. Tidak perlu pengecekan lagi. Sekelas Sekretaris Nirvana Wastu Pratama, kinerjanya tentu tak dapat diragukan."

'Bagus. Sesuai harapanku' batin Lara menyeringai tipis.

"Anda terlalu menyanjung. Kalau begitu saya akan kirim filenya sekarang." Lara tersenyum puas.

"Tu-tunggu! Jangan tutup teleponnya dulu. Bagaimana dengan rencana makan kita? Sudah kamu pertimbangkan?"

Lara diam sejenak guna berpikir. "Cafe Hallyu, besok sepulang kerja," pungkas Lara sebelum memutus sambungan telepon. Biarlah terkesan tidak sopan. Prasetya adalah seorang bajingan yang tak pantas mendapatkan sopan santun darinya.

Terlalu lelah bekerja hingga larut malam membuat Lara tanpa sadar terhanyut ke dalam alam mimpi.

Hingga pada keesokan harinya.

Byur!

"Akh! Hujan! Hujan! Atapnya bocor!" Lara gelagapan tatkala sebotol air mengguyur wajahnya.

Lara terkesiap, mendapati Abian yang tengah berdiri di hadapannya. Wajah garangnya menatap tajam tanpa berkedip. Berdiri tegak dengan satu tangan bersarang di saku celana, sedangkan tangan lainnya memegangi botol kosong.

"Jangan tidur di jam kerja!" terangnya tanpa merasa bersalah. Melengos pergi dan kembali duduk di kursi kerjanya.

Wajah datar tanpa ekspresi kembali Lara dapati dari atasannya itu. Sungguh suguhan pagi yang menjengkelkan.

'Aku menyelesaikan tulisanku sampai jam sebelas malam! Bahkan aku tak ingat pulang. Dasar Psikopat!' umpat Lara dalam hati.

Di tengah-tengah kedongkolannya, Lara gegas pergi ke kamar mandi guna mencuci wajah. Tak ia hiraukan tatapan penuh tanya dari beberapa karyawan yang dilewatinya.

Lara menyalakan keran air pada wastafel dan mengguyur wajahnya dengan air dingin beberapa kali.

Namun sinar yang sekilas muncul di leher, yang terlihat dari pantulan bayangannya di cermin, membuat Lara terdiam mematung.

"Apa hanya perasaanku saja? Sepertinya liontin bunga ini tadi bersinar," gumam Lara lirih seraya memperhatikan liontin bunga berkelopak merah jambu yang menggantung di lehernya dari pantulan cermin.

"Sepertinya memang hanya perasaanku saja," pungkas Lara tatkala tak mendapati kembali sinar terang pada kalungnya. Lantas wanita itu kembali ke ruang kerjanya.

"Mama mencarimu semalam. Bilang padanya jika kamu pulang ke rumah karena rindu orang tuamu. Aku tidak ingin kena marah karena menyuruhmu lembur," ujar Abian sesaat setelah Lara kembali duduk di kursinya. Namun pria itu tak sedikit pun mengalihkan pandangan matanya dari berkas di tangannya.

"Baik," jawab Lara singkat.

Abian tertegun, dan kembali merasa jangal dengan sikap sang istri yang baru ia nikahi beberapa hari yang lalu.

Lea adalah seorang wanita manja yang tak pernah bekerja. Hidupnya selalu terjamin dengan kemewahan sejak kecil, itulah salah satu alasan wanita itu memiliki sifat perfeksionis dan gila kebersihan. Bahkan ia selalu membantah dan tak jarang berdebat dengan Abian hanya karena hal-hal kecil.

Namun belakangan ini sifatnya sungguh berbanding terbalik. Bahkan wanita itu tak segan mengiyakan perintah yang ia berikan untuknya dengan mudah.

Namun di balik kejanggalan-kejanggalan itu, Abian masih berpegang teguh pada prinsipnya, yakni diam dan tak peduli.

Waktu berlalu begitu cepat. Hingga denting jam telah menunjukkan pukul lima sore.

"Kenapa diam saja di sana? Cepat masuk! Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu," sungut Abian dari kemudi mobilnya. Menatap sengit pada Lara yang masih berdiri mematung di trotoar jalan, seolah tengah menunggu seseorang.

"Pak Abian pulang saja duluan. Saya ada janji dengan seseorang."

Abian terdiam sembari mencengkeram erat kemudi mobilnya. 'Seseorang? Kenapa gelagatnya mencurigakan?'

Abian terus memperhatikan kegelisahan dari raut wajah sang istri dari kejauhan.

'Akh! Aku ini kenapa?! Biarkan saja dia membuat janji dengan orang lain, apa urusannya denganku?' geram Abian dalam hati. Lantas pria itu segera memacu mobilnya meninggalkan halaman perusahaan tanpa berpamitan.

Tak berselang lama, sebuah mobil berwarna hitam nampak berhenti di depan Lara.

Perlahan kaca mobil bergerak turun. Seorang pria paruh baya pengemudi taksi itu menyembulkan kepalanya dari celah kaca yang terbuka. "Mbak Lea Faranisa?" tanya pria itu seraya menatap layar ponsel.

"Benar," jawab Lara membenarkan, sebelum beranjak menaiki mobil.

Semenjak kecelakaan yang terjadi hari itu, menaiki motor seakan menjadi trauma tersendiri untuk Lara. Sebab itu ia lebih memilih untuk menaiki taksi online hari ini.

Taksi itu melaju membelah kebisingan kota. Mengantar Lara ke cafe hallyu, tempat di mana dirinya akan kembali bertemu dengan Prasetya sebagai orang lain.

Setelah turun dari dalam mobil, Lara gegas memasuki pintu cafe.

Dari kejauhan nampak seorang pria mengangkat tangan, seolah menunjukkan kehadirannya pada Lara seraya tersenyum lebar.

Gegas Lara berjalan cepat menghampiri.

"Maaf, aku terlambat," ucap Lara menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Prasetya dalam satu meja.

"Tidak, aku juga baru datang, kok. Mau pesan makanan dulu?"

"Boleh."

Prasetya mengangkat satu tangan guna memanggil pelayan cafe.

Tak lama, seorang wanita datang menghampiri meja mereka.

"Mau pesan apa?" Prasetya menunjukkan buku menu pada Lara.

"Terserah, tapi jangan yang pedas. Aku tidak bisa makan pedas."

Prasetya tertegun sejenak.

"Kenapa?" tanya Lara ketika menyadari ekspresi wajah Prasetya yang tak biasa.

"Ah, ti-tidak apa-apa. Kamu hanya mengingatkanku pada seseorang," ucap Prasetya tergagap.

Lara baru sadar, jika tanpa sengaja ia mengatakan hal yang tak bisa ia lakukan di kehidupan sebelumnya. "Bukankah itu hal yang wajar untuk seseorang yang memiliki masalah lambung?" jawabnya berusaha bersikap tenang. Ia tak ingin menunjukkan kepanikan di depan Prasetya.

"I-iya, kalau begitu pesan yang ini saja."

Setelah selesai memesan makanan, pelayan cafe berlalu pergi meninggalkan meja.

"Bagaimana tulisanku? Apakah bagus?" Lara berbasa-basi guna mengetahui perkembangan berita yang ia tulis.

"Malam ini akan diterbitkan. Bolehkah aku bertanya tentang sesuatu?"

"Silakan."

"Apakah kamu sudah menikah? Atau saat ini sudah memiliki pacar?"

Lara terdiam. Kedua tangannya diam-diam mencengkeram kuat ujung roknya di bawah meja.

"Aku sudah menikah. Tapi hubunganku dengan Suamiku sangat buruk," jawab Lara menyelipkan maksud lain.

"Begitukah? Kenapa kita bernasib sama? Aku pun begitu. Tak ada kata harmonis dalam rumah tangga kami." Prasetya memasang wajah tak berdaya.

"Sayang sekali, kita tak bertemu di waktu yang tepat."

Prasetya tertegun. Kalimat ambigu yang ia dengar membuat degup jantungnya terasa berpacu kencang.

"Apakah kamu juga berpikir begitu? Apakah kamu juga tertarik denganku?" tanya Prasetya dengan antusias tinggi.

Namun Lara hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Pria yang tengah duduk di hadapan Lara terlihat salah tingkah. Wajahnya terlihat sumringah. Sungguh pemandangan yang menjijikkan untuk Lara.

"Ba-bagaimana jika ... kita menjalin hubungan secara diam-diam? Aku sungguh ingin mengenalmu lebih jauh." Prasetya diam-diam mendekatkan tangannya dan menggenggam erat tangan Lara.

Lara gegas menarik tangannya kasar. Diam-diam mengelap tangannya dengan tisu basah di bawah meja. Kontak fisik ini sungguh menjijikkan.

"Boleh saja, tapi jangan terlalu mencolok. Aku tidak ingin menambah konflik dalam rumah tanggaku sekarang," terang Lara berkilah.

"Oke."

'Kamu menaruh duri dalam rumah tangga kita dulu, Mas. Sekarang akulah duri dalam rumah tanggamu. Aku pastikan, kamu akan hancur bersama orang-orang terkasihmu'

Keesokan harinya.

Kantor Alpha News.

Plak!

Prasetya yang baru datang dan duduk di kursi kerjanya, dikejutkan dengan tumpukan kertas yang menimpa wajahnya kasar dari tangan sang atasan atau ayah mertuanya saat ini.

"Jelaskan! Berita macam apa ini?! Huh?!"

Bab terkait

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Meminta penjelasan

    Suasana huruk pikuk di dalam kantor seketika hening. Seluruh pasang mata nampak mengamati ke arah satu titik.Prasetya menatap wajah sengit sang atasan dengan kertas yang bercecer di bawah tubuhnya secara bergantian. Tanda tanya besar seketika terlintas dalam benak pria itu.Perlahan, Prasetya ambil beberapa lembar kertas dan mulai membacanya dengan seksama.Betapa terkejutnya ia, mendapati tulisan yang menunjukkan kebusukannya dan sang istri. "A-apa ini?""Seharusnya aku yang tanya begitu padamu!" Atasan Prasetya kembali mengambil beberapa lembar kertas dan melemparnya kasar sebagai tanda kekesalan."Karena tulisanmu ini, saham perusahaan anjlok! Secara tidak langsung kamu mengatakan pada dunia, jika Alpha News memiliki hutang yang dilunasi dengan cara merampas harta milik pekerjanya! Lebih parahnya kamu tulis jika harta itu hasil rampasan dari Putri pemilik yang merayu karyawan kaya!" terang sang atasan dengan intonasi yang semakin meningkat."Ta-tapi saya--""Cukup! Sekarang kamu h

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Prasetya jatuh dalam perangkap Lara

    Prasetya kembali melayangkan tatapan penuh selidik. Rasa penasaran seakan mengganggunya sedari awal sejak tak sengaja mengetahui identitas suami dari kekasihnya itu."Benar," jawab Lara datar."Lantas mengapa?"Lara mengerinyitkan dahi ketika tak sepenuhnya mengerti pertanyaan yang diajukan padanya. "Kenapa apanya?""Kenapa mau menjalin hubungan denganku secara diam-diam? Sementara Suamimu adalah seorang pria yang begitu luar biasa di kalangan wanita. Bahkan kekayaannya sungguh tak dapat ku tandingi."Lara terdiam sejenak guna memikirkan jawaban. Ia harus bersikap seolah tak diinginkan, yang mana akan membuat Prasetya iba dan menuruti seluruh permintaannya dengan mudah."Memangnya kenapa jika dia tampan dan populer di mata wanita? Toh dia juga tidak menyukaiku. Lantas, banyak harta juga buat apa? Kalau untuk kebutuhan pribadiku saja aku harus banting tulang sendiri mencari uang?" Lara menjelaskan dengan lugas tanpa terselip sedikit pun keraguan di dalam sana. Ia tak ingin membuat Prase

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Kakek misterius

    Selang beberapa menit.Lara dikejutkan dengan dering telepon kabel yang terletak di atas meja kerjanya. Lantas wanita cantik itu gegas meraih gagang telepon."Nona, seseorang mengirim makanan atas nama Anda," ucap seseorang dari seberang telepon."Bisa minta tolong antarkan makanannya ke atas?""Baik."Lara segera meletakkan kembali gagang telepon. Melirik sang atasan yang terlihat beranjak dari tempat duduknya setelah menutup layar laptop."Tutup laptopmu! Waktunya istirahat makan siang," ujar Abian dingin sebelum keluar dari dalam ruangan."Baik, Pak."Namun langkah pria itu terhenti di ambang pintu, setelah resepsionis wanita yang hendak masuk ke dalam ruangan menghalangi jalannya."Ma-maaf, Pak. Saya ingin mengantar ini untuk Nona Lea." Resepsionis wanita nampak beberapa kali membungkukkan tubuh sebagai tanda penyesalan."Apa itu?" Abian melirik sekilas kotak kardus dalam kantung keresek dengan tatapan tajamnya."Ma-makanan, Pak.""Berikan padaku!" Abian merebut paksa kotak makana

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Miliki anak dari cinta sejatimu!

    Detik berikutnya, bus kembali berhenti di sebuah halte yang tak jauh dari halte sebelumnya.Lara tak menyadari. Ketika suasana semakin sesak sebab beberapa orang yang mulai memasuki bus, sang kakek tua yang duduk berhadapan dengannya tiba-tiba menghilang.Lara gegas mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru, dan berhasil menemukan sang kakek tua yang telah berjalan membungkuk melewati bus yang perlahan kembali melaju.Nampaknya sang kakek telah turun dan tak disadari oleh Lara sebelumnya.Banyak pertanyaan yang kini menghantui Lara. Membuat wanita itu pada akhirnya berteriak kencang pada pengemudi bus, "Berhenti!"Sontak pengemudi bus yang terkejut menginjak rem kuat, hingga mengakibatkan para penumpang hampir terpental ke depan.Abian menatap heran ke arah sang istri yang terlihat panik dan gegas turun dari dalam bus. Sontak ia pun mengejar dan menarik kasar tangan sang istri di ambang pintu masuk. "Apa yang sedang kamu lakukan?!" bentaknya lirih namun penuh penekanan. Matanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Usaha merebut hati suami

    "Seperti Ibuku," jawab Abian singkat.Meski terkesan lambat, namun jawaban itu mampu membuat Lara diam mematung. Sebab tak ia dapati intonasi tinggi yang tak enak didengar pada kalimat itu.Detik berikutnya, sebuah alphard berwarna hitam berhenti di bahu jalan. Tepat di depan Lara dan Abian yang gegas berdiri.Pintu mobil itu terbuka dengan sendirinya, seolah mempersilakan sang pemilik untuk segera beranjak masuk.Gegas Lara dan Abian memasuki pintu belakang dan duduk berjejer.Keheningan kembali menyelimuti perjalanan itu. Hingga hampir setengah jam berlalu, mobil mewah itu berhenti di halaman rumah.Setelah memasuki kediaman dan membersihkan diri, Lara yang kala itu ingin mengambil minuman di dapur, dikejutkan dengan kehadiran sang ibu mertua."Lea? Kenapa pulangnya malam sekali? Apa Abian menyuruhmu lembur? Anak ini benar-benar! Mama akan memarahinya nanti," ujar Sita ketika menyadari kehadiran Lara di belakangnya."Ti-tidak kok, Ma. Mobil Pak Abian tadi mogok, jadi harus menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Tak ada kata menyerah

    Meski tak dihiraukan, Lara tak menyerah begitu saja. Wanita itu gegas menuju dapur untuk membuat sarapan berupa nasi goreng seafood.Namun langkah Lara dihentikan kepala pelayan yang merupakan seorang pelayan wanita bertubuh tambun di ambang pintu dapur."Selamat pagi, Nona muda," sapa kepala pelayan sopan seraya merundukkan tubuhnya sejenak."Pagi. Bisa beri saya jalan? Saya ingin memasak sesuatu," ujar Lara sopan, tatkala akses masuk ke dalam dapur tertutup tubuh tambun kepala pelayan tersebut.Entah mengapa, namun seluruh pasang mata menatap aneh ke arah Lara setelah mendengar kalimat yang ia ucapkan.Bahkan kepala pelayan nampak saling bertukar pandang dengan rekannya seraya menampakkan wajah bingung."Apa yang Anda butuhkan, Nona? Saya akan memasaknya untuk Anda.""Tidak perlu, saya ingin memasaknya sendiri," jawab Lara lugas. Tetap pada pendiriannya."Ta-tapi, sebelumnya Anda tidak pernah menyentuh peralatan dapur. Saya takut jika nanti Anda akan terlu--""Ini perintah! Minggir!

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Saksi bisu pengkhianatan Prasetya

    Setelah menerima kotak bekal dari pelayan, Lara gegas berangkat ke perusahaan menggunakan taksi online langganannya.Selang satu jam perjalanan, akhirnya taksi berhenti di halaman perusahaan.Lara gegas turun dan berlari memasuki gedung, setelah menyerahkan selembar uang kertas berwarna merah pada pengemudi taksi."Selamat pagi, Nyonya," sapa beberapa security yang berjaga di depan pintu perusahaan.Lara mengangguk sekilas seraya tersenyum ramah, sembari terus berjalan melewati mereka.Tentunya, sapaan ramah dari para pekerja merupakan hal yang tak pernah Lara rasakan sebelumnya selama bekerja di perusahaan tersebut. Secara tidak sadar, hal positif itu membuatnya semakin bersemangat di pagi hari.Setelah keluar dari dalam elevator yang ia naiki, Lara berjalan cepat ke arah ruangan dengan pintu kaca."Selamat pagi, Pak Abian," sapa Lara seraya mengangguk sejenak setelah melewati pintu."Hmm." Namun Abian hanya bergeming sebagai jawaban. Mata lelaki itu tetap fokus pada layar laptopnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Permulaan pembalasan dendam

    Lara melebarkan mata mendengar ucapan Prasetya yang seakan akan ingin menuruti segala keinginannya tanpa ragu.Keduanya pun mulai melangkahkan kaki memasuki toko perhiasan tersebut.Kilau benderang dari benda-benda dalam etalase sungguh terasa menyilaukan mata. Namun pandangan mata Lara langsung tertuju pada deretan cincin yang sempat ia pilih sebelum kecelakaan maut itu terjadi padanya."Permisi, Mas. Saya mau mengambil jam tangan pesanan Pak Bakhtiar," ujar Prasetya memanggil salah seorang pekerja toko yang berdiri membelakangi mereka.Salah satu pemuda nampak mendekat dan mengambil secarik kertas sebagai tanda bukti pembayaran yang diulurkan tangan Prasetya.Sang pemuda nampak menelisik tulisan pada kertas itu sejenak."Baik, Pak. Mohon tunggu sebentar."Prasetya mengangguk sekilas sebelum pemuda itu menjauhi etalase kaca, dan beralih ke sebuah ruangan.Pandangan mata Prasetya teralih ke arah sang kekasih yang tengah berdiri di sampingnya. Diam mematung seraya menatap deretan cinci

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Tertangkap basah

    "Pak, Nyonya masuk ke sebuah ruangan bersama wartawan itu." Kris yang bisa melihat dengan jelas dari balik kaca kemudi melapor pada atasannya, sontak Abian segera menepis tubuh Kris karena menutupi pandangannya, dan mendekatkan wajahnya ke arah jendela.Kris terkejut hingga terjepit di antara Abian dan senderan kursi kemudi, namun dia tidak bisa protes atau pun menunjukkan reaksi yang menonjol, sebab tak ingin menjadi sasaran kemarahan atasannya. Akhirnya, Kris hanya diam, bahkan untuk bernapas saja dia berusaha sepelan mungkin."Tck! Wanita itu!" decak Abian hampir tak terdengar, kedua tangannya mengepal erat menahan rasa geram.Setelah itu, Abian buru-buru mengambil ponselnya dan berinisiatif menelpon istrinya, dia ingin melihat apakah istrinya akan berkata jujur atau malah berbohong padanya.Setelah berdengung beberapa kali, akhirnya Lara mengangkat teleponnya, namun Abian hanya mendapati keheningan dari sana.Abian mengatur napasnya berulang kali, dia mencoba menahan diri dan bers

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Dia ... benar-benar melakukannya?!

    "Apa?" Prasetya tertegun dengan mata melebar, dia hampir tidak percaya dengan apa yang baru keluar dari mulut kekasihnya itu."Aku tidak memaksamu, hanya saja ... jika aku membawa mobil dengan nama orang lain, mungkin keluargaku, atau bahkan suamiku akan curiga," timpal Lara berkilah. Sejak kematiannya hari itu, Lara menjadi seorang wanita yang pandai bersilat lidah, bahkan dia sendiri pun hampir tidak mengenali dirinya sendiri."Memang ada benarnya." Prasetya terdiam sambil berpikir. 'Jika aku membeli mobil atas nama Lea, bagaimana aku menjelaskan tagihan kartu kredit yang akan datang pada Medina?'Di detik berikutnya, Prasetya dikejutkan dengan kedatangan pemilik showroom yang hendak melayaninya secara eksklusif."Pak Ronald." Prasetya buru-buru menjabat tangan pria paruh baya yang tengah tersenyum ramah ke arahnya, setelan jas hitam yang dia kenakan menunjukkan statusnya yang bukanlah orang biasa."Apakah Anda sudah memilih model yang Anda sukai, Pak Pras?" tanyanya."Belum, pacar

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Jebakan Lara

    Mobil sedan tua itu mulai meninggalkan halaman parkir restoran, Abian dan Kris bergegas mengikuti dari belakang."Pak, saya tahu ini urusan pribadi Anda, saya juga tahu jika sebenarnya saya tidak berhak untuk ikut campur, tapi saya sudah ikut terjebak dalam situasi ini. Bisakah Anda menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Dalam kebingungan itu, Kris berusaha berkonsentrasi pada jalan raya dan mobil sedan Prasetya yang melaju semakin cepat.Dalam situasi tegang itu Abian terdiam sejenak. "Singkatnya, Lea menanggapi ajakan makan wartawan itu dengan serius, mungkinkah Lea memiliki perasaan padanya?" Abian menatap Kris dengan wajah penasaran seakan menunggu jawaban.Kris tercengang, hingga kemudi mobil yang sedang dia pegang hampir memutar 60 derajat dari posisi semula. Beruntungnya, Kris dapat dengan cepat mengendalikan kemudi dan menyelamatkan dua nyawa yang hampir melayang.Plak!Abian menepuk keras bagian kepala belakang asistennya, sembari mendengus kesal. "Apa kau sudah gila?! Kit

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Penyamaran Abian

    Plak!Lara menepis kasar kedua lengan kekar yang hendak merengkuhnya."Jaga tingkah lakumu! Di sini banyak orang," bisik Lara memperingati dengan tatapan sengit.Namun alih-alih merasa bersalah, pria yang akrab disapa Prasetya itu hanya tersenyum tipis tanpa rasa malu.Abian melonggarkan simpul dasinya kasar. Berusaha menghilangkan sesaknya dada akibat pemandangan yang membuatnya kepanasan itu.Ternyata ajakan makan sebagai rasa terima kasih yang pernah jurnalis itu ucapkan ditanggapi sungguh-sungguh oleh sang istri.Sempat terbesit rasa bingung. Apa sebenarnya yang terlihat lebih baik dari wartawan itu jika dibandingkan dengan Abian? Mungkinkah selera sang istri sungguh rendahan?Melihat dua pasangan sejoli yang tengah berjalan memasuki cafe, membuat Abian memutuskan menghubungi sang asisten dengan ponselnya."Kris, sekarang temui aku di Cafe Hallyu. Bawa topi dan masker hitam. Aku menunggumu di parkiran," pungkas Abian sebelum memutus sambungan telepon tanpa menunggu jawaban.Hampir

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Susul Lea!

    Dengan cepat, Abian menyuapkan satu sendok sup ayam buatan Lara ke dalam mulutnya.Sup ayam adalah satu-satunya makanan berkuah favorit Abian. Ia tak tahu dari mana sang istri mengetahui makanan kesukaannya. Mungkinkah sang ibu yang memberitahunya sebelum ini?Daging ayam yang lembut berpadu dengan kuah kental itu terasa menyatu dalam mulut. Memberikan sensasi rasa yang berbeda pada lidah. Sebuah kenikmatan yang belum pernah Abian rasakan dalam setiap makanan yang pernah ia nikmati selama ini.Setelah suapan pertamanya, tanpa sadar tangan Abian terus menyuap tanpa henti. Ia bahkan hampir tak percaya jika hidangan ini dibuat oleh tangan seorang putri bangsawan manja yang bahkan tak pernah menginjakkan kaki di dapur sekali pun.Penyesalan seakan mulai menghantam. Rasanya ia telah menyia-nyiakan makanan enak selama ini dengan mengabaikan bahkan membuangnya ke tempat sampah."Pak, makannya pelan-pelan. Di dapur masih ada semangkuk lagi jika Anda masih mau." Ucapan Lara seakan menyadarkan

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Harapan yang kembali pupus

    Lara membeku dengan mata melebar. Dia tak percaya jika Abian berani mengatakan hal itu di depannya.Akhirnya, Lara pasrah. Membiarkan Abian bertingkah sesukanya, termasuk mengompres perutnya hingga rasa nyeri perlahan mereda."Apa sudah mendingan?" Abian bertanya sebelum mengambil handuk yang sudah beberapa kali ia basahi dengan air hangat di atas perut sang istri.Namun Lara hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, lantas kembali menunduk. Sekedar menatap wajah Abian pun ia terlalu malu.Abian tersenyum tipis, pertanda mengerti, sebelum bangkit dan beranjak pergi membawa baskom dan handuk basah di tangannya.****Keesokan harinya.Bunyi denting peralatan dapur terdengar saling beradu. Dimainkan dengan lihai oleh kedua tangan pemiliknya.Para pelayan hanya mampu menyaksikan dengan rasa was-was dari kejauhan. Mengingat peringatan yang diberikan majikannya kemarin, jika sang nona muda dilarang menginjakkan kaki di dapur. Namun sang nona muda seakan tak menggubris larangan mereka. Sementa

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Jauhi Putriku!

    "Baiklah, hari ini aku memaafkanmu, Abian. Tapi jika sampai Lea terluka lagi karenamu, aku akan langsung membawanya ke pengadilan agama," terang Calista memperingati."Baik, Ma. Aku berjanji hal seperti ini tidak akan terulang lagi."Sita memandang heran ke arah Abian. Sikap sopan dan janjinya hari ini benar-benar membuatnya takjub. Tanpa Sita sadari, seulas senyum mengembang sempurna di bibirnya."Permisi," sela salah seorang perawat yang tengah memasuki bangsal dengan mendorong sebuah troli.Sontak seluruh kaki yang menghalangi jalan gegas berjalan menepi.Setelah mendekati tempat tidur pasien, perawat wanita itu nampak meletakkan sebuah makanan di atas piring bersekat. Tak lupa beberapa tablet vitamin sesuai anjuran dokter diletakkan perawat itu di sampingnya.Pelayan wanita mengangguk sekilas sebelum beranjak pergi mendorong troli keluar dari dalam bangsal.Sita menatap tajam ke arah sang putra dan memberi isyarat dengan anggukan dagu.Sedangkan Abian yang langsung mengerti segera

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Pembelaan Lara

    Ini jelas bukan gaya bicara Lea. Jangankan perihal agama, membaca basmalah saja dia tidak bisa.Abiam membeku dengan mata melebar. Ini aneh, sungguh aneh.Abian tanpa sadar gegas bangkit dan mundur beberapa langkah. Kepanikannya membuat sebaskom air hangat yang semula ia letakkan di atas meja terjatuh ke lantai.Dengan tubuh gemetaran, Abian menatap Lara penuh waspada. "Si-siapa kamu sebenarnya?"Lagi. Pertanyaan itu membuat nyeri hebat perlahan menjalar ke sekujur tubuh. Lara tercekat hingga tak mampu bersuara, sebab nyeri itu tak lagi menyerang dada dan tenggorokannya, tapi mulai menyerang kepala.Entah efek demam tinggi yang ia derita, atau efek dari Abian yang telah menaruh curiga?Pandangan Lara terasa berkunang-kunang. Perlahan kabur dan mulai gelap. Dalam rasa sakit itu, akhirnya Lara kehilangan kesadaran.***Suara alat pendeteksi detak jantung terdengar berirama. Dan akhirnya berhasil membuat Lara terjaga."Detak jantung Pasien sangat lemah. Untungnya, Pasien segera dibawa ke

  • Reinkarnasi Menjadi Istri Presdir Dingin   Sentuh bagian mana pun yang Anda mau

    Tanpa aba-aba, Lara gegas berdiri tegak di hadapan Abian. Tentunya bagian intim dari wanita itu terkespos sempurna.Meski merasa malu awalnya, namun Lara berusaha meredam rasa itu. Sebab jika dirinya terus jual mahal, tak menutup kemungkinan jika dirinya hanya bisa menunggu liontin kelopak bunga habis tanpa bisa berbuat banyak."Sentuhlah di bagian mana pun yang Anda mau," ujar Lara meyakinkan.Abian diam mematung dengan wajah terperangah. Menghindar pun rasanya sulit, sebab bak mandi yang mereka tempati terlalu sempit.Nafsu Abian terasa bergejolak, namun hati nuraninya terus menolak.Seraya mengatur nafas yang tersengal, Abian memutar cepat kepalanya ke arah lain. Ia tak ingin pemandangan indah itu membutakan nuraninya. "Jangan gila! Cepat pakai pakaianmu!" titah Abian lantang.Mendengar penolakan itu seketika membuat hati Lara sesak. Wanita itu menundukkan wajah tak berdaya, sebelum kembali bertekad kuat dengan semakin berani mendekatkan dirinya pada sang suami.Seakan tak memiliki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status