Teriakan putus asa terdengar memilukan hati siapa saja yang mendengar, tak terkecuali Li Daehan yang sudah sejak lama berdiri di ambang pintu Paviliun Wuyan. Ketika seorang penjaga hendak mengumumkan kedatangannya, Daehan hanya menggelengkan kepala seraya meletakkan telunjuknya menempel bibir.
“Pergilah, aku akan masuk nanti.”
Penjaga itu segera mengangguk hormat dan kembali ke tempatnya bertugas. Daehan melangkah perlahan memasuki kediaman mendiang selir Chu, menghampiri Wang Yang tanpa suara.
Punggung tegap yang beberapa tahun terakhir ini semakin kokoh karena latihan pedang dan memanah, kini bergetar naik turun menahan tangis. Pemuda tampan yang dikirim ke perbatasan karena dianggap sebagai penghalang saudaranya naik tahta itu, kini tersungkur di lantai paviliun yang dingin setelah kehilangan dua penopang hidupnya.
“Pangeran,” panggil Daehan lirih.
Wang Yang menoleh ke arah suara sambil mengusap wajah basahnya. “Paman!” Serta merta Wang Yan
Perbatasan kota JingzhouDua bulan setelah Deyun dan Xiaoyang kembali, mereka menerima laporan bahwa di luar perbatasan telah terjadi penyerangan besar-besaran pada penjaga gerbang yang dilakukan oleh pengawal kereta barang yang selama ini dilarang melintas. Deyun memimpin langsung pasukannya untuk memeriksa.Awalnya, Deyun hanya berniat meredam keadaan. Namun, setelah melihat kondisi kota perbatasan yang porak poranda dan sunyi, Deyun merubah rencana.“Cari penduduk setempat dan bawa kemari.”Empat orang tentara berlarian mencari warga penduduk seperti yang diperintahkan. Tak berapa lama, salah seorang tentara kembali dengan menggendong bocah laki-laki.“Lapor, Jenderal! Saya menemukan anak ini sedang terjebak di bawah reruntuhan bangunan.”“Bawa sini.” Deyun melompat turun dari kudanya. “Adik kecil, di mana rumahmu?”Bocah itu terisak ketakutan.“Jangan takut. Kami adalah
Ji Mong berjalan masuk dengan kaki timpang dan kondisi tubuh bersimbah darah karena satu lengannya terluka. “Jenderal!”“Apa yang terjadi denganmu? Bukannya aku menyuruhmu mengangkut barang bukti?”“Jenderal, saat kami perjalanan pulang membawa bukti, di tengah jalan puluhan pria bercadar menghadang dan menyerang kami. Mereka merampas kereta kuda dan melukai banyak tentara kita.”Brak.“Kurang ajar! Berani sekali menghadang pasukan Taichan kerajaan Yongjin! Siapa mereka?!” bentak Deyun geram seraya menggebrak meja.“Ada tanda bulan di leher mereka, Jenderal.”“Lagi-lagi, kelompok Bulan Sabit. Apa maunya mereka?!” Deyun makin geram.“Kita harus segera membuat rencana. Aku menduga, ada hal besar yang akan terjadi bersamaan dengan upacara pernikahan Wang Su. Kita putuskan mana yang harus kita selesaikan lebih dulu. Dengan kekuatan kita, tidak mungkin kita bagi
Kediaman Ibu Suri, Istana SelatanSuying menatap calon menantunya yang berdiri diam di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Secara fisik, Zhao Ming Lan tidak ada kekurangan, dia cantik dan anggun, khas gadis keluarga bangsawan. Dia juga berhasil melalui pelajaran Etika Istana dengan baik.“Ming Lan, seluruh dayang istana yang bertugas mengajarkan aturan kerajaan telah memberiku laporan. Cukup memuaskan.”“Terima kasih, Yang Mulia. Itu semua berkat kebaikan dan kemurahan hati Yang Mulia yang telah memberikan kesempatan Ming Lan memasuki istana dan mendapatkan pelajaran.” Ming Lan menunduk.“Besok pagi, kalian akan melaksanakan upacara pernikahan sekaligus penobatanmu menjadi permaisuri. Tidak banyak yang aku minta, segera lahirkan Putra Mahkota untuk dinasti ini. Dengan begitu, aku akan segera mengangkatmu menjadi ratu.”Ming Lan mendongak tak percaya. “Melahirkan bayi?”Di hatinya se
“Apa yang Anda lakukan padanya?!” geram Wang Yang menahan amarah. “Apa yang Anda berikan padanya?!“Pangeran, dia sangat merepotkanku. Beberapa kali mencoba bunuh diri saat tahu aku mengirimmu kembali ke Jingzhou dan mengurungnya di kuil.” Suying berjalan mendekati Song Lin dan menyibak rambut kusut di bahu. “Aku hanya ingin menepati janjiku padamu, menjaga baik-baik ibumu.” Suying berbalik cepat menghadap Wang Yang.“Tapi apa yang kau lakukan di perbatasan selama satu bulan terakhir membuatku benar-benar murka. Jadi aku putuskan untuk memberikan sedikit serbuk tawa pada ibumu. Tak disangka dia berubah menjadi tenang dan penurut, tak lagi berulah.”Wang Yang menghantamkan tinjunya ke lantai berulang kali hingga buku jarinya lecet dan berdarah. Dua orang pengawal segera mendekat, tapi kembali mundur setelah Suying melambaikan tangan menyuruh mereka keluar.“Dia sudah kecanduan, Pangeran. Namun maa
Daehan dan Huazhi serempak menutup mulut karena terkejut. “Astaga, apa yang terjadi pada Selir Chu?”“Dia berikan opium hingga ibuku kecanduan. Dengan alasan itu, ia ingin aku membuka kembali gudang dan jalur perdagangan yang tersegel. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”Brug.“Huazhi pantas mati, Yang Mulia!” seru Huazhi seraya berlutut. “Hamba gagal menjaga Selir Chu.”“Tidak, itu bukan salahmu. Bangunlah. Aku sudah dengar dari Deyun bahwa kau berhasil membongkar penyelundupan senapan dari barat dan mengajar pasukan kita cara menembak menggunakan senapan. Itu bukan hal yang mudah.”Huazhi kembali berdiri. “Terima kasih, Yang Mulia. Hamba sudah berhasil mengusut dalang dibalik kematian mendiang raja dan pangeran. Dugaan Anda tepat, Cheng bersaudara yang menjadi pelaku dan kaki tangannya. Otaknya adalah Ibu Suri dan Kanselir.”Huazhi maju satu langkah dan berbisik liri
“Pengawal, cepat cari!” teriak Suying panik. “Kalau perlu kalian keringkan air danau ini!”Song Lin lenyap seperti ditelan danau, bahkan gelembung udaranya tidak terlihat. Tidak ada yang tahu bahwa Song Lin mengikatkan batu di kaki dan tangannya terlebih dulu sebelum Suying datang.Suying menatap permukaan danau penuh penyesalan. Jauh di lubuk hatinya, Suying menyimpan rasa bersalah pada selirnya itu. Kisah masa lalu yang sudah menjadi cerita turun-temurun keluarga pejabat dan dayang istana penyebabnya. Tidak pernah satu kali pun, Suying meminta maaf atas semua kejahatan yang sudah dilakukannya pada Song Lin, sedang wanita itu tak pernah menyimpan dendam padanya.“Lin’er, aku pasti akan menemukan dan menolongmu. Aku tidak akan membiarkanmu membuatku merasa bersalah. Wanita sial!”Beberapa dayang istana menghampiri Suying dan mengajaknya kembali ke kediamannya karena udara mulai dingin dan angin berhembus kencang.
Kediaman Kanselir, Paviliun JianshanDi halaman belakang rumahnya, Zhao Ziliang sedang membaca sebuah buku dengan serius. Seorang pelayan wanita berdiri tak jauh darinya, tangannya terus bergerak naik turun membawa sebuah kipas besar terbuat dari bambu yang dipipihkan berhias bulu angsa, menciptakan angin sepoi untuk tuannya.Srek.Ziliang begitu larut dalam bukunya hingga tidak melihat sesosok bayangan mendekat sampai cahaya jingga dari ufuk barat berubah menjadi gelap dan mengganggu pandangannya. Ziliang mendongak, melihat siapa yang menghalangi cahayanya. Dan matanya terbeliak kaget mendapati Ming Lan berdiri di hadapannya dengan wajah cemberut.“Yang Mulia, apa yang Anda lakukan di sini? Anda tidak boleh datang kemari tanpa izin dari Ratu!” panik Ziliang seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar halaman.“Tidak perlu khawatir, Yah. Aku datang kemari atas izin dari Ratu Qi. Dayang istana dalam juga ikut mengantarku,” jaw
“Memangnya siapa yang meninggal? Kenapa aku harus memberi hormat?” Ruoyu turun dari kereta dan segera merendahkan dirinya bersama dua dayang muda lainnya. Dung. Dung. Dung. “Selir Chu meninggal dunia!” Dung. Dung. Dung. “Selir Chu meninggal dunia!” teriak salah satu kasim sambil berjalan berdampingan dengan kasim yang memukul Luo, semacam gong kecil. Luo dipukul sepanjang jalan menuju ke tempat persemayaman diiringi teriakan pemberitahuan yang terus berkumandang, memberitahukan kepada seluruh negeri bahwa salah satu keluarga kerajaan meninggal. Iring-iringan dayang dan kasim berbaju putih membawa lentera terus bergerak perlahan mengitari halaman istana yang laus. Brug. Ming Lan jatuh terduduk di tanah kotor. Lututnya seketika lemas mengetahui siapa yang terbaring tak bernyawa dalam tandu berkelambu putih. “Selir Chu, Kak Yang’er. Apa yang akan terjadi padanya bila dia tahu soal ini?” cicit Ming Lan dengan mata b
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali