Share

Bab 84

Penulis: Pein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah jam kuliah Viona selesai, terlihat dia pergi ke ruang rektor bersama dua sahabatnya seperti yang dikatakan Alagar.

"Viona, bagaimana bisa hubunganmu jadi sedekat itu dengan tuan muda Ruiz? Apa kau menggunakan guna-guna?" celetuk Clinton.

Viona menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Clinton dan langsung memukul perutnya dengan keras. Membuat pria gendut itu reflek langsung memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang mendalam.

"Kau pikir aku perlu guna-guna untuk mendekati seseorang?" balas Viona dengan suara tegas, "aku tidak pernah mengharapkan hubungan apapun dengan tuan muda Ruiz. Kedekatan kami murni karena kebaikan hatinya, bukan karena aku menggunakan cara-cara licik seperti yang kau pikirkan!" tegasnya.

Clinton tampak kaget dengan reaksi Viona, dia tersenyum getir melihat sahabatnya tersebut tampak marah.

Hendri segera menenangkan situasi. "Viona, tenang saja. Clinton hanya bercanda. Kita harus segera ke ruang rektor sebel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 85

    Maurice Ravel berdiri dengan senyum ramah di wajahnya. Viona yang sedang duduk bersama Alagar, Clinton, dan Hendri langsung terkejut melihat kehadiran teman lamanya itu.Wajah Viona berubah menjadi pucat dan matanya membulat tak percaya. Dia ingat betul bagaimana Maurice pernah menyatakan perasaannya di masa SMA, namun Viona selalu menolaknya dengan alasan mereka tak cocok."Viona, apa kau kenal dia?" tanya Alagar, sambil menatap tajam Maurice yang kini semakin mendekat."I-iya, dia teman sekelas kami dulu waktu SMA," jawab Viona dengan suara yang gemetar, mengingat kembali kenangan lama mereka.Clinton dan Hendri hanya tersenyum kecut, mereka juga mengenal Maurice dan tahu betul bagaimana perasaan teman mereka itu pada Viona dulu. Mereka berdua tidak menyangka akan bertemu lagi di tempat seperti ini setelah lulus dan berpisah untuk melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda.Maurice melambaikan tangan pada Viona dan teman-t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 86

    Tiba-tiba terdengar suara keras yang meneriaki Alagar, membuat Viona, Clinton, dan Hendri langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Maurice, yang sedang diangkat kerah bajunya oleh Alagar, tersenyum tipis ketika mendengar suara tersebut. Dia yakin bahwa orang yang datang adalah seseorang yang akan membela dirinya.Namun, Alagar tidak segera menurunkan Maurice, membuat pria itu semakin bingung dan kesulitan untuk bernapas karena kerah bajunya yang semakin menghimpit lehernya."Aku bilang, lepaskan tuan Ravel!" bentak orang yang baru datang itu lagi sambil mencekal lengan Alagar dengan kuat. Alagar yang sedang mencengkram kerah baju Maurice menoleh ke arah orang yang menegur dan mencekal lengannya kuat.Melihat wajah Alagar orang yang mencengkram lengannya langsung terkejut. "T-Tuan muda Ruiz...." Suaranya langsung tercekat dan melepaskan cengkraman tangannya.Bruak!Alagar menghempaskan Maurice, hingga dia jatuh m

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 87

    Maurice berdiri dengan tubuh tegang, wajahnya memerah karena malu dan marah. Dia tidak menyangka bahwa Alagar, ternyata adalah pendiri perusahaan tempatnya bekerja.Di tambah, Alagar bukan seperti anak orang kaya yang sombong dan angkuh seperti yang ia bayangkan selama ini.Clinton melihat kebingungan Maurice dan mencoba meredakan suasana dengan menawarkan paha ayam yang ada di piringnya. "Mau makan bersama kami?" tawarnya dengan suara lembut, berusaha untuk tidak mengejek Maurice.Maurice menatap Clinton dengan pandangan tajam, namun ia tidak bisa menahan rasa malu yang membuncah di dadanya. Dengan gigi menggeretak dan tangan yang mengepal, Maurice berbalik badan dan berjalan keluar dari restoran dengan langkah gontai, mencoba menyembunyikan kekalahan yang baru saja ia alami."Cih, salah sendiri bicara arogan, benarkan Hendri?" tanya Clinton pada temannya yang duduk di depan.Hendri mengangguk sambil tertawa kecil, menegaskan b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 88

    Alagar dengan langkah berat menuju kamarnya, meninggalkan Ayahnya yang masih berdiri di ruang tamu. Begitu pintu kamar tertutup, amarah yang tertahan seakan meluap tak terkendali. Dia segera menghampiri bar mini di sudut kamarnya, mengambil sebotol anggur yang tersimpan rapi di rak. Dengan tangan gemetar, Alagar menuangkan anggur tersebut ke dalam gelas kristal yang ada di atas meja. Tanpa ragu, dia menenggak habis isinya, merasakan sensasi panas yang menjalar dari tenggorokan hingga ke perutnya. Emosi yang bercampur aduk semakin memuncak. "Kenapa Ayah jadi seperti ini?" gumam Alagar dengan nada yang penuh penyesalan. "Biasanya dia tidak mengambil tindakan sendiri dan selalu memberitahu aku sebelum mengambil keputusan." Mata Alagar menatap kosong gelas anggur yang telah kosong di tangannya, seolah mencari jawaban dari pertanyaan yang terus menghantui pikirannya. Dalam hatinya, rasa kecewa dan amarah bergulir, membayangkan bagaimana Ayahnya telah berubah dan tak lagi sepe

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 89

    Alagar tengah duduk termenung di pojok kamarnya, pikiran dan hatinya diliputi kegelisahan akan permasalahan yang sedang dihadapinya dalam perusahaan. Namun, cerita dari Bikely mengenai pertarungan untuk memperebutkan gelar Dewa Agung di Istana langit sejenak membuatnya melupakan keresahan yang mendera.Saat Alagar tengah menyelami masalah pertarungan di Istana langit, tiba-tiba suara keras Viona terdengar di balik pintu kamarnya. "Alagar, apa kamu di dalam?!" seru Viona sambil mengetuk pintu kamar Alagar dengan keras. Alagar tersentak dan kembali sadar akan realitas yang dihadapinya. Dia berdiri dan menghela napas panjang. "Pergilah, jangan buat Viona salah paham, Bikely."Bikely tersenyum getir. "Aku juga mau pergi, ingat satu minggu lagi, datanglah ke langit," ucap Dewi waktu tersebut yang langsung menghilang menggunakan sihir teleportasi.Alagar menghela nafas lagi, dengan langkah pasti, dia membuka pintu kamar dan dihadapannya berdiri Viona d

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 90

    Keesokan harinya, Viona terbangun dari tidurnya saat sinar mentari mulai menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamar Alagar. Rasanya malam sangat cepat bagi Viona saat menikmati indahnya bercumbu dengan pria idamannya itu.Gadis itu mencari-cari Alagar yang sudah tidak ada di sampingnya, dia lekas beranjak duduk sambil menutupi tubuhnya yang tidak dibalut sehelai benang pun menggunakan selimut. Kepalanya masih terasa pening dan bingung akan kejadian semalam."Pagi sayang, kamu sudah bangun?" tegur Alagar yang baru keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Rambutnya masih basah, dan wajahnya tampak segar. Alagar menghampiri Viona dan duduk di sampingnya.Viona langsung merangkul manja Alagar, menempelkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Kamu mau kemana, pagi-pagi sudah mandi?" tanyanya dengan suara yang lembut, merasa kehilangan kehadiran Alagar.Alagar tersenyum sambil mengelus lembut rambut Viona, "ada rapat perusahaan yang h

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 91

    Suasana ruang rapat terasa begitu tegang. Alagar berdiri di depan para petinggi, memegang pointer dan menunjuk ke arah slide presentasi yang menampilkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh Maurice selama ini. Semua mata tertuju padanya."Sesuai dengan prinsip perusahaan yang tidak bisa mentolerir tindakan mereka yang seolah sangat berkuasa dengan kedudukannya yang tinggi, aku akan memberikan hukuman tegas!" seru Alagar dengan tegas dan lantang.Wajah Maurice bertambah pucat, bibirnya bergetar, dan keringat dingin mengucur deras. Dia mencoba mempertahankan sikapnya, namun terlihat begitu sulit. Para petinggi yang hadir di ruang rapat hanya bisa menatap Maurice dengan iba, menahan simpati mereka yang tak bisa tersalurkan.Alagar menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan kata-katanya dengan nada yang lebih berat, "Maurice Ravel, mulai hari ini kau dipecat dari Ruiz Foundation. Adapun perusahaan lain juga akan memblacklist kamu jika melamar menjadi manaje

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 92

    Alagar duduk di ruang CEO yang mewah dan elegan, menikmati secangkir teh hangat yang baru saja dituangkan oleh ayahnya. Ia mencoba untuk menenangkan diri setelah kejadian yang baru saja ia alami di ruang rapat. "Sekali lagi Ayah minta maaf, karena telah menunjuk orang yang salah," ucap Arbeloa dengan nada menyesal sambil menuangkan teh hangat untuk sang anak.Alagar menghela nafas panjang, mencoba mengendalikan emosinya yang masih terasa bergejolak akibat tindakan Maurice. "Tidak apa Ayah, setidaknya dengan kejadian Maurice, bisa memberikan contoh pada petinggi yang lain agar tidak ada yang sepertinya," jawabnya lembut, meski dalam hati ia masih merasa marah dengan tindakan Maurice yang mencoba menusuknya dengan pisau.Wajah Alagar tampak masih sedikit kesal, namun ia berusaha untuk tersenyum pada ayahnya. Matanya terlihat menggambarkan rasa kecewa yang mendalam. Sementara itu, Ayah Alagar menatap putranya dengan penuh simpati dan rasa bersalah."Alagar, Ayah tahu betapa beratnya ta

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 113

    Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 112

    Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 111

    Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 110

    Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 109

    Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 108

    Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 107

    Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 106

    Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 105

    Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang

DMCA.com Protection Status