Suasana hutan menjadi semakin mencekam saat langit mulai menghitam dan gerbang teleportasi dunia Abys terbuka lebar. Erresira, pemimpin iblis, menunjukkan senyuman menyeramkan di wajahnya. Dia merasa puas dengan keputusannya untuk menjadikan hutan ini sebagai markas baru bagi para iblis.
Begitu gerbang terbuka, iblis-iblis mulai keluar satu per satu, menerjang angin dan meresapi udara dengan aura jahat yang mereka bawa. Mereka berjalan beriringan, membentuk barisan yang tegap, siap untuk membangun istana kegelapan yang akan menjadi pusat kekuatan mereka.Erresira mengangkat tangannya ke udara, memerintahkan pasukan bayangan untuk segera mulai membangun istana. Pasukan bayangan, makhluk tak berbentuk yang hanya bisa dilihat sebagai siluet hitam, mulai bergerak lincah, mengumpulkan bahan-bahan bangunan dari sekitar hutan.Pohon-pohon raksasa ditebang dengan cepat oleh pasukan bayangan, sementara iblis-iblis menggunakan kekuatan mereka untuk mengubah bentuk bPricilia meraung marah ketika melihat tali-tali sihir kegelapannya yang melingkar di sekeliling Alagar, dengan mudah dilenyapkan oleh pedang kegelapan yang dikuasai pria itu. Rasa frustrasi dan kebencian semakin memuncak dalam dirinya."Aku akan menjadikanmu milikku!" seru Pricilia dengan nada tinggi, wajahnya merah padam karena amarah dan kehilangan kendali. Alagar yang menjadi sasaran amarahnya hanya bisa menatap dengan ekspresi sedih, sembari mencari cara bagaimana menghentikan Pricilia agar tidak terluka.Pricilia tak mengendurkan serangannya. Kali ini, dia kembali menyerang Alagar dengan kekuatan sihir kegelapan milik Erresira yang sudah mengendalikan dirinya. Dalam sekejap, tubuh Pricilia dikelilingi oleh aura hitam pekat yang semakin menakutkan.Puluhan siluet sihir berbentuk rantai dengan ujung mata tombak keluar dari pola sihir yang diciptakan Pricilia, serentak menyerang Alagar. Pria itu berusaha menghindar dan membelah setiap rantai si
Alagar menutup matanya, fokus memasuki alam bawah sadar Pricilia. Ia merasakan energi sihirnya menyebar, mencari jejak sihir yang ditanamkan pada gadis itu, sambil menghindari setiap serangan rantai-rantai sihir keluar dari tubuh Pricilia.Alagar terperanjat saat ia menyadari alam bawah sadar Pricilia hampir sepenuhnya dikuasai oleh sihir pengendalian Erresira.Dinding sihir yang tebal, bercampur dengan kegelapan, tampaknya telah merajai pikiran gadis itu.Klon Alagar yang terbuat dari energi sihirnya berusaha keras menembus pertahanan sihir pengendalian Erresira. Namun, setiap usaha yang dilakukan, tampaknya sia-sia. Klon tersebut semakin lemah dan kesulitan menghadapi kekuatan sihir yang mengerikan itu.Dengan niat kuat dan tekad yang bulat, Alagar memusatkan seluruh energi sihirnya untuk menghancurkan sihir pengendalian Erresira. Wajahnya tampak tegang, sementara Pricilia yang masih bergumul dengan rasa sakit, berusaha mendukung Alagar dengan k
Energi kegelapan yang sebelumnya mengendalikan Pricilia telah berhasil disegel oleh Alagar, membuat sahabatnya itu akhirnya bisa tenang sejenak. Kamarnya terasa hangat dan nyaman, cocok untuk Pricilia beristirahat.Suara pertarungan mereka sebelumnya membangunkan kedua orang tua Alagar. Raut wajah mereka tampak cemas dan penasaran, berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Viona juga ikut terjaga dan hampir saja terluka oleh Pricilia yang sebelumnya tak terkendali."Apa Pricilia baik-baik saja, Alagar?" tanya Liliana, ibu Alagar dengan lembut, matanya memandang ke arah anaknya dan Pricilia dengan perasaan yang campur aduk.Alagar mengangguk pelan, memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Pricilia baik-baik saja, Bu, hanya butuh istirahat," jawabnya lirih, mencoba menenangkan hati ibunya.Mereka semua menatap Pricilia yang tertidur lelap, berharap bahwa keesokan harinya segalanya akan kembali normal. Alagar merasa bersalah dan bertekad akan me
Di tengah hutan yang lebat dan gelap, Erresira dan pasukan Iblis bersemangat membangun istana megah yang hampir rampung. Meskipun baru satu malam, keajaiban dan kekuatan mereka membuat istana tersebut berdiri kokoh dan megah, menandakan kekuasaan baru di dunia.Pasukan Iblis yang terdiri dari berbagai macam makhluk dengan kekuatan luar biasa mulai bergerak mempersiapkan segala perlengkapan perang. Erresira, pemimpin mereka yang tangguh dan penuh karisma, mengawasi setiap detail pembangunan istana dan persiapan perang dengan penuh perhatian.Angin berhembus kencang, membawa aroma kehancuran dan kekuasaan yang akan segera merebak di seluruh penjuru dunia. Beberapa pasukan Iblis tampak berlatih dengan giat, mempertajam kemampuan mereka dalam menghadapi pertempuran yang akan datang. Sementara itu, beberapa yang lain sibuk mempersiapkan senjata dan peralatan perang yang akan digunakan dalam peperangan nanti.Sedangkan Erresira sedang duduk dengan gaga
Di pagi yang cerah, Alagar sedang menikmati secangkir kopi hangat di balkon kamarnya yang menghadap ke hamparan taman hijau depan kediamannya. Sementara itu, fikirannya terus menerawang tentang keadaan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Tiba-tiba, sosok Dewa Agung muncul tak terduga di sampingnya."Mau apa kau datang kemari?" tanya Alagar dengan nada dingin tanpa menoleh, merasakan kehadiran Dewa Agung yang tak biasa.Dewa Agung tersenyum tipis, dia lantas menjawab dengan nada santai, "Kau terlalu fokus menjaga wilayah ini, hingga kau tidak merasakan kalau Erresira telah menciptakan kerajaan di dunia Fana, Alagar."Mendengar pernyataan itu, Alagar langsung menoleh tajam ke arah Dewa Agung, wajahnya penuh kecurigaan. "Apa maksudmu?" tanyanya sambil menyelidik.Dewa Agung melanjutkan penjelasannya, "Erresira telah mengumpulkan kekuatan di dunia Fana, dan menciptakan kerajaan baru di sana. Mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk meng
Viona menatap Alagar yang sedang memeluknya dengan penuh perasaan. Matanya berkaca-kaca saat mengenang kembali ingatan masa lalu yang baru saja muncul kembali di benaknya. Betapa banyak musuh yang dimiliki Alagar, terutama saat Alagar pergi ke medan perang dan dia diculik oleh para pembenci mereka."Aku tidak ingin pergi seperti dulu lagi, karena aku, kamu jadi seperti ini Alagar," gumam Viona dalam hati. Kedua tangannya memeluk Alagar dengan erat, tak ingin melepaskannya sedikit pun. Rasa takut kehilangan dan rasa bersalah menghantuinya seiring dengan terungkapnya ingatan-ingatan masa lalu tersebut.Viona masih mengingat jelas saat salah satu orang yang menculiknya mengatakan bahwa dia akan membunuhnya karena telah menjalin hubungan dengan Alagar. Wajah pucat dan ketakutan yang terpancar di wajahnya saat itu begitu menghantui pikiran Viona.Sementara itu, Alagar yang merasakan kekhawatiran Viona, mencoba untuk menenangkan hati gadis yang dicinta
Stups, jenderal Iblis yang sedang menjaga wilayah perbatasan. Tiba-tiba, dia merasakan adanya kehadiran energi sihir Alagar dan Yami yang begitu kuat.Sosok tersebut segera mengumpulkan energi sihirnya, membuat udara di sekelilingnya bergemuruh dan berdenyut.Dengan gerakkan cepat, Stups menggenggam tangannya erat-erat, memanggil bawahannya yang setia. Dia mengaktifkan sihir pemanggilan, portal kegelapan terbuka, dan puluhan monster bersayap hitam muncul, mengeluarkan raungan menggelegar yang menandakan kesiapan mereka untuk berperang."Ikuti aku!" perintah Stups dengan suara yang dalam dan tegas, seiring dengan matanya yang menyala penuh kebencian dan keinginan untuk melindungi wilayahnya.Tanpa ragu, monster-monster itu menyusul Stups yang langsung melesat ke udara dengan kecepatan luar biasa, bergerak menuju Alagar dan Yami.***Sementara itu, Alagar dan Yami merasakan gelombang energi yang kuat datang ke arah mereka, membuat merek
Melihat Alagar yang begitu tenang walau dirinya sudah bertransformasi menjadi sosok terkuat jenderal Iblis, amarah Stups semakin meluap. Ekspresi wajahnya berubah menjadi merah padam, matanya memancarkan aura kebencian yang mendalam. "Kau memang dari dulu tidak pernah berubah, selalu meremehkan kami!" seru Stups dengan nada tinggi seraya menyerang Alagar bersama klon-klonnya secara bersamaan.Para klon Stups, yang bermunculan di sekeliling Alagar, siap untuk menghujamnya dari berbagai arah. Stups dan para Klonnya mengayunkan pedang Kehancuran, menebas begitu cepat. Namun, Alagar dapat menghindari serangan dia dan klon-klonnya dengan gesit dan lincah.Boomm! Boomm! Tebasan pedang kehancuran Stups menghantam tanah, membuat retakan besar di permukaan bumi. Debu dan asap mengepul, menyelimuti tempat pertarungan yang semakin mencekam.Alagar, yang terus bergerak cepat dan sigap, mengejek Stups dengan senyuman sinis. "Apa kau benar-benar perc