Elsa akhirnya melihat wajah pria itu dengan jelas. Dia pun berseru dengan kaget, "Kamu!""Ya, ini aku. Kenapa Nona Elsa begitu terburu-buru? Mau ke mana?" tanya Tobi sambil tersenyum."Aku ...."Elsa tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Kebetulan matanya menangkap sosok Kristin di sebelah Tobi. Cantik sekali gadis ini. Dia pun bertanya dengan penasaran, "Ini siapanya Tuan Tobi?""Adikku, Kristin," jawab Tobi.Begitu mendengar itu, wajah Kristin sedikit berubah."Oh, adikmu ya? Halo!" sapa Elsa dengan sopan. Entah kenapa ada kegembiraan yang tak bisa dijelaskan di dalam hatinya. Bahkan, dia sendiri juga tidak menyadarinya."Halo!" balas Kristin dengan sopan.Setelah menyapa, Elsa segera bertanya, "Kalian sudah makan? Kalau belum, biar aku traktir kalian makan. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih untuk bantuanmu sebelumnya.""Nggak perlu. Aku sudah makan," jawab Tobi.Saat ini, Betty yang baru saja menyusul Elsa langsung buru-buru berkata, "Elsa, apa yang kamu lakukan? Cepat pakai
"Itu bukannya karena dia terlalu sombong dan nggak tahu diri. Lupakan saja, ayo cepat pergi. Kita harus memikirkan bagaimana cara menghadapi Jonatan ke depannya," ucap Betty.Mendengar itu, Elsa mengangguk dan berkata, "Tobi, aku pergi dulu! Jonatan ini bukan orang biasa. Aku harus memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.""Ya, pergilah." Tobi mengangguk. Mereka tidak mau menerima bantuan, jadi Tobi juga tidak perlu memaksanya. Namun jika dibutuhkan, pria itu tetap akan membantunya.Lagi pula, Tobi juga tidak ingin melihat gadis sebaik itu dihancurkan oleh seorang bajingan."Oh ya, aku pasti akan menolaknya dan juga nggak akan berkompromi dengannya. Dia bisa menemukanku. Aku rasa dia juga akan mendatangimu untuk balas dendam. Jadi, kamu harus berhati-hati."Sebelum pergi, Elsa segera mengingatkan Tobi.Mendengar itu, Tobi tampak ragu sejenak. Kemudian, dia berkata, "Bagaimana kalau kamu simpan nomor teleponku?"Elsa tertegun sejenak. Dia segera mengangguk, kemudian menekan no
Begitu mendengar kata-kata Fiona yang begitu mendominasi, baik Elsa maupun Betty langsung tercengang. Elsa kemudian bertanya dengan ekspresi bingung, "Kak Fiona, apa maksud perkataanmu?"Helia tersenyum tipis dan berkata dengan penuh percaya diri, "Gampang saja. Kalau Jonatan berani macam-macam, dia akan mati mengenaskan."Bahkan, Keluarga Byantara dari Jatra pun harus tunduk. Tuan muda dan juga kepala Keluarga Byantara diperlakukan dengan buruk oleh Tuan Tobi. Namun, Keluarga Byantara tidak berani protes sedikit pun.Mana mungkin Tuan Tobi akan memandang serius Grup Haeron?Begitu mendengar kata-kata itu, Elsa dan Betty terkejut. Keduanya seakan tidak percaya. "Bu Helia, mengapa kamu bilang begitu? Apa ada orang yang mendukung Kak Fiona dari belakang?""Tentu saja!""Apalagi, dia bukan tokoh besar biasa," jawab Helia sambil tersenyum. Setelah menyaksikan kejadian terakhir kali, dia juga tidak perlu takut lagi.Fiona juga mengangguk. Dia berkata sambil sedikit tersenyum, "Sebenarnya, y
Jika Elsa tidak bersedia menjadi pacarnya, Perusahaan Musik Firtouz dan karier Elsa sendiri pasti akan hancur.Setelah menutup telepon, Jonatan langsung memasang ekspresi bangga dan arogan.Elsa mengira melaporkan hal ini pada perusahaannya akan membuatnya takut. Apa gadis itu tidak bisa membandingkan kesenjangan di antara kedua perusahaan? Hanya berdasarkan sebuah perusahaan kecil yang baru didirikan, sudah berani mengancamnya?Benar-benar cari mati.Jonatan juga menyukai Fiona. Hanya saja, karena Fiona termasuk salah satu bos, jadi dia tidak berani menyentuhnya. Jika Fiona bersedia menyerahkan Elsa kepadanya kali ini, Jonatan mungkin juga akan mempertimbangkan untuk mendapatkannya.Jonatan akan menguji dulu seberapa jauh Perusahaan Musik Firtouz akan menyerah. Jika mudah ditindas, kelak bukankah pria itu bisa melakukan apa pun yang dia inginkan?Agar Fiona bisa mendengar pembicaraan mereka, Helia sengaja menyalakan pengeras suara. Jadi, yang lainnya juga sudah mendengar dengan jelas.
"Fiona, kenapa kamu nggak bicara? Jangan khawatir, siapa pun yang berani menyentuhmu, aku pasti akan membuatnya berakhir mengenaskan seperti Leonel sebelumnya."Nada bicara Tobi begitu tegas. Bahkan, ada kemarahan dan niat membunuh terkandung dalam kata-katanya.Mendengar perkataan dan nada bicaranya Tobi, Fiona makin bersemangat. Bukankah ini berarti Kak Tobi sangat menghargai dirinya? Dia buru-buru berkata, "Nggak. Kak Tobi, jangan khawatir. Nggak ada yang berani macam-macam padaku, kok.'"Oh, jadi masalah apa?""Artis di perusahaan kami."Fiona menjelaskan. "Dia diancam oleh seseorang untuk menjadi wanitanya. Apalagi, orang itu punya latar belakang yang kuat. Aku nggak bisa berbuat apa-apa, jadi aku terpaksa harus minta bantuanmu.""Oh, siapa orang itu?" tanya Tobi. Kenapa hal seperti itu sering terjadi belakangan ini? Elsa baru saja mengalaminya dan sekarang perusahaan Fiona juga mengalaminya."Namanya Jonatan, dari Grup Haeron. Meski dia hanya pemegang saham kecil, dalam industri
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Terima kasih, Kak Fiona," seru Elsa dengan senang."Sama-sama. Kamu adalah karyawan perusahaanku. Melindungimu sudah menjadi tugasku," kata Fiona sambil tersenyum.Meski demikian, Elsa masih sangat bersyukur karena perusahaan sebenarnya tidak harus menangani hal-hal seperti ini. Apalagi, lawan mereka adalah perusahaan besar seperti Grup Haeron.Jika Elsa bergabung dengan perusahaan lain, mungkin dia sudah dikorbankan dari awal.Tunggu. Bukankah dia harus menyampaikan kabar baik ini pada Tobi? Jangan sampai pria itu khawatir dengan balas dendam Jonatan lagi.Elsa segera mencari nomor telepon Tobi dan langsung menghubungi pria itu.Tobi baru bersiap untuk beristirahat. Saat melihat nomor di layar telepon, dia langsung mengangkatnya. "Halo!"Sifat Elsa memang lebih blak-blakkan. Begitu diangkat, dia langsung bertanya, "Tobi, kamu lagi apa?""Lagi tidur.""Kamu masih bisa tidur?" Elsa tampak terkejut. Apa pria itu tidak takut Jonatan mencari masalah denga
Karena merasa bersalah, Widia bertanya dengan perhatian, "Bu, apa kamu baik-baik saja?"Lantaran Tobi setuju untuk membantunya, nafsu makan Yesa juga telah membaik. Wajahnya kini juga terlihat jauh lebih rileks.Namun, begitu mengetahui Widia datang, dia segera memasang tampang menyedihkan.Yesa bisa mendapatkan kembali Grup Lianto atau tidak sepenuhnya bergantung pada aktingnya di depan putrinya."Hais. Ibumu ketakutan setiap hari. Tekanan yang dia rasakan terlalu besar. Dia hampir pingsan berkali-kali. Dia terus memanggil namamu dalam mimpi. Dia sangat merindukanmu," seru Herman sambil menghela napas di samping.Mendengar itu, Widia makin menyesal. Dia buru-buru berkata, "Bu, maaf, aku baru datang sekarang!"Namun setelah dipikir-pikir, bukankah ibunya dikurung di dalam? Bagaimana ayahnya bisa mendengar ibunya memanggil namanya dalam mimpi?Hanya saja, Yesa buru-buru berkata, "Gadis bodoh, kenapa kamu minta maaf! Dari awal, ini semua memang kesalahanku. Aku pantas mendapatkan semua i
Karena Widia tahu ibunya sangat menginginkan Grup Lianto, bahkan enggan melepaskan posisi direktur. Namun, lantaran ini adalah keputusan Tobi, Widia juga tidak akan bertindak sembarangan sebelum berdiskusi dengan pria itu lebih dulu. Jadi, dia pun mengangguk."Baiklah. Kalau begitu, ayo kita selesaikan secepatnya." Meski berhasil menyakinkan putrinya, Yesa tahu dia juga tidak berani melanggar permintaan Tobi. Jika tidak, entah hal seperti apa yang akan menimpanya nanti.Dia harus menyerahkan Grup Lianto sekarang. Kelak, siapa tahu dia masih bisa merebutnya kembali dari tangan putrinya. Kalaupun tidak bisa, dia juga harus berperan sebagai ibu mertua yang baik.Saat itu, berdasarkan kekuatan Tobi yang hebat, dia bahkan bisa menghasilkan banyak uang hanya dengan menerima berbagai hadiah atau memanfaatkan menantunya itu.Setelah itu, dia akan perlahan-lahan merebut Grup Lianto kembali dan menggunakan reputasi Tobi untuk memamerkan prestise serta alat untuk menghasilkan uang.Ini juga merup
"Nggak masalah!" Tobi menggelengkan kepalanya. Sampai sekarang dia masih belum menerima kabar dari Damar. Entah bagaimana hasil penyelidikannya? Sebelum mengetahui kebenarannya, sudah pasti Tobi tidak akan menceritakan hal ini pada Widia."Aku tahu kamu bisa begitu toleran padanya juga karena aku. Tapi dia mengatakan banyak hal kepadaku kali ini. Sepertinya dia sudah menyadari kesalahannya dan berjanji akan memperlakukanmu dengan baik ke depannya."Tobi tertegun sejenak dan berkata, "Dia menyadari kesalahannya?""Ya, ibuku dulu begitu mendominasi dan sombong. Aku belum pernah melihatnya merasa bersalah seperti itu sebelumnya dan terus memarahi dirinya sendiri," ucap Widia sambil mengangguk.Dia tahu Tobi mungkin tidak memercayainya, tetapi tidak masalah. Seiring berjalannya waktu, semuanya pasti akan menjadi jelas. Lagi pula, ibunya memang pantas mendapatkan semua ini."Ya!" Mendengar itu, Tobi tahu Yesa pasti berakting di depan putrinya lagi, tetapi tidak pantas baginya untuk mengatak
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang kembali terkejut.Karena semua perusahaan yang disebut Widia barusan merupakan perusahaan yang luar biasa dan kuat. Jika mereka semua bergabung, sudah pasti tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan.Pantas saja para wartawan semuanya mendapat peringatan dari atasan yang memerintahkan mereka agar tidak memberikan pertanyaan yang melampaui cakupan tersebut. Mereka juga tidak boleh terlalu agresif dan harus mempertimbangkan Grup Lianto.Bos di balik Grup Lianto ini pastilah sosok yang punya pengaruh kuat.Bahkan, Pak Damar dari Serikat Dagang Lawana dan Lintang, direktur Grup Transera juga mengumumkan dukungan sepenuhnya terhadap rekonstruksi Grup Lianto.Dalam sekejap, Grup Lianto menjadi inti mutlak dari segalanya.Semua orang bahkan merasa bahwa bos-bos besar ini sepertinya berusaha menyenangkan Grup Lianto.Saat ini, tidak ada yang akan meragukan kebangkitan Grup Lianto lagi. Bahkan, perkembangan Grup Lianto mungkin akan lebih menakutkan
"Siapa tahu mereka menemukan cara khusus untuk menutupi semua ini? Kalau nggak, lihat kulit mereka sekarang, sebelumnya juga nggak begitu bagus.""Benar, kok. Wajahku juga sudah sembuh total. Aku termasuk salah satu korban.""Haha. Kamu salah satu korban? Kamu pasti netizen bayaran mereka.""Aku nggak bohong. Aku benar-benar korban. Kemarin kami semua pergi berobat.""Omong kosong. Satu hari saja, efeknya sudah seperti itu? Bukankah terlalu melebih-lebihkan?""Dia nggak berbohong. Memang hanya satu hari saja, karena aku salah satu korban juga.""Aku juga!""...."Banyak orang yang tidak tahan. Meski sebelumnya mereka sangat membenci Grup Lianto, masalah sekarang telah terselesaikan dan kompensasi telah diberikan. Melihat Bu Widia disalahpahami seperti ini.Mereka tentu tidak tinggal diam. Lagi pula, bukan Bu Widia yang mencelakai mereka sebelumnya. Bu Widia telah berbaik hati mengambil alih dan menyelesaikan masalah mereka.Singkatnya, ada banyak orang yang masih ragu.Beberapa wartawa
Begitu kata-kata ini dilontarkan, langsung terdengar tepuk tangan dari semua penonton.Di saat bersamaan, banyak orang yang merasa gembira.Baik itu karyawan Grup Lianto ataupun para bos yang bekerja sama dengan Grup Lianto.Setelah pengumuman resmi, tibalah waktunya untuk sesi bertanya.Saat ini, ada yang langsung bertanya, "Bu Widia, pertama-tama, Anda mau kembali dan mengambil alih Grup Lianto sepenuhnya, kami semua sangat mengagumi keberanian dan tanggung jawab Anda.""Sekalipun bersedia menginvestasikan sejumlah besar uang untuk menyelamatkan Grup Lianto, tapi apa yang akan kalian lakukan terhadap para korban akibat produk kosmetik?"Begitu pertanyaan ini keluar, mata semua orang tertuju pada Widia. Ini jelas merupakan hal yang sangat dikhawatirkan semua orang. Mereka ingin tahu jawabannya.Widia tampak tenang. Pertanyaan itu sama persis dengan tulisan di kertas yang diberikan Tobi kepadanya, apalagi jawabannya juga tertera di sana. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Semuanya nggak
Wajah Widia memerah. Dia segera melepaskan pelukannya dan berkata dengan kesal, "Kenapa kamu memelukku begitu erat?" Namun, dia buru-buru menambahkan. "Maaf, masalah ibuku sudah merepotkanmu.""Apa di antara kita perlu segan seperti ini?""Baiklah. Apa orang-orang itu sudah selesai ditangani semuanya?" tanya Widia."Jangan khawatir. Semuanya sudah selesai. Ini juga pertanyaan yang akan ditanyakan semua orang hari ini. Kamu hanya perlu jawab sesuai rencana kita sebelumnya."Sembari berbicara, Tobi menyerahkan selembar kertas kepada Widia dan berkata, "Setelah konferensi pers selesai, Serikat Dagang Lawana dan pihak lain akan memberikan dukungan sepenuhnya pada Grup Lianto.""Singkatnya, serangkaian kabar baik akan keluar. Dalam tiga hari, Grup Lianto akan kembali normal."Mendengar itu, Widia tampak senang. Jika demikian, bukankah segalanya akan menjadi lebih sederhana? Benar saja, masalah yang menurutnya sangat sulit, bahkan tidak bisa diatasi.Semuanya akan jauh terasa lebih gampang a
Tobi juga memperhatikan hal itu. Meski wanita itu mengenakan masker, dia juga mengenalinya. Bukankah itu Fiona, bintang terkenal yang sudah lama tidak bertemu?"Kak Tobi, kamu benar-benar ada di sini." Fiona tampak antusias. Entah dia sengaja atau tidak, dia langsung maju dan menghambur ke dalam pelukan Tobi.Tobi tertegun sejenak dan juga tidak berdaya. Dia kemudian berkata, "Ini tempat umum. Kamu nggak takut dipotret dan dijadikan skandal?"Wajah Fiona memerah. Dia terpaksa melepaskan tangannya dan berkata dengan suara rendah, "Aku nggak takut." Lagi pula, dia memang ingin punya skandal dengan Tobi.Sementara itu, Elsa dan Betty juga tercengang. Jelas sekali, mereka juga mengenali Fiona.Mereka tidak menyangka Fiona akan mengenal Tuan Tobi.Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak Betty. Mungkinkah Tuan Tobi adalah bos besar di balik layar yang dikatakan Fiona sebelumnya?Dilihat dari sekarang ini, identitasnya sepenuhnya sesuai.Setelah beberapa saat, Fiona juga memperhatikan Elsa
Jika bukan karena peringatan Tobi, Daim mungkin sudah akan membereskan Jonatan. Bagaimanapun, masalah yang dilakukan oleh Jonatan telah membuat banyak kerugian bagi perusahaan.Namun kali ini, Daim tidak berani menyembunyikan apa pun. Bukan hanya karena beberapa aturan tidak tertulis saja, tetapi Jonatan juga terlibat dalam masalah yang lebih serius. Dia dicurigai melakukan pemaksaan dan ancaman.Semua ini hanya bisa diserahkan kepada polisi.Apalagi, Daim sangat takut pada Tobi. Peringatan Tobi sepertinya masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia tidak berani menyembunyikan apa pun.Jonatan tentunya akan berakhir menyedihkan.Setelah Daim membawa Jonatan pergi, Tobi pun mengarahkan pandangannya ke Elsa dan Betty. Pria itu baru saja bersiap untuk berbicara.Terdengar suara 'bruk'.Betty langsung berlutut dan berkata, "Tuan Tobi, ini salah saya. Barusan saya nggak tahu kemampuan Anda dan salah menilai Anda. Saya juga sembarangan bicara.""Mohon maafkan saya. Saya menyesali perbuatan say
Sebaliknya, Jonatan makin putus asa.Dia tahu kali ini dia telah memprovokasi orang yang salah.Tidak bisa. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja.Dia segera merangkak ke depan Tobi. Setelah itu, dia berlutut dan bersujud memohon pengampunan. "Tuan Tobi, ini salah saya. Saya sudah menyinggung Anda barusan. Saya pantas mati!""Saya mohon Tuan Tobi memberi saya kesempatan. Sekalipun Anda ingin saya menanggung konsekuensi dan bekerja untuk Anda, saya juga rela melakukannya.""Saya mohon, saya mohon ...."Sembari berbicara, dia juga bersujud sambil membenturkan kepalanya ke lantai berulang kali. Dia tampak ketakutan sekali.Melihat tuannya bersujud dan memohon pengampunan, pengawal Daim yang berdiri di samping itu juga bergidik.Saat ini, mereka baru memahami seberapa hebat orang yang diprovokasi oleh tuan mereka.Tubuh pengawal itu terus gemetar. Dia berharap Tobi tidak akan perhitungan dengan mereka.Memang benar, sebelum sempat melukai Tobi, pengawal itu sudah kalah tela
Wajah Betty juga memucat. Melihat penampilan Jonatan yang sekarang ini, dia sudah bisa membayangkan nasib yang akan menimpanya nanti. Dia refleks memegang erat tangan Elsa.Bisa dikatakan, Elsa adalah penyelamat hidupnya sekarang.Saat ini, dia sangat menyesal.Kenapa dia begitu kasar pada Tobi barusan? Padahal, pria itu tidak menyinggungnya. Bahkan, berbaik hati membantu Elsa.Apa barusan otaknya bermasalah? Bisa-bisanya dia berbicara kasar seperti itu?Melihat Jonatan akhirnya diam, Daim baru menghela napas lega.Saat ini, Lintang juga telah tiba di depan mereka. Melihat Lintang datang, mata Jonatan langsung berbinar. Berdasarkan identitas Pak Lintang, Jonatan yakin pria itu pasti tidak akan melakukan kesalahan.Namun, yang mengejutkannya dan juga membuatnya putus asa adalah Lintang juga menghampiri Tobi dan menyapa bocah itu dengan hormat, "Tuan!"Begitu mendengar panggilan itu, raut wajah Jonatan menjadi pucat pasi. Padahal, mulanya hanya sedikit pucat. Sekarang, bahkan tubuhnya ju