Tobi agak kaget, tetapi dia mengerti mengapa Fiona bisa bertindak seperti ini. Dia hanya bisa menahan senyum diam-diam. Padahal dirinya sama sekali tidak peduli dengan hal ini.Tobi hanya tidak ingin berinteraksi terlalu banyak dengan Fiona. Itu sebabnya dia segera mengalihkan topik pembicaraan agar bisa lepas dari pertanyaan Fiona.Mendengar itu, Fiona bertambah kesal.Sebaliknya, Tobi mengangkat tangannya dan memberi isyarat kepada Fiona agar berhenti. Dia menanggapi pertanyaan Gita sambil tersenyum, "Kalau aku bilang, takutnya kamu akan ketawa. Sepertinya kita kerja di perusahaan yang sama."Begitu kata-kata itu keluar, bukan hanya Gita seorang yang tercengang, tetapi Fiona dan Prita juga terpana. Bukankah Kak Tobi kerja di Grup Lianto? Kenapa sekarang malah di Grup Maharta?"Benarkah?""Barusan aku masih sempat mengira kamu sangatlah hebat, ternyata hanya seorang pegawai yang nggak dikenal.""Kalau nggak, aku pasti tahu."Gita mendengus dingin. Wajahnya memperlihatkan ekspresi arog
Lantaran sudah bertahun-tahun mengikuti Kak Fiona, Prita juga tahu kepribadiannya. Selama ini, Kak Fiona kerap membatasi diri. Jika ada tawaran syuting serial televisi ataupun film, dia pasti akan mengajukan persyaratan agar tidak melakukan kontak fisik dengan aktor pria mana pun.Namun, saat berhadapan dengan Kak Tobi, dia malah begitu inisiatif, seakan-akan tidak sabar dan ingin menyelesaikan semuanya di sini.Tobi tampak gugup, apalagi Fiona sengaja mencondongkan tubuh ke arahnya. Pria itu pun menjawab, "Mana mungkin? Lagian, aku bukan harimau, mengapa aku harus memakanmu?""Aku malah berharap kamu itu seekor harimau, apalagi seekor harimau yang liar," kata Fiona dengan nada serius."Ugh!""Jangan bahas harimau lagi. Aku sudah kenyang. Kebetulan aku masih ada urusan lain ....""Nggak boleh!"Sebelum Tobi menyelesaikan kata-katanya, Fiona langsung menyela, "Jarang-jarang kita bisa ketemu. Pokoknya, kamu harus menemaniku hari ini."Rasa rindu yang ditahannya selama berhari-hari itu te
Tobi tersenyum tipis. Gadis polos nan menawan ini sudah cukup membuatnya disukai orang, belum lagi, sikapnya yang begitu pengertian. Tobi pun berkata, "Halo, tak disangka, akan bertemu Nona Kamila di sini.""Ya, aku juga nggak sangka. Tuan Tobi, kamu sungguh karyawan Grup Maharta?" tanya Kamila dengan penasaran."Tentu saja! Ke depannya, tampaknya Nona Kamila dan aku akan punya banyak kesempatan untuk bertemu," ucap Tobi dengan tegas.Mendengar itu, Kamila menjadi gugup. Wajahnya juga memerah. Dia buru-buru berkata, "Tuan Tobi bercanda, aku belum pernah melihatmu di perusahaan sebelumnya.""Aku hanya bilang, ke depannya ada banyak kesempatan untuk bertemu, kenapa kamu malah tersipu? Jangan-jangan kamu pikir aku tertarik kepadamu?"Kemarin, Tobi tidak menyadari gadis ini begitu mudah tersipu. Belum lagi, tampangnya yang begitu polos dan juga kulit putihnya itu. Tampaknya dia memiliki daya tarik yang unik.Dibandingkan dengan Kristin, yang juga begitu polos, Kamila memberikan kesan lemah
"Bagus, bagus sekali! Bocah, kamu tunggu saja!"Sembari berbicara, Bagas mengeluarkan ponselnya dan memotret Tobi. Kemudian, dia menoleh ke arah Kamila dan berkata, "Kamila, yang kukatakan sebelumnya itu masih berlaku sampai hari ini.""Lewat dari hari ini, aku juga nggak akan segan-segan lagi."Setelah meninggalkan kata-kata itu, dia pun meninggalkan mereka berdua. Dia sekarang sudah punya fotonya Tobi. Mencari informasi mengenai pria itu bukanlah hal sulit lagi.Dia pasti akan membuat bocah itu membayar harga mahal.Melihat Bagas berlalu, Kamila segera berkata dengan cemas, "Tuan Tobi, apa yang kamu lakukan? Kalau kamu menyinggung Pak Bagas, ke depannya kamu nggak akan bisa bertahan di perusahaan lagi.""Kamu khawatir aku akan menyusahkanmu?" tanya Tobi."Bukan begitu!"Kamila segera menyangkal dan berkata, "Lagian ini semua nggak hubungannya denganku. Sekalipun kamu nggak di sini, Pak Bagas juga nggak akan melepaskanku. Kelihatannya aku sudah nggak bisa bertahan di perusahaan ini la
"Ya.""Oh ya, bisakah kamu ceritakan lebih banyak mengenai rahasia perusahaan? Terutama yang biasa kalian diperbincangkan secara diam-diam itu?" tanya Tobi dengan penasaran."Buat apa bahas itu?""Penasaran!""Tunggu nanti saja. Lagian aku juga sudah mau meninggalkan perusahaan. Oh ya, sudah jam segini, aku harus naik ke atas dulu.""Baiklah!"Begitu sampai di pintu masuk lantai pertama, mereka harus menggesek kartu karyawan agar bisa masuk.Tobi tampak tak berdaya. Dia tidak memiliki kartu karyawan.Kamila memandangnya dengan ragu. Bukankah dia karyawan perusahaan, mengapa tidak punya kartu?"Hmm, aku lupa bawa hari ini.""Kalau begitu, ikut aku saja," kata Kamila buru-buru. Dia memberi tahu satpam bahwa Tobi adalah kliennya, kemudian membawa pria itu masuk bersama.Gedung ini cukup baru, apalagi ada banyak lift dan semuanya sangat bersih. Tak lama kemudian, mereka berdua pun tiba di lantai lima belas. Grup Maharta menempati dua lantai, yakni lantai lima belas dan enam belas.Sesampai
Tak disangka, Tobi masih bisa memberikan petunjuk dengan mudah. Dia makin membuat gadis-gadis cantik itu merasa tercerahkan dan memperoleh banyak pengetahuan baru.Semuanya bertambah bersemangat. Ternyata, Tobi itu desain yang genius.Kamila tercengang. Padahal, dia hanya mengarang masalah Tobi itu kakak kelasnya. Di luar dugaan, pengetahuan desain Tuan Tobi begitu hebat dan dia bisa menaklukkan semua orang dengan mudah.Apa Tuan Tobi memang sehebat itu? Pantas saja, dia bisa tertarik dengannya dari awal. Ternyata mereka memiliki kesamaan."Kak, kamu lulusan universitas mana? Terus, kamu kerja di mana? Kamu hebat sekali.""Kak, kamu punya pacar? Kalau belum, menurutmu, aku bagaimana? Jangan khawatir, asalkan kamu bersamaku, kamu nggak perlu melakukan apa pun. Aku akan mengurus semuanya.""Aku juga sama. Aku bisa mengurus semua pekerjaan rumah. Kalau kamu nggak mau aku bekerja, aku juga akan berhenti dan sepenuhnya mengurus rumah tangga.""Aku, aku juga. Aku akan melahirkan anak untukmu
"Keluar dari departemen desain?""Aku nggak diterima di sini?"Tobi hanya menanggapi kata-kata itu dengan senyuman. Dia kemudian berkata dengan nada datar, "Hanya berdasarkan kamu? Sayangnya, kamu nggak berhak bicara seperti itu kepadaku. Terlebih lagi, seharusnya kalian itu menyambutku.""Menyambutmu?""Memangnya kamu siapa?""Tobi, aku peringatkan kamu, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu terus omong kosong seperti ini, jangan salahkan aku nggak sungkan lagi. Aku akan panggil polisi," ucap Gita dengan marah.Sejak kemarin, dia sudah sangat membenci Tobi. Hari ini, dia pasti harus melampiaskan semua emosinya kepada pria itu.Kalau bawahannya tidak dicuci otak oleh bajingan ini hingga membuat semua orang mengira dirinya salah, mana mungkin dia bisa begitu mudah diajak kompromi?Kamila juga ikut menimpali, "Tuan Tobi, kamu menyelinap masuk ke perusahaan kami dan itu sudah nggak benar. Cepat pergi dari sini.""Nggak, aku nggak bisa pergi begitu saja," kata Tobi. Lagi pula, tujuan kedata
"Kamu!"Padahal dia tidak bermaksud memecat Monika. Bagas bertambah geram. Dia hanya bisa melampiaskan emosinya kepada Tobi dan berkata dengan nada lantang, "Satpam! Kenapa masih belum datang? Apa sudah mati semuanya?""Di ... di sini!"Setelah beberapa saat, satpam pun berlari dengan terengah-engah menghampirinya.Melihat satpam berlari mendekatinya, Bagas langsung memerintahnya, "Kenapa masih bengong? Cepat pukul dia. Pukul sampai kakinya patah, lalu bawa ke kantor polisi. Bilang dia sudah mencuri hasil desain kita."Mendengar perintah itu, satpam langsung bergegas mengambil tindakan.Kamila ketakutan. Wajahnya pucat pasi, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukanGita menatap Tobi dengan dingin. Bajingan ini pantas mendapatkannya. Siapa suruh dia tidak mau dengar. Andai dia pergi dari tadi, bukankah dia akan baik-baik saja?Mungkin karena mereka terlalu berisik, bahkan sekretarisnya wakil direktur Simon, Jordan, juga mendatangi mereka. Bagaimanapun, direktur baru akan mulai menjabat ha
Guru Besar tingkat akhir membunuh orang dalam seperseratus detik, apalagi menangkap mereka dan membuat orang itu kehilangan kesadaran sepenuhnya.Ini hal yang tidak mungkin terjadi.Tidak peduli seberapa tinggi levelnya, Yaldora merasa Guru Besar tingkat akhir tidak mungkin bisa melakukannya. Apalagi, yang harus dihadapi adalah Rubah Iblis Berwajah Seribu yang tak terkalahkan.Namun, Tobi tampak tenang dan berkata dengan nada datar, "Aku bisa!""Haha. Tuan Tobi mengira aku masih anak-anak dan bisa dibodohi?" Salma tampak kesal. Menurutnya, itu hal yang tidak mungkin terjadi.Sekalipun, Tobi baru saja memasuki Alam Tanah Abadi.Ternyata dia sudah mengetahui kekuatan yang dimiliki Tobi saat ini. Karena itulah, setelah berkata begitu banyak, dia tidak mendekati Tobi lagi, bahkan sedikit menjauhkan dirinya dari pria itu.Isander tercengang. Sebagai keturunan Keluarga Yudistira, meski hanya kerabat jauh, dia juga dianggap sebagai keberadaan yang penting. Tentu saja dia pernah mendengar tent
Namun, Tobi jelas tidak akan terpengaruh sama sekali. Sama halnya dengan Laurin, Yaldora, dan lainnya. Mereka semua telah mempraktikkan teknik tinggi, jadi kekuatan mental mereka sangat luar biasa.Meski kekuatan Yaldora belum mencapai Alam Tanah Abadi, dia selalu berlatih keterampilan jiwa. Lantaran Paviliun Seroya adalah sekte yang memiliki kultivator Alam Tanah Abadi, jadi mereka tentu tahu cara melakukan terobosan."Atas dasar apa! Katakan alasanmu!" kata Tobi dengan nada datar. Salma bukan anak kecil. Dia berani mengatakan hal seperti ini pasti karena dia punya kartu truf."Tuan memang pintar, tapi sebenarnya juga bukan apa-apa. Hanya saja, nyawa semua orang di pesawat, termasuk Tuan Tobi dan wanita di sampingmu, sekarang berada di tanganku."Salma tersenyum tipis, tetapi ada kilatan dingin dan niat jahat muncul dalam matanya.Begitu kata-kata ini keluar, ekspresi semua orang langsung berubah.Jika bukan karena tindakan awal wanita ini, semua orang mungkin akan mencemooh perkataan
Apalagi didengar dari perkataannya barusan, dia pasti sudah mengenali dirinya."Benar."Begitu selesai berbicara, Salma melambaikan tangan kanannya perlahan. Pisau kecil itu seketika meluncur dan membuat sayatan di leher Miya. Gadis itu langsung mengembuskan napas terakhirnya.Wajah Yaldora memucat, tetapi pada akhirnya dia terdiam juga. Dia tidak punya alasan untuk membela Miya. Lagi pula, Miya bukanlah orang baik.Melihat Salma menghabisi nyawa dua orang berturut-turut, Isander panik setengah mati. Apalagi, dia barusan telah menyinggung Tobi dan sekarang wanita itu jelas-jelas menatapnya.Wajah Isander bertambah pucat. Dia berbalik dan berlutut di depan Salma sambil memohon ampun. "Jangan, jangan bunuh aku. Kumohon, aku bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan!"Kemudian, dia bersujud kepada Tobi berulang kali dan memohon. "Aku sudah bersalah. Aku mengakui kesalahanku. Tolong beri aku kesempatan lagi."Tobi mengerutkan kening dan berkata dengan tenang, "Yang mau membunuhmu itu bukan
Melihat Rubah Iblis Berwajah Seribu tiba-tiba berdiri, Tobi tidak terkejut sama sekali. Bahkan, wajahnya memasang senyum penuh arti.Ternyata dia sudah menyadari keberadaan Salma dari awal. Lantaran sepasang mata Salma terus memandangnya. Jadi, membuktikan bahwa wanita itu memang menargetkannya.Hanya saja, dia tidak tahu siapa yang mengutusnya ke sini.Salma berjalan mendekati Kinan selangkah demi selangkah sambil memasang ekspresi licik. Dia mengangkat dagu pria itu dengan tangan kanannya, membiarkan Kinan memandangnya dengan saksama, lalu memperlihatkan senyum menawannya, "Apa aku cantik?""Cantik!" jawab Kinan dengan ekspresi bengong."Kamu menginginkanku?""Ya!""Kalau begitu, bunuh dirilah. Setelah itu, aku akan beri yang kamu inginkan." Selesai berbicara, sebuah pisau kecil muncul di tangannya. Dia meletakkan pisau itu di tangan Kinan.Semua orang terkejut.Pramugari dan yang lainnya juga tertegun. Pertama, bagaimana penumpang ini bisa membawa pisau? Kedua, kenapa dia meminta Ki
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de