Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Presdir / Bab 4. Mimpi Menjadi Nyata

Share

Bab 4. Mimpi Menjadi Nyata

Author: Nuga Reader
last update Last Updated: 2024-02-05 13:38:18

Perlahan Alvian melepas semua pakaian Dara, lalu pakaiannya sendiri. Melihat Dara tidak ada penolakan, Alvian mengulum senyum.

Sehingga Alvian leluasa melancarkan aksinya, karena Dara pun menerima. Membalas setiap ciuman, serta desahannya membuat gairah Alvian semakin bangkit.

30 menit berlalu, hanya suara desahan dan erangan yang terdengar di kamar rahasia Dara. Hingga pada akhirnya mereka berdua melenguh panjang pertanda klimaks telah mereka dapatkan. Dara masih setengah sadar, dan merasa kejadian yang baru saja dia alami hanyalah mimpi. Dara melanjutkan tidur.

Sementara Alvian tersenyum getir, ada rasa sesal di hatinya. Melakukan hubungan suami istri diam-diam seperti ini. Bergegas Alvian membersihkan diri di toilet yang ada di kamarnya. Lalu merapikan penampilannya.

Tak lupa, sebelum ia meninggalkan kamar Dara,  Alvian memasangkan kembali pakaian Dara yang telah ia lepas, dan pergi begitu saja tanpa mematikan lilin biru miliknya.

"Hah, rasanya nyaman sekali. Tubuhku terasa lebih segar." Dara menggeliat, meregangkan otot. 

Lalu mengedarkan pandangan ke setiap sisi kamar ituitu. Seketika, dia terkejut melihat lilin biru yang masih menyala.

"Lilin biru? Apakah aku masih bermimpi?" Dara mencubit satu sisi pipinya.

"Aww, ini tidak mimpi," Dara beringsut mundur ke ujung ranjang, karena merasa takut.

"Terus, kejadian barusan? Apakah itu mimpi?" Dara bergegas pergi ke kamar mandi. Ia bercermin, dan lemas seketika karena melihat tanda-tanda bekas bercinta.

Di atas buah dadanya terdapat lukisan merah yang ditinggalkan seseorang. Entah siapa pria itu, serta merasakan ketidak nyamanan yang berada dibawah sana, terlalu lembab. Itu menandakan telah terjadi aktivitas percintaan.

"Ya ampun, kejadian barusan nyata?" Mulut Dara menganga dan ditutupi dengan satu lengannya. Lengan Dara mengepal karena marah atas kejadian yang menimpanya. Bahkan Dara pun tidak tahu siapa pelakunya, lalu Dara harus marah pada siapa? tubuhnya tersungkur di lantai toilet yang dingin. Sekilas yang Dara pikirkan saat ini Alvian, apakah dia pelakunya? Apakah dia senekat itu?  Dara merasa gelisah dan kebingungan dengan semua misteri yang bermunculan.

Dara menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya, ia merasa sangat kotor. Bahkan jijik kepada dirinya sendiri. Tanpa sadar Dara menangis sesenggukan merasa lelah dengan semua yang tejadi. Kepalanya terasa sakit, gegas menyudahi mandinya. Segera berpakaian dan melanjutkan tidurnya, tak lupa ia menugunci pintu terlebih dahulu.

Dara mengambil obat dari lacinya, benar-benar begitu sakit yang ia rasakan kini.

Malam berlalu begitu saja dalam keheningan, tidak sebagaimana mestinya yang terjadi kepada pengantin baru. Dara sudah siap dengan pakaian kerja, dan keluar dari kamarnya. Begitu menutup pintu kamar, terlihat Al pun keluar dari kamar dengan pakaian kerja yang sudah rapi. Al menampakkan senyum yang ditujukan kepada Dara. Dara terlihat gelisah mengingat kejadian tadi malam.

“Selamat Pagi, Rekan kerjaku,” Al begitu polosnya tanpa merasa bersalah atas apa yang ia lakukan. Sementara Dara begitu menggebu ingin menanyakan kejadian semalam.

“Tadi malam anda berada dimana, Pak Alvian?” Dara menatap matanya dengan tajam.

Alvian mengangkat keatas sebelah alisnya, “Saya dikamar ini, memangnya kemana lagi?”

“Lalu semalam apa yang kamu lakukan?” Dara menatap mata Alvian mencari kebenaran apa yang Alvian ucapkan.

“Kenapa Dara? Apa kamu berharap aku tidur di kamarmu? Apa diam-diam kamu merindukan aku?” Alvian tersenyum, dan terkekeh melihat reaksi Dara yang begitu terlihat kesal.

“Ah sudahlah, seharusnya aku tidak bertanya kepadamu!”

Keduanya menuruni anak tangga, dan menyantap sarapan yang telah dibuatkan oleh Mbok Susi. Kemudian Dara dan Alvian pergi ke kantornya dengan mobilnya masing-masing.

Begitu Dara tiba di ruang keejanya, ternyata sudah dihidangkan setumpuk pekerjaan yang harus segera diselesaikan, sampai ia pun melewatkan makan siang. Sejenak Dara meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, Dara mengistirahatkan tubuhnya sejenak dengan mengedarkan pemandangan diluar ruang keejanya, karyawan yang sama sibuknya berlalu lalang di hadapan Dara.

Ruang kerja Dara kedap suara, begitu pula kamar rahasianya. Kaca di kantornya memiliki remot, bisa menjadi bening transparan dan redup agar orang yang berada di luar tidak bisa melihat ke dalam ruangan kerja Dara, tapi Dara tetap bisa melihat aktivitas di luar. 

Jam menunjukkan pukul 5 sore, sudah waktunya jam pulang kantor. Terdengar Raisa mengetuk pintu.

"Permisi, Bu. Pekerjaan saya sudah selesai, dan sudah jam pulang. Boleh saya pulang, Bu?" tanya Raisa, seketika Raisa khawatir melihat wajah pucat Dara dan berlari menghampirinya.

"Ibu, kenapa? Kok pucat gitu?" Raisa begitu khawatir melihat bosnya itu.

"Saya ngga apa-apa Raisa. Kamu boleh pulang," jawab Dara singkat, sembari memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

"Tapi, Ibu, bagaimana? Saya antar ke rumah sakit ya, Bu?" ajak Raisa sambil menggandeng lengan Dara, namun Dara menolaknya. Tidak ingin merepotkan sekertarisnya sekaligus sahabatnya itu.

"Ga apa-apa, Dara. Aku cuma pusing sedikit. Barusan sudah minum obat. Kamu pulang saja!"

"Benar, Bu? Kalau begitu saya pamit ya, telepon saya jika terjadi sesuatu ya, Bu," pamit Raisa, Dara hanya mengangguk.

Raisa pun pergi meninggalkan Dara seorang diri. Dara benar-benar lemas, namun ia tidak ingin merepotkan orang.

Sebenarnya Dara ingin menyelidiki siapa pria yang bersamanya tadi malam. Namun, sepertinya tidak sekarang, karena kepalanya terasa sangat sakit dan berat.

Ketika Dara hendak mencoba berdiri, seketika Dara ambruk pingsan. Beberapa bulan ini Dara cukup sering merasa kesakitan dan pingsan. Ia pun tidak tahu persis apa penyebabnya.

Alvian berada di parkiran kantor Dara sedari tadi, ketika melihat Raisa sudah meninggalkan kantor, Alvia  berpikir untuk menemui Dara di kantornya.

Alvian berjalan ke arah kantor Dara setelah turun dari mobil sambil bersiul, begitu tampan dan karismatik. Tampak kantor Dara sudah sepi. Alvian mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban Dara. Ia membuka pintu dan masuk tanpa dipersilahkan.

Akan tetapi pemandangan di hadapannya, membuat mata Alvian bulat sempurna, gegas menghampiri Dara dan mengecek kondisinya.

Tubuhnya panas, Dara demam. Langsung saja Alvian membopongnya, dan Dara dibaringkan di bagian belakang, melihat Dara seperti ini membuat Alvian merasakan sesal dihatinya.

Al mengendarai mobilnya dengan cepat, agar Dara segera mendapat pertolongan medis. Al menggendong Dara ke ruang UGD, disana Dara segera mendapatkan pertolongan. Selang infus segera di tancapkan pada lengannya. Dokter jaga di UGD memeriksa keseluruhan kondisi Dara.

"Pak, sudah berapa lama pasien pingsan?" tanya Dokter muda cantik.

"Saya kurang tau dok, saya melihatnya sudah pingsan dan langsung saya bawa kesinikesini," jawab Al, ada sirat khawatir di wajahnya.

"Apakah pasien sering pingsan seperti ini?"

"Setahu saya, dan yang saya lihat ini pingsan yang ke dua kalinya, Dok," timpal Al, dokter mengangguk, dan berbicara kepada suster yang berjaga untuk memindahkan Dara ke ruang perawatan. Tak lama Dara di pindahkan ke ruang rawat inap.

"Keluarga pasien atas nama Andara Karisma Putri!" Seorang suster memangil. Alvian menghampiri sumber suara dengan langkah lebarnya.

"Iya saya, Sus."

"Silahkan ke ruangan Dokter Heri, Pak. Ada yang ingin di sampaikan."

"Baik terima kasih, Sus." Alvian dengan langlah cepat pergi ke ruangan dokter, tak lupa ia mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Permisi, Dok. Saya suami Andara." Sembari memasuki ruangan dokter Heri.

"Silahkan duduk, Pak!" setelah Al duduk dokter menjelaskan perihal penyakit Dara.

"Pak, setelah saya amati, dari hasil pindai CT scan di kepala istri bapak, kemungkinan ia mengalami amnesia disosiatif." terang Dokter Heri sembari menunjukkan selembar hasil CT scan.

Alvian nampak membenarkan ucapan dokter, karena memang Dara mengalami lupa ingatan. Namun anehnya, hanya kepada Alvia  saja.

"Apa itu amnesia disosiatif, Dok?" tanya Alvian.

Dokter Heri pun menjelaskan secara detail tentang penyakit tersebut. Alvian mengangguk paham.

"Pantas saja, Dok. Istri saya hanya tidak mengenali saya, termasuk momen kami bersama,”

"Ya, justru karena bisa jadi pada saat momen bersama anda ia mengalami trauma dan depresi,”

Related chapters

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 5. Satu Langkah Lebih Dekat

    Alvian terdiam mendengar ucapan sang dokter. Ia menelan ludah dengan susah payah, lalu kembali menatap dokter itu."Lalu bagaimana, Dok? Apa bisa kembali semua ingatan istri saya yang hilang?" tanyanya sambil menautkan kedua alis. "Bisa saja. Namun, akan butuh waktu. Saat ini kondisinya lemah, mudah pingsan karena terlalu berusaha untuk mengingat. Harus diwaspadai, jangan sampai membuatnya depresi kembali. Karena jika hal itu terjadi, kemungkinan memorinya tidak akan kembali lagi," jelas dokter. Alvian nampak berpikir langkah apa yang harus ia ambil, karena jika salah ambil tindakan, bisa berakibat fatal bagi Dara. Seketika hati Alvian terasa sakit, Dara tidak mengingat apapun tentangnya. Bagaimana rasanya, seseorang yang sangat dia cintai, tapi justru melupakannya? "Baiklah, Dok. Apakah ada lagi yang harus saya ketahui?" "Untuk saat ini, cukup. Nanti jika ada perkembangan, akan saya infokan," jawabnya sambil menjabat tangan Alvian, dan menepuk bahunya mengisyaratkan agar tetap ku

    Last Updated : 2024-02-06
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 6. Kembalinya Sosok Yang Dirindukan

    Mata dara membulat sempurna, sedangkan jantungnya berdetak tak karuan, ada perasaan aneh di hatinya. mungkinkah Darapun mencintainya? Namun, pernyataan itu dibantah, dan Dara menentang isi hatinya. "Kenapa? atau jangan-jangan kamu sudah suka kepadaku, ya?" tak berhenti disitu saja Alvian menggoda Dara. Alvian terlihat senang melihat wajah Dara yang memerah."Terserah kau saja, Al!" Dara memalingkan wajah yang terasa panas, rasanya tak sanggup untuk sekedar menatap Alvian. setiap kali menatap matanya, nampak tak asing bagi Dara. Aroma tubuh Alvian pun menyeruak, membawa dara kedalam alam bawah sadar. 'Aku mengenal wangi dari parfum Alvian. Ya, pria dalam mimpiku memiliki aroma yang sama. Atau jangan-jangan, dia itu—' batin Dara, yang dengan cepat Dara menggelengkan kepala. Menolak, jika pria dalam mimpinya itu Alvian, Dara tak terima jika pria dalam mimpinya yang ia rindukan itu adalah Alvian."Apa yang kamu pikirkan didalam kepala cantikmu itu?" ucap Alvian menyadarkan lamunan Dara.

    Last Updated : 2024-03-18
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 7. Suasana Panas

    "Mommy, Daddy i miss you!" ucap Dara yang masih memeluk kedua orang tuanya. Pelukan Dara disambut hangat oleh keduanya. Sedangkan Alvian tersenyum melihatnya."Oh iya, Mom, Dad. Ini suamiku namanya Alvian," ucap Dara memperkenalkan suaminya. Alvian mencium tangan dan memeluk ramah kepada keduanya.Barack, Ayahnya Dara membalas perlakuan hangat dengan ramah, tapi tidak dengan Ibunya, nampak ketus. Namun, hal itu tidak di sadari oleh Dara."Yasudah, sayang kamu istirahat dulu ya!" pinta Elshiana Ibunya Dara. Sembari menuntun lengan Dara untuk memasuki kamarnya."Em, Pak, eh Mas Alvian, aku ke kamar dulu ya," Dara terlihat bingung dengan panggilannya untuk Alvian, tidak ingin semuanya terlihat oleh orang tua Dara, Dara ingin terlihat seperti pasangan suami istri seperti pada umumnya. Alvian menyadari kecanggungan Dara, lalu ia hanya mengangguk dan tersenyum."Papah juga baru sampai, lebih baik beristirahat dulu! Mau saya buatkan teh?" ucap Alvian kepada Barack."Boleh, tolong buatkan ya!

    Last Updated : 2024-03-19
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 8. Membuat Kenangan Untuk Diingat

    "Kyaaaaa, Wajahmu kenapaa? Seperti Monster," Dara mendorong dengan kuat, Alvianpun terperanjat dan memegangi wajahnya yang terasa panas dan perih.Dara terus memandangi Alvian yang berlalu pergi ke arah cermin di kamar Dara."Shit! Aku lupa meminum obat," Alvian menghubungi Dokter pribadinya untuk datang ke rumah Dara."Ka-kamu kenapa Alvian?" tanya Dara gugup melihat kondisi Alvian yang mengerikan. Kemudian Alvian mendekati Dara dan duduk di sebelahnya."Aku alergi, makanya kulitku seperti ini," ucap Alvian, sembari mengusap kulit di lengannya yang mulai terasa gatal. Dara nampak memandangi Alvian dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Wajah Alvian merah, dengan bibir dan kelopak mata bengkak, seperti seorang yang disengat lebah."Alergi apa? aku carikan obat untukmu, ya!" tanya Dara heran sekaligus ada rasa khawatir. Ketika Dara hendak melangkahkan kaki, lengan Alvian mencegahnya."Sudah, tak apa. Sebentar lagi Dokterku akan datang. Aku alergi udang, kau ingat tadi aku makan dengan

    Last Updated : 2024-03-22
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 9. Membuka Lembaran Baru

    "Apakah itu kamu? Pria Misteriusku?" ucapnya dengan suara lirih. Namun tiba-tiba mata Alvian terbuka lebar.Membuat Dara benar-benar terkejut dan tak berkutik."Jika memang benar itu aku, apakah Kau akan mencintaiku dan merindukanku seperti kau merindukan pria misteriusmu itu?" Alvian mengunci tatapan Dara, mereka saling pandang dalam jarak yang sangat dekat, jantung Dara berdegup kencang, membuat lidahnya terasa kaku."Apa buktinya jika itu anda?" tanya Dara serius.Alvian bangkit dari ranjang, kemudian membuka laci di nakas kamar Alvian, ia meraih sebuah lilin biru dan menyalakannya lalu diiletakkan di sudut meja di kamar Dara.Dara yang melihat Alvian melakukan hal tersebut, sangat shock dibuatnya, perlahan beringsut mundur ke sudut ranjang, dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sembari memeluk tubuhnya sendiri, Dara sangat ketakutan.Alvian tak menghiraukan Dara yang ketakutan, yang ada di pikirannya saat ini adalah, Alvian ingin membuktikan bahwa dialah sosok yang selalu

    Last Updated : 2024-03-27
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 10. Situasi Panas Di Tempat Sejuk

    "Bukankah, itu impianmu? bercinta di alam bebas seperti ini?" Alvian tersenyum lenbut."A-apa? jadi kau mengajakku kemari untuk itu?" Dara beringsut mundur karena merasa takut."Tidak, sayang. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu! Aku hanya ingin bicara dari hati ke hati denganmu," Alvian memeluk Dara lembut, dan tidak ada penolakkan darinya.Dara mencoba percaya dengan apa yang diucapkan Alvian."Lebih baik kita duduk dulu di sana," Alvian mendudukkan Dara di tikar yang sudah disiapkan. Lilin biru menyala diatasnya, wanginya begitu menenangkan, menyatu dengan harum khas dari alam.Alvian membukakan minuman untuk Dara, "Beristirahatlah dulu, pasti kau lelah saat dalam perjalanan kesini," ucap Alvian yang kini duduk bersanding bersama Dara dengan santai, keduanya menatap ke arah Danau. Disana hanya ada mereka berdua, dan tanpa Dara ketahui, tempat itu merupakan salah satu asset milik Alvian.Keduanya larut dalam damainya nuansa alam, sehingga tidak ada yang mengeluarkan sepatah kat

    Last Updated : 2024-03-28
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 11. Tercebur Ke Danau Yang Dingin Setelah Aksi Panas

    "Kenapa melamun begitu Dara?" tanya Alvian membuyarkan lamunan Dara."Eh, nggak kok. Siapa yang melamun? Aku mau bersih-bersih dulu, Mas." Dara melenggang pergi ke kamar mandi.Ketika Dara hendak menutup pintu kamar mandi, Alvian menahan pintu tersebut."Hei, Mas. Apa yang kamu lakukan? tanganmu bisa terjepit pintu!" Suara Dara sedikit kencang karena terkejut dengan tingkah suaminya."Tunggu, Dara. Tolong bukakan pintunya ya!" Alvian mendorong sedikit lebih kencang, namun tidak sepenuh tenaganya, karena takut Dara terjatuh."Astaga, Mas. Kenapa sih kamu, Mas?" Sambil membuka pintu kamar mandi."Aku juga mau mandi, kita mandi bareng aja ya! Biar cepet," Sembari masuk ke kamar mandi tanpa permisi."Kyaaa, Hei tidak bisa!" pekik Dara.Dara mencoba mendorong Alvian keluar, namun usahanya sia-sia, malah Dara yang yang kini terjerembab dalam pelukannya, tanpa bisa melawan dan Alvian menyalakan shower air hangat, menambah keintiman keduanya. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap yang kini

    Last Updated : 2024-03-30
  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 12. Masa Lalu Yang Menyakitkan

    "Aaaaaa," Dara tercebur ke danau, terasa sesak, tubuhnya lemas, seakan ada sesuatu yang menariknya kebawah, kepalanya mulai terasa berat, terjerembab hampir ke dasar danau.Saat dirasa Dara benar-benar sesak, dan pasrah dengan keadannya saat ini, tiba-tiba muncul dalam ingatan Dara, saat itu Dara sedang menuju kantor Alvian, Dara berniat untuk membawakan bekal makan siang, namun ketika Dara memasuki ruangan Alvian yang sengaja tanpa permisi untuk memberikan kejutan, ternyata malah Dara yang diberi kejutan oleh Alvian. Bagaimana tidak? Dara melihat Alvian berpelukan dengan wanita lain.Dara menjatuhkan bekal untuk Alvian, sedangkan Dara berlari. Hingga sebuah mobil menubruk tubuh Dara yang menyebrang tanpa lihat arah, Dara begitu terpukul. Sekarang Dara mengingatnya. Namun, kenyataan membuatnya begitu sesak.byuuurTak lama saat Dara tercebur, tanpa berpikir panjang Alvian langsung menceburkan diri, ia tahu Dara tidak bisa berenang. Alvian berenang kebawah untuk menggapai lengan Dara,

    Last Updated : 2024-04-03

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 19. Menyembunyikan kehamilan

    Clara jatuh lemas, dengan sigap Alvian memangkunya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Dara nampak kaku dan memegang pisau yang terdapat noda darah. "Kau!" Alvian murka menunjuk ke arah Dara, Dara yang menyadari hal itu segera menjatuhkan pisau dalam genggamannya. "Tidak, bukan aku yang melakukan itu Alvian, percayalah kepadaku!" ucap Dara memohon, Dada nampak pucat. "Ikut aku!" Alvian berteriak sembari menggendong Clara memasuki mobilnya. Clara Nampak puas dan tersenyum mengejek Dara. Alvian berlari dan membawa Clara ke UGD. "Dok, tolong selamatkan dia!" Alvian panik, di sisinya ada yang lebih panik. Takut dengan tuduhan Clara, yang sama sekali tidak ia lakukan. "Tenang, Pak. Kami akan melakukan pemeriksaan dan tindakan, Bapak berdo'a saja dan tunggu diluar," ucap Dokter menenangkan Alvian. "Kalian harus menyelamatkannya! Jika tidak, aku akan menutup rumah sakit ini!" Sembari menarik kerang baju dokter, dan melepaskan setelah selesai memberi ancaman. "Ba-baik, Pak!

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 18. Fitnah kejam untuk Dara

    "Clara, ternyata dia tidak meninggalkanku," mendengar jawaban Alvian yang bersemangat itu membuat hati Dara terasa sakit, terlebih lagi ia tetap menatap ponselnya dengan senyum yang terus mengembang tanpa pedulikan Dara di sisinya. "Sepertinya aku sudah tidak penting lagi, lebih baik kamu bersama dia," ucap Dara mengabaikan perasaannya yang terluka. "Serius? aku boleh menikah lagi? aku boleh menikahi Clara," dengan semangat, Alvian menanyakan hal konyol itu, tentu saja Dara tidak sudi. "Iya," jawab Dara datar, justru Alvian menunjukkan wajah sebaliknya dari Dara, ia begitu senang. "Setelah kita bercerai!" lanjut Dara, dengan raut wajah sedih. "Tidak-tidak, kamu tetap milikku, aku tak akan melepaskanmu Dara," ucap Alvian dengan sorot mata tajam, membuat Dara bergidik ngeri. "Kenapa? Kenapa kamu menyiksa aku seperti ini? " lelehan bening mengalir dari sudut mata Dara tanpa permisi. Namun, hal itu tak membuat Alvian luluh, garis wajah tajam menyoroti Dara. "Sesuatu y

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 17. Kebimbangan Cinta Alvian

    "Kau tidak tahu cara berterima kasih Dara! akan aku ajarkan!" Dara beringsut mundur ke tepi ranjang, sedangkan Alvian mendobrak pintu kamar, hanya dengan sekali tendangan pintu itu terbuka. Mata Dara terbelalak melihat dada Alvian yang naik turun, Alvian murka. "Alvian," dikamar ber-AC itu Dara merasa panas, keringat mengalir di dahinya, ia benar-benar merasa ketegangan disana. Alvian mendorong tubuh Dara, dan menindihnya, Alvian sudah cukup menahan hasratnya selama ini. Dengan sekejap, Alvian merobek kemeja putih yang Dara kenakan, tampak kancing-kancing bertebaran ke sembarang arah. Alvian melanjutkan ke bagian bawah, sehingga Dara terlihat polos tanpa sehelai benang-pun. "Aku mohon, Al. Jangan!" Dara menggelengkan kepalanya, memohon belas kasihan Alvian, bulir air mata mengalir dari sudut matanya. Namun sayang, menurut Alvian tidak ada lagi toleransi. Tanpa pemanasan terlebih dahulu, Alvian langsung menerobos inti tubuh Dara dengan miliknya yang sudah menegang. "Aaaaa

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 16. Haus Akan Cinta

    "Tidak, Alvian jangan lakukan ini," Dara meringis terasa sesak. "Kamu istriku, dan sudah tidak ada lagi kontrak perjanjian kita, aku bebas melakukannya denganmu," "Tapi, kita tidak menikah sungguhan, kita menikah bukan karena cinta!" ucap Dara sembari terisak, Dara tidak ingin di perlakukan dengan kasar. Alvian melepas cengkramannya, dan berdiri menghadap Dara yang sudah berantakan. "Baiklah, jika kamu tidak ingin melayaniku," Alvian berlalu pergi dan membanting pintu, saat ini ia sangat kesal karena hasratnya harus ditunda, sedangkan ia sangat tak tahan. Dara sedang menonton televisi diruang santai, lalu dengan santai Alvian berjalan dengan seorang wanita cantik namun pakaiannya sangat terbuka, Alvian merangkul pinggang wanita itu dengan mesra, membuat Dara terbelalak terlebih lagi ketika mereka masuk ke kamar Alvian dan Dara. Tak terasa air mata Dara menetes, lalu ia memilih pergi, sebelumnya ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Dara tak ingin mendengar at

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 15. Bukti Kejahatan Elshiana

    "Dara adalah Istriku, aku yang lebih berhak atasnya," merekapun berlalu pergi. Entah mengapa, Alvian mencium sesuatu yang berbahaya bagi Dara, maka dari itu Alvian harus menjauhkan Dara dari orang yang bukan kepeecayaan Alvian. Setibanya mereka di panthous, Alvian langsung menurunkan koper Dara dan membawanya ke kamar, dan Dara bingung karena disana ada barangnya Alvian. Melihat kebingungan Dara, Alvian berinisiatif memberi tahunya tanpa harus Dara bertanya. "Sekarang kita satu kamar!" ketika Dara hendak berkata, Alvian langsung memotongnya, seakan tahu apa yang akan Dara ucapkan. "Tidak menerima penolakan! dan satu lagi, kamu dilarang masuk ke kamar berpintu biru!" ucap Alvian benar-benar tal terbantahkan. Dara tak menyangka akan tetap tinggal dengan seseorang yang merebut perusahaannya. 'Dia benar-benar kejam!' ucap Dara dalam hati. Sedangkan Alvian sedang menerima telepon diluar. [Sudah ku duga, selama ini mereka tidak sebaik yang kulihat, terima kasih Sinta, aku minta hard

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 14. Masa Lalu Yang Datang Kembali

    Dara bergegas mebuat perjanjian perceraian, dimana disana dituliskan pihak wanita tidak menuntut harta apapun. Karena Dara ingin prosesnya lebih cepat, jika ia menginginkan perusahaanya di kembalikan pasti Alvian akan menolaknya mentah-mentah, Dara akan memikirkan cara lain untuk mengambilnya kembali. Di sore harinya Dara datang kembali ke perusahaan, dan disana Alvian sedang bersama Collega bisnis perempuan, dengan penampilannya yang sexy, terlihat sekali dia mencoba menggoda Alvian. ‘Cih, dasar lelaki hidung belang,’ batin Dara, ada rasa gemuruh panas di hatinya. Alvian melihat kehadiran Dara dan menyuruhnya duduk di sofa dengan menggunakan matanya, Dara mengerti maksud alvian. Namun, entah Alvian sengaja atau tidak, Dara benar-benar dibuat menunggu lama sekali tanpa diberi minum, bahkan Dara saat ini benar-benar mendidih melihat Alvian yang diam saja disentuh oleh wanita genit itu. Dara sama sekali tidak di anggap sebagai istrinya, membuat hatinya terluka, dan berdiri sambil me

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 13. Menginginkan Perpisahan

    "Baik, Ma! aku pergi, tapi aku tidak akan meninggalkan Dara. Aku tidak akan mengulangi hal bodoh itu sekali lagi. Asal mama tau, semua yang terjadi saat itu adalah salah paham!""Sekali penghianat tetap penghianat! Pergi!" Sembari menunjuk kearah pintu, sedangkan Barack menghampiri Elshiana yang sedang marah."Sudah, jangan marah-marah, jaga kesehatanmu, Els!" ucap Barack."Sebelum pergi, aku ingin memberi tahu bahwa perusahaan Red Galaxy resmi menjadi milikku, agar kalian tidak terkejut nantinya," Alvian pergi begitu saja menghiraukan kemarahan Barack dan Elshiana.Awalnya Alvian berjalan tegap, namun ketika hampir mendekati mobil langkahnya nampak gontai, saat ini Alvian sangat butuh melampiaskan kemarahannya.Alvian pergi ke kantornya Dara, begitu sampai ia langsung disambut hangat oleh Raisa."Al, kamu ngga bilang mau datang kesini?" ucap Raisa manja dan menyentuh dada bidang Alvian.Rahang Alvian mengeras nampak tak suka dengan perlakuan Raisa, dan menepisnya. Alvian begitu dingi

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 12. Masa Lalu Yang Menyakitkan

    "Aaaaaa," Dara tercebur ke danau, terasa sesak, tubuhnya lemas, seakan ada sesuatu yang menariknya kebawah, kepalanya mulai terasa berat, terjerembab hampir ke dasar danau.Saat dirasa Dara benar-benar sesak, dan pasrah dengan keadannya saat ini, tiba-tiba muncul dalam ingatan Dara, saat itu Dara sedang menuju kantor Alvian, Dara berniat untuk membawakan bekal makan siang, namun ketika Dara memasuki ruangan Alvian yang sengaja tanpa permisi untuk memberikan kejutan, ternyata malah Dara yang diberi kejutan oleh Alvian. Bagaimana tidak? Dara melihat Alvian berpelukan dengan wanita lain.Dara menjatuhkan bekal untuk Alvian, sedangkan Dara berlari. Hingga sebuah mobil menubruk tubuh Dara yang menyebrang tanpa lihat arah, Dara begitu terpukul. Sekarang Dara mengingatnya. Namun, kenyataan membuatnya begitu sesak.byuuurTak lama saat Dara tercebur, tanpa berpikir panjang Alvian langsung menceburkan diri, ia tahu Dara tidak bisa berenang. Alvian berenang kebawah untuk menggapai lengan Dara,

  • Ranjang Panas Sang Presdir   Bab 11. Tercebur Ke Danau Yang Dingin Setelah Aksi Panas

    "Kenapa melamun begitu Dara?" tanya Alvian membuyarkan lamunan Dara."Eh, nggak kok. Siapa yang melamun? Aku mau bersih-bersih dulu, Mas." Dara melenggang pergi ke kamar mandi.Ketika Dara hendak menutup pintu kamar mandi, Alvian menahan pintu tersebut."Hei, Mas. Apa yang kamu lakukan? tanganmu bisa terjepit pintu!" Suara Dara sedikit kencang karena terkejut dengan tingkah suaminya."Tunggu, Dara. Tolong bukakan pintunya ya!" Alvian mendorong sedikit lebih kencang, namun tidak sepenuh tenaganya, karena takut Dara terjatuh."Astaga, Mas. Kenapa sih kamu, Mas?" Sambil membuka pintu kamar mandi."Aku juga mau mandi, kita mandi bareng aja ya! Biar cepet," Sembari masuk ke kamar mandi tanpa permisi."Kyaaa, Hei tidak bisa!" pekik Dara.Dara mencoba mendorong Alvian keluar, namun usahanya sia-sia, malah Dara yang yang kini terjerembab dalam pelukannya, tanpa bisa melawan dan Alvian menyalakan shower air hangat, menambah keintiman keduanya. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap yang kini

DMCA.com Protection Status