Lantai batu dingin terasa menusuk di lututnya, seakan ingin menambah beban yang sudah tak tertanggungkan di hatinya. Ruangan itu sunyi, begitu sunyi hingga suara napasnya yang terengah-engah terdengar memekakkan telinga. Di hadapannya, sang pemimpin berdiri dengan angkuh, tatapannya setajam pisau yang mampu menembus jiwa. "Maafkan aku...," suaranya gemetar, hampir tak terdengar. Tenggorokannya terasa kering, setiap kata yang keluar terasa seperti duri yang merobek-robek dirinya. "Aku tak pantas... tapi aku mohon... ampunilah aku..." Kepala tertunduk, ia tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap sang pemimpin. Ia tahu, kesalahannya terlalu besar untuk diampuni dengan mudah. Keringat dingin membasahi punggungnya, detak jantungnya berpacu cepat, seolah berusaha melarikan diri dari nasib yang kini tergantung di ujung keputusan orang di hadapannya. Sang pemimpin tak memberikan jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu, membuat
Di wilayah Iblis, suasana di sana begitu suram dan mengerikan, seolah-olah alam itu sendiri telah berubah menjadi mimpi buruk yang tak berkesudahan. Langit selalu tertutup oleh awan hitam pekat yang berputar-putar seperti pusaran neraka, memuntahkan petir merah yang menggelegar tanpa henti. Tanahnya, seperti luka menganga yang bernanah, mengeluarkan asap belerang dan api yang menjilat dari celah-celah besar, memancarkan panas yang cukup untuk memanggang kulit siapa pun yang berani mendekat. Pohon-pohon di sana bukanlah pohon biasa, melainkan kerangka-kerangka yang berjeritan saat angin dingin berhembus, memperdengarkan tangisan makhluk yang disiksa. Sungai-sungai darah mengalir deras, berbau amis dan memabukkan, seolah mengundang kehancuran bagi siapa pun yang menatapnya terlalu lama. Suara tangisan dan raungan putus asa bergema dari segala arah, menciptakan simfoni kengerian yang membuat jantung berdegup kencang dan nyali menciut. Di setiap sudutny
Arena bertarung dipenuhi dengan ketegangan yang memuncak. Kedua petarung, Misha dan Asahi, saling berhadapan dengan tatapan penuh determinasi. Udara di sekitar mereka terasa berat, seolah dipenuhi oleh kekuatan besar yang siap dilepaskan kapan saja. Dalam sekejap, Misha melesat maju. Gerakannya secepat kilat, hampir tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tangannya yang kecil namun kuat mengepal, siap menghantam Asahi dengan kekuatan penuh. Namun, Asahi sudah siap. Dengan ketenangan yang mengerikan, dia menghindar ke samping dengan kecepatan yang setara, membuat serangan Misha hanya menyentuh angin.“Cepat…,” gumam Asahi dalam hati, memuji kecepatan Misha. Namun, dia tidak tinggal diam. Dengan gerakan yang sama cepatnya, Asahi membalas, mengayunkan tinjunya ke arah Misha yang dengan lincah memutar tubuhnya untuk menghindari serangan itu. Kedua petarung terus bergerak dalam irama yang mendebarkan. Serangan demi serangan diluncurkan, tinju dan tendang
Lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dunia Celestine tenggelam dalam kehancuran akibat ulah seorang wanita yang keberadaannya menebar teror di seluruh penjuru. Dia mengaku sebagai Penguasa Iblis, dan dengan arogansi yang tak tertandingi, mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Iblis. Dunia berguncang di bawah bayang-bayang kejahatannya, dan harapan tampak lenyap di hadapannya.Namun, masa itu akhirnya berlalu. Dunia yang hampir hancur berkeping-keping perlahan bersatu dengan Dunia Replika, ciptaan dari murid Dewi Perusak Vernie, Guphienne dan Astaroth. Seiring dengan itu, kisah-kisah lama kembali bergaung, mengingatkan akan kelahiran sosok yang paling ditakuti dalam sejarah: sosok penuh dendam yang bangkit dari kegelapan terdalam.Dari kegelapan hatinya yang paling pekat, dia meraih kekuatan yang mengerikan, sebuah kekuatan yang telah lama terkubur dalam dirinya. Kini, sosok itu telah bangkit kembali, menjelma menjadi Demon Lord, entitas yang bahkan kegelapan pun tunduk padanya. Dunia Cel
Di tengah aula besar istana Raja Iblis, suasana mendadak menjadi hening setelah Misha dengan semangat menyatakan, “Dikarenakan Taku-chan tidak mau main sama Misha, Misha akan jadi istri Asa-chan saja!” Asahi terdiam, wajahnya berubah drastis dari ketidaknyamanan menjadi keterkejutan. Dia menatap Misha dengan mata membesar, mulut sedikit terbuka, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. Seorang Raja Iblis yang biasanya tenang dan penuh wibawa, kini tampak benar-benar kehilangan kata-kata. Reaksi di sekitar tidak kalah dramatis. Haruto, yang awalnya berdiri dengan tenang, langsung tersedak napasnya sendiri dan terbatuk keras. Matanya membelalak lebar, memandang Misha dan Asahi bergantian, seolah tidak yakin dengan pendengarannya. “Apa… Apa yang kau katakan, Misha!?” serunya akhirnya, suaranya menggema di aula besar.Claire, yang biasanya tenang dan terkendali, tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa yang muncul akibat situa
Mereka semua akhirnya duduk bersama di ruang pertemuan. Asahi masih merasa canggung, tetapi Misha mencoba meredakan ketegangan dengan senyumnya yang menenangkan."Jadi, Misha," Mileena memulai, "apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Asahi?" Misha tersenyum. "Ini cerita yang cukup panjang, tapi singkatnya, aku dan Asahi terlibat dalam pertempuran yang sangat intens beberapa waktu yang lalu. Seperti yang kau tahu, aku adalah salah satu Demon Lord yang paling kuat, dan Asahi... dia lebih dari sekadar lawan yang tangguh." Asahi tersenyum kecut, mengingat pertempuran itu. "Ya, Misha adalah lawan yang luar biasa. Tidak mudah mengalahkannya, dan pada akhirnya, aku harus menggunakan teknik yang sangat kuat untuk menghentikannya."Mileena melirik ke arah Asahi dengan rasa ingin tahu. "Lalu, bagaimana bisa pertempuran itu berakhir dengan Misha ingin menjadi istrimu?" Misha tertawa pelan. "Nah, itu bagian yang lucu. Setelah pertarungan kami selesai, aku mu
Setelah menerima undangan dari Brirya, Asahi segera memulai persiapan untuk perjalanan penting ini. Vurfield harus diwakili dengan sempurna, dan Asahi tahu bahwa setiap detail harus diperhatikan. Dia memastikan semua perlengkapan sudah siap, mulai dari pakaian formal hingga persenjataan jika diperlukan. Mileena, yang tengah hamil, menatapnya dengan campuran rasa khawatir dan keyakinan."Kamu yakin ingin berangkat secepat ini?" tanya Mileena sambil membelai perutnya yang semakin membesar. Asahi tersenyum tipis dan menyentuh bahunya dengan lembut. "Tidak ada waktu untuk ditunda. Brirya mengundang kita, dan kita harus menunjukkan bahwa Vurfield siap untuk menjalin hubungan dengan kekuatan lain. Lagipula, kamu tidak akan pergi sendiri." ucapnya sambil mengelus kepala Mileena. Saat mereka sedang berbicara, Haruto tiba-tiba muncul dengan teleportasi, mengejutkan semua orang di ruangan itu. "Hey, Asahi! Sepertinya kita akan pergi bersama," katanya dengan s
Pagi hari tiba dengan cahaya matahari yang lembut menyusup melalui tirai-tirai tipis di kamar Mileena. Udara segar dari taman istana Brirya merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar. Suasana pagi itu sangat tenang, hanya diiringi oleh suara burung-burung yang berkicau di kejauhan. Mileena, yang tertidur dengan nyaman di tempat tidurnya yang besar, perlahan membuka matanya. Dia merasakan kehangatan sinar matahari yang menyentuh wajahnya dan untuk sejenak, membiarkan dirinya menikmati momen damai itu. Namun, tak lama kemudian, dia merasakan sesuatu yang berbeda di dalam tubuhnya. Sebuah rasa tidak nyaman yang samar mulai menyusup ke kesadarannya. Dengan perlahan, Mileena bangkit dari tempat tidur, menyingkirkan selimut lembut yang menutupi tubuhnya. Saat dia mencoba untuk berdiri, dia merasakan sedikit rasa sakit di bagian punggung bawahnya. Bukan rasa sakit yang tajam, tapi lebih seperti tekanan y
Asahi mengundang semuanya ke ruang tamu yang megah di dalam istana. Para tamu, termasuk Haruto dan bawahannya, dengan senang hati menerima tawaran baik Asahi dan mengikuti langkahnya ke dalam ruangan yang besar dan nyaman.Setelah semua orang duduk, suasana sedikit tenang namun penuh dengan rasa penasaran. Haruto, yang biasanya ceria, kali ini menunjukkan ekspresi serius. Bawahannya juga duduk dengan sopan, menunggu apa yang akan dibahas oleh sang Demon Lord yang telah mereka hormati dan takuti."Asahi," Haruto memulai, suaranya penuh kehati-hatian, "Kami semua di sini tahu bahwa kau baru saja menghadapi sesuatu yang luar biasa. Namun, kami juga tahu bahwa kau pasti sudah memikirkan apa yang akan kau lakukan selanjutnya."Asahi mengangguk pelan, menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara. "Memang benar. Apa yang terjadi belum lama ini bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Vernie… dan segala yang berkaitan dengannya, telah mengacaukan banyak hal, termasuk wakt
Dengan satu gerakan, dia mengangkat tangan dan membanting suaka itu ke tanah dengan kekuatan yang menghancurkan, menciptakan gelombang kehancuran yang mengguncang Vurfield.Namun, Asahi belum selesai. Dia menggunakan sihirnya untuk memanipulasi daratan, membawa suaka itu ke kastilnya dan menjadikannya lantai utama dari istana Vurfield. Suaka yang dulunya penuh dengan kekuatan Vernie kini berada di bawah kendali Asahi sepenuhnya.Pedang yang telah menyatu dengan dirinya muncul kembali di tangan Asahi. Dengan satu tebasan ringan, dia menghancurkan hukum suaka tersebut, menciptakan hukum baru yang menyatakan bahwa suaka itu kini adalah sumber kehancurannya, dan akan selamanya menjadi bagian dari kastilnya."Ini belum berakhir, Vernie... aku akan membuatmu menyesal telah mempermainkan seorang Demon Lord," gumam Asahi, kekuatan barunya menyatu dengan ambisinya yang semakin besar.Asahi berdiri di hadapan tangga yang menjulang tinggi, langkahnya tenang namun dipenuhi dengan tujuan yang jela
Ketika kedua kekuatan tersebut bertemu di tengah, terjadi ledakan kolosal yang menyilaukan dan menggetarkan seluruh dimensi. Cahaya terang dan kegelapan saling bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang menyapu bersih segala sesuatu di sekitarnya. Waktu seolah berhenti sejenak saat kekuatan-kekuatan tersebut beradu, menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, ledakan tersebut perlahan mereda. Asap dan debu tebal menyelimuti medan pertarungan, membuat pandangan menjadi samar. Saat debu mulai mengendap, terlihatlah sosok Asahi berdiri tegak, meski dengan luka dan kelelahan yang jelas terlihat namun regenerasinya benar benar diatas batas normal. Di hadapannya, Vernie terjatuh berlutut, aura cahayanya memudar dan kekuatannya tampak terkuras habis."Asahi... bagaimana bisa...?" Vernie berbisik lemah, matanya kehilangan kilauannya. Asahi berjalan mendekati Vernie, men
Gak ada Prolog, jadi lanjut aja ...Kedepan akan menceritakan bagaimana keadaan dunia 500 tahun yang lalu. Sebagai Demon Lord, Asahi telah menjadi ancaman seluruh dunia. Bukan hanya satu dunia, ribuan semesta yang ada telah menganggap dirinya adalah sebuah kehancuran abadi.Flashback sedikit,Tanpa peringatan, Vernie mengangkat tangannya, dan dari langit yang gelap, muncul kilatan petir yang menyambar ke arah Asahi. Petir itu bukan petir biasa—setiap kilatan membawa energi pemusnahan yang bisa meluluhlantakkan apa saja. Namun, Asahi dengan sigap melompat ke udara, menghindari petir tersebut dengan kecepatan yang tidak mungkin ditangkap mata manusia. Vernie, tidak terkejut, langsung meluncurkan serangan kedua. Dengan satu gerakan tangan, tanah di bawah kaki Asahi terbelah, dan dari dalamnya muncul makhluk-makhluk kegelapan yang berwujud kabut, mencoba merangsek ke arah Asahi. Makhluk-makhluk ini tidak memiliki bentuk pasti, tetapi setiap sentuhan mereka bisa menguras energi
Lima ratus tahun yang lalu, sebelum dunia sepenuhnya memahami ancaman yang dibawa oleh satu sosok yang sangat berbahaya dan keji, sudah ada upaya dari para dewa untuk menghentikan kebangkitannya. Sosok ini, yang kelak dikenal sebagai salah satu ancaman terbesar dalam sejarah, telah menunjukkan tanda-tanda kegelapan yang tidak bisa diabaikan. Para dewa, yang melihat bahaya besar yang akan datang, mencoba segala cara untuk menghentikannya. Mereka menggunakan kekuatan mereka yang paling besar, mengerahkan segala usaha untuk membunuh sosok tersebut. Namun, meskipun berkali-kali dicoba, upaya mereka selalu gagal. Seolah-olah hukum alam, atau mungkin takdir itu sendiri, menolak kematian sosok itu. Meskipun kekuatan para dewa mampu menghancurkan gunung dan membelah laut, mereka tidak bisa menembus perlindungan yang tampaknya diberikan oleh hukum yang tidak tertulis. Bahkan para dewa, yang biasanya tidak terbatas oleh aturan dunia fana, menemukan diri merek
Lima ratus tahun yang lalu, saat dunia masih belum sepenuhnya berada dalam cengkeraman kegelapan. Asahi, Demon Lord yang perkasa, berdiri di puncak kekuasaannya. Namun, di balik wajah dingin dan hati yang mulai dipenuhi kebencian, dia masih menyimpan jejak kemanusiaan. Meskipun sudah lama meninggalkan kehidupan lamanya, ada sesuatu yang mengganggu hatinya—sesuatu yang dia sendiri tak bisa jelaskan. Suatu malam, di tengah kesunyian istananya, Asahi merasakan kehadiran yang tidak biasa. Udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi dingin, dan bayangan gelap muncul tanpa peringatan. Asahi, yang tidak pernah takut pada apapun, merasakan dorongan untuk berbalik dan melihat siapa yang berani mengganggu kedamaiannya. Di balik bayangan, sesosok hitam yang misterius muncul, berdiri dengan anggun namun memancarkan aura mengancam. Sosok ini tidak seperti apa pun yang pernah dilihat Asahi sebelumnya. Tubuhnya berkilauan dengan energi gelap yang tidak bisa dijelaskan,
Peperangan kembali berkobar dengan dahsyat. Pasukan Demon Lord, yang dipimpin oleh para jenderal terkuat, maju dengan kekuatan besar, penuh dengan kebencian dan dendam yang telah mendidih sejak kekalahan sebelumnya. Mereka tidak lagi menahan diri, setiap serangan ditujukan untuk menghancurkan segala sesuatu di hadapan mereka. Tujuan mereka jelas—merebut kembali Chloe dari tangan manusia dan memulihkan harga diri yang telah tercabik-cabik. Di garis depan, barisan iblis dan monster berderap maju, memaksa para ksatria suci dari Brirya dan sekutu-sekutunya untuk bertahan mati-matian. Serangan demi serangan dari pasukan iblis menghujani pertahanan Brirya, membuat tanah bergetar dan langit menjadi merah dengan percikan darah. Mereka datang dari segala arah, mengepung dan menyudutkan kota Brirya seperti ombak yang tak henti-hentinya menghantam karang. Di tengah kekacauan itu, Rei berdiri teguh di antara para ksatria lainnya, mengayunkan Excalibur dengan ke
Setelah perang usai, suasana di Brirya dipenuhi dengan sorak-sorai kegembiraan. Para ksatria dan rakyat bersuka cita menyambut para pahlawan yang berhasil memukul mundur pasukan Iblis. Jalanan kota dipenuhi dengan tawa dan keceriaan, seolah beban perang yang berat telah terangkat sepenuhnya. Meja-meja panjang penuh dengan makanan dan minuman, dan semua orang tampak bersenang-senang, bergurau dan bercanda satu sama lain. Di salah satu sudut, Rei, Chloe, dan Luna duduk bersama di meja yang dikelilingi oleh para ksatria. Mereka ikut makan, menikmati momen damai yang langka. Namun, di tengah keceriaan itu, ada keheningan yang tak terucap di antara mereka, terutama di wajah Luna yang terlihat termenung. Saat semua orang mulai berdiri untuk menari mengikuti musik yang dimainkan oleh para musisi, Luna hanya bisa melihat mereka dengan tatapan kosong. Ia tidak ikut menari, hanya duduk dan memandangi sekelilingnya.“Damai sekali…” ucap Luna pelan, nyaris sepe
Dalam senja yang merona di atas medan pertempuran, dua kekuatan dahsyat berhadapan, menggetarkan tanah dan langit. Di satu sisi, pasukan Iblis yang dipimpin oleh tiga Demon Lords: Chloe, Sang Fallen Hero yang pernah menjadi pahlawan umat manusia sebelum terjatuh ke dalam kegelapan; Azusa, Sang Queen Arachne yang memerintah dengan kecerdikan dan kekejaman; dan Auriel, Sang Arachne Origin, sumber dari segala kutukan dan kekuatan Arachne yang telah menanamkan teror di hati musuh-musuhnya. Di sisi lain, pasukan gabungan dari empat kerajaan berkumpul, terdiri dari para ksatria suci dan ahli sihir terhebat. Holy Kingdom Brirya dipimpin oleh Rei, Luna, dan Kashaa, tiga ksatria yang dikenal sebagai pilar kekuatan dan kebijaksanaan. Holy Kingdom Aschyam membawa Arthur, ksatria dengan pedang suci yang memancarkan cahaya keadilan. Dari Magical Kingdom of Tamenia datanglah Putri Tania, ahli sihir yang dikatakan mampu mengendalikan elemen dengan kedipan mata. Ki