Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Presdir / Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

Share

Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

Author: Nuga Reader
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Mata dara membulat sempurna, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan, ada perasaan aneh di hatinya. mungkinkah Darapun mencintainya? Namun, pernyataan itu dibantah, dan Dara menentang isi hatinya.

"Kenapa? atau jangan-jangan kamu sudah suka kepadaku, ya?" tak berhenti disitu saja Alvian menggoda Dara. Alvian terlihat senang melihat wajah Dara yang memerah.

"Terserah kau saja, Al!" Dara memalingkan wajah yang terasa panas, rasanya tak sanggup untuk sekedar menatap Alvian. setiap kali menatap matanya, nampak tak asing bagi Dara. Aroma tubuh Alvian pun menyeruak, membawa dara kedalam alam bawah sadar.

'Aku mengenal wangi dari parfum Alvian. Ya, pria dalam mimpiku memiliki aroma yang sama. Atau jangan-jangan, dia itu—' batin Dara, yang dengan cepat Dara menggelengkan kepala. Menolak, jika pria dalam mimpinya itu Alvian, Dara tak terima jika pria dalam mimpinya yang ia rindukan itu adalah Alvian.

"Apa yang kamu pikirkan didalam kepala cantikmu itu?" ucap Alvian menyadarkan lamunan Dara.

Saat Dara akan menjawab, tiba Dokter Heri, memasuki ruang rawat Dara, yang terlebih dahulu mengetuk pintu.

"Permisi, Pak, Bu," ucapnya ramah.

"Ini ada resep obat yang harus ditebus dan siang ini, Ibu Dara sudah boleh pulang. Rawat jalan saja," sambil memberikan resep obat.

"Terima kasih, Dok." ucap Alvian dan Dara berbarengan.

"kalian serasi sekali, sampai kompak begitu jawabnya," Dokter Heri terkekeh lalu berpamitan meninggalkan ruangan. Alvian berdiri mengikuti sang Dokter, namun terhenti ketika Dara bertanya.

"Pak Alvian mau kemana?" tanya Dara, Alvian sebenarnya benci sebutan yang diberikan Dara, namun ia memaklumi.

"Mau menebus obat, mau pulang ngga?" Sambil mengangkat resep obat untuk memperlihatkan kepada Dara.

"Oh, iya." Dara mengangguk. Gegas Alvian keluar dengan cepat, karena ingin berbicara dengan Dokter Heri. Langkahnya cepat dan lebar, sehingga masih bisa mengejarnya.

"Emm, Dok. Permisi, bisa berbicara sebentar?" tanya Alvian, Dokterpun langsung berhenti ketika Alvian menyapanya.

"Iya, Pak Alvian. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan ramah. Dokter itu terlihat masih muda, tampan, dan juga terlihat sangat berwibawa.

"Jadi pengobatan istri saya seperti apa Dok untuk selanjutnya?" tanya Alvian.

"Untuk selanjutnya, Ibu Dara dijadwalkan rutin terapi ya, Pak. Semoga itu bisa membantu memulihkan ingatannya, dan obat yang saya beri tolong dihabiskan! saat jadwal terapi nanti, pihak rumah sakit yang akan memberi tahu jadwalnya," papar Dokter dengan jelas, Alvian paham, lalu Dokter pamit dan berlalu pergi.

Alvian kembali ke ruang perawatan Dara setelah menebus obat. Saat tiba disana, ia melihat Dara sedang terlelap, Alvian tersenyum dengan penuh kelembutan.

Duduk di kursi samping Dara, menggenggam lengan Dara, mengelus pipinya yang halus.

Terbesit alvian ingin mengecup keningnya, dan ia pun melakukannya, tak hanya sampai disitu, Alvian menginginkan yang lebih, ingin mengecup bilah bibirnya, namun ketika hendak melakukan, mata Dara terbuka lebar dan terkejut seketika, begitupun dengan Alvian, ia terkejut namun tidak mengekspresikannya. Ia tetap dengan wajah tenangnya.

"Haaaaa—" Dara menjerit, seketika Alvian mencium bibir Dara dengan lembut untuk membungkam teriakannya. Namun, tidak disangka ternyata Dara tidak menolak. Alvian melanjutkannya, bahkan Darapun membalas. ciuman merekapun semakin dalam dan panas. Setelah Dara sadar apa yang telah ia lakukan, dengan sekuat tenaga, Dara melepaskan tautan bibir mereka dan mendorong Alvian.

Dengan nafas tersengal, Dara nampak marah terhadap Alvian, karena ia melanggar kontrak pernikahan mereka. melakukan kontak fisik, yang jelas sudah Dara jelaskan hal itu merupakan hal terlarang bagi mereka.

"Apa yang kamu lakukan Alvian?!" dengan nada marah Dara menghempaskan lengan Alvian yang masih menempel di pipi Dara.

"Ssst, ini rumah sakit. Aku melakukannya karena kamu berteriak," Dengan santainya Alvian menjawab, sikap Alvian membuat Dara semakin kesal, tak habis pikir dengan pria yang kini menjadi suaminya itu.

"Aku berteriak karena mukamu berada tepat di depan wajahku," Dara berbica dengan cepat seperti seorang istri yang sedang mengomeli suaminya. Dara terduduk, dan menatap Al lekat.

"Tadi itu ada nyamuk, makanya aku mau menangkapnya tanpa membangunkanmu, kamunya saja yang Ge-er dan berteriak. Makanya aku menciummu, karena takut ada sekuriti yang datang. memangnya kamu tidak malu jika nanti ditanya kenapa? dan kau menjawab suamimu menciummu." Alvian mengarang ceritanya sendiri, membuat Dara mengerutkan keningnya.

"Apa anda pikir saya percaya? alasan yang tidak dapat ku terima," Dara dibuat heran oleh tingkah pria dihadapannya kini, membuat penjelasan yang tidak masuk akal, mana mungkin ada nyamuk diruangan perawatan ini.

"Aku tidak memaksamu untuk percaya, Dara. Aku hanya berusaha menjelaskan," dengan wajah santai dan tenang Alvian menjawab. Hal itu membuat Dara semakin kesal.

'manusia mana bisa setenang ini setelah melakukan kesalahan? jelas dia sudah melanggar Perjanjian,' batin Dara.

Alvian menyandarkan punggungnya di kursi yang saat ini sedang ia duduki, dengan mata yang tak beralih dari menatap wanita yang ada di hadapannya. Dara tampak semakin kesal, mukanya memerah karena kesal dipandangi seperti itu, alih-alih Alvian meminta maaf, dia malah menatap Dara dengan dalam dan tenang.

Tidak dipungkiri, hati Dara menghangat. Walaupun terjadi perdebatan, tapi entah mengapa dan kapan perasaan Dara begitu tenang dan nyaman.

Dara memberanikan diri menatap mata Alvian, tapi hal tersebut justru mengingatkan Dara kepada pria misterius dalam mimpinya.

'tidak, tidak mungkin itu dia!' batin Dara tetap menolak.

"Ya, terserah apa katamu saja, saya lelah berdebat dengan Anda. Lebih baik kita pulang saja!" Dara beranjak dari tempat tidurnya.

Alvian dan Dara meninggalkan rumah sakit, perjalan di siang hari ini terlihat padat dengan kendaraan. Hal itu membuat mereka lebih banyak waktu untul berbincang. Alvian yang selalu memiliki ide untuk membahas suatu hal, walaupun sering kali diakhiri dengan perdebatan.

"Oh, iya. Kemarin, aku menelpon orang tuamu," ucap Alvian sambil menengok kearah Dara.

"Oh, ya? kau membicarakan apa dengan mereka?" tanya Dara penasaran, dan terlihat wanita itu nampak bersemangat membahas kedua orang tuanya.

"Iya, ada deh. Rahasia," membuat Dara membulatkan matanya.

'mengesalkan sekali suami dadakanku ini,' gerutu Dara.

"Kalau ngga mau ngasih tau, ngga usah bilang dong!" Dara menatap tajam kearah Alvian, seperti singa yang akan menerkam. Alvian hanya terkekeh melihat tingkah lucu Dara.

"Tidak ada yang lucu, kenapa tertawa?" satu alis Dara terangkat keatas karena mendengar tawa Alvian.

"Sudah jangan marah-marah, nanti pusing lagi. Sebagai gantinya aku punya kejutan atas kepulanganmu dari rumah sakit." membuat Dara kembali dibuat penasaran.

"Apa itu?" tanya Dara yang sudah sangat penasaran.

"Namanya juga kejutan, gimana sih kamu, kalo kata anak milenial sih, kepo banget!" Alvian kembali tertawa, sedangkan Dara menganga mendengarnya.

sesampainya dirumah, Dara benar-benar terkejut, langkahnya berhenti sejenak, mata Dara merah berkaca-kaca. Kemudian menghambur berlari kedalam pelukan sepasang suami istri paruh baya.

"Mommy, Daddy, I miss you."

Kaugnay na kabanata

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 7. Suasana Panas

    "Mommy, Daddy i miss you!" ucap Dara yang masih memeluk kedua orang tuanya. Pelukan Dara disambut hangat oleh keduanya. Sedangkan Alvian tersenyum melihatnya."Oh iya, Mom, Dad. Ini suamiku namanya Alvian," ucap Dara memperkenalkan suaminya. Alvian mencium tangan dan memeluk ramah kepada keduanya.Barack, Ayahnya Dara membalas perlakuan hangat dengan ramah, tapi tidak dengan Ibunya, nampak ketus. Namun, hal itu tidak di sadari oleh Dara."Yasudah, sayang kamu istirahat dulu ya!" pinta Elshiana Ibunya Dara. Sembari menuntun lengan Dara untuk memasuki kamarnya."Em, Pak, eh Mas Alvian, aku ke kamar dulu ya," Dara terlihat bingung dengan panggilannya untuk Alvian, tidak ingin semuanya terlihat oleh orang tua Dara, Dara ingin terlihat seperti pasangan suami istri seperti pada umumnya. Alvian menyadari kecanggungan Dara, lalu ia hanya mengangguk dan tersenyum."Papah juga baru sampai, lebih baik beristirahat dulu! Mau saya buatkan teh?" ucap Alvian kepada Barack."Boleh, tolong buatkan ya!

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 8. Membuat Kenangan Untuk Diingat

    "Kyaaaaa, Wajahmu kenapaa? Seperti Monster," Dara mendorong dengan kuat, Alvianpun terperanjat dan memegangi wajahnya yang terasa panas dan perih.Dara terus memandangi Alvian yang berlalu pergi ke arah cermin di kamar Dara."Shit! Aku lupa meminum obat," Alvian menghubungi Dokter pribadinya untuk datang ke rumah Dara."Ka-kamu kenapa Alvian?" tanya Dara gugup melihat kondisi Alvian yang mengerikan. Kemudian Alvian mendekati Dara dan duduk di sebelahnya."Aku alergi, makanya kulitku seperti ini," ucap Alvian, sembari mengusap kulit di lengannya yang mulai terasa gatal. Dara nampak memandangi Alvian dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Wajah Alvian merah, dengan bibir dan kelopak mata bengkak, seperti seorang yang disengat lebah."Alergi apa? aku carikan obat untukmu, ya!" tanya Dara heran sekaligus ada rasa khawatir. Ketika Dara hendak melangkahkan kaki, lengan Alvian mencegahnya."Sudah, tak apa. Sebentar lagi Dokterku akan datang. Aku alergi udang, kau ingat tadi aku makan dengan

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 9. Membuka Lembaran Baru

    "Apakah itu kamu? Pria Misteriusku?" ucapnya dengan suara lirih. Namun tiba-tiba mata Alvian terbuka lebar.Membuat Dara benar-benar terkejut dan tak berkutik."Jika memang benar itu aku, apakah Kau akan mencintaiku dan merindukanku seperti kau merindukan pria misteriusmu itu?" Alvian mengunci tatapan Dara, mereka saling pandang dalam jarak yang sangat dekat, jantung Dara berdegup kencang, membuat lidahnya terasa kaku."Apa buktinya jika itu anda?" tanya Dara serius.Alvian bangkit dari ranjang, kemudian membuka laci di nakas kamar Alvian, ia meraih sebuah lilin biru dan menyalakannya lalu diiletakkan di sudut meja di kamar Dara.Dara yang melihat Alvian melakukan hal tersebut, sangat shock dibuatnya, perlahan beringsut mundur ke sudut ranjang, dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sembari memeluk tubuhnya sendiri, Dara sangat ketakutan.Alvian tak menghiraukan Dara yang ketakutan, yang ada di pikirannya saat ini adalah, Alvian ingin membuktikan bahwa dialah sosok yang selalu

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 10. Situasi Panas Di Tempat Sejuk

    "Bukankah, itu impianmu? bercinta di alam bebas seperti ini?" Alvian tersenyum lenbut."A-apa? jadi kau mengajakku kemari untuk itu?" Dara beringsut mundur karena merasa takut."Tidak, sayang. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu! Aku hanya ingin bicara dari hati ke hati denganmu," Alvian memeluk Dara lembut, dan tidak ada penolakkan darinya.Dara mencoba percaya dengan apa yang diucapkan Alvian."Lebih baik kita duduk dulu di sana," Alvian mendudukkan Dara di tikar yang sudah disiapkan. Lilin biru menyala diatasnya, wanginya begitu menenangkan, menyatu dengan harum khas dari alam.Alvian membukakan minuman untuk Dara, "Beristirahatlah dulu, pasti kau lelah saat dalam perjalanan kesini," ucap Alvian yang kini duduk bersanding bersama Dara dengan santai, keduanya menatap ke arah Danau. Disana hanya ada mereka berdua, dan tanpa Dara ketahui, tempat itu merupakan salah satu asset milik Alvian.Keduanya larut dalam damainya nuansa alam, sehingga tidak ada yang mengeluarkan sepatah kat

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 11. Tercebur Ke Danau Yang Dingin Setelah Aksi Panas

    "Kenapa melamun begitu Dara?" tanya Alvian membuyarkan lamunan Dara."Eh, nggak kok. Siapa yang melamun? Aku mau bersih-bersih dulu, Mas." Dara melenggang pergi ke kamar mandi.Ketika Dara hendak menutup pintu kamar mandi, Alvian menahan pintu tersebut."Hei, Mas. Apa yang kamu lakukan? tanganmu bisa terjepit pintu!" Suara Dara sedikit kencang karena terkejut dengan tingkah suaminya."Tunggu, Dara. Tolong bukakan pintunya ya!" Alvian mendorong sedikit lebih kencang, namun tidak sepenuh tenaganya, karena takut Dara terjatuh."Astaga, Mas. Kenapa sih kamu, Mas?" Sambil membuka pintu kamar mandi."Aku juga mau mandi, kita mandi bareng aja ya! Biar cepet," Sembari masuk ke kamar mandi tanpa permisi."Kyaaa, Hei tidak bisa!" pekik Dara.Dara mencoba mendorong Alvian keluar, namun usahanya sia-sia, malah Dara yang yang kini terjerembab dalam pelukannya, tanpa bisa melawan dan Alvian menyalakan shower air hangat, menambah keintiman keduanya. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap yang kini

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 12. Masa Lalu Yang Menyakitkan

    "Aaaaaa," Dara tercebur ke danau, terasa sesak, tubuhnya lemas, seakan ada sesuatu yang menariknya kebawah, kepalanya mulai terasa berat, terjerembab hampir ke dasar danau.Saat dirasa Dara benar-benar sesak, dan pasrah dengan keadannya saat ini, tiba-tiba muncul dalam ingatan Dara, saat itu Dara sedang menuju kantor Alvian, Dara berniat untuk membawakan bekal makan siang, namun ketika Dara memasuki ruangan Alvian yang sengaja tanpa permisi untuk memberikan kejutan, ternyata malah Dara yang diberi kejutan oleh Alvian. Bagaimana tidak? Dara melihat Alvian berpelukan dengan wanita lain.Dara menjatuhkan bekal untuk Alvian, sedangkan Dara berlari. Hingga sebuah mobil menubruk tubuh Dara yang menyebrang tanpa lihat arah, Dara begitu terpukul. Sekarang Dara mengingatnya. Namun, kenyataan membuatnya begitu sesak.byuuurTak lama saat Dara tercebur, tanpa berpikir panjang Alvian langsung menceburkan diri, ia tahu Dara tidak bisa berenang. Alvian berenang kebawah untuk menggapai lengan Dara,

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 13. Menginginkan Perpisahan

    "Baik, Ma! aku pergi, tapi aku tidak akan meninggalkan Dara. Aku tidak akan mengulangi hal bodoh itu sekali lagi. Asal mama tau, semua yang terjadi saat itu adalah salah paham!""Sekali penghianat tetap penghianat! Pergi!" Sembari menunjuk kearah pintu, sedangkan Barack menghampiri Elshiana yang sedang marah."Sudah, jangan marah-marah, jaga kesehatanmu, Els!" ucap Barack."Sebelum pergi, aku ingin memberi tahu bahwa perusahaan Red Galaxy resmi menjadi milikku, agar kalian tidak terkejut nantinya," Alvian pergi begitu saja menghiraukan kemarahan Barack dan Elshiana.Awalnya Alvian berjalan tegap, namun ketika hampir mendekati mobil langkahnya nampak gontai, saat ini Alvian sangat butuh melampiaskan kemarahannya.Alvian pergi ke kantornya Dara, begitu sampai ia langsung disambut hangat oleh Raisa."Al, kamu ngga bilang mau datang kesini?" ucap Raisa manja dan menyentuh dada bidang Alvian.Rahang Alvian mengeras nampak tak suka dengan perlakuan Raisa, dan menepisnya. Alvian begitu dingi

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 14. Masa Lalu Yang Datang Kembali

    Dara bergegas mebuat perjanjian perceraian, dimana disana dituliskan pihak wanita tidak menuntut harta apapun. Karena Dara ingin prosesnya lebih cepat, jika ia menginginkan perusahaanya di kembalikan pasti Alvian akan menolaknya mentah-mentah, Dara akan memikirkan cara lain untuk mengambilnya kembali. Di sore harinya Dara datang kembali ke perusahaan, dan disana Alvian sedang bersama Collega bisnis perempuan, dengan penampilannya yang sexy, terlihat sekali dia mencoba menggoda Alvian. ‘Cih, dasar lelaki hidung belang,’ batin Dara, ada rasa gemuruh panas di hatinya. Alvian melihat kehadiran Dara dan menyuruhnya duduk di sofa dengan menggunakan matanya, Dara mengerti maksud alvian. Namun, entah Alvian sengaja atau tidak, Dara benar-benar dibuat menunggu lama sekali tanpa diberi minum, bahkan Dara saat ini benar-benar mendidih melihat Alvian yang diam saja disentuh oleh wanita genit itu. Dara sama sekali tidak di anggap sebagai istrinya, membuat hatinya terluka, dan berdiri sambil me

Pinakabagong kabanata

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 19. Menyembunyikan kehamilan

    Clara jatuh lemas, dengan sigap Alvian memangkunya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Dara nampak kaku dan memegang pisau yang terdapat noda darah. "Kau!" Alvian murka menunjuk ke arah Dara, Dara yang menyadari hal itu segera menjatuhkan pisau dalam genggamannya. "Tidak, bukan aku yang melakukan itu Alvian, percayalah kepadaku!" ucap Dara memohon, Dada nampak pucat. "Ikut aku!" Alvian berteriak sembari menggendong Clara memasuki mobilnya. Clara Nampak puas dan tersenyum mengejek Dara. Alvian berlari dan membawa Clara ke UGD. "Dok, tolong selamatkan dia!" Alvian panik, di sisinya ada yang lebih panik. Takut dengan tuduhan Clara, yang sama sekali tidak ia lakukan. "Tenang, Pak. Kami akan melakukan pemeriksaan dan tindakan, Bapak berdo'a saja dan tunggu diluar," ucap Dokter menenangkan Alvian. "Kalian harus menyelamatkannya! Jika tidak, aku akan menutup rumah sakit ini!" Sembari menarik kerang baju dokter, dan melepaskan setelah selesai memberi ancaman. "Ba-baik, Pak!

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 18. Fitnah kejam untuk Dara

    "Clara, ternyata dia tidak meninggalkanku," mendengar jawaban Alvian yang bersemangat itu membuat hati Dara terasa sakit, terlebih lagi ia tetap menatap ponselnya dengan senyum yang terus mengembang tanpa pedulikan Dara di sisinya. "Sepertinya aku sudah tidak penting lagi, lebih baik kamu bersama dia," ucap Dara mengabaikan perasaannya yang terluka. "Serius? aku boleh menikah lagi? aku boleh menikahi Clara," dengan semangat, Alvian menanyakan hal konyol itu, tentu saja Dara tidak sudi. "Iya," jawab Dara datar, justru Alvian menunjukkan wajah sebaliknya dari Dara, ia begitu senang. "Setelah kita bercerai!" lanjut Dara, dengan raut wajah sedih. "Tidak-tidak, kamu tetap milikku, aku tak akan melepaskanmu Dara," ucap Alvian dengan sorot mata tajam, membuat Dara bergidik ngeri. "Kenapa? Kenapa kamu menyiksa aku seperti ini? " lelehan bening mengalir dari sudut mata Dara tanpa permisi. Namun, hal itu tak membuat Alvian luluh, garis wajah tajam menyoroti Dara. "Sesuatu y

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 17. Kebimbangan Cinta Alvian

    "Kau tidak tahu cara berterima kasih Dara! akan aku ajarkan!" Dara beringsut mundur ke tepi ranjang, sedangkan Alvian mendobrak pintu kamar, hanya dengan sekali tendangan pintu itu terbuka. Mata Dara terbelalak melihat dada Alvian yang naik turun, Alvian murka. "Alvian," dikamar ber-AC itu Dara merasa panas, keringat mengalir di dahinya, ia benar-benar merasa ketegangan disana. Alvian mendorong tubuh Dara, dan menindihnya, Alvian sudah cukup menahan hasratnya selama ini. Dengan sekejap, Alvian merobek kemeja putih yang Dara kenakan, tampak kancing-kancing bertebaran ke sembarang arah. Alvian melanjutkan ke bagian bawah, sehingga Dara terlihat polos tanpa sehelai benang-pun. "Aku mohon, Al. Jangan!" Dara menggelengkan kepalanya, memohon belas kasihan Alvian, bulir air mata mengalir dari sudut matanya. Namun sayang, menurut Alvian tidak ada lagi toleransi. Tanpa pemanasan terlebih dahulu, Alvian langsung menerobos inti tubuh Dara dengan miliknya yang sudah menegang. "Aaaaa

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 16. Haus Akan Cinta

    "Tidak, Alvian jangan lakukan ini," Dara meringis terasa sesak. "Kamu istriku, dan sudah tidak ada lagi kontrak perjanjian kita, aku bebas melakukannya denganmu," "Tapi, kita tidak menikah sungguhan, kita menikah bukan karena cinta!" ucap Dara sembari terisak, Dara tidak ingin di perlakukan dengan kasar. Alvian melepas cengkramannya, dan berdiri menghadap Dara yang sudah berantakan. "Baiklah, jika kamu tidak ingin melayaniku," Alvian berlalu pergi dan membanting pintu, saat ini ia sangat kesal karena hasratnya harus ditunda, sedangkan ia sangat tak tahan. Dara sedang menonton televisi diruang santai, lalu dengan santai Alvian berjalan dengan seorang wanita cantik namun pakaiannya sangat terbuka, Alvian merangkul pinggang wanita itu dengan mesra, membuat Dara terbelalak terlebih lagi ketika mereka masuk ke kamar Alvian dan Dara. Tak terasa air mata Dara menetes, lalu ia memilih pergi, sebelumnya ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Dara tak ingin mendengar at

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 15. Bukti Kejahatan Elshiana

    "Dara adalah Istriku, aku yang lebih berhak atasnya," merekapun berlalu pergi. Entah mengapa, Alvian mencium sesuatu yang berbahaya bagi Dara, maka dari itu Alvian harus menjauhkan Dara dari orang yang bukan kepeecayaan Alvian. Setibanya mereka di panthous, Alvian langsung menurunkan koper Dara dan membawanya ke kamar, dan Dara bingung karena disana ada barangnya Alvian. Melihat kebingungan Dara, Alvian berinisiatif memberi tahunya tanpa harus Dara bertanya. "Sekarang kita satu kamar!" ketika Dara hendak berkata, Alvian langsung memotongnya, seakan tahu apa yang akan Dara ucapkan. "Tidak menerima penolakan! dan satu lagi, kamu dilarang masuk ke kamar berpintu biru!" ucap Alvian benar-benar tal terbantahkan. Dara tak menyangka akan tetap tinggal dengan seseorang yang merebut perusahaannya. 'Dia benar-benar kejam!' ucap Dara dalam hati. Sedangkan Alvian sedang menerima telepon diluar. [Sudah ku duga, selama ini mereka tidak sebaik yang kulihat, terima kasih Sinta, aku minta hard

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 14. Masa Lalu Yang Datang Kembali

    Dara bergegas mebuat perjanjian perceraian, dimana disana dituliskan pihak wanita tidak menuntut harta apapun. Karena Dara ingin prosesnya lebih cepat, jika ia menginginkan perusahaanya di kembalikan pasti Alvian akan menolaknya mentah-mentah, Dara akan memikirkan cara lain untuk mengambilnya kembali. Di sore harinya Dara datang kembali ke perusahaan, dan disana Alvian sedang bersama Collega bisnis perempuan, dengan penampilannya yang sexy, terlihat sekali dia mencoba menggoda Alvian. ‘Cih, dasar lelaki hidung belang,’ batin Dara, ada rasa gemuruh panas di hatinya. Alvian melihat kehadiran Dara dan menyuruhnya duduk di sofa dengan menggunakan matanya, Dara mengerti maksud alvian. Namun, entah Alvian sengaja atau tidak, Dara benar-benar dibuat menunggu lama sekali tanpa diberi minum, bahkan Dara saat ini benar-benar mendidih melihat Alvian yang diam saja disentuh oleh wanita genit itu. Dara sama sekali tidak di anggap sebagai istrinya, membuat hatinya terluka, dan berdiri sambil me

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 13. Menginginkan Perpisahan

    "Baik, Ma! aku pergi, tapi aku tidak akan meninggalkan Dara. Aku tidak akan mengulangi hal bodoh itu sekali lagi. Asal mama tau, semua yang terjadi saat itu adalah salah paham!""Sekali penghianat tetap penghianat! Pergi!" Sembari menunjuk kearah pintu, sedangkan Barack menghampiri Elshiana yang sedang marah."Sudah, jangan marah-marah, jaga kesehatanmu, Els!" ucap Barack."Sebelum pergi, aku ingin memberi tahu bahwa perusahaan Red Galaxy resmi menjadi milikku, agar kalian tidak terkejut nantinya," Alvian pergi begitu saja menghiraukan kemarahan Barack dan Elshiana.Awalnya Alvian berjalan tegap, namun ketika hampir mendekati mobil langkahnya nampak gontai, saat ini Alvian sangat butuh melampiaskan kemarahannya.Alvian pergi ke kantornya Dara, begitu sampai ia langsung disambut hangat oleh Raisa."Al, kamu ngga bilang mau datang kesini?" ucap Raisa manja dan menyentuh dada bidang Alvian.Rahang Alvian mengeras nampak tak suka dengan perlakuan Raisa, dan menepisnya. Alvian begitu dingi

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 12. Masa Lalu Yang Menyakitkan

    "Aaaaaa," Dara tercebur ke danau, terasa sesak, tubuhnya lemas, seakan ada sesuatu yang menariknya kebawah, kepalanya mulai terasa berat, terjerembab hampir ke dasar danau.Saat dirasa Dara benar-benar sesak, dan pasrah dengan keadannya saat ini, tiba-tiba muncul dalam ingatan Dara, saat itu Dara sedang menuju kantor Alvian, Dara berniat untuk membawakan bekal makan siang, namun ketika Dara memasuki ruangan Alvian yang sengaja tanpa permisi untuk memberikan kejutan, ternyata malah Dara yang diberi kejutan oleh Alvian. Bagaimana tidak? Dara melihat Alvian berpelukan dengan wanita lain.Dara menjatuhkan bekal untuk Alvian, sedangkan Dara berlari. Hingga sebuah mobil menubruk tubuh Dara yang menyebrang tanpa lihat arah, Dara begitu terpukul. Sekarang Dara mengingatnya. Namun, kenyataan membuatnya begitu sesak.byuuurTak lama saat Dara tercebur, tanpa berpikir panjang Alvian langsung menceburkan diri, ia tahu Dara tidak bisa berenang. Alvian berenang kebawah untuk menggapai lengan Dara,

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 11. Tercebur Ke Danau Yang Dingin Setelah Aksi Panas

    "Kenapa melamun begitu Dara?" tanya Alvian membuyarkan lamunan Dara."Eh, nggak kok. Siapa yang melamun? Aku mau bersih-bersih dulu, Mas." Dara melenggang pergi ke kamar mandi.Ketika Dara hendak menutup pintu kamar mandi, Alvian menahan pintu tersebut."Hei, Mas. Apa yang kamu lakukan? tanganmu bisa terjepit pintu!" Suara Dara sedikit kencang karena terkejut dengan tingkah suaminya."Tunggu, Dara. Tolong bukakan pintunya ya!" Alvian mendorong sedikit lebih kencang, namun tidak sepenuh tenaganya, karena takut Dara terjatuh."Astaga, Mas. Kenapa sih kamu, Mas?" Sambil membuka pintu kamar mandi."Aku juga mau mandi, kita mandi bareng aja ya! Biar cepet," Sembari masuk ke kamar mandi tanpa permisi."Kyaaa, Hei tidak bisa!" pekik Dara.Dara mencoba mendorong Alvian keluar, namun usahanya sia-sia, malah Dara yang yang kini terjerembab dalam pelukannya, tanpa bisa melawan dan Alvian menyalakan shower air hangat, menambah keintiman keduanya. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap yang kini

DMCA.com Protection Status