Alagar menatap kehadiran Dewa penjaga Neraka, sosok yang dulu pernah terlibat atas penyegelan dirinya.Sosok tersebut datang bersama dua bawahan setianya yang berdiri melayang dibelakang Tuannya tersebut."Hahahaha ... ternyata rumor itu benar, kau bisa bereinkarnasi kembali menjadi manusia Alagar!" seru Dewa penjaga neraka sambil tertawa keras.Alagar hanya menatap tajam Dewa tersebut tanpa berbicara, mengingat kejadian saat dirinya di segel dalam dimensi kegelapan.Bikely yang mulai merasakan energi sihir Alagar melonjak naik langsung menoleh, sosok Dewi waktu tersebut melihat raut wajah kebencian Alagar."Hooh ... kau pikir bisa mengalahkanku dengan tubuh manusiamu itu, Alagar? Ketahuilah batasanmu, cepat atau lambat kau akan kembali terbunuh, setelah keberadaanmu diketahui yang lain!" ujar Dewa penjaga Neraka percaya diri.Alagar merapal mantra sihir, Yama dan Yami keluar dari portal sihir yang Alagar ciptakan. Dua sosok Dewa Kematian tersebut tanpa bertanya langsung melesat ke ar
Waktu kembali berjalan dengan normal stelah Nagra sudah Alagar masukan ke dimensi balung bersama Yama dan Yami. Alagar menghampiri Bikely yang telah membantunya menghentikan Nagra.Semua orang yang berada di kapal pesiar tidak mengetahui kalau tadi ada serangan besar, mereka semua tidak melihatnya karena berhenti bergerak."Jangan menganggap remeh Herda, Alagar! Kau tahu sendiri dia bagaimana, bukan?" tegur Bikely mengingatkan."Apa itu penting buatku? Lagi pula apa dia Sudi menurunkan harga dirinya melawan manusia sepertiku?" tanya Alagar santai.Bikely menghela napas, menunjuk Viona. "Lihatlah, dari sini saja aku tahu kalau wanita itu berhubungan dengannya, apa kau pikir Herda tidak mengetahuinya?""Sudahlah, lebih baik kau kembali ke kediamanmu, jangan ikut campur dengan urusan dunia manusia," ucap Alagar tidak peduli.Bikely mengepalkan tangannya, sedari dulu Alagar memang tidak pernah percaya dengan kata-katanya. Namun, Dewi waktu itu menyadari kalau Alagar memperlakukannya seper
Alagar menunggu Viona menjawab, masih memegang kedua tangan Viona penuh harap, dia tidak ingin kejadian sewaktu dulu terulang kembali. Tak mampu menjaga orang yang dicintainya.Viona menghirup napas dalam-dalam kemudian membuangnya, dia kemudian buka suara. "Apa Tuan muda berjanji akan kata-kata Anda?""Tentu, aku tidak pernah menarik kata-kataku," jawab Alagar mantap."Kalau begitu, bolehkan saya berbicara biasa saja, tidak formal seperti sekarang?" tanya Viona memastikan.Alagar menganggukkan kepalanya, menandakan tidak keberadaanmu kalau Viona berbicara biasa saja dengan dirinya.Viona mengulas senyum menawan, lantas bertanya lagi. "Apakah ada alasan kusus, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal ini padaku?"Alagar melepaskan genggaman tangannya, kemudian mengeluarkan sebuah cincin yang terbuat dari batu giok murni dengan ukiran naga menyelimuti seluruh cincin.Alagar meraih tangan Viona bermaksud mengenakan cincin tersebut di jari manisnya. Namun, Viona menarik tangannya, tidak mau
Alagar sebenarnya menyadari ada sosok yang memperhatikan energi sihir di atasnya. Namun, dia membiarkannya, mengingat Viona sudah mengenakan cincin pemberiannya yang sudah dirinya beri sebuah sihir perlindungan.Setelah sedikit jauh dari kediaman Viona, Alagar menghentikan mobilnya dan menatap ke langit, dimana sosok yang mengenakan pakaian serba merah itu sedang memperhatikan rumah Viona."Cih, cepat sekali mereka mengetahui keberadaan kami, setelah aku merasakan energi sihirku," gumam Alagar sedikit kesal.Alagar mengusap cincin yang dirinya kenakan, tampak sorot matanya berubah menjadi sangat tajam, seolah ingin membunuh sosok tersebut.Sementara itu di kamar Viona berada, terlihat gadis itu masih mencerna apa yang dilihatnya sewaktu di dalam mobil Alagar. Dia duduk di kursi belajarnya sambil menatap cincin pemberian Alagar."Sebenarnya kau siapa, Alagar?" gumam Viona pada dirinya sendiri.Viona tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan seperti sekarang, dimana tiba-tiba ada anak
Kedatangan Alagar dan Viona yang bersamaan ke kafe dekat Universitas, membuat geger seluruh Universitas, hingga hidup keduanya berkencan pun langsung tersebar luas.Terlihat Viona sedang bersama dua sahabatnya, Clinton dan Hendri di taman kampus, setelah dia selesai sarapan dengan Alagar.Clinton dan Hendri terlihat memandangi Viona yang sedang duduk termenung memikirkan gosip dirinya yang berkencan dengan Alagar sudah didengar seluruh Universitas."Kau serius kencan dengan Tuan muda Ruiz, Vi?" tanya Hendri datar."Mengagumkan, kau menolak berbagai pria dan lebih memilih pria yang akan memberimu ribuan tekanan. Wah ... selamat Vi," timpal Clinton sambil tepuk tangan.Viona menghela napas panjang, mengacak-acak rambutnya sambil merajuk. "Kenapa nasibku jadi begini?""Loh, bukannya bagus mengencani Tuan muda Ruiz, kau bisa minta apa pun pada dia," celetuk Hendri dengan polosnya."Kau pikir semudah itu? Lihat mereka, seolah ingin membunuhku," jawab Viona sambil menunjuk beberapa gadis ya
Saat langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Viona dan dua sahabatnya reflek mendongak ke atas."Apa yang terjadi?" tanya Clinton sembari menatap langit."Apakah akan terjadi badai?" timpal Hendri.Sementara kedua sahabatnya saling bertanya satu sama lain, karena baru kali ini melihat langit siang hari langsung gelap gulita bagaikan malam hari itu.Alagar muncul di dekat Viona, mencekal lengan wanita itu, hingga membuat Viona terkejut dengan kehadirannya tiba-tiba."Cepat masuk ke dalam gedung, apa pun yang terjadi jangan keluar dari sana!" perintah Alagar keras.Namun, bukannya langsung menuruti perintah Alagar, Viona dan dua sahabatnya malah bengong menatap Alagar dengan bingung.Tralap!Jeger!Terdengar suara gemuruh petir besar yang menyambar salah satu pohon dihalaman Universitas, membuat pohon tersebut langsung terbakar.Viona dan kedua sahabatnya reflek terkejut dengan apa yang terjadi dengan pohon tersebut.Tiba-tiba muncul portal-portal teleportasi dengan jumlah banyak di ata
Setan seharusnya tidak bisa keluar dari neraka terdalam, dia di segel karena melakukan berbagai kejahatan.Kehadiran Setan di dunia fana di yakini Alagar ada campur tangan para Dewa yang membencinya. Terutama Herdas sosok Dewa yang mengawasi seluruh Neraka.Herdas memang terlibat dalam kasus penyegelan Alagar di dimensi kehampaan waktu dulu. Besar kemungkinan Herdas melepaskan Setan untuk memburu Alagar.Para Dewa pembenci Alagar seolah langsung memberikan peringatan setelah tahu kalau Alagar telah bereinkarnasi.***Alagar menatap Setan yang sedang menyeringai sambil memperhatikannya dengan sorot mata ingin membunuh."Jadi kau, mahluk rendahan yang ditakuti para Dewa bodoh itu?" tanya Setan dengan suara beratnya."Sepertinya aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu, bukan?" Alagar balas bertanya dengan santai."Hahaha ... menarik! Mahluk rendahan sepertimu bisa memiliki kepercayaan diri yang besar. Mari kita lihat, sampai sejauh mana kepercayaan dirimu itu!" seru Setan sambil tertawa.S
Skala serangan Setan bertambah menjadi besar, ledakan yang di akibatkan juga bertambah sangat besar.Seluruh perisai tugas elemen sihir Alagar sampai tidak dapat terlihat lagi oleh serangan-serangan yang dilakukan Setan.Di kayangan berada sosok tiga Dewa pembenci Alagar sedang memperhatikan pertarungan mereka dari layar sihir yang mereka ciptakan.Tampak ketiga Dewa itu sangat serius melihat pertarungan tersebut, karena mereka ingin melihat sudah sejauh apa kekuatan Alagar.Mata ketiganya membelalak lebar, terkejut saat melihat serangan Setan yang begitu besar tidak dapat menembus perisai tiga elemen milik Alagar."Tidak mungkin, bagaimana bisa dengan tubuh manusianya dia bisa memiliki kekuatan sebesar itu?" ujar salah satu Dewa pembenci Alagar."Aku yakin, ada sosok yang mentransfer kekuatan padanya, tidak mungkin tubuh manusia dapat mengeluarkan energi sihir sebesar itu," timpal Dewa lainnya."Aku setuju denganmu, energi sihir yang kita deteksi darinya juga sangat kecil, mustahil d
Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t
Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan
Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men
Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber
Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b
Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting
Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya
Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D
Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang