Share

Bab. 2 Alam Lain

Penulis: Him
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-25 10:54:15

Di sebuah hutan yang sunyi, pohon-pohon besar menjulang tinggi ke langit. Tanah dan batang-batang pohon yang berlumut. Itu seperti tidak pernah seorang pun melintas melewatinya. Atau dengan kata lain, tidak ada tanda-tanda aktivitas makhluk hidup. Anak laki-laki itu terbangun. Matanya mencoba melihat area sekitarnya. Suasana hutan yang sunyi dan mencekam. Kabut tebal yang membatasi pandangan mata, dan udara dingin yang menusuk sampai ke tulang-tulang. Membuat bulu kuduk anak itu merinding.

'Di mana ini...'

Dia bangun dan berjalan mencoba menelusuri hutan yang sunyi itu. Pencahayaan yang kurang akibat lebarnya pohon di hutan membuat cahaya matahari sulit untuk menerobos masuk. Hampa, benar-benar hampa. Bahkan tidak ada satupun suara serangga yang terdengar.

Sesaat anak itu menelusuri jalan. Ia merasakan ada sesuatu yang mengintip dan mengikutinya dari belakang. Anak itu merasakan kalau dirinya seperti dipantau sesuatu.

'Apa ada yang mengikutiku?'

Dengan polosnya anak itu menoleh ke belakang. Namun ia tak melihat siapapun. Hanya pohon-pohon besar yang berlumut.

"Hey! Ada orang di sana?"

Makhluk itu mengeluarkan hawa kehadiran yang kuat sehingga anak itu tahu bahwa ada seseorang di sana. Anak laki-laki kecil yang polos itupun merasa sedikit lega, menyadari ia tidak sendirian di tempat menakutkan itu. Dia mencoba mendekati sosok makhluk yang sembunyi itu.

"Keluarlah. Apa kau tahu ini di ma-"

Baru saja anak itu mau menanyakan sesuatu. Sosok hitam itu keluar dan menunjukkan diri. Matanya terbelalak melihat sosok itu. Tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku seketika. Karena dia tahu sosok yang di hadapannya itu bukanlah manusia.

Badannya menjadi gemetar menyaksikan sosok makhluk besar dan tinggi yang menyeramkan. Mata merah menyala, gigi yang bertaring dan mengeluarkan air liur yang menjijikkan. Kaki dan tangan yang sangat panjang. Rambut berantakan yang mengeluarkan bau tak sedap.

"A-aa a-a..."

Suara anak kecil itu terbata-bata, tak tahu harus berbicara apa.

Merasakan situasi menakutkan itu, rasa takut di hatinya segera menggerakkannya untuk berlari menjauh dari makhluk itu sekuat tenaga. Jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Ia terus berlari menjauh. Saat ia sudah merasa jauh dari makhluk tersebut, ia menoleh ke belakang mencoba melihat makhluk menyeramkan itu. Makhluk itu masih mengejarnya dengan santai. Semakin lama makhluk itu semakin dekat, karena kakinya yang panjang sangat mudah mengejar langkah kaki kecil anak itu.

Melihat mahluk mengerikan itu semakin mendekat membuatnya panik. Jantungnya kali ini benar-benar tak bisa memompa dengan benar. Deg-deg-deg-deg. Rasa panik yang ia rasakan membuatnya tidak bisa berlari dengan benar dan kaki kanannya tidak sengaja menyenggol kaki kirinya hingga membuatnya jatuh ke tanah.

"Aahhh!!"

Dia mencoba bangkit. Tapi luka di lututnya memar dan berdarah. Di tambah pergelangan kakinya terkilir. Ia meringis memegangi kaki kanannya yang kesakitan, namun makhluk itu sudah berada di depannya. Dia mendonga ke atas gemetaran. Ingin rasanya segera berlari, tapi ia tahu takkan sempat. Sosok menyeramkan itupun membalas tatapannya melihat ke bawah sekaligus memamerkan gigi-giginya yang jorok dan mengeluarkan liur.

"Aaaaahhh!!!"

Anak itu tak tahan dengan pemandangan di depannya sehingga ia berteriak sekuat-kuatnya membuat seisi hutan dipenuhi lengkikan teriakannya.

***

Di suatu tempat, hutan yang cerah dan dipenuhi serangga kecil. Seorang wanita tua dan seorang gadis kecil sedang mencari kayu dan ranting merasakan sesuatu dan menoleh ke dalam hutan.

***

Sosok makhluk hitam berdiri di depannya. Mengangkat tangan kanannya dan bersiap menyerang ke arah anak itu dengan cepat. Mengetahui apa yang akan di lakukan makhluk itu dia mencoba bergerak menghindar namun makhluk itu lebih cepat.

Jleeb!

Kuku-kuku panjang menusuk perut anak itu dan mengangkatnya. Rasa sakit yang ia terima sangat hebat. Dia merasa darahnya seperti mendidih. Tergantung di kuku panjang makhluk tersebut. Darah yang keluar dari perutnya mulai berjatuhan ke tanah. Otaknya panik tak bisa merespon apa yang di alaminya membuat darahnya naik ke atas hingga keluar dari mulut dan matanya. Melotot melihat sosok makhluk yang menyeramkan dan kejam. Ketakutan menyelimuti hati dan pikiran.

Penglihatan matanya mulai buram. Pandangan berkunang-kunang akibat kehilangan banyak darah.

'Apakah aku akan mati...'

'Aku belum mau mati...'

'Aku ingin pulang...'

'Tolong aku...'

'Siapa saja...'

'Siapa saja tolong aku!!!'

Sebuah selendang putih terbang ke arah makhluk itu dan menabraknya. Membuatnya terpental sehingga anak itu terlepas dari kukunya dan jatuh tergeletak ke tanah. Tanah sedikit bergetar akibat mahkluk tersebut.

"Nenek... bukankah itu-" seorang gadis kecil yang memiliki rambut berwarna silver bertanya kepada wanita paruh baya di sampingnya.

"Begu Ganjang," tatap wanita tua itu tajam ke sosok makhluk hitam tersebut.

"Sona cepat bawa Anak itu kemari!" ucapnya sembaring melebarkan tangannya.

Gadis kecil itu, Sona langsung mengerjakan apa yang diperintahkan neneknya. Menarik tangan anak laki-laki itu dan menyeretnya mendekati nenek. Keadaannya sangat parah. Dia saat ini berada di ambang kematian jika tidak segera di obati.

Melihat cucunya membawa anak laki-laki itu mendekat, wanita tua itu komat-kamit seperti merapalkan mantra. Begu ganjang yang tadinya jatuh terpental, bangkit dan melihat orang yang menyerangnya. Dia begitu marah dan mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya.

"Groooaaahhh!!"

Begu Ganjang itu teriak dan berjalan mendekati mereka. Tanah sedikit bergetar akibat hetakan kakinya.

"Ayo Sona!"

Neneknya berjalan cepat menjauhi begu ganjang sambil membawa anak laki-laki itu. Sona yang cekatan mengikuti langkah neneknya.

Begu ganjang yang mengejar mereka semakin geram dan mempercepat langkahnya.

"Grrroooaaahh!!"

Langkah nenek yang lambat tak bisa mengikuti sona yang begitu cepat berlari di depannya. Begu itu semakin dekat. Dan begitu dekat sehingga bisa menyerang si nenek. Nenek sadar makhluk di belakangnya sudah siap menyerangnya. Nenek menoleh ke belakang melihat makhluk itu dengan santai. Begu ganjang sudah mengangkat tangannya, bersiap menghantam orang di depannya. Sona melihat neneknya di belakang akan diserang begu itu berteriak.

"Neneeek!"

Dubh!

Sebuah penghalang seperti perisai balon transparan di dekat si nenek melindunginya dan menghalangi tangan Begu itu. Ia mencoba lagi menyerang dengan tangannya yang kasar. Tapi makhluk itu tidak bisa menembus perisai transparan yang melindungi nenek tersebut. Dengan pelan si nenek menatap tajam ke Begu.

"Pergilah ke tempat asalmu!" kata nenek dengan nada dingin. Lalu ia berbalik meninggalkan Begu itu.

Ia membawa anak laki-laki yang digendongnya pergi menjauh. Ia tau begitu melihat luka yang di dapat anak itu. Jika tidak segera diobati. Ia tak akan dapat di selamatkan. Jadi ia segera berlari secepat mungkin untuk membawanya pergi dari situ. Begu itu tahu tidak bisa berbuat apa-apa. Ia yang kesal karena mangsanya lepas hanya bisa berteriak sekuat-kuatnya.

"Grrooaaaaaah!!!"

Bab terkait

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab 3. Alam Lain(2)

    Di bawah kaki Gunung, terdapat sebuah Gubuk kecil yang terlihat cukup nyaman untuk ditinggali. Di dalamnya, anak laki-laki yang terluka tadi berbaring di tempat tidur kasar yang terbuat dari bambu. Kedua bola matanya sedikit—demi—sedikit terbuka hingga sempurna. Dia bangun. Memperhatikan sekelilingnya, menyadari badannya bertelanjang dada dan perutnya dibalut kain putih. Sona yang lewat pintu kamar tak sengaja melihat anak laki-laki itu. Segera memanggil neneknya untuk segera datang. Nenek yang mendengar suara Sona datang ke kamar dan melihat anak laki-laki itu. Anak laki-laki hanya berekspresi datar bingung menatap wajah mereka. Tergambar senyum di wajah nenek itu saat melihatnya baik-baik saja. "Kamu tidak apa-apa Nak? apa perutmu masih sakit?" tanya nenek itu pelan menghampiri anak laki-laki itu. "Nenek ini siapa?" Anak itu bertanya balik tanpa mengindahkan pertanyaan si nenek. "Nenek yang menyelamatkanmu dari Begu Ganjang!" jawab Sona sambil tersenyum. Anak itu mulai mengi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 4 Ilmu Batin

    Tempat yang penuh keramaian. Orang-orang memiliki kesibukan sendiri. Berjualan, mendagangkan dagangannya. Ya, itu adalah sebuah pasar kecil. Pasar kecil yang terletak di sebuah Desa. Yohan yang sedari tadi berjalan, masih belum mengenali tempat di mana dia berada. 'Ini memang bukan Kota Tebing Tinggi.' 'Bahkan pakaian dan logat bicara mereka sangat aneh'. Yohan terus berjalan memperhatikan sekeliling pasar. Mencari-cari petunjuk yang bisa membantunya. Tak jauh dari posisi Yohan ada dua orang pria ribut yang menarik perhatian orang-orang sekitar. "Bhaha! Subin! Berani sekali kau menantangku lagi. Apa kau tidak jera kalah dariku kemarin!" hardik seorang pria dewasa bertubuh tinggi. Rambutnya gondong halus. Ada bekas luka yang cukup besar di matanya. Luka itu menjelaskan kalau orang ini sudah banyak mengalami pertarungan. "Apa kau bodoh, Raven! Aku sekarang akan membalasmu! Kemampuan batinku sudah mencapai tingkat level 2. Sekarang akan kuberi pelajaran mulut sombongmu itu sialan!"

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 5 Ilmu Batin(2)

    "Jadi Bocah, kenapa kau mengikutiku sampai ke sini?" Subin duduk berhadapan dengan Yohan. Namun Subin tak mendengar sepatah kata dari Yohan. handuk basah di kepala menyembunyikan raut wajahnya. "Kau bukan orang sini, apa kau tersesat? Di mana Orang tuamu tinggal?" "Aku tak tahu Paman. Aku tak tahu Orang tuaku di mana," *** *FLASHBACK* Saat Subin membuka pintu, dia melihat Yohan basah kuyup di depan pintu rumahnya. "Kau... kenapa kau ada di sini?!" *** "Jadi bagaimana kau bisa sampai di sini?" tanya Subin sambil melipat kedua tangannya. Dari nada bicaranya ia sepertnya tidak senang dengan keberadaan anak itu. "Setelah selesai makan di kedai tadi, aku buru-buru mengikuti Paman. Dan sampai di-" "Bukan. Bukan itu yang kumaksud. Maksudku bagaimana kau bisa sampai di Desa ini?" Yohan paham, tak mungkin lagi menceritakan kejadian yang sebenarnya yang tak bisa dicerna akal sehat. Maka dari itu, Yohan mengarang sebuah cerita. "S-saat itu, a-aku jalan-jalan dengan Orang tuaku dan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 6 Ilmu Batin(3)

    Di dekat Rumah kayu milik Subin, ada sebuah hutan kecil yang cukup rindang. Rerumputan hijau terbentang sedikit memanjakan mata. Di sana, Subin dan Yohan sedang latihan. "Dengar, aku akan mengajarimu melalui dasar-dasarnya dulu," kata Subin tanpa mengharapkan jawaban. Yohan di hadapannya hanya diam duduk manis mendengarkan. "Dalam Ilmu Batin, ada tiga jenis ilmu yang bisa di pelajari. Yaitu Ilmu Serangan, Ilmu Penyembuhan dan Ilmu Pemanggilan. Dan masing-masing terbagi menjadi 7 Level yang berbeda tingkat. Dasar, menengah, tinggi, master, legend, king, god. Dan untuk menggunakan ilmu batin diperlukan wadah batin untuk mengumpulkan aura batin," jelas Subin sambil mondar mandir di depan Yohan. "Wadah batin akan semakin besar selama pemiliknya sering menggunakan atau melatihnya. Namun dalam beberapa kasus ada orang-orang yang pada dasarnya sudah memiliki wadah batin yang besar." "Gu-guru... orang-orang itu siapa?" tanya Yohan sedikit ragu. Ia belum terbiasa memanggil Subin dengan gel

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 7 Putra Mahkota

    Pagi yang cerah. Burung-burung yang berpasang-pasangan berkicauan di ranting-ranting pohon. Yohan membuka pintu, merenggangkan badannya menyambut sinar hangat cahaya matahari. Tampak Subin sedang duduk di teras depan rumah dengan secangkir kopi. "Selamat pagi Guru!" sapa Yohan dengan ceria. Tampaknya ia sangat bersemangat untuk melakukan apa saja hari ini. "Selamat pagi," jawab Subin biasa. Ia menyeruput kopinya sambil sesekali menghisap sebatang rokok yang ada di tangannya. "Jadi Guru, apa kita akan mengkapak kayu lagi hari ini?" tanya Yohan. "Simpan semangatmu itu Bocah. Pergilah mandi. Hari ini kita akan pergi ke Ibukota," "Ibukota? Kenapa kita akan pergi ke Ibukota?" tanya Yohan bingung dengan perubahan jadwal. Subin menyeruput kopinya lagi, tatapannya jauh ke depan. Sekali lagi ia menghisap rokok di tangannya lalu menghembuskannya ke udara. "Aku dengar semalam dari orang-orang di pasar, hari ini adalah peresmian Putra Mahkota Pangeran Samuel," Tiba-tiba kepala Yohan sediki

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 8 Putra Mahkota(2)

    Anak kecil itu adalah seorang Pangeran bernama Samuel Silalahi. Ia berdiri di samping Raja dan bertekuk lutut di hadapannya. Raja Jhontany mengambil pedang mewah yang di sodorkan para pelayan. Lalu memberikannya kepada Pangeran Samuel. Samuel menerima pedang tersebut dengan penuh rasa hormat. Tak lupa setiap tindakan raja dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan. Lalu Raja memasangkan Mahkota kecil di kepalanya dan memegang kedua bahunya untuk menyudahi sikap hormatnya. "Sekarang lakukan seperti yang sudah dilatih Roland" bisik sang Raja. Raja sekali lagi menghadap ke arah rakyatnya dan melambaikan tangan sambil tersenyum manis yang terlihat palsu. Lalu ia pergi meninggalkan panggung. Para hadirin bersorak-sorai sebagai salam saat Raja pergi. Yohan berada di dalam keramaian. Karena tubuhnya yang kecil membuatnya tak dapat melihat panggung. Ia mencoba menyelinap di kerumunan untuk dapat melihat Pangeran. Pangeran Samuel, berdiri di depan khalayak. Memulai pidatonya sebagai Putra Mahkota

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 9 Perang Masa Lalu

    Di dalam Kerajaan Istana. Raja Silalahi, Johntany sedang melakukan pertemuan bersama 4 Jendral Pendekar Batin Kerajaan. Bahkan ada Roland juga yang ikut hadir dalam pertemuan. Hawa kuat sangat begitu terasa di setiap sudut ruangan, akibat berkumpulnya orang-orang di satu tempat. "Seperti yang kalian tahu. Aku sudah memiliki calon penerus. Karena itu aku ingin kita mendiskusikan tentang rencana kerajaan ini untuk ke depannya," ucap sang raja yang duduk di singgasananya. Raut wajahnya terlihat bosan. Salah satu jendral mengangkat tangannya dan berdiri dari tempatnya. "Apa yang anda inginkan Yang Mulia?" ucap Selen, seorang jenderal wanita yang angkat bicara. Di dalam Kerajaan Silalahi, terdapat lima jendral yang duanya terdiri dari wanita. Setiap masing-masing jendral memiliki kemampuan batin setara dengan tingkat king. Jhontany tersenyum mendengar jawaban Selen, "Aku ingin kita kembali memulai perang," mata Jhontany menyala merah. Tersirat di matanya semangat saat mengatakan menging

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 10 Guru Bertemu Guru

    -Kota Parimban- "Kami minta maaf, hanya bisa memberi tumpangan sampai disini," ucap Senan kepada Subin dan Yohan. "Tidak, kamilah yang seharusnya berterimakasih untuk tumpangannya," "Kakak! Kalau kita ketemu lagi, ajarkan aku ilmu api kakak ya!!" ucap Yohan sebagai salam perpisahan. Silvana yang melihat Yohan tersenyum manis. "Ya, tentu!. Jika kita bertemu lagi..." Rombongan kereta kuda Silvana perlahan pergi menjauh. Yohan melambaikan tangannya penuh semangat. Ia sangat berharap bisa bertemu lagi dengan Silvana. Subin berjalan dahulu meninggalkan Yohan. Sementara itu Yohan yang menyadari Subin pergi mengejar di belakangnya. Di gerobak kereta kuda, Senan menatap serius ke arah Silvana. "Nona, bukankah Raja Silalahi telah membersihkan wilayahnya dari anak-anak silang kerajaan?" tanya Senan. Menanggapi pertanyaan itu, Silvana hanya tersenyum sambil duduk dengan anggun. "Benar. Tapi anak itu membuktikan kalau Raja Silalahi tidak melakukannya sampai tuntas. Tentu pasti ada yang be

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03

Bab terbaru

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 24 Jalan keluar

    Balon transparan di sekitar Yohan mulai menghilang. Telinganya yang tadinya peka kini bisa kembali mendengar. Ia terbengong dengan situasi tersebut. Ada bagian yang ia lewatkan di antara pembicaraan mereka. "Pergilah!" pinta Raja. "Terima kasih Yang Mulia," ucap Julia sembaring menunduk, "Ayo Yohan," Yohan bangkit berdiri beranjak mengikuti Julia di belakang. Tapi sebelum ia meninggalkan ruangan itu. Kepalanya menoleh ke belakang melihat kembali Raja, meskipun di balik tatapannya ada maksud yang sulit di jelaskan. Ia tidak terlalu menampakkannya. Raja juga menatapnya, mata mereka saling bertemu, waktu yang berlalu memisahkan kedua tatapan tersebut. Yohan menghilang dari balik pintu. Dan hanya tersisa raja yang masih diam mematung di singgasananya. Tampak dari wajahnya perasaan campur aduk. Bahkan ia sendiri bingung harus berekspresi seperti apa. Pintu itu terbuka. Samira yang sedari tadi gelisah berdiri dekat jendela, dengan langkah kaki yang

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 23 Ayahku adalah Raja?!(2)

    Suara derapan langkah kaki yang datang dari balik pintu mengalihkan pandangan mereka. Terdengar suara wanita yang begitu khas mencampuri pembicaraan mereka."Itulah yang juga ingin kuketahui, Yang Mulia..." ucap Julia sembari berjalan mendekati mereka."Apa maksudmu?"Langkah kakinya berhenti tepat di samping Yohan. Matanya tegak lurus dan terlihat sangat tajam. Ia hanya diam berdiri menghadap raja. Ada sesuatu makna yang tersirat dari tatapan matanya. Melihat itu, Jhontany mengerti. Ada sesuatu yang secara rahasia ingin dibicarakan oleh Julia. Iapun segera memerintahkan dua orang wanita di belakangnya untuk pergi.Setelah memastikan ruangan tersebut hanya mereka bertiga, raja kembali melontarkan pertanyaannya, "Apa maksud dari pembicaraanmu?""Siapa nama Ayahmu, Yohan?!"Pertanyaan Julia kali ini terdengar seperti bertanya, namun sebenarnya ia ingin menyuruh Yohan untuk menyebutkan jawaban itu sendiri. Yohan yang semakin di sudu

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 22 Ayahku adalah Raja?!

    Kembali ke ruangan tamu, Yohan kini duduk bersama Julia dan Samira. Perasaan asing meliputi mereka. Melihat itu, Julia memperkenalkan mereka agar saling mengenal."Yohan, ini Samira. Salah satu Jendral Kerajaan Silahi. Dia juga dari keluarga Silalahi," Dengan canggung Yohan memperkenalkan dirinya, "Namaku Yohan Silalahi, senang bertemu dengan anda."Melihat kecanggungan Yohan, Samira berpaling pada Julia, ia sedikit kaget dengan sesuatu yang baru saja ia dengar."Julia, apa muridmu keluarga Silalahi?! Siapa orang tuanya?"Pertanyaan Samira juga sedikit membuat Julia kaget. Ia juga kembali bertanya-tanya siapa orang tuanya Yohan. Terlebih lagi ia tahu Yohan telah melihat Jhontany. Entah apa yang akan di jawab Yohan, ia merasa penasaran dengan itu."Itu juga yang ingin aku ketahui. Yohan, setelah melihat Raja, apa Raja Jhontany adalah Ayahmu?" tanya Julia dengan nada serius.Tatkala Yohan ragu menjawab pertanyaan itu, Sam

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 21 Keputusan

    Mata itu terus memelototi raja yang di hadapannya. Tak sekalipun berkedip walaupun disapu angin. Mulutnya yang sedikit terbuka karena kaget seketika juga ikut membeku. Waktu saat itu seakan-akan berhenti baginya. Jauh di dalam matanya, ia melihat kilasan-kilasan sebuah ingatan yang menggambarkan tentang ayahnya. Sikap ayahnya yang selalu acuh padanya, kilasan perdebatan mereka, ayahnya yang terus berjudi, mabuk, dan semua perasaan yang ia rasakan sebagai anaknya. Bahkan perasaan saat ia memutuskan pergi meninggalkan ayahnya. Ini semua ia rasakan dengan perasaan asing.'Apa itu?''Perasaan macam apa ini?''Ingatan siapa ini?''Apa itu aku?'Namun kali ini ia tak kehilangan kesadaran seperti sebelumnya. Dan rasa sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba juga tidak terlalu sakit. Ia masih bisa menahannya. Sama halnya dengan yang sebelumnya. Yohan sedikit demi sedikit mulai merasa semua ini pasti ada kaitannya dengan kehadirannya di dunia ini.Raja yang melihat Yohan terbelengu rantai di h

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 20 Pengadilan

    Di sebuah ruang tamu yang di sediakan Kerajaan, Julia duduk sembari meminum teh yang di sediakan untuknya. Ia di kawal oleh dua prajurit yang menunggunya di dekat pintu. Meski suasana tenang. Namun hawa yang dirasakan prajurit itu sungguh menegangkan. Bagi mereka, sangat sulit untuk bernafas seperti biasa. Terkadang, nafas mereka tertahan di kerongkongan. Jelas sangat bahwa Julia bukanlah orang sembarangan. Sehingga untuk di dekatnya saja sudah cukup untuk mendistorsi oksigen. Julia menyadari, kesulitan yang dirasakan prajurit tersebut. Namun dia enggan untuk berbicara pada mereka.Pintu terbuka, muncul seorang wanita cantik dari balik pintu. Seseorang yang memiliki kedudukan sehingga para prajurit memberi hormat padanya. Parasnya yang menawan di sambut Julia dengan senyuman manis."Samira..." ucap Julia sembari berdiri menyambut kedatangan orang yang di kenalnya."Julia... Apa kabar?!" tanya Samira menyambut Julia dengan pelukan. Pelukan hangat itu seakan melepas semua kerinduan mere

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 19 Bertemu Samuel(4)

    Yohan dan Leo masih berlarian di kejar para prajurit. Nafas mereka semakin berat karena terlalu banyak berlari. Langkah kaki yang tadi bisa berlari dengan cepat, kini lambat laun semakin melemah. Tubuh yang tadinya fit mulai terkuras dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan.Nafas mereka berdua sudah ngos-ngosan. Oksigen yang bisa di hirup semakin sedikit. Yohan memutar kepalanya ke belakang. Terlihat, para prajurit yang mengejar semakin bertambah. Bahkan diantara mereka bersenjata macam-macam dari pedang, tombak, dan juga panah. Tak di sangka, tampak para pemanah ternyata bersiap memanah mereka dari jauh. Mereka menarik busurnya sedalam mungkin, di ujung anak panah, terdapat elemental api yang di buat dari aura batin.Yohan menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap para prajurit. Tahu kalau teman berlarinya berhenti, Leo juga ikut berhenti."Kenapa berhenti?" tanyanya pada Yohan.Ia juga melihat kalau para prajurit yang mengejar semakin banyak. Dan pada dasarnya tahu kalau Yohan

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 18 Bertemu Samuel (3)

    Pintu itu di buka, dan terlihat empat orang prajurit juga ternyata menjaga di depan pintu. Mereka semua kaget melihat Yohan dan Leo yang tiba-tiba muncul."Hei, kenapa kalian keluar?" tanya salah satu dari prajurit. Ternyata mereka tidak menyadari kalau Yohan dan Leo adalah prajurit yang menyamar. Melihat itu Yohan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dengan sandiwaranya."Maaf, saya teringat Yang Mulia Putra Mahkota memanggil kami," jawab Yohan santai dengan mengubah nada suaranya menjadi sedikit berat. Tak bisa di pungkiri, reaksi para penjaga itu sedikit bingung. Mereka saling bertatapan satu sama lain."Bukankah perintah Yang Mulia Samuel pada kalian untuk menjaga para pencuri itu?" tanya prajurit yang mulai merasakan keanehan. Yohan mulai khawatir kalau mereka mulai curiga segera mencari alasan lagi."Aku serius! ini perintah Putra Mahkota sebelumnya. Ia meminta kami datang ke kamarnya secara pribadi saat malam tiba. Karena itu tolong jaga tahanan di dalam sebentar, tidak masal

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 17 Bertemu Samuel(2)

    Di suatu tempat, Yohan melihat samuel kecil yang ada di ingatannya. Ia melihat samuel yang dulu akrab dengannya, yang selalu bermain bersama dengannya. Lalu Yohan melihat Samuel yang bersikap sombong dan seperti tak mengenalnya. Ia heran kenapa samuel bertingkah seperti itu.Pandangan itu kembali hilang dan ia melihat kenangan Samuel dewasa saat bersamanya. Yohan terlihat bingung dengan pemandangan itu. Ia tak pernah melihat samuel dewasa. Namun hal yang ia lihat begitu nyata.Tiba suara seseorang di sebelah memanggilnya. Ia terbangun karena panggilan yang di spam terus menerus."Hei! Hei!" ucap seseorang menggoyang-goyangkan tubuh Yohan. Yohan tersadar dan mendapati dirinya berada di sebuah penjara bersama pria yang ia tolong tadi."Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu. Yohan sedikit mengernyit dahinya. Ia masih merasa kebingungan, sejenak butuh waktu beberapa saat untuk diaa mulai sadar dengan apa yang terjadi."Aku tidak apa. Di mana ini?" tanya Yohan balik.Pria itu mengalihkan pand

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 16 Bertemu Samuel

    -Hutan Rawa Rontek-Tahun 508Siang teriknya matahari sangat panas, namun tIdak bisa masuk ke dalam hutan yang di tutup oleh pohon pohon yang lebat. Kuda yang berlarian dengan cepat di pacu oleh hentakan kaki pengendaranya, bergerak cepat melewati pohon-pohon di sekitar. Segerombolan pasukan berkuda bergerak cepat mengejar seorang pria di depan mereka yang juga menunggangi kuda. Kepanikan di wajahnya terlihat begitu jelas. Jantungnya berdetak kencang merespon rasa panik.Kudanya terus berlari menyelusuri hutan tanpa arah. Hanya bergerak lurus agar menjauh dari kejaran. Namun salah satu pemimpin dari pasukan itu berhenti dan diikuti oleh bawahannya.Di matanya, pria yang berlarian itu tidak bisa lagi di kejar karena sangat memberbahayakan."Dia sudah memasuki area merah. Jika kita mengejarnya lagi, kita bisa dalam bahaya. Sebaiknya kita kembali dan laporkan hal ini!" Ucapnya lalu memacu kudanya untuk berbalik pergi.Seekor kuda di ikatkan di sebuah pohon. Seorang pria terduduk lesu. Ker

DMCA.com Protection Status