“Mbak kamu yakin mau tinggal di sini sendirian?”
“Ya, tentu saja. Aku sudah menemukan pekerjaan yang cocok.”
“Apa itu? ingat kamu jangan sampai sakit.”
“Admin di beberapa perusahaan, mbak hanya perlu stand by di rumah. Tenang saja, Mbak enggak akan merepotkanmu kok,” ucap Nada.
Saat itu mereka berada di kota yang sama dengan tempat Arnav menimba ilmu di pesantren.
“Apa kamu sedang berusaha sembunyi dari Zayn?”
“Untuk apa aku sembunyi, aku hanya ingin lebih dekat dengan Arnav. Lagi pula aku dan dia sebentar lagi akan berpisah.”
“Kamu pasti sakit hati bukan?”
“Kenapa sih kalian selalu mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Wajar juga kalau aku sakit hati, apa kamu juga akan tertawa jika melihat wanita yang kamu sukai menikah dengan laki-laki lain? Enggak ‘kan? Tapi, enggak selamanya juga kita berjalan di tempat. Engga
“Aku tetap enggak bisa terima ini begitu saja, ini bukan barang yang sedikit,” ucap Nada sambil memberikan kembali kunci itu pada Ali.“Aku harus menunggu sampai kapan lagi? Sampai kamu mau terima semua ini.”“Bahkan, jika dirupiahkan sarapan yang aku buatkan untukmu enggak sebanding dengan harga toko bunga yang kamu beli. Sudahlah lupakan saja, kelola saja toko bunganya dengan baik. Bisa melihat tempat itu tetap berdiri saja sudah membuatku senang. Itu milikmu sekarang.”Nada meninggalkan tempat itu. Ia takut, jika berlama-lama berada di dekat Ali, hatinya akan tergerak untuk serakah. Ia terlalu emosional, setiap kali melihat toko itu dari kejauhan. Lantas, bagaimana mungkin ia mampu mengendalikan perasaannya ketika menghadapi penawaran seperti itu.Nada kembali mengendarai sepeda listriknya itu, sejujurnya ia masih ingin di sini. Menikmati pemandangan alun-alun yang indah, sayangnya Ali justru datang dan merusak keten
“Saya sudah kenal, Ra,” ucap Nada sambil tersenyum ke arah dua orang yang membeku di tempatnya.“Nad kok bisa kamu di sini lagi? Toko ini milik kamu lagi?”“Harus aku jawab?”“Bukan begitu, seminggu lalu aku ke sini dan enggak menemukanmu di toko ini.”“Oh.”“Oh? Hay, kita sudah lama sekali enggak bertemu dan kamu cuma mengatakan satu kata.”“Ada istrimu, kamu mau aku mengatakan apa?” tanya Nada.Saat itu Aira benar-benar bingung. Sampai ia memilih keluar dari ruangan. Sungguh ia tak paham hubungan seperti apa yang terjadi di antara ketiganya.Ochi yang tertunduk sambil memilin ujung kemejanya sungguh membuat Nada muak. Wajah lugunya itu, nyatanya begitu serakah.“Selamat buat pernikahan kalian. Oh ya, jadi konsepnya seperti apa. Mau pakai bunga apa?”“Nad, aku tidak mau membahas hal itu lebih dulu. Bisakah kita b
Saat itu Ochi benar-benar tak menyangka jika Nada akan mengatakan hal-hal yang bahkan memukul mentalnya lebih keras lagi.“Kenapa diam? Hanya karena aku memilih diam, kamu menganggapku mudah untuk ditindas. Aku sudah berbaik hati menyerahkan suamiku padamu SE-U-TUH-NYA. Harusnya kamu bisa sadar diri, siapa yang salah di sini? Aku baik-baik saja menjaganya belasan tahun dan kamu hanya beberapa bulan saja sudah ditalak.”Nada tersenyum tipis, sungguh saat itu Zayn bahkan merinding. Ia merasa Nada bukan seperti wanita yang dia kenal selama ini.“Gara-gara kamu, suamiku bahkan melupakan istrinya yang terbaring di rumah sakit. Aku mengakui kamu memang cantik, sayangnya hatimu tak seindah wajahmu. Sejujurnya aku enggak mau mengungkapkan semua kekesalanku padamu. Namun, sepertinya kamu ini tipe manusia yang enggak tahu terima kasih. Hay anak kecil, bahagia kamu itu bukan tanggung jawabku. Berani banget kamu menyalahkanku atas semua penderitaan y
“Kamu hanya menakutiku kan Nad, aku tahu kamu hanyaingin agar aku meragukanmu.”“Kenapa kamu begitu ingin mempertahanku Zayn, bahkan jika hanya ada 1 laki-laki dunia. Lebih baik hidup sendiri dari pada harus kembali hidup sama kamu. Sekali selingkuh, maka ke depannya kamu akan mengulangnya lagi. Aku ke sini hanya ingin memastikan semua tuntutan yang aku minta terpenuhi. Hanya itu.”“Kamu sudah berubah, Nad.”“Ya, kamu yang mengubahnya.”Nada memilih kembali duduk dan menatap lurus ke depan, mengingat hakim sudah memasuki ruangan. Pertanda sidang akan segera di mulia. Bahkan, di detik terakhir Zayn masih saja berusaha untuk mencari kesempatan agar sidang ini ditunda.Namun, Nada yang saat itu sudah mempersiapkan semua bukti perselingkuhan yang tentunya semakin memberatkan Zayn, membuat hakim akhirnya memutuskan gugatan itu dimenangkan oleh Nada.Pada akhirnya Zayn terpaksa mengucap t
“Jangan bicara omong kosong! Kamu pikir aku akan percaya!”“Karena, kamu bodoh dan lugu, makanya sangat mudah ditipu. Kamu pikir kenapa ibu selalu membiarkan aku merebut semua hal yang menjadi milikmu? Dia bahkan hanya diam saja dan enggak pernah membelamu? Itu, karena dia hanya, karena demi menebus dosa besarnya.”Gavin terduduk di lantai, sembari mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya, pria itu mengambil kesempatan untuk bangkit dengan bertumpu pada bangku di depan meja rias.“Kamu benar Zayn, di antara kita memang harusnya ada yang mati. Kamu atau aku! Ayo selesaikan di sini sekarang juga! Sudah lama aku menunggu untuk hari ini.”Saat itu, Gavin sudah sempoyongan. Ia bahkan harus menyeret tubuhnya hanya untuk mendekati Zayn yang masih berdiri kokoh. Aroma khas khamr memenuhi ruangan. Gavin memang senang sekali mabuk.Bukannya bertobat, karena kehilangan keluarga. Ia justru semakin brutal
“Kamu selalu begini padaku, apa maksudnya?” tanya Zayn.“Tugas kita hanya membesarkan Arnav, menjadi orang tua yang baik untuknya, selain itu aku pikir enggak ada yang perlu kita bicarakan.”“Kamu bahkan enggak mau jadi temanku?”“Kenapa kita harus berteman?”“Oke, Nad. Aku akan pergi dari sini, tetapi terima kasih karena telah mencintaiku setulus itu di masa lalu. Meskipun, sampai hari ini aku yakin kamu belum benar-benar melupakanku. Rasanya terlalu cepat menghapus semua kenangan yang kita ciptakan dulu.”“Kalau, enggak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Aku harus pergi, masih banyak hal yang harus aku kerjakan. Kamu boleh duduk di sini, jika mau.”Nada bangkit dari tempatnya, sedang Zayn benar-benar melakukan seperti apa yang Nada perintahkan. Duduk tenang di bangku sambil menatapnya menata bunga-bunga. Bahkan, kehadirannya benar-benar seperti tak berarti untuk
Nada begitu menikmati pemandangan di depannya. Sambil terus memasukkan tusuk demi tusuk sate ke dalam mulutnya. Sesekali tawanya pecah, melihat bagaimana anak-anak remaja perempuan begitu antusias dengan Ali.Padahal, pria itu sudah beranjak 40 tahun, Nada mulai mempertanyakan apakah selera remaja zaman sekarang sudah berubah haluan, menjadi pria matang yang bahkan lebih cocok menjadi ayahnya.Tidak terasa, 40 tusuk sate telah habis. Namun, sepertinya Nada masih saja ingin mengunyah sesuatu. Ia sedikit mual, karena terlalu banyak memakan daging. Sebagai pencuci mulut. Nada meneruskan kembali memakan salad buahnya yang masih tersisa banyak.“Bang bungkus 3 porsi lagi!” ucapnya.Sungguh kali ini setelah minum perutnya benar-benar merasa penuh. Jadi setelah pesanannya selesai dibuat. Ia memutuskan untuk berkeliling sebentar setelah menunaikan salat magrib.Namun, ia benar-benar kalap. Di festival pesta rakyat ini, banyak
“Siapa?”Saat itu bukannya menjawab. Ali justru hanya mengukir senyum.“Kepo!” katanya.“Sudahlah, lupakan saja! Kamu sendiri, kenapa makan begitu rakus? Apa perceraian itu membuatmu sakit hati, sampai-sampai melampiaskannya pada makanan? Kamu ini wanita macam apa? Di mana-mana orang galau itu enggak mau makan, bukan tambah nafsu.”“Enggak begitu, aku hanya sudah lama enggak mencicipi makanan ini.”“Hah? Apa suamimu segitu pelitnya sampai sate pun enggak sanggup dia belikan. Sini ayo! Aku ajak kamu makan 100 tusuk lagi!”“Ck, sudahlah. Kamu ini meledek terus, kamu pikir lambungku sebesar apa?"“Lah, memang besar ‘kan?”“Nyebelin ih, lagi serius masih saja bahas sate. Zayn bukannya enggak pernah membelikanku makanan ini dan itu. Hanya saja, kami memang jarang punya waktu untuk makan di luar?”“Kenapa?”&ldquo