“Aku enggak mungkin punya anak lagi Zayn, tapi dia masih muda. Masih banyak kesempatan.”
“Kamu tahu, sampai detik ini aku masih enggak percaya jika kamu melakukannya hanya karena alasan klasik seperti ini. Ini konyol, Nad.”
“Enggak ada alasan lain kok. Hanya ingin melihat kamu bahagia. Bisa aku mengurus dokumen-dokumennya sekarang?”
“Kenapa buru-buru?” tanya Zayn.
“Bukankah lebih cepat, lebih baik Zayn. Aku hanya takut kalian berbuat zina.”
“Kamu lebih takut aku berzina, dari pada sakit hati?”
“Percayalah aku baik-baik aja. Aku akan mengurusnya besok ke rumahmu. Hari ini aku mau bermalam di sini dulu, oke?”
Zayn masih termenung di tempatnya. Sementara itu, Nada kembali masuk untuk berbincang dengan Bu Utami. Suatu pemandangan yang langka, melihat keduanya terlibat percakapan yang begitu akrab.
Belum lagi saat itu Bu Utami terlihat yang paling ti
Saat itu Ali benar-benar shock. Akhir-akhir ini, ia memang sangat sibuk barus 5 hulan terakhir saja dia berada di kota ini. Selebihnya ia tinggal di ibu kota. Saat itu Ali mulai menghubungi orang kepercayaannya yang biasa menemani Yusuf di rumah.Alangkah terkejutnya ia saat mengetahui. Semua yang diucapkan Nada adalah benar. Ali menghembuskan nafasnya kasar. Menghempaskan dirinya ke tanah dengan kasar sambil melemparkan kerikil ke arah di mana tak ada orang lain di sana.“Meski bukan darah dagingmu, sudah kewajibanmu mendidiknya dengan benar!”“Bagaimana dengan nasib putramu sekarang? Apakah dia masih sekolah?”“Putraku diskors, bahkan terancam dikeluarkan tapi aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan melanjutkan pendidikan di pesantren. Di sana juga cukup bagus, tempatnya sudah berbasis pendidikan juga.”“Maafkan Yusuf, Nad.”“Hm, enggak apa. Mungkin kita harusnya saling
“Hmm maaf, tapi aku lagi datang bulan.”Nada sedikit tergagap. Sejujurnya ia benar-benar ketakutan jika Zayn nekat menyentuhnya.“Benarkah? Bukan, karena kamu yang sedang menghindar dariku?”“Lagi pula Zayn, bukankah kamu juga akan menikah lagi?, jadi lebih baik menyimpan stamina untuk istri barumu.”“Nad, bisakah kita lupakan soal pernikahan dulu? Aku hanya ingin sama kamu. Aku merasa meski kita berada dalam ruangan yang sama, kamu kita begitu jauh dan asing.”“Itu hanya perasaanmu saja Mas, percayalah!”Saat itu Nada beranjak dari tempat tidur, seperti biasa, menjauh adalah cara paling jitu.Namun, baru saja beberapa langkah. Zayn sudah merengkuh tubuh Nada dari arah belakang.“Apa kamu enggak pernah merindukanku? Bahkan, sejak keluar dari rumah sakit. Bisa-bisanya kamu terus bersembunyi. Apa kamu memang sengaja enggak mau memberi kabar?” bisik Zayn, tepa
“Mbak kamu yakin mau tinggal di sini sendirian?”“Ya, tentu saja. Aku sudah menemukan pekerjaan yang cocok.”“Apa itu? ingat kamu jangan sampai sakit.”“Admin di beberapa perusahaan, mbak hanya perlu stand by di rumah. Tenang saja, Mbak enggak akan merepotkanmu kok,” ucap Nada.Saat itu mereka berada di kota yang sama dengan tempat Arnav menimba ilmu di pesantren.“Apa kamu sedang berusaha sembunyi dari Zayn?”“Untuk apa aku sembunyi, aku hanya ingin lebih dekat dengan Arnav. Lagi pula aku dan dia sebentar lagi akan berpisah.”“Kamu pasti sakit hati bukan?”“Kenapa sih kalian selalu mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Wajar juga kalau aku sakit hati, apa kamu juga akan tertawa jika melihat wanita yang kamu sukai menikah dengan laki-laki lain? Enggak ‘kan? Tapi, enggak selamanya juga kita berjalan di tempat. Engga
“Aku tetap enggak bisa terima ini begitu saja, ini bukan barang yang sedikit,” ucap Nada sambil memberikan kembali kunci itu pada Ali.“Aku harus menunggu sampai kapan lagi? Sampai kamu mau terima semua ini.”“Bahkan, jika dirupiahkan sarapan yang aku buatkan untukmu enggak sebanding dengan harga toko bunga yang kamu beli. Sudahlah lupakan saja, kelola saja toko bunganya dengan baik. Bisa melihat tempat itu tetap berdiri saja sudah membuatku senang. Itu milikmu sekarang.”Nada meninggalkan tempat itu. Ia takut, jika berlama-lama berada di dekat Ali, hatinya akan tergerak untuk serakah. Ia terlalu emosional, setiap kali melihat toko itu dari kejauhan. Lantas, bagaimana mungkin ia mampu mengendalikan perasaannya ketika menghadapi penawaran seperti itu.Nada kembali mengendarai sepeda listriknya itu, sejujurnya ia masih ingin di sini. Menikmati pemandangan alun-alun yang indah, sayangnya Ali justru datang dan merusak keten
“Saya sudah kenal, Ra,” ucap Nada sambil tersenyum ke arah dua orang yang membeku di tempatnya.“Nad kok bisa kamu di sini lagi? Toko ini milik kamu lagi?”“Harus aku jawab?”“Bukan begitu, seminggu lalu aku ke sini dan enggak menemukanmu di toko ini.”“Oh.”“Oh? Hay, kita sudah lama sekali enggak bertemu dan kamu cuma mengatakan satu kata.”“Ada istrimu, kamu mau aku mengatakan apa?” tanya Nada.Saat itu Aira benar-benar bingung. Sampai ia memilih keluar dari ruangan. Sungguh ia tak paham hubungan seperti apa yang terjadi di antara ketiganya.Ochi yang tertunduk sambil memilin ujung kemejanya sungguh membuat Nada muak. Wajah lugunya itu, nyatanya begitu serakah.“Selamat buat pernikahan kalian. Oh ya, jadi konsepnya seperti apa. Mau pakai bunga apa?”“Nad, aku tidak mau membahas hal itu lebih dulu. Bisakah kita b
Saat itu Ochi benar-benar tak menyangka jika Nada akan mengatakan hal-hal yang bahkan memukul mentalnya lebih keras lagi.“Kenapa diam? Hanya karena aku memilih diam, kamu menganggapku mudah untuk ditindas. Aku sudah berbaik hati menyerahkan suamiku padamu SE-U-TUH-NYA. Harusnya kamu bisa sadar diri, siapa yang salah di sini? Aku baik-baik saja menjaganya belasan tahun dan kamu hanya beberapa bulan saja sudah ditalak.”Nada tersenyum tipis, sungguh saat itu Zayn bahkan merinding. Ia merasa Nada bukan seperti wanita yang dia kenal selama ini.“Gara-gara kamu, suamiku bahkan melupakan istrinya yang terbaring di rumah sakit. Aku mengakui kamu memang cantik, sayangnya hatimu tak seindah wajahmu. Sejujurnya aku enggak mau mengungkapkan semua kekesalanku padamu. Namun, sepertinya kamu ini tipe manusia yang enggak tahu terima kasih. Hay anak kecil, bahagia kamu itu bukan tanggung jawabku. Berani banget kamu menyalahkanku atas semua penderitaan y
“Kamu hanya menakutiku kan Nad, aku tahu kamu hanyaingin agar aku meragukanmu.”“Kenapa kamu begitu ingin mempertahanku Zayn, bahkan jika hanya ada 1 laki-laki dunia. Lebih baik hidup sendiri dari pada harus kembali hidup sama kamu. Sekali selingkuh, maka ke depannya kamu akan mengulangnya lagi. Aku ke sini hanya ingin memastikan semua tuntutan yang aku minta terpenuhi. Hanya itu.”“Kamu sudah berubah, Nad.”“Ya, kamu yang mengubahnya.”Nada memilih kembali duduk dan menatap lurus ke depan, mengingat hakim sudah memasuki ruangan. Pertanda sidang akan segera di mulia. Bahkan, di detik terakhir Zayn masih saja berusaha untuk mencari kesempatan agar sidang ini ditunda.Namun, Nada yang saat itu sudah mempersiapkan semua bukti perselingkuhan yang tentunya semakin memberatkan Zayn, membuat hakim akhirnya memutuskan gugatan itu dimenangkan oleh Nada.Pada akhirnya Zayn terpaksa mengucap t
“Jangan bicara omong kosong! Kamu pikir aku akan percaya!”“Karena, kamu bodoh dan lugu, makanya sangat mudah ditipu. Kamu pikir kenapa ibu selalu membiarkan aku merebut semua hal yang menjadi milikmu? Dia bahkan hanya diam saja dan enggak pernah membelamu? Itu, karena dia hanya, karena demi menebus dosa besarnya.”Gavin terduduk di lantai, sembari mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya, pria itu mengambil kesempatan untuk bangkit dengan bertumpu pada bangku di depan meja rias.“Kamu benar Zayn, di antara kita memang harusnya ada yang mati. Kamu atau aku! Ayo selesaikan di sini sekarang juga! Sudah lama aku menunggu untuk hari ini.”Saat itu, Gavin sudah sempoyongan. Ia bahkan harus menyeret tubuhnya hanya untuk mendekati Zayn yang masih berdiri kokoh. Aroma khas khamr memenuhi ruangan. Gavin memang senang sekali mabuk.Bukannya bertobat, karena kehilangan keluarga. Ia justru semakin brutal