Jung Jinsi tidak benar-benar pergi ke lua kantor Departemen Kehakiman, dia malah menyusup masuk ke ruang penyimpanan dokumen yang letaknya tidak jauh dari ruang penyelidikan. Dia masuk dengan sangat hati-hati, meskipun di kantor ini memiliki penjagaan yang ketat. Akan tetapi Jung Jinsi bisa memanfaatkan perpindahan tempat para penjaga untuk menyusup.“Seharusnya di sini sudah aman,” lirih Jung Jinsi yang kemudian mengangkat tangannya sejajar dengan wajah, lalu meletakkan jari telunjuk dan jari tengah tepat di bawah dagu lalu membaca mantra.Setelahnya dia menjentikkan jari dan seketika wujudnya berubah, kali ini Jung Jinsi menyamar sebagai salah satu penjaga di kantor Departemen Kehakiman untuk mempermudah rencananya.“Untung saja aku sudah mengingat mantra perubah wujud dengan cepat, jadi bisa digunakan dengan cepat di waktu yang tepat.” Jung Jinsi yang sudah berubah wujud menjadi laki-laki pun segera berjalan ke arah rak buku yang menyimpan banyak dokumen-dokumen penting terkait kas
“Untuk itu, lebih baik kau biarkan manusia ini berbicara. Dia tentu akan memberikan mu jawaban yang bagus,” jawab Ran Yi masih dengan nada dan ekspresi yang sama.Ye Xuanqing menghela nafas panjang, kemudian dia menarik kerta jimat yang ada mulit Lui Yang dan membiarkannya berbicara. “Sekarang jawablah! Kau tentu sudah menyiapkan jawaban yang bagus bukan?”Lui Yang menelan ludahnya kasar, berhadapan dengan Ye Xuanqing di dalam situasi seperti ini adalah mimpi buruk. Sebab Adipati itu akan sangat tegas dan dingin, sorot matanya juga sanat tajam dan menyeramkan.“Apa yang siluman katakan tadi tidak lah benar, aku akui kalau aku lah yang sudah emmasukkan esensi siluman ke dalam formasi Zewu Qingyan. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan Keluarga Kekaisaran.”“Benarkah? Tapi untuk apa kau melakukannya, dan darimana pula kau dapatkan barang berharga seperti esensi siluman?” tanya Ye Xuanqing masih dengan tatapan yang tajam.“Itu…”“Dia tidak akan menjawabnya,” sela Ran Yi dengan lugas. Dia
“Meski begitu kau tetap harus menepati janji mu,” todong Ran Yi dengan wajah yang datar.Ye Xuanqing pun hanya memutar bola matanya malas, setelahnya dia berbalik badan dan memanggil para penjaga di kantor Departemen Kehakiman untuk mengurus mayat Lui Yang. Sang Adipati juga membawa Ran Yi untuk dipindahkan ke Biro Penangkap Siluman untuk diadili sesuai dengan kejahatannya.Tepat tengah malam barulah Ye Xuanqing tiba kediaman Keluarga Ye. Saat pria berhanfu hitam itu masuk, hanya para penjaga saja yang masih bangun saat itu. Dia juga enggan meminta bantuan dari pelayan untuk menyiapkan air mandi.Akan tetapi ketika melewati lorong timur kediaman, dia melihat Jung Jinsi masih duduk di atas ayunan yang memang ada di paviliun kediaman. Tanpa ragu pria itu mendekati Jung Jinsi yang sedang asik memandangi langit malam.Jung Jinsi tidak menyadari kehadiran Ye Xuanqing, bahkan ketika pria itu berdiri di belakangnya sambil menyandarkan tubuhnya di ‘Dou’ atau tiang peyangga atap paviliun.“Lan
Jung Jinsi merapatkan bibirnya, lagi-lagi urusan dengan Ibu Suri, entah mengapa dirinya merasa sangat tidak suka dengan perempuan paling terpandang di Kekaisaran Sheng itu meskipun belum pernah berinteraksi secara langsung. “Kalau begitu ayo Zenni, kau ikut dengan ku!” perintah Jung Jinsi yang dengan cepat diangguki oleh Zenni. “Baik, Nyonya.” Keduanya kemudian berjalan dengan langkah yang tenang menuju ke bagian utama bangunan kediaman. Jung Jinsi berdiri di samping utara ruang tamu yang memang saat ini tidak dijaga oleh penjaga. Dia hanya ingin tahu apa yang dibicarakan oleh utusan istana pada Ye Xuanqing dan ayahnya sepagi ini. “Penghinaan! Ini namanya penghinaan bagi Keluarga Ye!” teriak Ye Xuanqing yang bisa didengar dari luar. Jung Jinsi merapatkan tubuhnya ke dinding, dia berusaha mendengarkan pembicaraan. Sedangkan di dalam ruang tamu, Ye Xuanqing sudah berdiri dengan nafas yang terengah-engah sambil menatap nyalang ke arah utusan istana yang datang pagi itu. Ye Qingyu ya
“Tenang saja, Jinsi. Aku pasti akan mempertahankan dirimu didepan semua orang besok.” Ye Xuanqing berkata dengan penuh penekanan dan juga tekad yang bulat. Jung Jinsi menaikkan sebelah alisnya, tidak mengetahui apapun rencana Ye Xuanqing. “Apa kita akan pergi ke istana besok?” tanyanya. “Tentu saja, karena itu kau tidak perlu khawatir.” Ye Xuanqing kemudian semakin merapatkan tubuh Jung Jinsi pada dirinya dan memeluk perempuan itu cukup erat. Jung jinsi bisa merasakan detak jantung Ye Xuanqing yang berdegup kencang, juga dengan nafasnya yang memburu. Adipati itu jelas sedang sangat kalut, bahkan pelukannya juga sangat erat. Karena merasa nyaman atas perlakuan Ye Xuanqing, Jung Jinsi pun membalas pelukan itu dengan sama eratnya. Dia meletakkan dagunya di perpotongan leher Ye Xuanqing. Di hari ke-8 bulan ini, Ye Xuanqing dan Jung Jinsi bersiap untuk pergi ke istana Kekaisaran Sheng. Setelah kedatangan utusan istana kemarin, keduanya kini hendak menemui Kaisar ke-8. “Xuanqing
Ye Xuanqing masih tetap menggenggam erat tangan Jung Jinsi, dia tidak gentar sama sekali melihat kemarahan Ibu Suri Zhao Weini. Dia masih menatap lurus ke arah wanita itu tanpa ada ketakutan atau penyesalan diwajahnya. “Kau seharusnya tidak mengatakan hal bodoh didepan ku, Ye Xuanqing!” Ibu Suri geram. “Saya tahu, mungkin ini terdengar bodoh ditelinga anda. Tapi saya sungguh tidak mau menyakiti hati Putri Daiyan, dengan tidak bisa mencintainya. Saya rasa ini sudah cukup menjelaskan semuanya,” balas Ye Xuanqing dengan nada yang tenang. Kaisar ke-8 menghela nafas panjang, dia harus bersikap adil dan bijaksana menyikapi masalah ini. Meski penolakan dari Ye Xuanqing merupakan suatu penghinaan bagi keluarga kekaisaran. Akan tetapi dia juga harus bisa memikirkan masa depan yang baik bagi sang adik. “Begini saja, karena Ye Xuanqing sudah menolak. Maka aku serahkan masalah ini pada Zhao Yun Mei, jika dia juga menolaknya maka anugerah pernikahan ini bisa dibatalkan.” Semua mata l
Jung Jinsi hanya diam memperhatikan interaksi Ye Xuanqing dengan Putri Daiyan, keduanya memang dekat dan akrab. Jika dilihat dari dekat keduanya juga sangat serasi.“Nona Jung diam saja sejak tadi, apa kau terganggu dengan interaksi kami?” tanya Zhao Yun Mei sedikit tidak enak hati.Ye Xuanqing juga menoleh ke arah perempuan siluman itu dengan tatapan yang menyimpan rasa ingin tahu. Tapi buru-buru Jung Jinsi menggeleng sembari tersenyum kikuk.“Tidak, tentu saja tidak. Aku hanya sedikit heran dengan kedekatan kalian. Jika kalian sedekat ini mengapa tidak mau menerima anugerah pernikahan dari Ibu Suri?”Mendapat pertanyaan seperti itu Ye Xuanqing dan Zhao Yun Mei saling tatap kemudian keduanya justru tertawa lepas. Baru kali ini Jung Jinsi bisa melihat tawa Ye Xuanqing selebar itu. “Apa tidak salah kau bertanya seperti itu, istri ku?” Ye Xuanqing masih saja tertawa.“Hei, apanya yang lucu dari pertanyaan ku? Kalian cukup dekat jadi wajar jika aku mengajukan pertanyaan seperti tadi,”
Jung Jinsi mengerjapkan matanya pelan saat Ye Xuanqing masuk dalam kereta kuda. Mulutnya sudah siap mengajukan pertanyaan pada sang Adipati, tapi kesempatan bicra itu sudah diambil oleh Ye Xuanqing lebih dulu. “Malam ini, jangan keluar dari kamar mu sampai pagi. Apapun yang terjadi, jangan banyak bertanya.” “Tapi…” Jung Jinsi ragu-ragu, dia masih tidak mengerti kenapa Ye Xuanqing harus merencanakan pernikahan secepat itu hanya karena satu asumsi dari Zhao Yun Mei yang belum tentu terjadi. Ye xuanqing menghela nafas, kemudian menarik tangan Jung Jinsi sembari mengusapnya pelan. Pandangan Ye Xuanqing sangat teduh dan mampu menyihir Jung Jinsi saat itu juga. “Sial! Padahal aku yang memiliki aura giok, tapi kenapa pria ini malah sangat menawan?” Jung Jinsi membatin sembari sesekali menelan ludahnya kasar. “Jinsi aku ingin membicarakan pernikahan kita, tapi tidak di sini. Nanti saat kembali ke kediaman akan ku jelaskan semuanya,” kata Ye Xuanqing yang memandang lekat ke arah Jung Jinsi
"Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul
Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah
Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per
Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis
Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei
Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap
Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y
Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,
Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera