"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku sambil mendekat ke arahnya.
"Alirkan saja seluruh energi sihir putihmu menuju ke dalam penghalang ini," jawab Erin.
Aku ulurkan tangan dan ditempelkan menuju penghalang, lalu aku fokuskan seluruh energi agar berkumpul di telapak tangan. Tidak terjadi apa-apa, namun kekuatan Erin lah yang bertambah.
"Hah!? Butuh berapa banyak?" Aku hentikan karena energi sihirku hampir terkuras setengahnya dan melakukan sihir penyembuhan.
"Rasakanlah area sekitar istana," ujar Erin sambil membuka matanya perlahan dan memancarkan cahaya merah dari kedua matanya itu.
"Biadab! Mereka menggunakanmu untuk membuat penghalang agar monster tidak mendekat!?" Aku spontan mengumpat karena merasakan adanya penghalang yang cukup kuat dengan energi yang sama seperti Erin.
"Benar, cepat lanjutkan, mereka sudah menyadari ada yang tidak beres," ujar Erin m
"Dasar manusia bodoh, mudah sekali untuk percaya dengan orang lain!" gerutu Erin saat aku baru saja memejamkan mata."Ada apa?" tanyaku sambil mengangkat tubuhku kembali."Kenapa kau tidur di sampingku dengan tenang?" tanyanya."Mmm kamu cantik sih, tapi sudah ada kembar 4," jawabku."Bukan itu bodoh!" Erin memukul pundakku."Kau tidak takut denganku yang merupakan vampir?" tanya Erin sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku."Hmm, tadi sudah menggigitku kan? Kamu juga telah banyak membantuku," jawabku sambil merebahkan tubuhku kembali."Sifat mudah percaya dengan orang lain yang kau miliki bisa membahayakan nyawamu!" Erin tiduran membelakangi aku."Tenang saja, naluriku cukup baik, aku bisa langsung membenci orang pada pandangan pertama... Hmm aku juga punya sihir pembaca pikiran,""Dasar manusia bo
Aku berteleport di hutan yang dekat dengan kota itu agar tidak menimbulkan kegaduhan apabila aku muncul secara tiba-tiba. Sama seperti kota Lamris, kota ini dikelilingi oleh benteng besar yang dijaga beberapa prajurit.Terlihat para prajurit itu mengecek setiap orang dan barang bawaan mereka yang akan memasuki kota."Ahh terobos saja lah!" ucapku kepada Erin, kami dengan percaya diri masuk ke dalam barisan."Tanda pengenalnya?" ujar salah satu prajurit saat sudah giliran kami."Barang bawaan kami dirampok oleh para bandit dan belum membuatnya lagi," ujarku spontan yang entah dari mana ide itu muncul."Tunggu sebentar." Prajurit itu memperhatikan kami dengan seksama dan mencocokkan dengan beberapa poster yang tertempel di dinding."Lanjut!" ujarnya saat tidak menemukan kami di poster buronan.Saat aku mulai berjalan, ada poster muka Erin s
"Desa kami diserang oleh kawanan Griffin!" teriak pemuda itu."Tuan Al sama nona Erin, bolehkah saya memberikan quest pertama kalian untuk mengurus Griffin ini?" ujar Arlom sambil memberikan 2 kalung dengan plate rank S."Ayo!" seruku tanpa berpikir panjang.Dari yang aku baca di perpustakaan, Griffin merupakan binatang pemalu yang tidak akan menyerang begitu saja. Pasti ada sesuatu yang membuat mereka menyerang dan sesuatu itu pastinya menarik."Letak desanya di mana?" tanya Erin."Mari bersama saya, saya membawa kereta kuda," ujar pemuda itu sambil segera berjalan ke luar."Letak desanya di mana!?" Erin meninggikan suaranya."Berada cukup jauh ke arah timur dari sini, memungkinkan 20 kilometer," ujarnya."Baiklah, kami berangkat terlebih dahulu," ujar Erin yang langsung menarikku ke luar.
"Tenang saja, aku tidak berada di pihaknya. Kebetulan sekali tuanku tertarik denganmu," ujar Erin sambil mendekatinya dengan perlahan-lahan."Tuan!? Manusia ini menjadi tuanmu!? Hahaha," ujar Naga hitam itu dengan sombongnya."Memangnya kau lupa siapa yang telah mematahkan tulang sayapmu?" ujar Erin sambil tersenyum."Dia manusia?" tanya sang Naga dengan polosnya."Hahaha entahlah," jawab Erin."Al, buatlah kontrak dengannya." Erin menarik tanganku yang masih tertegun dengan keindahan sang Naga bayang itu."Bagaimana caranya? Ini beneran bisa aku memiliki naga itu kan!?" tanyaku dengan semangat."Hahaha tentu saja," ujar Erin.Aku mendekati Naga itu dan melakukan sihir penyembuhan kepadanya. Tulang dan energi sihirnya kembali pulih seperti semula."Aneh sekali manusia sepertimu mampu menggunakan s
"Cium aku dulu!"Aku langsung mencium Erin tanpa protes sedikitpun, ia memegangi belakang kepalaku dengan erat dan melumat bibirku. Lidahnya yang hangat dan basah memutar-mutar di dalam rongga mulutku.Aku walau sudah berusaha melepaskan diri, tapi tidak cukup kuat karena Erin menambahkan kekuatan sihirnya untuk menahanku. Akhirnya aku nikmati saja ciumannya yang memberiku sedikit energi sihir."Baiklah, aku pergi dulu." Aku langsung berteleport kembali ke desa sebelumnya setelah dilepaskan oleh Erin...Para Griffin masih di dalam penghalang yang aku buat dan mengacak-acak lahan pertanian di sekitarnya. Aku membuka sebagian sisi penghalangku dan menggunakan sihir angin untuk mengusir mereka.Mereka langsung saja terbang menuju hutan tanpa takut karena Violet sudah tidak ada di sana. Aku usir mereka cukup jauh agar tidak kembali lagi ke desa itu. Tidak lupa juga aku
Hari berikutnya"Apa kau selemah itu hingga takut dengan kami!?" Erin mengejekku yang menolak untuk bertanding melawan mereka berdua.Erin dan Violet sudah berada di samping rumah dan mereka menungguku yang masih duduk di teras."Putri Vampir dan juga Naga legendaris, sedangkan aku hanyalah manusia biasa," ucapku dengan nada lemas, namun berdiri dan berjalan menuju ke depan mereka."Yang paling penting adalah, kau itu tuan kami!" teriak Erin sambil tersenyum lebar."Aku juga merupakan naga terlemah dan Erin telah lama disegel, jadi tidak ada alasan lagi!" imbuh Violet.Aku buat penghalang yang sangat luas hingga menyelimuti seluruh padang rumput ini. Dengan adanya penghalang, aku tidak khawatir tentang kerusakan pada area sekitar dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh pertarungan kami."Violet!" Erin menyuruh Violet agar langsung menye
"Setahu saya karena pertarungan dengan Fris si Naga Es," jawab Violet."Lalu pemenangnya?" tanya Erin penasaran."Tentu saja mereka berdua, kalau satu lawan satu pastinya menang Fris," ujar Violet sambil bangun dari tempat tidur dengan keadaan masih telanjang dan tanpa ia tutupi lagi tubuhnya.Saat aku melihat Violet, aku tidak bisa memalingkan pandangan dari tubuh indahnya. Tentu saja, wujud manusianya sesuai dengan tubuh ideal idamanku, jadi sudah pasti aku sangat tertarik."Lihat juga punyaku!" Erin menarik kepalaku untuk melihat ke arah tubuhnya dengan selimut yang sudah tersingkap."Sudahlah, pakai kembali baju kalian," ujarku untuk menghindari kejadian yang diinginkan."Maaf tuan, pakaian yang dibelikan oleh tuan telah hancur," ujar Violet dengan polosnya."Tuan? Aku tidak salah dengar?" Aku cukup terkejut saat Violet memanggilku de
Hempasan angin karena pergerakan Violet membuat debu beterbangan hingga menutupi pandangan."Violet! Ingin menurut kepadaku atau aku paksa untuk menurut!?" Aku sudah berada di antara Jade dan Violet sambil menangkis serangan Violet."Tapi dwarf kerdil itu tidak menghargai tuan!" teriak Violet sambil menunjuk para dwarf yang sedang ketakutan.Aku berbalik badan sambil satu tangan aku rentangkan untuk menahan Violet."Kalian sudah tau kan akibatnya kalau melawanku!" ancamku pada para dwarf."Siapa kalian sebenarnya?" tanya Jade sambil berusaha benutupi kepanikannya."Sudah aku bilang kan, aku pemilik wilayah ini," ujarku dengan santainya."Saya Jade Raja Dwarf dari pegunungan Smabor," ujarnya sambil mengulurkan tangan kepadaku."Aku Al, sedangkan mereka Erin dan Violet." Aku meraih tangannya sambil menunjuk kedua wanita
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka