Lie Feng dan Tuan Gu berdiri di hadapan prasasti kuno yang terukir di dinding terdalam Kuil Dewa Langit. Debu berabad-abad menyelimuti batu itu, namun ukirannya masih terlihat jelas, huruf-huruf kuno yang menceritakan kisah kekuatan luar biasa dan kutukan yang menyertainya. Sinar matahari yang menyelinap melalui celah-celah atap kuil menerangi prasasti itu, menciptakan suasana mistis dan sakral.Tuan Gu membaca prasasti itu dengan suara pelan, "‘Tapak Dewa diciptakan oleh Dewa Langit, sebuah kekuatan yang diberikan kepada manusia pilihan untuk melindungi dunia dari kejahatan. Namun, kekuatan besar ini juga membawa kutukan, sebuah beban yang harus dipikul oleh mereka yang memilikinya.’"Lie Feng mendengarkan dengan seksama. Ia telah merasakan beban tersebut, beban tanggung jawab yang sangat besar yang datang bersama kekuatan Tapak Dewa. Ia telah mengalahkan Cakar Naga Hitam, tetapi ia tahu bahwa masih banyak ancaman yang mengintai."Apa maksud dari kutukan itu, Guru Agun
Perpustakaan kerajaan megah dan luas, berisi ribuan gulungan kuno, buku-buku langka, dan manuskrip-manuskrip berharga. Lie Feng dan Tuan Gu menghabiskan berhari-hari di sana, mencari informasi lebih lanjut tentang kutukan Tapak Dewa. Mereka dibantu oleh pustakawan kerajaan, seorang wanita tua yang bijaksana dan berpengetahuan luas."Kutukan Tapak Dewa bukanlah kutukan biasa," kata pustakawan kerajaan, "Ia adalah sebuah ketidakseimbangan energi. Kekuatan Tapak Dewa sangatlah besar, jika tidak dikendalikan dengan baik, ia dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi di dalam tubuh pengguna, dan bahkan di alam semesta.""Bagaimana cara mengendalikannya?" tanya Lie Feng."Dengan meditasi, dengan pengendalian diri, dan dengan selalu menggunakan kekuatan Tapak Dewa untuk kebaikan," jawab pustakawan kerajaan. "Para master Tapak Dewa sebelumnya telah mengembangkan berbagai teknik meditasi dan pengendalian diri untuk mengendalikan kekuatan Tapak Dewa. Mereka juga telah mengemb
Lie Feng terbaring di lereng gunung, napasnya tersengal-sengal. Pertempuran melawan Ratu Bayangan dan Pengikut Bayangan telah menguras seluruh tenaganya. Luka-luka menghiasi tubuhnya, tetapi yang lebih terasa adalah kelelahan yang luar biasa. Ia telah berhasil mengalahkan Ratu Bayangan, menghancurkan Jantung Kegelapan, dan menyelamatkan dunia dari ancaman kegelapan. Namun, kemenangan itu datang dengan harga yang mahal."Ugh…" Lie Feng mengerang, mencoba untuk bangkit. Tubuhnya terasa berat, setiap gerakan terasa menyakitkan.Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut. "Kau terluka."Lie Feng membuka matanya. Seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Rambutnya hitam legam seperti malam, matanya sebening kristal, dan senyumnya lembut dan menenangkan. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tetapi kecantikannya tak tertandingi."Siapa kau?" tanya Lie Feng, suaranya lemah."Namaku Lin Xue," jawab wanita itu, tersenyum. "Aku menemukanmu terluka di lereng gunung. Ka
Mei Lin memeriksa luka-luka Lie Feng dengan hati-hati. "‘Kau terluka parah, Lie Feng,’" katanya, suaranya dipenuhi kekhawatiran. "‘Pertempuran melawan Ratu Bayangan itu sungguh mengerikan.’"Lie Feng meringis, namun berusaha tersenyum. "‘Aku baik-baik saja, Mei Lin. Hanya luka ringan.’" Ia tahu itu bohong. Tubuhnya masih terasa nyeri, dan kelelahan masih mencengkeramnya. Namun, ia tak ingin membuat Mei Lin khawatir.Lin Xue, yang berdiri di samping mereka, menambahkan, "‘Luka fisik bisa disembuhkan, tetapi ancaman Lord Vashta masih membayangi. Kelompok Naga Hitam terlalu kuat untuk dihadapi sendirian.’"Mei Lin mengangguk setuju. "‘Benar. Kita perlu bantuan. Tetapi, siapa yang bisa kita percayai? Hanya sedikit yang berani melawan Lord Vashta.’"Lie Feng menghela napas. "‘Itulah masalahnya. Lord Vashta memiliki pengaruh yang sangat besar. Banyak yang takut untuk melawannya.’"Keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Lin Xue memecah kesunyian tersebut.
Dengan bergabungnya Tuan Li, aliansi tersebut memiliki kekuatan yang tak tertandingi. Tuan Li, selain memiliki keahlian pedang yang luar biasa, juga memiliki strategi perang yang jenius. Ia menghabiskan beberapa minggu untuk melatih Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, mengasah kemampuan mereka dan menyempurnakan strategi mereka."‘Lord Vashta mengandalkan kekuatan sihir hitam dan jumlah pasukannya yang besar,’" kata Tuan Li, "‘Kita tidak bisa mengalahkannya dengan kekuatan kasar. Kita harus menggunakan strategi gerilya, menyerang secara tiba-tiba dan cepat, lalu menghilang sebelum mereka bisa membalas.’"Lie Feng, dengan kekuatan Tapak Dewa-nya, akan menjadi ujung tombak serangan, membuat serangan cepat dan mematikan. Lin Xue, dengan kecepatan dan ketepatan pedangnya, akan menjadi penjaga belakang, melindungi Mei Lin yang akan fokus pada penyembuhan. Tuan Li sendiri akan menjadi otak dari strategi mereka, mengarahkan serangan dan mengatur taktik.Setelah berbulan-bulan
Setelah kekalahan Lord Vashta, suasana di antara Lie Feng, Lin Xue, Mei Lin, dan Tuan Li dipenuhi kelegaan yang mendalam, namun juga ketegangan. Kekalahan Lord Vashta bukan akhir dari segalanya. Mereka tahu masih ada ancaman lain yang mengintai di bayang-bayang."‘Meskipun Lord Vashta telah dikalahkan,’" kata Tuan Li, suaranya berat, "‘ini tidak berarti ancaman telah berakhir. Ia pasti memiliki sekutu atau pengikut yang masih berkeliaran. Kita harus waspada.’"Lie Feng mengangguk setuju. "‘Benar. Kita perlu menyelidiki jaringan Lord Vashta lebih dalam. Mungkin ada konspirasi yang lebih besar yang perlu kita bongkar.’"Mei Lin, yang sedang memeriksa luka-luka mereka, menambahkan, "‘Kita juga perlu memperkuat pertahanan kita. Kita tidak bisa lengah. Lord Vashta mungkin memiliki rencana cadangan yang belum kita ketahui.’"Lin Xue, yang selalu tenang, mengatakan, "‘Kita harus memanfaatkan kemenangan ini untuk memperkuat aliansi kita. Kita perlu mencari sekutu-sekutu b
Angin gunung yang dingin menyapu wajah Lie Feng, Mei Lin, dan Lin Xue saat mereka mendekati pertapaan Tuan Li. Salju masih menempel di cabang-cabang pohon pinus, membentuk pemandangan yang indah namun dingin. "‘Semoga Tuan Li mau membantu kita,’" gumam Mei Lin, suaranya hampir tak terdengar di tengah desiran angin.Lie Feng mengangguk, "‘Kita harus meyakinkannya. Nasib negeri ini bergantung padanya.’" Lin Xue hanya diam, namun tatapannya menunjukkan tekad yang kuat.Mereka memasuki kuil kecil yang terbuat dari kayu. Aroma kayu bakar dan teh herbal memenuhi udara. Tuan Li duduk bersila di depan api unggun, wajahnya tenang dan bijaksana.Lie Feng membungkuk hormat. "‘Tuan Li,’" katanya, "‘kami memohon bantuanmu. Lord Vashta dan Kelompok Naga Hitam mengancam seluruh negeri. Kekuatan mereka terlalu besar untuk kami hadapi sendirian. Kami telah berjuang keras, tetapi kami membutuhkan bantuanmu.’"Mei Lin menambahkan, "‘Kami telah menyaksikan kekejaman mereka, Tuan Li
Kegelapan menyelimuti saat Lie Feng, Mei Lin, dan Lin Xue, dipimpin oleh Tuan Li, menyerbu markas Lord Vashta. Benteng itu berdiri kokoh di puncak gunung, siluetnya tampak mengancam di bawah langit malam yang gelap. Angin berdesir dingin, membawa aroma tanah dan sedikit bau belerang yang menusuk hidung."‘Ingat strategi kita,’" bisik Tuan Li, suaranya hampir tak terdengar di tengah desiran angin. "‘Lie Feng, kau akan memimpin serangan pertama. Lin Xue, lindungi Mei Lin. Aku akan mengawasi dari belakang dan memberikan arahan.’"Lie Feng mengangguk. Ia menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan kekuatan Tapak Dewa. Aura kekuatan yang kuat terpancar darinya, menciptakan gelombang energi yang tak terlihat. "‘Saya siap,’" katanya, suaranya mantap.Mereka bergerak dengan cepat dan senyap, menghindari penjaga yang berpatroli. Keahlian mereka dalam penyamaran dan pergerakan diam telah diasah selama berbulan-bulan pelatihan. Lin Xue, dengan kecepatannya yang luar biasa, meny
Gulungan kuno itu telah membuka sebuah jendela kecil ke dalam masa lalu Lie Feng, tetapi hanya sekilas. Banyak pertanyaan masih belum terjawab, dan rasa penasaran yang membara membakar jiwanya. Hubungannya dengan Vashta, wanita misterius dalam mimpinya, dan arti dari "anak yang dipilih," "kekuatan yang tertidur," dan "ikatan darah yang tak terputus"—semuanya masih menjadi teka-teki yang membingungkan.Lie Feng menyadari bahwa ia membutuhkan jawaban, dan ia tahu di mana harus mencarinya: di dalam dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk melakukan meditasi mendalam, mencoba untuk menembus lapisan-lapisan ingatan yang terkubur dalam, untuk menemukan kebenaran yang telah lama tersembunyi.Ia mencari tempat yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan perguruan. Di puncak gunung yang menjulang tinggi di belakang perguruan, di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang, ia memulai meditasi. Ia duduk bersila, menutup matanya, dan membiarkan pikirannya melayang, me
Petunjuk dari ukiran kuno itu, walau samar, menuntun Lie Feng ke jantung Perguruan Naga Teratai. Bukan ke ruang pelatihan, bukan ke tempat tinggal para murid, tetapi ke sebuah tempat yang tersembunyi, yang keberadaannya hanya diketahui oleh segelintir orang terpilih – perpustakaan rahasia. Selama bertahun-tahun, Lie Feng sendiri pun tak pernah mengetahuinya. Hanya sebuah intuisi yang kuat, didorong oleh sisa-sisa energi Vashta yang masih berdenyut di udara, yang membawanya ke sana.Lie Feng, didampingi Lin Xue dan Mei Lin, menemukan lorong sempit yang hampir tak terlihat, tersembunyi di balik tirai tanaman rambat lebat di taman belakang perguruan. Udara di dalam lorong terasa lembap dan berat, bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lin Xue menyinari lorong dengan obornya, mengungkapkan dinding batu yang kuno dan lembap."Ini… sangat berbeda dari bagian perguruan lainnya," kata Mei Lin, suaranya berbisik, seperti takut mengganggu kedamaian tempa
Udara di Perguruan Naga Teratai masih bergetar, meski pertempuran dahsyat melawan makhluk dunia lain telah berakhir beberapa minggu lalu. Bekas luka masih terlihat jelas di dinding-dinding perguruan, tanda nyata dari pertempuran sengit yang telah mereka lalui. Lie Feng, yang tampak lebih kurus dan lelah daripada biasanya, duduk bersila di halaman belakang, matanya terpejam rapat. Bukan sekadar beristirahat, ini adalah meditasi yang mendalam, sebuah pencarian akan sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang hanya dia yang bisa merasakannya.Udara di sekitarnya berdenyut dengan energi yang samar, getaran halus yang terasa seperti bisikan di antara daun-daun. Ini bukan energi chi biasa yang mengalir di tubuh para pendekar, bukan pula energi gelap yang mengerikan dari makhluk dunia lain. Ini adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang… mengenal. Sebuah resonansi energi yang unik, dingin, tajam, dan menyeramkan, namun juga… familiar.Setelah beberapa saat, Lie Feng membu
Tim pengintai Jian berangkat menuju pegunungan barat. Mereka terdiri dari Jian sendiri, dua murid senior yang terampil dalam pertempuran jarak dekat, dan seorang ahli dalam penyamaran dan pengintaian. Perjalanan mereka berbahaya dan penuh tantangan. Mereka harus melewati hutan lebat, tebing curam, dan sungai deras. Mereka juga harus menghindari patroli musuh dan jebakan yang tersembunyi.Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah terpencil. Di tengah lembah, terdapat sebuah bangunan kuno yang memancarkan energi misterius yang kuat. Energi itu sama dengan energi yang terdeteksi di berbagai tempat di dunia."Ini dia," kata Jian, suaranya berbisik. "Sumber energi misterius itu."Mereka mendekati bangunan tersebut dengan hati-hati. Mereka memasuki bangunan tersebut dengan hati-hati. Di dalam, mereka menemukan banyak ruangan yang penuh dengan artefak kuno dan gulungan kuno. Mereka juga menemukan beberapa makhluk misterius ya
Di sisi lain lapangan, Mei Lin melatih kelompoknya dalam meningkatkan intuisi dan kesadaran energi. "Tutup matamu," perintahnya. "Rasakan energi di sekitarmu. Rasakan getaran terkecil pun. Itu adalah kunci untuk memperkirakan gerakan lawan dan menghindari bahaya.""Sangat sulit, Tuan Mei Lin," keluh seorang murid. "Saya tidak bisa merasakan apa pun.""Sabar," jawab Mei Lin. "Ini membutuhkan latihan dan konsentrasi. Jangan menyerah. Kemampuan ini akan menyelamatkan hidupmu di lapangan pertempuran."Jian, dengan kelompoknya yang terdiri dari murid senior, berlatih dalam mengembangkan strategi pertempuran yang baru. "Kita harus mempelajari kelemahan musuh kita yang lalu," katanya. "Kita harus mengetahui bagaimana mereka bergerak, bagaimana mereka menyerang, dan bagaimana mereka berpikir.""Tapi bagaimana kita bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan?" tanya seorang murid."Ki
Sinar matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, mengusir bayang-bayang kegelapan yang masih melekat setelah pertempuran dahsyat melawan makhluk energi gelap. Udara sejuk pagi membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja terkena embun. Di halaman perguruan, yang masih menunjukkan bekas-bekas pertempuran, Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin berdiri berdampingan, memandang para murid mereka yang berkumpul. Wajah-wajah mereka, meski lelah, mencerminkan tekad yang baru. Mereka telah melewati ujian api, dan telah keluar sebagai pemenang, tetapi kemenangan ini hanyalah awal dari perjalanan baru yang lebih panjang dan lebih menantang.Lie Feng memulai, suaranya tenang namun berwibawa, "Kita telah melewati banyak hal bersama. Kita telah menghadapi kematian, kehilangan, dan keputusasaan. Namun, kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah mengukir ikatan persahabatan yang lebih kuat dari baja."Lin Xue mengangguk, "Ya, Lie Feng. Pertempuran itu telah menempa ki
Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg
Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah
Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan