“Kyara!” Panggilan yang penuh harapan itu terdengar. Membuatnya menghentikan langkah sembari berbalik, dan melihat sosok paru baya yang sedang berjalan dengan setelan jas rapi ke arahnya. Kerutan di wajah pria itu tampak terlihat dengan jelas seakan ia sedang memikirkan hal yang berat.
Kyara menanti sosok paru baya itu mengahampirinya. Kyara hanya menatap pria yang berstatus sebagai ayah pemilik tubuh ini. Jika, Kyara memikirkan bagaimana gadis ini diabaikan, dan perilaku begitu buruk hatinya begitu sakit dan penuh kebencian.
“Apakah kamu ingin menemui tunanganmu?” tanya tuan Bram lembut.
Tidak perasaan spesial atau simpanti yang Kyara rasakan saat menatap mata teduh sang Ayah. Mata itu dulu selalu menatap gadis ini dengan tatapan penuh kebencian.
“Hn, seperti yang Anda lihat.” Kyara berpikir tak perlu berbasa-basi dengan orang ini sudah jelas bahwa ia tak pernah menginginkan putri kecilnya yang begitu berharga.
Mereka diam sejenak, Kyara masih menanti apa yang akan pria tua ini katakan kepadanya.
“Kyara, apa tidak ada maaf untuk Ayah?” Bram menatap putri kecilnya dengan tatapan yang penuh penyesalan. Kyara membenci perasaan sesak yang tiba-tiba melanda hatinya. Apakah ini perasaan dari pemilik tubuh sebelumnya. Ia juga bisa merasakan hal tersebut, jantungnya seakan diremas-remas, begitu sakit dan ngilu.
“Oh, jadi Anda sudah menyadarinya, dan apakah aku tidak salah dengar, Ayah? Apakah Anda tidak sadar diri, ke mana Anda selama 19 tahun ini? Apakah Anda pernah sekali saja menanyakan kabarku, tidak ‘kan, jadi untuk apa lagi Anda minta maaf itu semua sudah berakhir Kyara yang dulu sudah mati!”
Hatinya ngilu mendengar pernyataan sang putri. Ia memang salah dalam hal ini karena telah menelantarkan putrinya yang begitu berharga.
Kyara mengusap jejak air mata yang tiba-tiba jatuh di pipi mulusnya. Kyara tak lagi memakai riasan gelap di wajahnya, Bram sendiri tahu jika sang putri sering diperlakukan tak adil oleh putri tirinya. Namun, ia selalu tak memperhatikan hal tersebut. Bahkan ia tahu jika Kyara adalah gadis yang cantik dan baik hati, tapi sekali lagi egonya tak membuat ia melirik sang putri.
“Maaf.” Hanya kata ini yang keluar dari bibir pria itu. Penyesalan selalu datang terlambat, dan hal itu yang Bram rasakan sekarang. Kenapa ia membenci putri yang kecilnya karena ia berpikir bahwa penyebab kematian sang istri adalah ulah putrinya. Padahal dia telah berjanji kepada mendiang istrinya untuk menjaga sang putri, tapi nyatanya ia menelantarkan putrinya itu.
“Ck, yang benar saja.” Kyara memutar bola matanya jengah. Benci dengan semua perlakuan tidak adil yang gadis ini rasakan. Seperti halnya dirinya di masa lalu, selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Hanya sang Kakek yang selalu memberikannya kasih sayang yang tak ia dapatkan dari orang tuanya karena semua kasih sayang itu tercurah hanya untuk adiknya semata.
“Kyara, apa tidak ada yang bisa Ayah lakukan untuk menebus dosa-dosa, Ayah?”
Suara Bram kembali terdengar yang membuat Kyara menghentikan langkahnya. Kemudian, berbalik. Ia menatap sang ayah sejenak, lalu berkata, “Ada, itu pun jika Anda ingin melakukannya?” tanya Kyara dengan sorot mata tenang. Ia tak menunjukkan emosi sedikipun. Namun, sebenarnya ia bersorak dia akan bertaruh apakah tua bangka di depannya ini akan melakukannya atau tidak.
“Apa itu? Kamu mau Emas, Berlian, mobil baru, rumah baru, villa?” tanya tuan Bram menawarkan semua kemewahannya. Namun, sayang sekali itu tidak berpengaruh kepada Kyara saat ini. “Ck, simpan saja harta tidak bergunamu, aku ingin Anda ....” Kyara menjedah sejenak. Kyara kembali menatap Bram dengan senyum misteriusnya.
“Ingin apa?” tanya Bram tidak sabaran. Ia sangat berharap bahwa ia dapat mengabulkan keinginan putrinya itu dengan demikian dirinya dapat menebus kesalahannya kepada sang putri.
“Aku ingin Anda mengusir Alexa dari sini,” jawab Kyara tenang. Ia menelisik perubahan emosi sang Ayah. Apakah ia akan mengusir putri tirinya itu atauka tidak. Jika, ia tak melakukannya maka pria ini benar-benar tak pantas untuk disebut sebagai seorang ayah.
“A-apa kamu sudah gila! Dasar anak sialan, dia itu saudara—” Kyara memang sudah menebak hal ini bahwa pria tua yang mengaku telah menyesal kembali memaki putri kecilnya. Hal ini, membuag hati Kyara sakit mendengarnya. Segitu tidak berhargakah dirinya.
“Ha ha ha!” Tawanya pecah, ia menatap pria paru baya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis hanya saja air mata itu keluar tanpa diminta. Berapa kuat mental gadis ini? Diperlakukan dengan tidak adil selama bertahun-tahun oleh orang yang harusnya sebagai pelindung dan tempat gadis itu berkeluh kesah.
“Jika Alexa yang menyuruhmu mengusirku, pasti Anda akan melaksanakannya dengan senang hati ‘kan? Tanpa mencacinya seperti Anda mencaciku. Sudahlah, aku ingin pergi saja dan ketika aku menikah aku tidak akan pernah melihat Anda walau sekalipun, urus saja anak kesayangmu itu.”
Kyara mengusap wajahnya yang telah basahi oleh air mata, kemudian berbalik pergi. Betapa sakitnya hati pemilik sebelumnya yang selalu diabaikan entah kenapa Kyara merasakannya juga betapa menderitanya Kyara. Memikirkam ini Kyara mengigit bibir bagian dalamnya menahan isak yang akan keluar. Dia kecewa terhadap sikap ayah Kyara yang sangat berlebihan.
“Ti-tidak mungkin,” jawab Bram mengelak. Dia sempat tersentak melihat mata putri kecilnya yang berkaca-kaca, dan penuh keputusasaan, melihat hal tersebut seperti ada ribuan jarum yang menusuk ulu hatinya.
Bram yang tersadar Kyara telah berbalik untuk pergi langsung mengejarnya, dan menahan pergelangan tangan Kyara yang membuat gadis itu tersentak. Kemudian, Kyara mencoba melepaskan cekalan sang ayah dari tangannya. Ia mentap manik teduh pria itu, lalu menunggu apa yang ia ingin katakan.
“Baik, Ayah akan mengusirnya setelah pernikahan mereka, Ayah tidak akan pernah memfasilitasinya lagi!” Bram berucap sungguh-sungguh lalu mentap wajah putri kecilnya yang sedikit terkejut. Dia tidak tahu apa yang putrinya itu pikirkan, ia berharap bahwa putrinya mau memaafkan dirinya. Dirinya tak masalah memutus hubungan dengan mereka karena merekalah yang membuat putri kecilnya begitu menderita sejak dulu.
“Itu terlalu lama, saya ingin Anda mengusirnya dan tidak mengakuinya lagi sebagai anak di hari pertunangannya, bagaimana?”
Kyara berucap pelan saat sekian lama terdiam. Ia menatap wajah sang Ayah yang menatapnya tanpa berkedip.
“Baiklah Ayah sanggupi, tapi kamu telah memaafkan Ayah bukan?” Bram kembali mentap putri kecilnya dengan penuh harapan yang terpancar dari balik mata teduhnya.
“Iya.”
Bram langsung saja merengkuh tubuh putri kecilnya. Hatinya mendadak ngilu saat menyadari putrinya yang begitu kurus. Padahal dia tetap memberikan gadis ini uang saku, tapi sang istri yang selalu mengontrol uang saku sang putri. Apakah ia tak memberikan Kyara uang saku? Bram merasa marah akan hal itu, nanti ia akan memberikan pelajaran kepada wanita itu.
Kyara yang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari sang Ayah mendadak kaku. Namun, sedetik kemudian tubuhnya mulai rileks karena baru kali ini ia mendapatkan pelukan hangat seorang ayah yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
‘Ini hanya permulaan untuk menghancurkan kalian semua. Kau tenang saja Kyara aku akan membalas rasa sakitmu sesegera mungkin,' ujar Kyara dalam hati. Dirinya telah bertekad untuk menghancurkan mereka semua.
“Baiklah Ayah. Kalau begitu Kyara pergi dulu.” Kyara melepaskan pelukannya dengan gerakan perlahan kemudian menatap Bram yang juga menatapnya lembut. Pandangannya telah berubah yang dulunya jijik sekarang berubah menjadi tatapan yang begitu Kyara rindukan.
“Hm, hati-hati ya, Sayang. Apakah kau ingin menggunakan mobil? Ini kuncinya.” Bram memberikan kunci mobil bermerk audy yang membuat Kyara diam sejenak sebelum mengambilnya.
“Terima kasih Ayah. Kyara pergi dulu,” ucap Kyara santai kemudian melenggang pergi meninggalkan Bram yang tersenyum kecil melihat kepergian Kyara.
Seharusnya sejak dulu ia melakukan ini. Bukan hanya memberikan kehidupan yang layak kepada putri tirinya. Namun, dia juga harus berlaku adil dengan mereka semua. Setelah itu, Bram kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil berkas yang tertinggal.
Helaian rambut seorang dara jelita dipermainkan oleh angin, seakan tak bosan mempermainkan rambut sang dara jelita yang menatap lurus ke kolam buatan di depannya. Gadis itu adalah Kyara. Hari ini, dia akan menemui sang tunangan. Menurut paman tunangannya mereka akan bertemu di taman ini tempatnya berada sekarang seraya menikmati suasan taman yang damai. “Jangan ambil layangan Al.” Suara yang penuh keluhan itu menyapa pendengaran Kyara, membuatnya seketika mengalihkan pandangan dari kolam buatan itu menuju sumber suara. Kyara mencari asal suara itu sampai netranya menangkap sosok pria berumur sekitar 25 tahun yang sedang diganggu oleh dua pria. “Oh, bukanya mereka adalah saudara Damien?” tebak Kyara dengan dahi yang sedikit mengernyit. Kyara beranjak ke tempat mereka, dan berdiri di hadapan pria yang sedang diganggu. Kerutan terlihat di dahi Kyara ketika ia melihat ketiga orang tersebut sebelum Kyara mengalihkan pandangannya ke arah pria yang sedang diganggu t
Semilir angin berembus pelan, menyertai pasangan yang sedang duduk berdua di kursi taman. Penampilan mereka yang mencolok begitu mencuri perhatian para pengunjung taman. Mereka menatap pasangan sempurna itu dengan pandangan berbeda-beda. Ada yang menyayangkan pasangan itu, dan ada juga yang mencibir mereka. Bagaimana tidak seorang dara jelita duduk bersama dengan seorang pria tampan yang tidak bisa dikatakan biasa saja. Postur tubuhnya yang profesional membuat orang percaya bahwa ia berasal dari kalangan keluarga kaya. Namun, mereka sangat menyayangkan karena kesempurnaannya dipatahkan oleh sikapnya yang berbanding terbalik dengan usianya yang tidak bisa dikatakan sebagai remaja atau anak-anak. Para pengunjung itu juga mencibir bahwa gadis itu hanya menyukai harta si pria karena pria itu mudah untuk dibodohi, dan mudah untuk dipermainkan. Kyara hanya tersenyum miring mendengar cibiran mereka. Apakah mereka lupa bahwa dia adalah gadis rem
Sementara itu, Alexa benar-benar mendatangi Bram di ruang kerjanya yang sedang mengerjakan laporan dari perusahaannya. Ia fokus membaca dokumen-dokumen itu sampai perhatiannya teralihkan dengan suara lembut sang putri. Bram hanya menatap datar kedatangan putri tirinya yang telah membuat Kyara menderita begitu lama.“Ayah.”Suaranya terdengar lembut dan manja Alexa mendatangi sang ayah, dan duduk di depan meja kerjanya. Ia hendak melaporkan Kyara karena telah membawa pria ke rumah ini. Alexa menunggu ekspresi murkah dari sang Ayah ketika mendengarkan berita ini.“Iya, Sayang."Bram hanya menatap Alexa sekilas menunggu hal apa lagi yang ingin ia adukan tentang Kyara. Karena ketika Alexa datang ia selalu mengaduh yang tidak-tidak tentang putrinya, dan bodohnya ia mempercayai hal itu hingga membuat gadis kecilnya begitu menderita.“Ayah, pelacur jelek itu membawa laki-laki ke rumah.”Alexa langsung memberitahu Bram
Saat ini di sebuah ruangan yang minim pencahayaan, terlihat sesosok pria yang sedang duduk di sebuah kursi mewah. Kedua tangannya saling bertautan dengan kedua siku bertumpu pada meja. Tatapannya tajam, pria itu seakan tak pernah terkena cahaya. Kulitnya yang putih kontraks dengan cahaya lampu yang remang-remang. Ia menatap seorang pria tampan yang sedang menyesap sebuah cairan berwarna merah di depannya.Pria itu menaruh kembali gelasnya kemudian bertanya kepada pria yang terduduk pada kursi kerjanya. Ia tak menyangka bahwa sahabat sekaligus teman masa kecilnya itu menerima tawaran pernikahan dari sang paman yang hanya sebuah konspirasi untuk merebut perusahaannya.“Kamu dari menemuinya?”Ia bertanya dengan pelan. Suara baritonnya menusuk telinga pria yang duduk di depannya itu. Ia tahu bahwa sahabatnya mendengar apa yang ia katakan.“Iya.”Jawaban singkat itu membuat si pria tergelak kemudian menatap tajam ke depan.
Sementara itu, orang yang sedang diperbincangkan malah sedang memikirkan tentang Al. Ia berpikir pernah melihat mata indah Al yang begitu teduh dan menenangkan. Namun, menyimpan beribu misteri di dalamnya. Akan tetapi, dirinya lupa di mana ia pernah melihat sorot mata itu.“Seperinya perasaan itu asing. Aku hanya terlalu banyak berpikir. Lalu bagaimana dengan kabar perusahaanku sekarang, pasti mereka saat ini sedang berpesta karena aku telah tiada. Hu, dasar brengsek, akan kubalas perbuatan kalian cepat atau lambat tunggu saja tanggal mainnya.”Cklek ...!Kyara yang sedang bergelud dengan pikirannya lantas memperbaiki posisinya saat mendengar seseorang membuka pintu yang ternyata sang Ayahlah gerangan datang bertamu ke kamarnya untuk pertama kali setelah sekian lama.Kyara hanya menatap Bram datar tanpa mempersilahkannya untuk duduk. Ia belum merasa puas atau pun memaafkan Ayah dari Kyara ini. Ia terlalu membencinya.Bram lantas meminta
Suara pintu yang dibuka dengan kasar mengalihkan perhatian dua orang gadis cantik yang sedang asik berbincang di dalam kamar tersebut. Mereka tak lain adalah Alexa dan Alexina yang menunggu kabar gembira dari sang mama.“Bagaimana, Ma? Apa kamu telah memberi pelacur kecil itu pelajaran?” tanya Alexina antusias. Ia belum menyadari ekpresi muram di wajah sang mama.Dira tak memberikan respon apa pun dia hanya berjalan menuju ranjang king size di mana Alexa duduk di atas kasurnya. Ia memperhatikan raut wajah mamanya. Ia paham bahwa terjadi sesuatu di luar sana yang membuat ekspresi sang mama sangat muram.Dira tampak mengambil botol porselen dari laci meja dekat dengan tempat tidurnya. Alexa yang melihat tersebut sudah paham bahwa sang mama sedang menahan emosi sampai ia meminum obat penenang.“Sepertinya Mama tidak Baik-baik saja ‘kan?” tanya Alexa menebak kondisi Dira yang saat ini sudah sedikit leb
Alexa yang mendengar harganya juga sedikit terkejut meskipun hal itu tidak ada apa-apanya bagi Damien. Namun, tetap saja itu bukan jumlah yang bisa dibilang sedikit. Akan tetapi, selanjutnya ia menatap Kyara meremehkan karena dirinya tahu bahwa Kyara tak dapat membeli cincin seharga 200 juta itu.“Aku yakin kau tak dapat membayarnya ‘kan?” tebak Alexa yang membuat pelayan yang menatap Kyara ramah tadi perlahan mengikis pandangan dan menatap Kyara dan Al dengan pandangan menilai.Namun, jika ia melihat pakaian yang digunakan pria bodoh ini tidaklah murah. Itu semuanya berasal dari brand ternama seperti sepatu dari Gucci jaketnya dari brand Dior serta celananya berasal dari brand Bullberry. Namun, ia tetap diam menunggu apa yang akan terjadi bisa saja itu semuanya hanya sewaan semata.“Kalau begitu kau belilah,” ujar Kyara tenang, dan tidak melanjutkan perdebatan yang mungkin akan terjadi di antara me
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh pasangan Kyara dan Al. Ya, karena hari ini adalah hari pertunangan Al dan Kyara yang dilangsungkan sehari setelah pertunangan Damien dan Alexa. Suasana hangat membanjiri pesta, semua tamu yang datang kebanyakan dari kalangan pengusaha yang tak lain kolega bisnis perusahaan Wijaya dan INC Group karena pemilik perusahaan tempat mereka bekerjasama sekarang telah melepas masa lajangnya. Mereka tak berani untuk tidak menghadiri acara tersebut karena walau bagaimanapun mereka harus tetap menghormati Al.Di sudut ruang pesta yang tidak terlalu ramai terlihat dua orang wanita yang sedang berbincang dengan sangat serius. Karena hotel tempat berlangsungnya pertunangan Kyarà dan Al sangat ramai jadi para tamu tak memperhatikan gerak-gerik mereka yang mencurigakan.Kedua wanita itu tak lain adalah Alexa dan Dira. Ibu dan anak itu sepertinya sedang merencanakan sesuatu yang sangat penting.“Apakah rencananya sudah
Setelah mendapatkan kejutan yang sangat membahagiakan Al tak henti - hentinya tersenyum walaupun hanya senyum tipis yang membuat semua karyawan meleleh karenanya. "Feb, jam berapa saya akan bertemu dengan dia?" tanya Al dengan menekan kata dia pada ucapannya. "Saat jam makan siang," jawab Febian sekertaris sekaligus tangan kanan Al. "Baiklah, kau sudah menemukan bukti-bukti yang akan menyudutkannya?" tanya Al lagi dengan seringaian yang tersunging di bibir tipisnya. "Sudah, saya pastikan dia tidak bisa berkutik," tutur Febian ikut tersenyum. 'Tunggu dan lihat saja, ini sangat menyenangkan.' *** Di sebuah kamar nan mewah terlihat seorang wanita yang sedang memerah menatap layar monitor komputer. Entah apa yang dia lihat sehingga menimbulkan fantasi aneh di sekitarnya. "Ah, ya ampun Al kau membuatku bergairah," ujar wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tessa saudari kandung dari Kyara. Tessa menatap layar monitor komputer yang menampakkan tubuh atletis Al yang dibalut ja
Al mengeram frustasi akibat apa yang dia alami. Lama berdiam diri mengontrol emosinya benda pipih di sampinya yang tadi sempat ia lempar kini berdering. Langsung saja Al mengambil benda pipih persegi empat itu untuk mejawab telepon yang masuk. "Iya, apa kau sudah mendapatkan kabarnya?" tanya Al to the point. "Ck, kenapa kerja kalian tidak ada yang becus." Setelah mengatakan hal itu Al mematikan telephone sepihak. Mengacak rambutnya frustasi karena tidak bisa mendapatkan kabar tentang sang istri. Sementara itu, ada tatapan khawatir yang menatapnya dari kejauhan. Jam sudah menunjukkan 11 : 57 dan Al belum beranjak dari sofa itu. Seketika lampu padam tidak ada penerangan di ruangan itu. Al mencoba mencari ponselnya sebagai penerangan. Belum lagi Al mengambil ponselnya di depan sana sudah ada cahaya temaran dari arah dapur. Di tengah ruangan lilin kecil menyala satu persatu hingga membentuk kata 'Happy Berstday Al' melihat hal itu Al baru paham belum lagi Al sempat tertegun. Semua lampu
Arkg! “Kenapa bisa begini!” Seorang pria tampan menggeram frustasi di ruangannya. Pria itu mengamuk karena semua penginvestasi menolak bekerjasama dengan perusahaannya lagi. Jadi, perusahaannya berada dalam masa yang sulit. Tok! Tok! Tok! “Masuk!” seru Daniel. Ya, pria itu adalah Daniel mantan kekasih dari Kyara di masa lalu. Sepertinya Al dan Kyara telah bergerak—Daniel akan mendapatkan hukuman berat karena telah mengkhianati Kyara di masa lalu. Masuklah seorang wanita yang merupakan sekertaris Daniel, seperinya dia ingin melaporkan sesuatu kepada atasannya. “Maaf Pak,” ujar sekertaris Daniel dengan hati-hati karena ia tahu suasana hati bosnya tidak dalam kondisi yang baik. “Iya, ada apa Bella?” tanya Daniel to the point. “Begini Pak, perusahaan TU Company menerima bekerjasama dengan Anda dengan syarat Anda mau bertemu dengan pemimpin dari TU Company,” jelas wanita itu yang bername tag Bella. Bagaikan d
“Alfiano Arga Dinata, CEO INC Group. Pria muda berumur 28 tahun ini sukses membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan.” Tessa membaca profil Al. Ia sudah jatuh cinta pada pria itu pada saat bertemu di mall kemarin.‘Oh, beruntung sekali aku jika bisa bersading dengannya masih muda, tampan dan yang lebih penting sukses. Al tidak ada tandingannya. Apa lagi ANS Grub dalam masa yang sulit saat ini tiba-tiba saham turun drastis walaupun itu perusahaan Kakakku yang bodoh, tapi masa bodohlah aku tidak ingin ambil pusing yang terpenting aku harus bisa menarik perhatian Al,’ pikir Tessa berfantasi sendiri mengenai Al. Pikirannya telah kacau akibat fantasi liar yang ia ciptakan sendiri. Tidak mengetahui bahwa Al sendiri tak terlalu menempatkan dirinya di pandangan Al.Tessa yang sedang berfantasi tentang Al. Sosok tampan itu sekarang malah memandang sosok jelita di sampingnya.Menurut Al, Kyara adalah anugrah terin
“Ada apa ini?” Terdengar sebuah suara bas nan seksi menghentikan pembicaraan mereka.Tessa tertegun menatap sosok tampan di depannya itu.‘Omg! Tampannya, Daniel saja akan kalah dengan ketampanan pria ini. Astaga! Dia ... dia adalah Alviano Arga Dinata dari INC Group. Ternyata aslinya sangatlah tampan,’ ujar Tessa membatin. Netranya menatap Al dengan sangat intens seakan jika ia berkedip, maka Al akan hilang dari pandangannya.“Dady!” teriak Angel yang langsung membuyarkan fantasi Tessa tentang Al. Angel langsung saja memeluk sang dady di hadapan semua orang.Orang-orang yang melihat kedatangan salah satu pengusaha sukses itu lantas memotretnya. Blis camera mengenai sosok mereka tanpa jedah. Tempat itu, semakin ramai sejak kedatangan Al.Al langsung saja mengkode Febian agar membubarkan massa tersebut yang mulai menatap mereka penuh minat.Sedangkan Tessa dibuat terkejut, karena
Bias cahaya matahari tampak malu-malu memasuki kuseng-kuseng jendela sebuah kamar. Di sana dua insan masih terlelap dalam tidurnya. Jam pada dinding kamar sudah menunjukkan pukul setegah tujuh. Namun, masih belum ada tanda-tanda dari kedua insan itu untuk bangun. “Engh ...!” Lenguhan kecil keluar dari bibir sang wanita. Perlahan, tapi pasti matanya mulai mengerjap ‘tuk menyesuaikan cahaya yang masuk di netranya. Pupil mata yang berwarna coklat terang itu menyapa dunia, bulu matanya yang lentik tampak bergerak-gerak tak kala anila menerpanya. Wanita itu bernama Kyara Angela Wijaya—pandangannya menyapu area kamar. Sampai tatapannya jatuh pada seorang pria tampan berkulit putih dan memiliki rambut hitam legam yang sehalus sutra. Kyara menyelusuri wajah suaminya yang tanpah celah itu. Suami? Ya, mereka telah menikah lima tahun lalu. Di mana sebuah insiden berdarah terjadi yang membuat hari bahagia itu menjadi hari yang penuh
Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit, ahirnya Kyara di perbolehkan untuk pulang oleh dokter. “Yes, akhirnya bebas dari tempat terkutuk ini,” ujar Kyara senang. Al yang melihat tingkah sang istri hanya geleng-geleng kepala. “Semuanya sudah siap?” tanya Al memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. “Iya, ayo kita pulang,” ucap Kyara bersemangat yang dibalas angukan oleh Al. Hanya ada Al yang menemani kepulangan Kyara karena Anna dan juga bram tiba-tiba mempunyai urusan yang tidak dapat ditinggalkan ataupun diwakili entah apa itu mereka tidak ingin mengambil pusing. Namun, yang Al tahu ini mengenai kontrak kerjasama yang akan dilakukan oleh Bram dengan perusahaan itu. Setelah menempuh perjalanan yang kurang dari tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di sebuah rumah bergaya eropa klasik, mereka sekarang berada di rumah Al, rumah yang tampak dijaga oleh banyak pria yang menggunakan rompi dan senja lengkap, di rumah itu suda
Seorang pria yang memiliki paras tampan terduduk di kursi rumah sakit yang disediakan untuk menjenguk pasien. Pria tampan itu adalah Alviano Arga Dinata yang sedang menatap seorang wanita yang tertidur pulas di ranjang rumah sakit seakan tidak terpengaruh akan keributan yang terjadi di dunia luar, manik indahnya masih senantiasa bersembunyi enggan untuk menyapa dunia kembali. “Ra, bangunlah, Sayang,” gumam Al parau sambil sesekali mengecup tangan mulus Kyara yang tak terpasang selang infus. Al tanpak kacau pakaian yang semalam yang ia kenakan masih melekat di tubuhnya tanpa ada niatan untuk menggantinya. Ceklek! Suara pintu dibuka, Bram berdiri di ambang pintu sembari menatap tak berdaya menantunya yang masih menunggu istirnya untuk segera sadar, ia kemudian menghampiri sang menantu yang nampak sangat kacau dari semalam ia telah menemani gadisnya yang masih tertidur pulas di rajang rumah sakit. Walaupun gadis itu telah dipindahka
Mereka telah sampai di rumah sakit yang masih di bawah naungan perusahaan Alviano, Al yang penuh kepanikan langsung menggendong tubuh lemah Kyara yang sudah kehilangan rona hidup masuk ke dalam rumah sakit. “Suster!” teriak Al panik dan membuat beberapa pasien terjengit kaget. Beberapa perawat rumah sakit langsung mengambil brangkar untuk digunakan membawa Kyara ke ruang ICU. Al langsung meletakkan Kyara ke tempat tidur rumah sakit tersebut, kemudian membantu suster untuk mendorongnya menuju ke ruang ICU. “Please, selamatkan istri saya,” mohon Al kepada dokter yang datang setelah melihat pemilik rumah sakit itu membawa seorang gadis yang mereka yakini adalah istrinya karena terbukti dengan gaun pengantin yang dikenakan oleh Kyara, gaun putih itu telah kehilangan keindahannya akibat warna merah pekat menghiasi. “Baik, Pak, kami akan melakukan yang terbaik,” jawab dokter itu kepada Al. Kyara langsung dimasukkan ke ruang ICU