Kapal kecil itu melaju terus menerjang ombak, membawa rombongan ekspedisi meninggalkan daratan utama.
Hujan mulai turun dalam intensitas yang kecil, mereka hampir sampai di tempat yang mereka tuju. May bahkan sudah melihat pulau Jinju.Dalam suasana langit yang gelap dan hujan rintik - rintik, May melihat dataran hijau yang ada di depannya. Pulau Jinju memiliki sebuah dok kecil yang digunakan untuk kapal - kapal kecil berlabuh.Ketika akhirnya kapal menepi, satu persatu dari anggota ekspedisi berjalan menuruni kapal. May berada dibarisan tengah bersama para wanita lain kecuali Bianca yang berjalan paling depan.Jumlah anggota ekspedisi ada tujuh belas orang termasuk dengan para tentara bayaran sebagai pelindung mereka.Pemilik kapal kemudian langsung menyalakan kapalnya segera setelah mereka semua turun dari kapalnya. Ia berjanji akan menjemput mereka tiga hari kemudian.May bersyukur dia telah memakai jas hujan yang ia bawa.Bianca menatap May dengan tatapan serius. Sedangkan profesor Perni menatapnya dengan antusias."kau bilang hutan terlarang? apakah itu hutan delirion?" Profesor Perni bertanya.May mengangguk. Ketika profesor Perni hendak bertanya lebih jauh lagi, Leni yang telah menghilang. kembali dengan wajah yang senang."aaah... tikus" Leni berteriak ketika baru saja masuk ke kamar.Profesor Perni menatap Leni dengan tidak suka dan Bianca tidak memperdulikan Leni."tikus, itu tikus!" Leni terus saja berteriak sambil terus menunjuk-nunjuk Levi dan membuatnya ketakutan. Kemudian May mengambil Levi dan membawanya ke dalam kantung tidurnya."Leni! apa kau tidak punya mata? utu hamster sihir!" profesor Perni berkata dengan nada tak senang."hamster sihir? kau pikir aku akan percaya! mana ada hamster sihir akan semudah itu ditemukan?" Leni berbicara dengan kasar membuat profesor Perni menjadi semakin tidak senang."dan kau! aku t
Profesor Perni membawa rombongan mereka ke hutan yang tidak terlalu rapat dengan medan yang relatif landai. Di dalam hutan terdapat sebuah bukaan yang cukup luas dan sebuah aliran sungai kecil di dalamnya.Ada lima jenis tanaman herbal yang harus mereka temukan, beberapa termasuk banyak ditemui di sepanjang jalan. Karena perintah yang mereka dapatkan adalah mengambil sebanyak mungkin yang mereka bisa, May dan yang lainnya akan berhenti dan menggali disana sini. Sehingga waktu yang sebenarnya dibutuhkan menuju tempat yang profesor Perni ingin datangi menjadi tiga kali lipat lebih lambat. Sebenarnya jika profesor Perni tidak meneriaki mereka untuk cepat berjalan, mungkin akan memakan waktu yang lebih lama lagi.Untungnya mereka semua diberikan kantung sihir untuk tanaman herbal yang harus diambil sehingga tidak perlu menggunakan keranjang sihir pribadi mereka.Bukaan dalam hutan tersebut adalah tempat yang sempurna bagi Jamur merah jambu, hanya saj
"jangan khawatir, aku tidak memintamu membawaku kesana sekarang" Profesor Perni yang melihat wajah panik May berkata.Kemudian mereka semua segera bergegas pulang ketika May sudah mulai tenang. Dengan Alden yang berjalan di belakang. May merasa lebih aman.sesampainya mereka di rumah singgah, langit sudah berubah menjadi gelap. "profesor! kau menemukan May?" May mendengar Cedrik staf yang bekerja di akademik bertanya ketika profesor Perni berjalan mendekat.Jika Cedrik telah sampai, artinya rombongan tuan Gerald juga telah kembali. May melihat Tuan Gerald yang madih dengan pakaian lengkap duduk dengan wajah gelap memandang tajam kearah mereka datang."maafkan aku semuanya" ketika May sampai dan semua orang sedang memperhatikannya."heh... aku benar kan tentang kau anak pembuat masalah" Leni menatap May dengan arogan, ia tampak sangat senang mengetahui May ada dalam masalah. "May, kau tau apa yang kau lakukan?" suara Tuan Ge
Levi membawa rombongan ekspedidi untuk sampai di batu - batu besar tempat May menemukan jamur merah muda. Dari sana Tuan Gerald dan beberapa orang lain yang bisa menggunakan alat sihir untuk pertahanan dan penyerangan dikumpulkan, sementara orang - orang yang tidak mempunyai kemampuan bertarung seperti May berhenti lebih jauh dan mulai mengeluarkan beberapa alat untuk beetahan.May mengoleskan banyak sekali ramuan anti ular Sandi, dia tidak memiliki alat sihir tapi ia punya ramuan - ramuan yang bersifat korosif sebagai alat untuk berjaga - jaga.Tuan Gerald menyebutkan beberapa nama, setelah melakukan pengintaian dan menemukan strategi untuk mengalahkan para ular, mereka pun melakukan aksinya.May tidak dapat melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan, ia dan beberapa orang laginya menjelajah tempat sekitar dan mencoba untuk menemukan tanamaan herbal berharga lainnya.setengah jam kemudian orang - orang yang bertugas bersama Tuan Gerald masih belum kelihatan batang hidungnya. May be
Prang!! Suara botol ramuan yang pecah menghantam tanah diikuto dwngan uap berwarna biru pekat yang mengelulingi mereka dan kemudian menyebar ke segala arah.Tak perlu waktu lama untuk ular bertanduk menggeliT dan tak sadarkan diri, rombongan itu kemudian berlari menjauh menuju tempat yang aman.May adalah salah satu yang berlari paling belakang, sia memperhatikan bahwa ramuannya membuat kulit para ular menjadi bengkak beberapa terlihat seperti terbakar.May mengikuti rombongan itu untuk terus berlari, bahkan saat mereka sampai di bukaan, Profesor Perni tetap menyuruh mereka untuk bergerak dan tidak berhenti.Saat mereka bisa melihat rumah singgah barulah semuanya berhenti berlari dan memilih untuk berjalan dengan perasaan yang lega karena telah lolos dari situasi yang dapat membahayakan nyawa.Profesor Perni mulai khawatir ketika malam tiba dan rombongan yang mengikuti tuan Gerald belum juga kembali.Kekhawatiran itu tidak berlan
"apa yang sedang kau pikirkan?" Tuan Gerald bertanya dengan senyuman di wajahnya."aku.." May terdiam dan mengkerutkan alisnya. "apakah aku tidak mendapatkan hukuman?" May bertanya sambil sedikit berharap.Tuan Gerald hanya tersenyum kepadanya."apakah ada keaalahan saat menghitung dan memberikanku poin?" May kemudian bertanya lagi."tentu saja tidak, aku sendiri yang menghitungnya" jawab Tuan Gerald."kalau begitu, terimakasih" May akhirnya tersenyum dengan ceria." kalau kau mau berterimakasih padaku, kenapa kau tidak mentlaktirku saja" Tuan Gerald dengan sifat serius yang terpatri dibenak May tiba - tiba hancur smua ketika ia mendengar nada menggodanya.May kemudian menatap tuan Gerald dengan serius. "kau tau aku masih seorang siswa kan?" implikasi dari pertanyaannya adalah, kau tidak malu untuk malak siswa yang usianya tidak jauh.Bukannya marah, Tuan Gerald malah tertawa lepas. "aku sudah lama sekali t
"apa?" May menatap Lira dengan mata yang terbelalak."ya tapi itu hanya rumor" Lira berdalih, Mereka berdua kemudian terdiam dan memilih untuk mengganti percakapan mereka.Semester berikutnya, Lira dan May sibuk dengan pelajaran mereka, karena apa yang mereka anggap sulit pada awal pembelajaran ternyata baru permulaan.Pada suatu siang, May dan Lira yang baru selesai dari kelas dan hendak pergi ke kantin untuk makan siang bertemu dengan orang yang tidak disangka - sangka sedang menunggu May di Lobi gedung farmasi."May!" Tuan Gerald tersenyum begitu ia melihat May yang sedang berjalan kearahnya."Hallo tuan Gerald" May menyapa dengan sopan."jangan terus memanggilku tuan, itu terdengar sangat asing" katanya. May tidak berkomentar karena baginya tuan Gerald memang bagian dari orang asing. Dia hanya tersenyum sopan padanya.Belum sempat May untuk berpamitan, tuan Gerald mengatakan sesuatu yang membuatnya menaikan alis
Hari yang ditunggu May akhirnya tiba, seleksi dilaksanakan pada hari minggu yang cerah. Tes yang dilaksanakan untuk orang dari farmasi dan kedokteran berbeda dengan seleksi pada para calon kesatria yang akan mengikuti turnamen.Pertama May diuji pengetahuan berapa banyak tanaman herbal liat yang bisa ia kenali dan apa saja poin yang perlu diperhatikan ketika memindahkannya kedalam keranjang sihir. Setelah selesai dengan tes itu, siangnya May diuji bagaimana membuat ramuan sederhana dengan peralatan yang sederhana namun dapat digunakan dalam keadaan yang kritis.Saat May pikir itu semua sudah selesai, ia tidak menyangka bahwa tes stamina juga diberlakukan pada mereka. Parahnya tes berlari itu dilakukan di sore hari setelah tes yang lain selesai ketika stamina dan semangat kebanyakan peserta sudah menipis.Tidak banyak dari siswa yang mengikuti seleksi ini dan dari siswa tahun angkatan May, hanya dia seorang yang mendaftarkan diri. Bebera
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I