TRAUMA DAVINA PADA AIR, KENAPA?"Kau memang benar-benar perfeksionis, Davina. Bahkan saat berlibur seperti ini, kau juga memastikan semua tubuhku teroleksi sunscreen dengan baik," puji Lukas."Bukankah aku sudah bilang padamu, Tuan Lukas? Kau tidak akan rugi mendapatkan istri kontrak sepertiku, karena aku akan melakukan semua dengan totalitas," ucap Davina ."Sepertinya aku harus memberikan bonusan jika memang kontrak ini akan berakhir. Karena kau memang sangat sempurna untuk menjadi seorang istri kontrak," sahut Lukas.Davina hanya tersenyum kecut dengan ucapan Lukas itu. Semua perkataan itu benar-benar menyadarkan dia bahwa statusnya memang hanya sebagai istri kontrak tidak lebih. Davina pun segera berbalik arah membelakangi Lukas."Pergilah dulu, Tuan Lukas. Aku akan berganti baju snorkling ini saja, agar suhu tubuhku terjaga," ucap Davina."Kenapa aku harus keluar? Kenapa kau tidak ganti baju sekarang saja? Aku tidak mengerti," terang Lukas."Kau masih ada di sini dan aku tidak m
TERPELESET KARENA DEBURAN OMBAK!"Apa yang membuatmu sangat trauma pada air, Davina?" batin Lukas dalam hati, namun dia juga tak ingin menanyakannya sekarang karena akan merusak suasana."Tuan Lukas, apakah kau akan benar-benar menolongku nanti?" tanya Davina sambil membuka matanya dengan sipit sekali."Tentu," sahut Lukas sedikit membenarkan posisinya karena lehernya agak sakit menggendong Davina dengan posisi ini."Entah mengapa aku rela menggendong wanita ini. Aku tak mengerti pada diriku sendiri sekarang, aku mulai dikendalikan oleh perasaanku. Bahkan aku sangat rela dan tak pernah mengeluh saat leherku terasa sangat sakit. Saat dia mengeratkan pelukannya, namun aku tak keberatan sama sekali," kata Lukas dalam hati."Sekarang kau berani turun tidak? Jika kau berani turun aku akan menurunkanmu perlahan. Kau tetap bisa memelukku sambil turun ke bawah secara perlahan. Aku tak akan meninggalkanmu," ujar Lukas. Davina pun menganggukkan kepalanya perlahan."Bai
WARNING 21++ AKU INGIN BERCINTA DENGANMU!"Tuan Lukas! Aku bisa berdiri dengan baik sekarang," terang Davina kegirangan."Benarkah? Baik aku akan melepaskanmu. Kau bisa di bagian sana juga karena tak dalam," jawab Lukas. Davina langsung cemberut."Ck! Tuan Lukas, kau tadi mengatakan ini adalah tempat yang dalam sekarang mengatakan tak dalam. Jangan-jangan kau hanya ingin menakutiku ya," protes Davina merajuk sambil memukul dada Lukas yang sedang berdiri di hadapannya ."Hahaha," Lukas tertawa senang berhasil menjahili Davina berkali-kali."Kenapa kau membawaku ke sini bagian sini, Tuan Lukas? Kita kan bisa di tepian sana, menurutku pemandangannya akan sama saja," ujar Davina."Davina, apakah kau lupa bahwa tadi kau yang meminta dan suka rela mau serta mengajakku ke sebelah sini. Jadi bukan aku yang mengajakmu, kau yang menyerahkan dirimu. Lalu mengapa sekarang kau mau protes padaku," sanggah Lukas. Davina pun melihat ke arah Lukas dan menyengir."Hehe, i
WARNING 21 ++ BIMBANGNYA HATI ANTARA NAFSU DAN RINDU"Wajah sendumu ini membuatku ingin bercinta denganmu," ucap Lukas."Begitu pun aku, Tuan Lukas," sahut Davina."Apakah kau serius?" tanya Lukas sambil menggesekkan batangnya yang mengeras ke selakangan Davina. Davina menganggukkan kepalanya perlahan sambil terus menatap wajah Lukas yang sangat tampan baginya."Jangan bercanda, Davina. Aku sedang benar-benar ingin melakukannya tanpa paksaan siapapun denganmu," ucapnya."Ya, aku tidak bercanda, Tuan Lukas," jawabnya."Oh ya? Davina sekertarisku yang seksi, istri kontrakku yang begitu liar ternyata tak pernah bercanda ya," kata Lukas sambil merengkuh Davina ke pelukannya. Dia dengan perlahan menurunkan risleting Davina."Tu..Tunggu Tuan Lukas!" pekik Davina menyadari Lukas membuka bajunya di tepi pantai."Apalagi?" tanya Lukas."Apakah kau akan melakukannya di sini? Di pinggir pantai seperti ini?" tanya Davin."Ya, aku akan melakukannya di sini
WARNING 21++ AKHIR BULAN MADU?"Karena aku takut, setahun akan berlalu begitu cepat tanpa aku sadari. Begitu aku menyadarinya aku harus menerima kenyataan lagi, bahwa aku hanya sekedar istri kontrakmu saja. Tak lebih. Agar aku tak merasa sia-sia merendahkan harga diriku sampai seperti ini, di saat kau hanya fokus padaku maka aku ingin memilikimu sepenuhnya," sambung Davina dalam hati.Melihat Davina yang menatapnya sambil terdiam, Lukas pun tak sabar. Dia segera menggendong Davina, mengangkat tubuh mungkil itu yang kini sudah telanjang bulat. Menggendongnya sampai mereka saling bertatapan. Lukas melumat bibir Davina lagi, sedangkan Davina mengeratkan pelukannya. Sampai Davina menyadari baju snorkling yang dia pakai hanyut di bawa ombak."Tunggu, Tuan Lukas. Turunkan aku, baju renangnya hanyut," ucap Davina menunjuknya."Tidak apa-apa, kau tidak akan memakainya lagi sampai kapalnya akan tiba," ucap Lukas sambil menggendong Davina berjalan ke arah Bungalow."Apakah
KEPULANGAN DAN TELPON MENDADAK"Haruskah kita segera kembali ke kantor lagi, Tuan Lukas?" tanya Davina."Menurutmu bagaimana? Apakah aku harus tetap di sini menemanimu kita menghabiskan sisa-sisa umur di sini, di Pulau terpencil. Atau kau ingin kembali ke kota untuk bekerja?" sahut Lukas. "Jika boleh jujur, aku ingin ada di sini selama mungkin, Tuan Lukas. Tapi aku juga sadar tak akan mungkin. Karena kita tetap harus bekerja dan menjalani kehidupan normal seperti orang lainnya," terang Davina. "Apakah itu artinya kau sudah bosan denganku, Davinn?" tanya Lukas. Davina pun menggelengkan kepalanya lemah."Tidak, Tuan Lukas. Tentu saja tidak ada kata bosan saat bersamamu. Kau selalu memiliki banyak hal baru yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Bahkan aku merasa semua keinginan masa kecilku bisa terwujud olehmu, termasuk hal-hal yang menurutku mustahil pun bisa kau lakukan untukku," jelas Davina."Jadi, terima kasih ya Tuan Lukas. Terima kasih karena kau memb
ULAH SEAN YANG TERKENA IMBASNYA JUSTRU LUKAS!"Tidak, Davina. Beristirahatlah di rumah. Kau pergilah duluan ke rumah kita," jawab Lukas."Kau?""Aku rasa aku harus mampir ke rumah orang tuaku lebih dahulu untuk menyelesaikan beberapa masalah. Kau tak perlu ikut," tegas Lukas. Davina pun hanya menghela nafas panjang. "Kau pasti lelah, kau juga jangan menungguku nanti. Ini akan memerlukan waktu lama, jadi tidurlah terlebih dahulu," pesan Lukas terakhir kalinya. Davina pun menatap Lukas dengan tatapan nanar, namun di sisi lain dia juga tak berani membantah apa yang diperintahkan oleh Lukas."Apa aku seburuk itu, Tuan Lukas? Mengapa sampai kau tidak bisa mengizinkan aku untuk memberi salam kepada keluargamu? Apakah aku benar-benar tak bearti untukmu dan hanya sekedar istri kontrakmu saja? Jadi kau pikir aku hanya menemanimu di ranjang sampai puas? Padahal aku hanya ingin menyapa saja, lazimnya keluarga. Karena aku tak memiliki keluarga," batin Lily dalam hati sambil
MENCARI DIMANA KEBERADAAN SEAN Nyonya Lily pun menganggukkan kepalanya lagi, dia tak bisa berkata-kata. Dia mengusap air matanya yang jatuh, tapi dia tidak ingin Lukas melihatnya. Dia tahu anak lelaki angkatnya itu sangat membenci jika dia menangis. Nyonya Lily pun segera mengambil teh di meja untuk mengkamuflase hatinya yang sedang gundah gulana. Lukas pun berjalan mendekati ke arah Mama angkatnya itu."Jangan khawatir, Ma. Dia akan segera kembali," ujar Lukas."Aku sangat khawatir, Lukas. Sean sangat berbeda denganmu, dia sangat sensitif, hatinya gampang tersulut emosi sesaat. Tak sekali atau dua kali kan kakak angkatmu berbuat seperti ini," jelas Nyonya Lily."Iya, aku paham. Tapi mama percaya padaku kan?" tanya Lukas."Tentu, selama ini hanya kau lah yang bisa selalu Mama andalkan kapanpun, Lukas. Hanya kau, Papa mu masih sibuk di luar negeri dengan bisnis nya yang baru," jawab Nyonya Lily."Baiklah, jika memang Mama percaya padaku tenanglah dulu. Istira
EXTRA PART"Tuhan terima kasih! Terimakasih!" pekik Lukas sambil terus memeluk Davina, dia menciumi Davina kemudian mengelus perlahan Davina ya memang sedikit menggendut."Aku pikir kau gendut karena terlalu banyak makan, ternyata kalau hamil," gumam Lukas. Davina langsung mendelikkan matanya ke arah Lukas."Oh kalau aku gendut aku tak cantik lagi? Begitu?" protes Davina. Lukas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menyadari kesalahannya."Tidak Sayang, tidak. Kau mau gendut atau kurus tetap cantik, kau makin montoq dan menggairahkan saat gendut. Apalagi saat ini, kau sedang mengandung buah cinta. Mari kita periksa, kita harus segera memeriksakan kehamilanmu, Davina," jawab Lukas."Tapi benar ka, Tuan Lukas? Aku masih cantikkan?""Tentu dong. Cantikmu bertambah berkali kali lipat saat hamil, jadi jangan sampai bayi ini kenapa-kenapa ya, Sayang. Dia akan menjadi seorang yang hebat kelak karena memiliki orang tua seperti kita. Aku pastikan itu, jika dia wanita akan cantik se
KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!TAMAT!"Aku takut kecewa, Bu. Bagaimana kalau ini hanya sakit biasa" tanya Davina."Kalau memang kau tak hamil maka tak masalah. Toh kalian masih punya banyak waktu yang penting, kita tespek dulu agar jelas semuanya. Ibu yakin kau hamil," jawab"Entahlah, Bu. Aku takut," kata Davina."Aku takut banyak berharap. Karena selama ini aku juga tak kunjung hamil," sambungnya lagi.Tak lama Bi Sun pun kembali dengan membawa tespek yang sudah dipesan oleh Nyonya Rita. Davina ingin mengetesnya, dia sudah tak sabar sekali."Bu, bolehkah aku mengetesnya sekarang?" tanya Davina."Sebenarnya yang paling valid adalah besok pagi, Nak. Pipis pertamamu setelah bangun tidur. Tapi jika kau memang penasaran dan jujur Ibu pun juga sangat penasaran sekali. Bagaimana kalau kita cek kali ini saja? Kalau memang haslnya samar kau bisa mengulang lagi besok pagi," usulnya. Davina mengangguk setuju dengan usul Nyonya Rita."Baik, Bu," kata Davina.Untung saja Davina belum terlalu banya
Pergi membeli tespek "Kau kenapa?" tanya Ibu Davina melihat putrinya sedikit berubah. "Kau nampak tak sehat, Sayang? Kau sakit ya? Pucat sekali," sambungnya. "Benarkah aku nampak pucat, Bu?" sahut Davina. Nyonya Rita menganggukkan kepalanya. "Pantas saja Tuan Lukas khawatir," batinnya lagi. "Aku merasa tidak enak badan dari semam, Ma. Sudah beberapa hari mungkin namun aku terus menahannya. Aku rasanya seperti terkena terus-terusan masuk angin. Karena beberapa malam ini aku selalu lembur malam. Aku setiap pagi akan selalu berkali-kali muntah, entah mengapa aku merasa akhir-akhir ini begitu parah," jelas Davina. "Apa kau sudah periksa? Jangan-jangan kau terkena asam lambung. Kau setres karena pekerjaan? Apakah kau juga bekerja berat akhir-akhir ini?" tanya Nyonya Rita sambil menghampiri putrinya yang berada di sofa ruang tamu. Davina menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak, Ma. Aku tidak pernah punya riwayat sakit maa
KAU KENAPA, DAVINA? "Lalu? Kenapa kok diam begitu tiba-tiba? Aku kira aku tak menginginkan anak dariku," kata Lukas sambil cemberut. "Tentu itu tidak mungkin, Tuan Lukas. Aku juga sangat mencintaimu dan memiliki anak darimu juga adalah salah satu impianku. Tapi bukankah ini aneh sekali, Tuan Lukas?" tanya Davina menoleh ke arah Lukas dengan wajah yang susah di artikan. "Aneh? Apanya yang aneh?" sahut Lukas. "Jika dipikir-pikir kita hampir melakukannya setiap hari. Bahkan kau tak pernah melakukan itu menggunakan pelindung kan? Tapi kenapa aku belum hamil juga ya?" gumam Davina. Lukas mengelus kepala Davina. Bukan tanpa alasan dia sangat yakin jika Tuhan pastilah tahu mana yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk mereka memiliki anak. Karena kalau di pikir lagi memang benar apa yang dikatakan Davina itu. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, Davina. Apakah itu berarti kau mau kan memiliki anak dariku?" tanya Lukas.
ANAK DARI DAVINA? "Sekarang urusan kita sudah selesai kan? Ayo kita cepat masuk dan selesaikan apa yang kita lakukan di pagi hari lagi," aja Lukas. "Lagi?" tanya Davina. Lukas langsung mengangguk denga semangat. "Tentu! Kenapa kau terlihat seperti tidak tahu apa-apa dan meragukan kemampuanku begitu. Sudah aku bilang padamu untuk menyelesaikannya sekali di pagi hari tapi kau menundanya, aku baru keluar sekali. Kurang dua kali," bisik lukas sambil memeluk Davina. "Ck! Baiklah. Karena itu permintaanmu maka aku akan lakukan dengan senang hati, Tuan Lukas. Andai Ibu tahu apa alasan ku terlambat tadi dua puluh menit adalah kau harus melayani Tuan Lukas, akankah dia mengomel?" gumam Davina. "Tak akan berani," sahut Lukas mengecupnya. Ya, kini Lukas memang memiliki kebiasaan baru jika badannya pegal maka dia akan meminta Davina untuk memijatnya setelah bercumbu mesra. Mereka pun segera mengendarai mobil itu pulang ke rumah. Davina
AYO KITA SELESAIKAN LAGI"Aku tidak bisa merasa lebih baik tentang hal itu, kau akan menjadi Ibu suatu saat nanti. Jadi kau tak akan pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku. Tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya, aku hanya ingin kau tahu saja apa alasanku memperlakukanmu," sambungnya. Davina tersenyum sinis."Tunggu saja sampai aku merasa kasihan padamu," ujar Davina kekeh.Jujur saja, sebenarnya hatinya sudah terusik sekali ingin segera membantu Mama angkatnya tapi mengingat lagi semua perlakuan lama angkat yang selama ini membuatnya cukup sakit hati. Apalagi Mama angkatnya juga tak pernah mengatakan maaf sekalipun, baru kali ini dia mendengar ucapan maaf dari mama nya.Tnpa diduga tiba-tiba mama angkat Davina berdiri dari kursinya. Kemudian di langsung menjatuhkan dirinya, dia terduduk di lantai bersimpuh. Ini adalah hal yang mustahil dilakukan oleh mama angkat Davina jika tidak dalam situasi yang sangat mendesak dan itu sempat membuat Davina terpe
PERTEMUAN DENGAN MAMA ANGKAT!"Kau tahu karena ulahmu buku tabungan barang-barang rumah tangga dan semuanya disita! DAN ITU ULAHMU, KAN?" cerca Mama Davina."Ulahku?" tanya Davina heran."Ya. Ka kan yang membuaat semuanya?" tuduh Mama Angkat Davina."Hahaha. Kau koyol sekali, Tante. Menduhku tanpa bukti. Baiklah kalau begitu, tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap di sini sambil mendengar hal-hal yang menggangguku. Sepertinya kau belum mengerti jika ada kata-kata yang mengganggu telingaku. Sekali lagi aku akan pergi dan aku tidak berkenan mendengarkan umpatan dari mulutmu," tegas Davina."Jadi sebaiknya kau hati-hati!" lanjutnya. 'Glek' mama angkat Davina langsung meneguk ludahnya dengan kasar. Dia tak menyangka anak angkatnya sekarang kini sudah berani berbicara kepadanya seperti itu. Mama angkat Davina terdiam dan memperhatikan Putri angkatnya itu. Dia melihat semua yang dipakai putri angkatnya adalah barang-barang branded salah satu desainer ternama. Bahkan dia mengenakan tas
DAVINA DAN TITIK BALIKNYA! "Pokoknya tidak, Tuan Lukas! Tidak ada acara bercinta siang atau sore hari. Pokoknya bercinta hanya akan dilakukan pada malam hari. Karena aku akan keluar untuk bermain di siang hari. Asal kau tahu saja, Tuan Lukas. Aku sudah menyiapkan banyak baju untuk outfit beitupun dengan bajumu. Seperti layaknya pengantin baru! Ini sangat tidak adil jika kita pergi ke sana dan tidak melakukan apa-apa," protes Davina. "Ya, ini tidak adil. Aku juga merasa sama sekali tidak adil, Davina. Karena aku lebih suka memelukmu seharian dari pada harus berlarian di tepi pantai," sahut Lukas mengeratkan pelukannya sampai dada Davina menempel di badannya. "Kau kan bisa melakukannya kapanpun, Tuan Lukas," jawab Davina. "Ya, tapi aku selalu merasa kurang. Bahkan rasanya satu juta kali lebih banyak daripada waktu luang yang bisa aku lakukan di sana akan ku habiskan untuk memelukmu seperti ini," kata Lukas. "Tapi itu tidak akan berhasi
PERGI BULAN MADU KE MALDIVES LAGI! "Sekarang, makanlah! Aku sudah menyiapkannya," perintah Davina. "Kau tidak berencana memberi aku makan ini lagi kan?" tanya Lukas. "Kenapa memangnya?" sahutnya. "Apa kau lupa, Davina? Kau pernah memberiku makanan ini, kau berkata memasaknya dengan spesial. Kau juga bilang melakukan semua untuk melayaniku dengan sempurna. Tapi apa nyatanya? Kemudian kau menghilang dan pergi begitu saja kan? Kau ingat tidak terakhir kali kau memberi makanan apa? Ini kan?" cerca Lukas. "Kau mengatakan makanan ini penuh kenangan dan memorial. Dan benar, makanan ini juga yang membuatku trauma kehilanganmu, Davina. Karena apa yang kau katakan saat itu sangat membekas dalam benak dan ingatanku. Dimana aku menjadi frustasi dan hampir gila karena kau meninggalkanku setahun lalu dari rumah ini," sambung Lukas. "Sungguh aku takut itu akan terulang lagi, Davina. Aku tak ingin itu terjadi, Davina. Pertama kau merayuku