Ekspresi Raja Naga Tua berubah. Dia bersiap untuk mengejar."Lupakan saja. Kamu nggak bisa mengejarnya. Sekalipun terkejar, kamu juga bukan lawannya." Vamil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tapi dia barusan mendengar percakapan kita. Tobi mungkin dalam bahaya.""Kita harus kembali secepat mungkin. Namun, kondisiku nggak memungkinkan untuk bertindak sekarang. Aku perlu istirahat selama tiga hari lagi. Kamu harus segera memberitahunya masalah ini dan menyuruhnya untuk berhati-hati dengan ahli bela diri dari Negara Melandia itu.""Tapi jangan membuat pergerakan besar seperti mengutus sekelompok orang untuk melindunginya. Karena itu hanya akan makin membuat identitasnya terungkap. Barusan kita nggak menyebut nama muridmu, 'kan?" ucap Vamil memperingatkan.Raja Naga Tua mengangguk. Seharusnya, mereka tidak akan menemukannya secepat itu. Dia berkata tak berdaya, "Terlepas dari penampilannya saat ini, jika Negara Melandia bersikeras menyelidikinya, mereka mungkin bisa mengetahui identita
"Ya, katakanlah!" Tobi segera mengumpulkan kekuatan mentalnya dan memastikan keamanannya."Kamu masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya? Setelah aku bertemu orang itu, aku pasti akan menceritakan semuanya padamu. Sekarang, inilah saatnya."Raja Naga Tua segera menceritakan akar permasalahannya, termasuk masalah Vamil dan lainnya yang terluka parah. Sekalipun pulih, nyawanya juga tidak akan bertahan lama lagi.Begitu mendengar semua itu, Tobi tertegun lama. Dia seakan-akan merasa semuanya seperti mimpi. Dia tidak pernah menyangka bahwa masih ada empat tokoh sehebat itu di dunia ini.Terutama Vamil, yang telah mengorbankan segalanya demi Harlanda. Kini Tobi makin mengaguminya. Dari nada bicara gurunya, Tobi bisa merasakan bahwa setiap kata-katanya menunjukkan perasaan yang sesungguhnya, yang jelas berasal dari lubuk hati yang paling dalam."Apa Master Vamil ada di sana? Bolehkah aku berbicara dengannya?" tanya Tobi.Raja Naga Tua melirik sekilas Vamil yang berada di sampingnya.
"Mungkin juga karena situasi khusus inilah, mereka bersedia tinggal bersamaku dan menjaga selama 60 tahun penuh."Vamil menjelaskan bahwa dia telah membuat terobosan 55 tahun yang lalu. Sedangkan, kekuatan yang lainnya jelas jauh berbeda darinya. Mungkin inilah salah satu alasan mereka takut dan ingin bergabung dengannya untuk mengambil tindakan."Mungkinkah ada cara untuk menerobos, aku ...." Hati Tobi tergerak."Jangan memikirkan hal ini lagi. Di sana sudah hancur total dan nggak ada lagi yang tersisa." Vamil menggelengkan kepalanya tak berdaya.Setelah mendengar itu, Tobi tampak tidak berdaya. Jadi, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak takut dirinya terluka, tetapi dia lebih takut dirinya tidak bisa melindungi orang-orang di sekitarnya dan juga melindungi Harlanda."Kamu nggak perlu terlalu khawatir. Berlatihlah dengan keras dan dapatkan pemahaman baru. Aku percaya padamu!"Tobi menutup telepon dengan tak berdaya. 'Kamu percaya padaku? Tapi aku sendiri nggak percaya diri. Terlebih
Tobi dan Widia mencari warung di pinggir jalan dan menikmati sarapan mereka dengan santai.Widia dulunya tidak akan terbiasa dengan tempat-tempat seperti ini.Namun, sejak bersama dengan Tobi, dia bukan hanya terbiasa, tetapi terkadang dia juga menyukai lingkungan seperti ini. Tempat seperti ini malah memberinya perasaan santai dan nyaman."Ibumu baik-baik saja?" tanya Tobi sambil tersenyum."Ya, dia benar-benar banyak berubah kali ini. Seakan pemikirannya sudah terbuka."Widia memperlihatkan senyum bahagia dan berkata, "Sepertinya kejadian kali ini telah memberikan akhir yang baik. Hanya saja, kamu sudah mengorbankan banyak hal, menghabiskan banyak uang, dan berutang budi pada bos besar lainnya.""Nggak juga. Masalah sepele seperti ini bukanlah apa-apa."Tobi mengatakan yang sebenarnya, tetapi Widia mengira pria itu hanya tidak ingin dirinya merasa terbebani. Hal itu membuat Widia makin menyukainya.Entah dimulai sejak kapan, yang dia pikirkan hanyalah Tobi.Demi Tobi, dia rela melaku
Waktu terus berlalu begitu saja. Bahkan setelah diingatkan oleh Vamil, Tobi masih belum menemukan petunjuk apa pun. Apa ini karena kemampuannya terlalu rendah atau dia memang tidak bisa membuat terobosan?Jika tidak, selain Vamil dan tiga lainnya, mengapa tidak ada orang lain yang bisa memahami hukum langit dan bumi dan mencapai tingkat menakutkan seperti mereka?Yang paling penting lagi, Tobi bahkan tidak tahu mereka telah mencapai alam kultivasi yang seperti apa dan juga kekuatan seperti apa yang mereka miliki.Mungkin dia harus pergi mencari Vamil dan merasakannya secara langsung.Tobi berdiri dan melihat waktu. Dia tiba-tiba teringat dengan sesuatu. Dia telah berjanji pada Widia agar kembali ke kediaman Lianto untuk makan malam.Memberi kesempatan kepada orang tuanya Widia untuk meminta maaf.Meski Tobi tidak ingin melihat mereka, pria itu juga tidak ingin mempersulit Widia. Dia pun menyalakan mobil dan pergi menjemput Widia dari kantor agar bisa sekaligus pulang bersama.Saat mene
Wajah Yesa dipenuhi ketakutan, tetapi dia tetap mengumpulkan keberaniannya dan berkata dengan hati-hati, "Ka, kalian jangan sembarangan. Aku beri tahu kalian, suaminya Widia adalah tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra. Kekuatannya sangat hebat dan nggak ada orang yang nggak takut padanya.""Kekuatannya luar biasa? Nggak ada yang nggak takut padanya? Hanya seorang tuan muda dari Keluarga Yudistira, tapi masih berani mengatakan hal seperti itu? Lucu sekali!""Jangankan tuan muda Keluarga Yudistira, meski kepala Keluarga Yudistira datang ke sini, aku juga bisa membunuhnya hanya dengan lambaian tanganku."Saim juga pernah mendengar tentang Keluarga Yudistira di Jatra. Meski demikian, dia sangat meremehkan Keluarga Yudistira. Dia merasa dirinya-lah yang paling hebat, apalagi kekuatannya telah mencapai Alam Guru Besar tingkat puncak.Dulu, Saim pernah datang ke Harlanda untuk belajar seni bela diri, jadi bahasa Harlandanya masih termasuk fasih. Itu sebabnya, dia sangat kagum dengan master h
Saat ini, Widia dan Tobi sudah sampai di depan pintu.Baru saja sampai di depan pintu, Tobi sudah tertegun. Sepertinya dugaannya tidak salah. Pasti terjadi sesuatu pada orang tuanya Widia. Apalagi, lawan adalah orang yang sangat hebat.Sejak kapan di Harlanda muncul ahli bela diri Guru Besar tingkat puncak yang baru lagi?Eh, bukan. Orang ini tidak berasal dari Harlanda.Tobi bisa merasakan aura lawan yang berbeda. Orang Melandia?Widia tidak menyadari semua ini, jadi dia pun mengajak Tobi masuk dan berteriak sambil tersenyum, "Bu!"Namun, begitu masuk, dia mendapati orang tuanya tengah berjongkok ketakutan, lalu ada beberapa pengawal yang tergeletak di lantai dan juga dua pria pendek yang berdiri sana sambil memasang ekspresi dingin.Orang Melandia?Kenapa mereka bisa datang ke sini?Begitu melihat semua itu, Widia bergegas maju ke depan dengan khawatir. "Ayah, Ibu, kalian baik-baik saja?"Saat melihat Saim dan Kaivan menoleh, wajah Yesa langsung berubah. Wanita itu khawatir mereka ak
Melihat orang tuanya ditendang dan terjatuh, Widia tampak terkejut. Dia dengan gugup berjalan ke depan untuk memeriksa kondisi kedua orang tuanya.Namun, detik berikutnya, dia kembali menghentikan langkahnya.Terutama saat melihat orang tuanya bangkit kembali. Meski darah mengucur dari sudut mulut mereka dan tubuh mereka penuh luka, sepertinya bukan masalah besar. Setidaknya, tendangan barusan tidak mengancam nyawa.Jika Widia memperlihatkan kekhawatirannya pada orang tuanya sekarang, sepertinya dia bakal dimarahi lagi.Mereka sekarang menganggap Widia bagaikan wabah penyakit. Mereka berharap Widia menjauh dari mereka.Hanya saja, siapa kedua orang ini. Dendam apa yang mereka miliki kepada Widia?"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Widia dengan marah."Kalian nggak tahu siapa kami? Hal-hal yang dilakukan oleh Keluarga Lianto sebelumnya, apa kalian begitu cepat melupakannya?"Kaivan tersenyum sinis. "Nggak masalah. Aku akan bantu kamu mengingatnya kembali. Apa kamu masih ingat dengan Mirza
Hingga detik ini, Widia baru memahami segalanya.Dari awal sampai akhir, ibunya tidak pernah bertobat, apalagi mengubah sikapnya.Tampaknya ibunya melakukan semua ini demi kekuasaan di tangan Tobi dan juga perusahaan yang kini telah dipegang oleh Widia.Sebenarnya Widia pernah memikirkan kemungkinan tersebut. Hanya saja, dia enggan mengakui semua itu, apalagi saat melihat sikap orang tuanya yang berubah drastis dan terus memperlakukannya dengan penuh kasih dalam beberapa hari terakhir ini.Meski semuanya itu hanya kepura-puraan, Widia bahkan lebih memilih untuk memercayainya.Jadi, bukannya Widia tidak pernah membayangkan semua ini. Hanya saja, dia enggan menerima kenyataan dan lebih memilih terjebak dalam angan-angannya sendiri.Namun, saat ini, dia telah tersadar dan mencerna segalanya.Tobi juga memperhatikan ekspresi sedih Widia. Pria itu menepuknya dengan lembut, lalu berkata perlahan, "Jangan sedih. Bukankah masih ada aku di sini? Aku akan selalu menemanimu.""Ada kamu?""Nak, se
Melihat orang tuanya ditendang dan terjatuh, Widia tampak terkejut. Dia dengan gugup berjalan ke depan untuk memeriksa kondisi kedua orang tuanya.Namun, detik berikutnya, dia kembali menghentikan langkahnya.Terutama saat melihat orang tuanya bangkit kembali. Meski darah mengucur dari sudut mulut mereka dan tubuh mereka penuh luka, sepertinya bukan masalah besar. Setidaknya, tendangan barusan tidak mengancam nyawa.Jika Widia memperlihatkan kekhawatirannya pada orang tuanya sekarang, sepertinya dia bakal dimarahi lagi.Mereka sekarang menganggap Widia bagaikan wabah penyakit. Mereka berharap Widia menjauh dari mereka.Hanya saja, siapa kedua orang ini. Dendam apa yang mereka miliki kepada Widia?"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Widia dengan marah."Kalian nggak tahu siapa kami? Hal-hal yang dilakukan oleh Keluarga Lianto sebelumnya, apa kalian begitu cepat melupakannya?"Kaivan tersenyum sinis. "Nggak masalah. Aku akan bantu kamu mengingatnya kembali. Apa kamu masih ingat dengan Mirza
Saat ini, Widia dan Tobi sudah sampai di depan pintu.Baru saja sampai di depan pintu, Tobi sudah tertegun. Sepertinya dugaannya tidak salah. Pasti terjadi sesuatu pada orang tuanya Widia. Apalagi, lawan adalah orang yang sangat hebat.Sejak kapan di Harlanda muncul ahli bela diri Guru Besar tingkat puncak yang baru lagi?Eh, bukan. Orang ini tidak berasal dari Harlanda.Tobi bisa merasakan aura lawan yang berbeda. Orang Melandia?Widia tidak menyadari semua ini, jadi dia pun mengajak Tobi masuk dan berteriak sambil tersenyum, "Bu!"Namun, begitu masuk, dia mendapati orang tuanya tengah berjongkok ketakutan, lalu ada beberapa pengawal yang tergeletak di lantai dan juga dua pria pendek yang berdiri sana sambil memasang ekspresi dingin.Orang Melandia?Kenapa mereka bisa datang ke sini?Begitu melihat semua itu, Widia bergegas maju ke depan dengan khawatir. "Ayah, Ibu, kalian baik-baik saja?"Saat melihat Saim dan Kaivan menoleh, wajah Yesa langsung berubah. Wanita itu khawatir mereka ak
Wajah Yesa dipenuhi ketakutan, tetapi dia tetap mengumpulkan keberaniannya dan berkata dengan hati-hati, "Ka, kalian jangan sembarangan. Aku beri tahu kalian, suaminya Widia adalah tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra. Kekuatannya sangat hebat dan nggak ada orang yang nggak takut padanya.""Kekuatannya luar biasa? Nggak ada yang nggak takut padanya? Hanya seorang tuan muda dari Keluarga Yudistira, tapi masih berani mengatakan hal seperti itu? Lucu sekali!""Jangankan tuan muda Keluarga Yudistira, meski kepala Keluarga Yudistira datang ke sini, aku juga bisa membunuhnya hanya dengan lambaian tanganku."Saim juga pernah mendengar tentang Keluarga Yudistira di Jatra. Meski demikian, dia sangat meremehkan Keluarga Yudistira. Dia merasa dirinya-lah yang paling hebat, apalagi kekuatannya telah mencapai Alam Guru Besar tingkat puncak.Dulu, Saim pernah datang ke Harlanda untuk belajar seni bela diri, jadi bahasa Harlandanya masih termasuk fasih. Itu sebabnya, dia sangat kagum dengan master h
Waktu terus berlalu begitu saja. Bahkan setelah diingatkan oleh Vamil, Tobi masih belum menemukan petunjuk apa pun. Apa ini karena kemampuannya terlalu rendah atau dia memang tidak bisa membuat terobosan?Jika tidak, selain Vamil dan tiga lainnya, mengapa tidak ada orang lain yang bisa memahami hukum langit dan bumi dan mencapai tingkat menakutkan seperti mereka?Yang paling penting lagi, Tobi bahkan tidak tahu mereka telah mencapai alam kultivasi yang seperti apa dan juga kekuatan seperti apa yang mereka miliki.Mungkin dia harus pergi mencari Vamil dan merasakannya secara langsung.Tobi berdiri dan melihat waktu. Dia tiba-tiba teringat dengan sesuatu. Dia telah berjanji pada Widia agar kembali ke kediaman Lianto untuk makan malam.Memberi kesempatan kepada orang tuanya Widia untuk meminta maaf.Meski Tobi tidak ingin melihat mereka, pria itu juga tidak ingin mempersulit Widia. Dia pun menyalakan mobil dan pergi menjemput Widia dari kantor agar bisa sekaligus pulang bersama.Saat mene
Tobi dan Widia mencari warung di pinggir jalan dan menikmati sarapan mereka dengan santai.Widia dulunya tidak akan terbiasa dengan tempat-tempat seperti ini.Namun, sejak bersama dengan Tobi, dia bukan hanya terbiasa, tetapi terkadang dia juga menyukai lingkungan seperti ini. Tempat seperti ini malah memberinya perasaan santai dan nyaman."Ibumu baik-baik saja?" tanya Tobi sambil tersenyum."Ya, dia benar-benar banyak berubah kali ini. Seakan pemikirannya sudah terbuka."Widia memperlihatkan senyum bahagia dan berkata, "Sepertinya kejadian kali ini telah memberikan akhir yang baik. Hanya saja, kamu sudah mengorbankan banyak hal, menghabiskan banyak uang, dan berutang budi pada bos besar lainnya.""Nggak juga. Masalah sepele seperti ini bukanlah apa-apa."Tobi mengatakan yang sebenarnya, tetapi Widia mengira pria itu hanya tidak ingin dirinya merasa terbebani. Hal itu membuat Widia makin menyukainya.Entah dimulai sejak kapan, yang dia pikirkan hanyalah Tobi.Demi Tobi, dia rela melaku
"Mungkin juga karena situasi khusus inilah, mereka bersedia tinggal bersamaku dan menjaga selama 60 tahun penuh."Vamil menjelaskan bahwa dia telah membuat terobosan 55 tahun yang lalu. Sedangkan, kekuatan yang lainnya jelas jauh berbeda darinya. Mungkin inilah salah satu alasan mereka takut dan ingin bergabung dengannya untuk mengambil tindakan."Mungkinkah ada cara untuk menerobos, aku ...." Hati Tobi tergerak."Jangan memikirkan hal ini lagi. Di sana sudah hancur total dan nggak ada lagi yang tersisa." Vamil menggelengkan kepalanya tak berdaya.Setelah mendengar itu, Tobi tampak tidak berdaya. Jadi, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak takut dirinya terluka, tetapi dia lebih takut dirinya tidak bisa melindungi orang-orang di sekitarnya dan juga melindungi Harlanda."Kamu nggak perlu terlalu khawatir. Berlatihlah dengan keras dan dapatkan pemahaman baru. Aku percaya padamu!"Tobi menutup telepon dengan tak berdaya. 'Kamu percaya padaku? Tapi aku sendiri nggak percaya diri. Terlebih
"Ya, katakanlah!" Tobi segera mengumpulkan kekuatan mentalnya dan memastikan keamanannya."Kamu masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya? Setelah aku bertemu orang itu, aku pasti akan menceritakan semuanya padamu. Sekarang, inilah saatnya."Raja Naga Tua segera menceritakan akar permasalahannya, termasuk masalah Vamil dan lainnya yang terluka parah. Sekalipun pulih, nyawanya juga tidak akan bertahan lama lagi.Begitu mendengar semua itu, Tobi tertegun lama. Dia seakan-akan merasa semuanya seperti mimpi. Dia tidak pernah menyangka bahwa masih ada empat tokoh sehebat itu di dunia ini.Terutama Vamil, yang telah mengorbankan segalanya demi Harlanda. Kini Tobi makin mengaguminya. Dari nada bicara gurunya, Tobi bisa merasakan bahwa setiap kata-katanya menunjukkan perasaan yang sesungguhnya, yang jelas berasal dari lubuk hati yang paling dalam."Apa Master Vamil ada di sana? Bolehkah aku berbicara dengannya?" tanya Tobi.Raja Naga Tua melirik sekilas Vamil yang berada di sampingnya.
Ekspresi Raja Naga Tua berubah. Dia bersiap untuk mengejar."Lupakan saja. Kamu nggak bisa mengejarnya. Sekalipun terkejar, kamu juga bukan lawannya." Vamil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tapi dia barusan mendengar percakapan kita. Tobi mungkin dalam bahaya.""Kita harus kembali secepat mungkin. Namun, kondisiku nggak memungkinkan untuk bertindak sekarang. Aku perlu istirahat selama tiga hari lagi. Kamu harus segera memberitahunya masalah ini dan menyuruhnya untuk berhati-hati dengan ahli bela diri dari Negara Melandia itu.""Tapi jangan membuat pergerakan besar seperti mengutus sekelompok orang untuk melindunginya. Karena itu hanya akan makin membuat identitasnya terungkap. Barusan kita nggak menyebut nama muridmu, 'kan?" ucap Vamil memperingatkan.Raja Naga Tua mengangguk. Seharusnya, mereka tidak akan menemukannya secepat itu. Dia berkata tak berdaya, "Terlepas dari penampilannya saat ini, jika Negara Melandia bersikeras menyelidikinya, mereka mungkin bisa mengetahui identita