Share

39. Menganga

Penulis: Roro Halus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 20:11:26

"Ternyata seperti ini, rasanya dipeluk Mama dan Papa?" lirih Nendra membuat Naya merasa bersalah!

Deg!

Pun dengan Lingga!

Namun, ditengah pelukan yang mengharukan itu, Tiba-tiba pintu kamar inap mereka terbuka..

Cklek!

"Halo Jagoan! Lihat, Om Brian membawa mai—" seru Brian terpotong karena melihat Naya memeluk dua kepala dalam dekapannya, "Oh, Maaf mengganggu waktu kalian! Om letakkan mainan di sini ya, Jagoan!" lanjut Brian sambil berbalik.

Sontak Naya melepaskan pelukan itu, "Mas Brian! Tunggu!"

"Ada apa, Nay? Maaf mengganggu waktu kalian!"

"Duduklah, tidak mengganggu! Bukankah, Mas, ingin menjenguk Nendra!" jawabnya sambil berjalan menuju sofa, "Nendra, sapa Om Brian!"

"Makasih, Om, mainannya!" ucap Nendra datar.

"Cepet sembuh ya!" ucap Brian sambil mendekati Nendra dan mengusap puncak kepalanya sekilas kemudian menghampiri Naya.

Sedangkan Lingga memilih kembali memeluk putranya sangat erat, "Love you, anakku, sayangku!" lirihnya.

Nendra pun demikian, memilih untuk meni
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   40. Dijemput

    Hari itu, Naya akhirnya bersiap dan mau tidak mau harus meninggalkan Nendra bersama Lingga untuk bekerja. Lingga memperbolehkan, karena tugas tanggung jawabnya pada Pak Kelvin, dan ucapan Naya yang lembutnya tersihir, [Besok aku cuti, Mas! Jadi kita gantian!] Dan Lingga menjawabnya, [Tidak apa, Nay, sana pergi kerja, Nendra biar sama aku!] Terlihat gurat penyesalan dalam wajah Naya, karena harus meninggalkan putranya yang sedang sakit, namun cuti secara tiba-tiba tidaklah sikap yang bertanggung jawab. Setidaknya, hari ini Naya akan menyelesaikan semua tugasnya, dan bisa mengamanahkan pada yang akan menggantikan selama cuti. Namun, Lingga sendiri sangat senang, dia merasa dibutuhkan dengan Naya mempercayakan putra mereka pada Lingga. Seolah penerimaan itu telah datang. Seperti keluarga pada umumnya yang saling bergantung dan bekerja sama. Membuat hati Lingga berbunga-bunga! Kebahagiaan memuncak dan dia begitu senang merawat putranya sekaligus sedih, mengingat dia telah kehila

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   41. Senekad itu?

    "Sory, mamas tampanku sudah menjemput!" jawab Via sambil berlari menjauhi Dimas. Meninggalkan kekehan Dimas yang masih banyak pekerjaan harus dia urus karena ketidakhadiran Bosnya, "Bapak, Bapak! Semoga berhasil ya!" gumam Dimas prihatin dengan Lingga. Dimas mengetahui perjalanan cinta Tuannya itu sejak awal sebelum menikah sampai saat ini, tentu dia ikut berharap. Bia kemudian merapikan rambutnya sekejap di lift, setelah itu dia keluar menemui Byakta yang sudah menunggu di loby depan. "Mas!" "Masuk, Sayang!" jawab Byakta sambil membuka pintu mobilnya dari dalam. Bia kemudian masuk dan duduk, "Bagaimana, hari ini?" tanya Byakta. "Lancar, Mas! Hari ini tenang sekali kantor tidak ada, Bapaknya!" jawab Bia sambil bercanda. Membuat Byakta ikut terkekeh, "Memangnya bapakmu itu kemana?" timpal Byakta sambil mulai melajukan mobilnya. "Di Pasuruan, mungkin akan cukup lama di sana, Mas!" "Proyek baru dengan Horison itu?" "Hmm!" jawab Bia. Bia belum pernah bercerita jika Lingga suda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   42. Tidak Pantas.

    "LANTAS?" pekik Bia kesal, "APA AKU HARUS MEMPERKOSAMU, AGAR HAMIL DAN KAMU BARU AKAN MENIKAHIKU? HARUSKAH AKU SENEKAD ITU, MAS?" Deg! Byakta sontak menepikkan mobilnya, kemudian meraih Bia ke dalam dekapannya, "Sabar! Sebentar lagi! Tidak seperti itu, jangan hancurkan keberkahan rumah tangga dengan kenekadan itu, Sayang!" lirih Byakta. Sontak membuat Bia tak bisa menahan tangisannya! Sikap Byakta yang seperti ini selalu membuat Bia luluh. Byakta tak pernah membalas teriakannya dengan teriakan, tapi pelukan hangat yang menenangkan! Maka dari itu, dua tahun Bia bertahan dalam hubungan yang tidak tau akan berlabuh di mana. Pelaminankah? Atau justru kandas yang menyisakan lubang di hatinya? "Kenapa, Mas? Apa Bia kurang cantik? Apa Bia kurang baik? Apa Bia tidak cukup setara dengan, Mas Byakta?""Sssttt!" desis Byakta melerai pelukannya dan meletakkan jari telunjuknya di ujung bibir Bia, "Kamu sempurna! Aku yang banyak kurangnya, Sayang!" "Menurutku, tidak!" Byakta hanya memand

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   43. Apa Aku tega

    "Bukan, Nak! Byakta takut jika menikah nanti Ibu akan kesepian! Ibu sudah tekankan jika Ibu tidak kesepian! Byakta takut, dilema antara Ibu dan kamu! Padahal Ibu sudah bilang, kalian tidak harus tinggal di sini, nanti jika kalian berdua tetap bekerja, Anak-anak kalian bisa menemani Ibu! Tapi, dia tetap berat, mungkin karena dia merasa Ibu tanggung jawabnya!" lirihnya sedih, "Dia tidak ingin melukai Ibu, ataupun istrinya!" "Bu!" "Ibu sedih, Ibu mau dia memiliki kebahgiaannya!"Deg! Bia kini tau alasan Byakta masih terus menggantungkan hubungan mereka! "Padahal, Bia tidak masalah jika tinggal di sini! Bia jadi punya Ibu!" lirihnya. "Benarkah, Nak?"Bia mengangguk, "Tinggal di apartemen sendiri itu tidak enak, Bu! Seperti orang hilang!" candanya mencairkan suasana lagi. Bu Btari kemudian terkekeh mendengarnya. "Bahas apa sih, bahagia banget!" sindir Byakta yang sejak tadi di anggurin. "Bah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   44. Bolehkah, Mah?

    Naya bimbang! Jika kembali pada Lingga, dirinya yang akan menderita dan tidak bahagia, apa Nendra akan bahagia? Pasti tidak! Bukankah, ikatan antara ibu dan anak sudah terjalin luar biasa? Sama saja, Nendra akan merasakan neraka, kan? 'Andai saja, Mas! Lubang di hatiku tidak sedalam ini! Teramat sakit saat mengingat pernikahan kita, Mas!' batinnya. Cukup lama, Naya akhirnya kembali menetralkan dirinya dan memilih bergabung. "Nendra sudah melupakan, Mama, ya? Kenapa tidak mengajak Mama menikmati sunset!" candanya merengut. "Mama kan kerja! Sini, Mah, duduk sebelah Nendra!" pintanya. Dan Naya kemudian duduk, Nendra tak lupa meraih tangan Mamanya, mencium punggung tangan Mamanya, pipi, hidung, mata, dan terakhir dahi mamanya, "Mamaku terbaik sepanjang masa!" bisiknya kemudian. Ya, rutinitas setiap Naya pulang kerja! Hal itu juga yang selalu membuat Naya takjub, bahkan merasa tak membutuhkan laki-l

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   45. Apapun

    Nendra sontak menoleh pada Naya, "Mama, bolehkah?" "Gak bisa, sayang! Mama sama Papa udah gak bisa tinggal bersama!" lirih Naya menangkup wajah Nendra, mencoba memberikan pengertian, "Seperti neraka! Nendra tidak suka hidup seperti itu, bukan?""Neraka tidak enak, banyak tangisan! Dada Nendra akan sesak!" Naya mengangguk, "Ya seperti itu! Mama janji, kita akan jalan bersama di akhir pekan, senin sampai jumat sama mama! Kalau ingin diantar sekolah sama Mama dan Papa boleh, nanti atur jadwal sama Papa! Ya?" tanya Naya. Sontak Nendra kembali menghadap ke depan dengan murung tanpa menjawab. Gurat kecewa tercetak jelas di wajahnya. "Apa tidak bisa, Nay? Demi Nendra!" lirih Lingga dengan ekspresi memohon. Lingga benar-benar tidak tega melihat Nendra! Hatinya sesak melihat kesedihan itu! Rasa bersalahnya semakin menjadi-jadi. Naya hanya diam! Ketiganya, akhirnya terdiam dengan pikiran Masing-masin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   46. Menyetujui.

    "Setelah dua bulan, maka ceraikan aku, Mas!" lirihnya tegas. JEDAR! Bagai tersabar petir di siang bolong, Lingga mematung menatap istrinya dengan tatapan nanar. Tak ada keraguan sama sekali di mata tajamnya saat meminta cerai! 'Kemana mata teduh yang dulu selalu kau tujukan padaku, Nay! Aku yang menghilangkannya? Apa ini sungguh hukumanmu, padaku? Apa kamu benar-benar tak lagi mencintaiku, sampai sangat ngotot berpisah?' batin Lingga sesak. Di cahaya remang kamar rawat inap VIP, hatinya hancur dan patah mendengar permintaan istrinya! Cerai? Kata yang selalu membuat Lingga dulu marah besar. Namun kali ini, Lingga benar-benar tidak bisa marah dengan Naya. Hanya rasa bersalah dan cinta yang ada di hatinya, bahkan saat istrinya terlihat begitu dekat dengan laki-laki lain, dia tak sanggup marah. Membayangkan kesulitan Naya selama ini, hamil dan melahi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   47. Terpaksa

    "Pulang?" tanya Naya karena seingatnya, Lingga akan menemani Nendra sampai pulang dari rumah sakit. "Papa gak enak badan, Mah! Mukanya kayak bengkak, matanya bengkak, bibirnya bengkak! Papa tadi kayak hulk, Ma!" lirih Nendra. Deg! 'Apa jangan-jangan!' "Besok Papa kesini buat jemput pulang, Nendra sudah boleh pulang besok, kata Papa!" "Oh!" jawab Naya yang masih fokus kepikiran Lingga. Mengingat keadaan semalam saat mereka berbincang, Lingga tampak sedih dan terguncang. "Jam berapa, Papa pulang?" "Dua jam lalu, Mah!" jawab Nendra. Bersamaan dengan jawaban Nendra, ponselnya berbunyi ada panggilan masuk dari nomer yang tidak Naya save. 'Apa ini nomer, Mas Lingga?' batinnya sambil menerima panggilan itu, "Pagi, Mbak Naya, ini Bia! Mohon maaf mengganggu, Mba, apa sekarang Mbak Naya bersama dengan Bapak Lingga? Nomer ponselnya tidak aktif saya hubu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24

Bab terbaru

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   65. Menghangatkan

    Byakta seakan tertampar dengan ucapan adiknya itu kemudian mengangguk dan melirik Lingga, "Mas tidak akan melakukan hal pengecut seperti itu, Dek! Tenanglah!" jawab Byakta. Dan Lingga yang tersindir telak itu hanya bisa diam, nyatanya dia juga merasa pengecut dengan ulahnya itu. Naya tau maksud Byakta, namun tak ingin memanjangkan masalahnya, Naya kemudian turun dari pelaminan bersama Lingga. Sedang Nendra, masih duduk di pangkuan Bu Btari, karena neneknya masih mengurungnya, Nendra pun juga masih betah dengan neneknya. Ikatan batin itu dengan mudah terjalin, sama seperti saat pertama dekat dengan Lingga. Sedang Naya dan Lingga duduk di bawah pelaminan, di meja bundar yang sudah di sediakan, Lingga memberikan tisu baru pada Naya untuk mengusap sisa air matanya."Makasih, Mas!""Kamu, bahagia?" tanya Lingga dengan senyumannya. Naya mengangguk, "Akhirnya aku bisa bertemu dengan Ibu dan Masku! Aku tidak pernah membayangkan pertemuan yang seperti ini!""Padahal kamu bisa datang seja

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   64. Berbahagialah

    Mereka kemudian berangkat menuju hotel tempat resepsi itu berlangsung, kebetulan mereka sudah melakukan ijab kabul pagi tadi. Dan siang sampai malam ini, adalah resepsi pernikahannya! Suasana tampak ramai. Terdengar pula suara pemandu acara dari luar Ballroom, Lingga sudah mempersiapkan dengan pembawa acaranya. "Dan, acara selanjutnya ada sebuah persembahan istimewa kepada pengantin kita!" seru pembawa acara dan dilanjut sorakan. "Langsung, saja! Silahkan!" pekiknya. Ting! Suara alunan musik mulai berdenting, sebuah lagu yang akan Naya dan Lingga berduet, untuk pasangan suami istri itu. `Tiba saatnya kita saling bicaraTentang perasaan yang kian menyiksaTentang rindu yang menggebuTentang cinta yang tak terungkap`Lingga memulai lagunya dengan sangat indah, bersamaan dengan pintu Ballroom terbuka. Deg! `Sudah terlalu lama kita berdiamTenggelam dalam gelisah yang tak teredamMemenuhi mimpi-mimpiMalam kita`Naya melanjutkan dengan suara merdunya, bersamaan dengan air mata s

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   63. Mencintai duluan

    Lingga berhenti di Horison, setelahnya langsung pergi saat Naya sudah turun tanpa banyak kata. "Hiss! Dasar Tuan pemarah!" keluhnya masuk dan hari ini Naya akan serah terima tugasnya pada orang yang akan menggantikan seperti biasa, karena dia akan cuti senin dan selasa. "Naya, kamu jadi cuti sampai selasa?" tanya Pak Kelvin saat Naya akan pulang tengah hari. "Jadi, Pak! Kakak saya menikah di Malang!" "Kamu sudah memutuskan untuk pulang dengan suamimu?" tanya Pak Kelvin. "Iya, Pak!""Semoga terus langgeng! Oh iya, jangan lupa hari rabu kamu ikut saya ke Gresik, ada pertemuan dengan PT. SGD!" "Baik, Pak!""Okey, selamat berkumpul dengan keluargamu!"Setelahnya Naya pamit dan turun ke bawah, karena pasti Lingga sudah menjemputnya. Lingga benar-benar masih marah, terlihat dari dirinya yang tidak menghubungi Naya padahal sudah sampai di depan perusahaan.Naya masuk begitu saja tanpa bicara! Dan Lingga langsung tancap gass ke sekolah Nendra, masih dengan diam seribu bahasa dan tak m

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   62 Didiamkan.

    "PERSETAN DENGAN CITRA! BIAR MEREKA SEMUA TAU, JIKA MEREKA AKAN HANCUR JIKA BERANI MENGUSIK, MILIKKU!" Lingga sangat emosional hingga berteriak pada Naya, sesaat setelah itu dia langsung keluar dari rumah. Lingga hanya mementingkan anak dan istrinya, namun istrinya justru mementingkan citra. Tidak masalah! Walaupun Lingga terkenal bengis dan jahat sekalipun setelah ini, tak peduli. Dalam dunia bisnis, mereka butuh uang dan kemampuan Lingga, bukan? Justru lebih baik jika dia dikenal seperti itu, tak akan ada yang berani menganggu keluarganya. Lingga duduk di balik kemudian sambil menetralkan emosinya. Sedangkan Naya yang ditinggalkan melanjutkan cuci piringnya dengan senyuman tipis.Entah kenapa dia senang mendengar perkataan Lingga, [Milikku] seolah membuat Naya kembali ke jaman dulu. Disaat Lingga dengan semua kearogannya mengklaim dirinya adalah milik Lingga! Perasaan dimiliki dan diatur sebenarnya Naya menyukai itu sebagai wanita didikan ibunya yang Jawa tulen. Sesekali

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   61. Mengusik milikku

    'Apa ini, modus pencurian!' batin Lingga kemudian menaikkan kembali saklar. Brak! Bersamaan dengan lampu menyala, dua orang laki-laki dengan setelan Baju hitam, menggunakan penutup kepala menendang pintu dan pergi begitu saja ditelan gemuruh petir dan derasnya hujan. Tak menunggu lama, Lingga lari menuju ke dalam mencari anak dan istrinya, "Naya! Nendra!" pekiknya panik. Lingga terus berlari menuju lantai dua dan masuk ke dalam kamar. Keadaan berantakan, "Naya!" pekiknya, "Kamu dimana?" Panik bukan kepalang, saat tidak mendapati Naya di dalam kamar. Jelas tadi dia mendengar teriakan Naya. Lingga kemudian membuka pintu kamar mandi, dan benar saja di ujung sana Naya tengah memeluk Nendra dengan gemetaran. "Nay!" "Mas!" Lingga berlari meraih Naya dan Nendra yang tengah ketakutan ke dalam pelukannya, "Tenang! Kalian aman! Tenang!" lembutnya sambil mengusap punggung Naya yang bergetar

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   60. Pencurian

    Naya masih merasa sedikit bersalah jika melihat Lingga meminum obat itu, karena secara tidak langsung, dirinyalah penyebabnya. Dan seperti biasa keduanya akan tertidur dengan pikiran mereka masing-masing. "Eghhh!" lenguh Lingga yang pertama kali bangun pagi ini, "Oh, Astaga! Pantas saya dia selalu marah setiap pagi!" keluh Lingga sambil menarik tangannya yang terparkir di salah satu aset Naya. Lingga memukuk tangannya sendiri! Setelahnya, Lingga akan mencium Naya dan Nendra seperti biasa kemudian berdiri. Meraih ponselnya, "Hallo, dok!" —"Oh iya, saya sempatkan nanti sore ke sana!" —"Saya sudah mulai bangun pagi enak dan sendiri, Dok!" —"Sudah berkurang, Dok!" —"Oke!"Naya mendengar panggilan itu karena pura-pura masih tidur itu, kemudian membuka matanya. "Mau kemana, Mas?" tanya Naya. L

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   59. weekend pertama

    Setelahnya Lingga melepas putranya dan menatapnya dalam, "Yuk, Mama udah nungguin!" Nendra mengangguk dan menurut.Mengeringkan tubuhnya, dan berpakaian yang sudah Naya siapkan di kasur itu untuk Lingga dan Nendra seperti biasaSatu hal yang selalu Lingga syukuri, istrinya itu benar-benar mengurusnya juga dengan baik. Seperti suami istri pada umumnya. "Mama!" pekik Nendra setelah berganti pakaian berlari menuju dapur, "Nendra sudah tampan! Sudah wangi!"Naya tersenyum dan merengkuh putranya, "Sini, Sayang! Hmmmm, harumnya!""Siap ke bromo hari ini!""Baiklah, kita sarapan dulu sebelum ke bromo!" ajak Naya sambil menggeser kursinyanya untuk makan. Sesat Lingga menyusul dan duduk du sebelah Naya, berhadapan dengan Nendra. "Waw, Terima kasih, Ma, untuk makanannya!" ucap Lingga sambil mengecup pelipis Naya. "Terima kasih, Ma, makanannya!" ucap Nendra mengikuti. "Iya!"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   58. Terselip harap

    Tanpa Lingga sadari, Naya ada di ambang pintu dan mendengarkan ucapannya. Cukup terharu, karena selama ini Lingga benar-benar selalu mempertimbangkan hatinya. "Boleh, Nak!" Sahutnya kemudian mendekat, "Tapi tidak hari ini ya? Dua minggu lagi, kita datang di pernikahan Pak dhemu!" "Pak Dhe?" "Iya, Kakaknya Mama Dua minggu lagi menikah! Kamu mau kan, datang? sekalian Nendra kenalan sama Nenek!" "Mau! Mau! Mau!" sorak Nendra, "Nendra punya nenek setelah ini!" Naya tersenyum tipis, "Hari ini, kita ke bromo aja? Bagaimana?" tawar Naya. "Yey! Mau Mama! Nendra pengen banget ke bromo naik mobil jip!" "Ya udah mandi sana!"Mendengar itu, Nendra sangat bersemangat untuk jalan-jalan mereka minggu ini. Menyisakan Lingga yang masih menatap Naya dengan senyumannya, semakin hari rasanya semakin tidak iklhas melepaskan wanita luar biasa di depannya itu. Lingga sudah sangat nyaman di keluarga keci

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   57. Tanyakan pada Mamamu

    Dan keterdiaman itu, tidak berakhir bahkan saat sarapan di sebuah resto dan pada saat sampai di rumah. Lingga tetap mendiamkan Naya. Entah kenapa, Naya juga merasa salah tingkah didiamkan begitu, Padahal biasanya dia akan masa bodoh! Justru dia yang sering mendiamkan Lingga. "Mama bawakan cemilan untuk Nendra dan Papa!" ucapnya membawakan semangkuk besar pie apel kesukaan Nendra saat Lingga dan Nendra tengah menonton kartun. "Wah, Mama buat Pie! Papa, Pie buatan Mama paling enak sedunia! Papa harus cobain, ayo!" ajak Nendra sambil mengambil sendoknya dan sendok Papanya. Naya pun mengambil sendoknya, hal itu membuat Lingga sedikit menghangat. Pie apel membasuh kekecewaan! Satu mangkuk bertiga membuat Lingga merasa hangat, seperti keluarga yang indah. "Aku mau ini, ini dan ini!" ucap Nendra menunjuk pada buah kiwi, strawberry dan terakhir menyendok satu besar ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status