Karena merasa bersalah, Widia bertanya dengan perhatian, "Bu, apa kamu baik-baik saja?"Lantaran Tobi setuju untuk membantunya, nafsu makan Yesa juga telah membaik. Wajahnya kini juga terlihat jauh lebih rileks.Namun, begitu mengetahui Widia datang, dia segera memasang tampang menyedihkan.Yesa bisa mendapatkan kembali Grup Lianto atau tidak sepenuhnya bergantung pada aktingnya di depan putrinya."Hais. Ibumu ketakutan setiap hari. Tekanan yang dia rasakan terlalu besar. Dia hampir pingsan berkali-kali. Dia terus memanggil namamu dalam mimpi. Dia sangat merindukanmu," seru Herman sambil menghela napas di samping.Mendengar itu, Widia makin menyesal. Dia buru-buru berkata, "Bu, maaf, aku baru datang sekarang!"Namun setelah dipikir-pikir, bukankah ibunya dikurung di dalam? Bagaimana ayahnya bisa mendengar ibunya memanggil namanya dalam mimpi?Hanya saja, Yesa buru-buru berkata, "Gadis bodoh, kenapa kamu minta maaf! Dari awal, ini semua memang kesalahanku. Aku pantas mendapatkan semua i
Karena Widia tahu ibunya sangat menginginkan Grup Lianto, bahkan enggan melepaskan posisi direktur. Namun, lantaran ini adalah keputusan Tobi, Widia juga tidak akan bertindak sembarangan sebelum berdiskusi dengan pria itu lebih dulu. Jadi, dia pun mengangguk."Baiklah. Kalau begitu, ayo kita selesaikan secepatnya." Meski berhasil menyakinkan putrinya, Yesa tahu dia juga tidak berani melanggar permintaan Tobi. Jika tidak, entah hal seperti apa yang akan menimpanya nanti.Dia harus menyerahkan Grup Lianto sekarang. Kelak, siapa tahu dia masih bisa merebutnya kembali dari tangan putrinya. Kalaupun tidak bisa, dia juga harus berperan sebagai ibu mertua yang baik.Saat itu, berdasarkan kekuatan Tobi yang hebat, dia bahkan bisa menghasilkan banyak uang hanya dengan menerima berbagai hadiah atau memanfaatkan menantunya itu.Setelah itu, dia akan perlahan-lahan merebut Grup Lianto kembali dan menggunakan reputasi Tobi untuk memamerkan prestise serta alat untuk menghasilkan uang.Ini juga merup
Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Widia lewat telepon, Tobi pun makan dan bersiap keluar sekitar jam sebelas.Tak disangka, Lintang meneleponnya saat ini dan berkata dengan hormat, "Tuan, semuanya sudah beres!"Mendengar itu, Tobi juga tertegun. Secepat itu selesai?Awalnya, dia mengira waktu yang dia berikan pada Lintang terlalu singkat, apalagi masalah ini sulit ditangani. Siapa sangka, semuanya telah selesai. Bahkan, hanya dalam waktu setengah hari. "Semuanya sudah selesai?""Benar. Kami mulai mengambil tindakan tadi malam. Kali ini, berkat bantuan Keluarga Cokro, semuanya berjalan dengan lancar," ucap Lintang menjelaskan."Oke, bagus sekali! Seharusnya prosesnya nggak mudah, 'kan?" tanya Tobi."Lumayan. Kebanyakan korban mengkhawatirkan cacat di wajah mereka. Aku berjanji akan mengatasi masalah ini. Bahkan, membuat kulit mereka lebih baik. Jadi, banyak yang langsung setuju.""Jadi, yang sisanya?""Jangan khawatir, Tuan. Nggak akan jadi masalah. Selain itu, kami akan pastikan
Di bawah instruksi Daim, Jonatan langsung mendatangi Lintang dan bersiap untuk bekerja sama dalam konferensi pers besok. Mengenai kemampuan bisnis, Jonatan masih sangat kuat dan merupakan eksekutif senior penting dalam perusahaan.Jika tidak, Elsa juga tidak akan begitu takut padanya. Statusnya dalam industri hiburan memang tidak bisa dianggap remeh.Hanya saja, saat Jonatan membawa asistennya ke Hotel Internasional Tawuna, dia kebetulan berpapasan dengan Elsa dan Betty yang baru saja kembali.Meski keduanya menyembunyikan penampilan mereka, kali ini Jonatan langsung mengenali dan langsung menghentikan mereka.Jonatan hanya memberi waktu satu hari kepada mereka. Secara logika, waktunya telah tiba, tetapi dia masih belum menerima tanggapan apa pun dari Elsa. Apa mereka benar-benar ingin melawannya kali ini?Apalagi melihat Elsa dan Betty saling bercengkerama saat ini. Tampaknya suasana hati mereka sangat baik. Ekspresi wajah Jonatan berubah kusut, lalu dia berkata dengan dingin, "Elsa,
"Lancang!"Saat ini, pengawal di belakang Jonatan segera berkata dengan nada mendominasi, "Kamu pikir kamu siapa? Beraninya kamu berbicara dengan Pak Jonatan seperti ini? Percayalah, aku bisa memukulmu sampai mati!"Dia sudah lama mengikuti Jonatan. Dia tahu betul temperamen seperti apa yang dimiliki Jonatan. Selain itu, dia juga telah mewakili Jonatan melakukan banyak hal buruk.Tak disangka, Tobi masih berani memasang ekspresi meremehkan dan berkata dengan dingin, "Memangnya kamu siapa? Beraninya kamu omong kosong di depanku?""Bocah, kamu cari mati!"Pengawal pria itu terlihat marah. Dia maju ke depan dan bersiap mendaratkan tamparan ke wajah Tobi.Jonatan juga memperhatikan adegan ini, tetapi dia juga tidak menghentikannya. Bocah ini berani sombong di hadapannya. Kebetulan pengawalnya ada hari ini, Jonatan akan membiarkan bocah ini merasakan apa itu yang namanya penyesalan.Elsa ketakutan. Raut wajahnya sedikit berubah. Dia buru-buru maju dan berkata, "Berhenti!" Tak disangka, dia
"Kamu!" Mendengar itu, Betty bertambah marah. "Nggak tahu diri! Kamu memang pantas mati!""Elsa, jangan pedulikan dia. Ayo kita kembali dulu dan tanyakan masalah ini pada Bu Helia. Mungkin masih ada kesempatan untuk memperbaiki situasi ini."Mendengar itu, Elsa langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak. Dia terlibat gara-gara aku. Nggak mungkin aku mengabaikannya!"Dia tidak mungkin mengabaikan Tobi begitu saja. Dia tampak menggigit bibirnya.Di saat ini, ada dua orang yang berjalan keluar dari pintu lift. Dia adalah Lintang, yang baru saja berhasil membuat terobosan kultivasi. Dia tidak menyangka dirinya bisa menerobos dan memasuki Alam Guru Besar.Meski Lintang juga memiliki bakat, dia kebanyakan fokus merintis bisnis akhir-akhir ini dan tidak sempat untuk berlatih sama sekali. Siapa sangka, tuannya bisa membuat kekuatannya menerobos Alam Guru Besar hanya dalam waktu singkat.Daim telah menunggu Lintang untuk makan malam bersamanya. Begitu melihat Lintang sudah selesai, mereka pun tur
Orang-orang di sekitar yang menyaksikan adegan itu tampak tercengang.Terutama Elsa dan Betty. Keduanya benar-benar kebingungan.Dilihat dari penampilan Jonatan barusan, apalagi sikapnya juga begitu sopan, Jonatan pasti mengenal orang ini. Hanya saja, begitu bertemu, orang itu akan langsung menampar Jonatan.Apa yang terjadi?Jonatan juga tercengang. Dia bahkan melupakan rasa sakit di pipinya. Dia tampak kebingungan.Apalagi, setelah Pak Daim selesai menamparnya, dia langsung menghampiri Tobi. Tidak mungkin, apa itu berarti Pak Daim mengenal bocah itu? Bocah itu bukan orang biasa?Ti ... tidak mungkin.Bocah itu sama sekali tidak terlihat seperti orang hebat. Pasti dirinya telah berpikir terlalu jauh.Tepat di saat ini, Daim telah tiba di depan Tobi. Dia langsung membungkukkan badannya, lalu menyapa dengan hormat dan juga takut-takut. "Daim memberi hormat pada Tuan Tobi!""Aku nggak mendisiplinkan karyawan perusahaanku dengan benar. Akibatnya, dia berani menyinggung Tuan Tobi. Mohon ma
Wajah Betty juga memucat. Melihat penampilan Jonatan yang sekarang ini, dia sudah bisa membayangkan nasib yang akan menimpanya nanti. Dia refleks memegang erat tangan Elsa.Bisa dikatakan, Elsa adalah penyelamat hidupnya sekarang.Saat ini, dia sangat menyesal.Kenapa dia begitu kasar pada Tobi barusan? Padahal, pria itu tidak menyinggungnya. Bahkan, berbaik hati membantu Elsa.Apa barusan otaknya bermasalah? Bisa-bisanya dia berbicara kasar seperti itu?Melihat Jonatan akhirnya diam, Daim baru menghela napas lega.Saat ini, Lintang juga telah tiba di depan mereka. Melihat Lintang datang, mata Jonatan langsung berbinar. Berdasarkan identitas Pak Lintang, Jonatan yakin pria itu pasti tidak akan melakukan kesalahan.Namun, yang mengejutkannya dan juga membuatnya putus asa adalah Lintang juga menghampiri Tobi dan menyapa bocah itu dengan hormat, "Tuan!"Begitu mendengar panggilan itu, raut wajah Jonatan menjadi pucat pasi. Padahal, mulanya hanya sedikit pucat. Sekarang, bahkan tubuhnya ju
"Nggak masalah!" Tobi menggelengkan kepalanya. Sampai sekarang dia masih belum menerima kabar dari Damar. Entah bagaimana hasil penyelidikannya? Sebelum mengetahui kebenarannya, sudah pasti Tobi tidak akan menceritakan hal ini pada Widia."Aku tahu kamu bisa begitu toleran padanya juga karena aku. Tapi dia mengatakan banyak hal kepadaku kali ini. Sepertinya dia sudah menyadari kesalahannya dan berjanji akan memperlakukanmu dengan baik ke depannya."Tobi tertegun sejenak dan berkata, "Dia menyadari kesalahannya?""Ya, ibuku dulu begitu mendominasi dan sombong. Aku belum pernah melihatnya merasa bersalah seperti itu sebelumnya dan terus memarahi dirinya sendiri," ucap Widia sambil mengangguk.Dia tahu Tobi mungkin tidak memercayainya, tetapi tidak masalah. Seiring berjalannya waktu, semuanya pasti akan menjadi jelas. Lagi pula, ibunya memang pantas mendapatkan semua ini."Ya!" Mendengar itu, Tobi tahu Yesa pasti berakting di depan putrinya lagi, tetapi tidak pantas baginya untuk mengatak
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang kembali terkejut.Karena semua perusahaan yang disebut Widia barusan merupakan perusahaan yang luar biasa dan kuat. Jika mereka semua bergabung, sudah pasti tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan.Pantas saja para wartawan semuanya mendapat peringatan dari atasan yang memerintahkan mereka agar tidak memberikan pertanyaan yang melampaui cakupan tersebut. Mereka juga tidak boleh terlalu agresif dan harus mempertimbangkan Grup Lianto.Bos di balik Grup Lianto ini pastilah sosok yang punya pengaruh kuat.Bahkan, Pak Damar dari Serikat Dagang Lawana dan Lintang, direktur Grup Transera juga mengumumkan dukungan sepenuhnya terhadap rekonstruksi Grup Lianto.Dalam sekejap, Grup Lianto menjadi inti mutlak dari segalanya.Semua orang bahkan merasa bahwa bos-bos besar ini sepertinya berusaha menyenangkan Grup Lianto.Saat ini, tidak ada yang akan meragukan kebangkitan Grup Lianto lagi. Bahkan, perkembangan Grup Lianto mungkin akan lebih menakutkan
"Siapa tahu mereka menemukan cara khusus untuk menutupi semua ini? Kalau nggak, lihat kulit mereka sekarang, sebelumnya juga nggak begitu bagus.""Benar, kok. Wajahku juga sudah sembuh total. Aku termasuk salah satu korban.""Haha. Kamu salah satu korban? Kamu pasti netizen bayaran mereka.""Aku nggak bohong. Aku benar-benar korban. Kemarin kami semua pergi berobat.""Omong kosong. Satu hari saja, efeknya sudah seperti itu? Bukankah terlalu melebih-lebihkan?""Dia nggak berbohong. Memang hanya satu hari saja, karena aku salah satu korban juga.""Aku juga!""...."Banyak orang yang tidak tahan. Meski sebelumnya mereka sangat membenci Grup Lianto, masalah sekarang telah terselesaikan dan kompensasi telah diberikan. Melihat Bu Widia disalahpahami seperti ini.Mereka tentu tidak tinggal diam. Lagi pula, bukan Bu Widia yang mencelakai mereka sebelumnya. Bu Widia telah berbaik hati mengambil alih dan menyelesaikan masalah mereka.Singkatnya, ada banyak orang yang masih ragu.Beberapa wartawa
Begitu kata-kata ini dilontarkan, langsung terdengar tepuk tangan dari semua penonton.Di saat bersamaan, banyak orang yang merasa gembira.Baik itu karyawan Grup Lianto ataupun para bos yang bekerja sama dengan Grup Lianto.Setelah pengumuman resmi, tibalah waktunya untuk sesi bertanya.Saat ini, ada yang langsung bertanya, "Bu Widia, pertama-tama, Anda mau kembali dan mengambil alih Grup Lianto sepenuhnya, kami semua sangat mengagumi keberanian dan tanggung jawab Anda.""Sekalipun bersedia menginvestasikan sejumlah besar uang untuk menyelamatkan Grup Lianto, tapi apa yang akan kalian lakukan terhadap para korban akibat produk kosmetik?"Begitu pertanyaan ini keluar, mata semua orang tertuju pada Widia. Ini jelas merupakan hal yang sangat dikhawatirkan semua orang. Mereka ingin tahu jawabannya.Widia tampak tenang. Pertanyaan itu sama persis dengan tulisan di kertas yang diberikan Tobi kepadanya, apalagi jawabannya juga tertera di sana. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Semuanya nggak
Wajah Widia memerah. Dia segera melepaskan pelukannya dan berkata dengan kesal, "Kenapa kamu memelukku begitu erat?" Namun, dia buru-buru menambahkan. "Maaf, masalah ibuku sudah merepotkanmu.""Apa di antara kita perlu segan seperti ini?""Baiklah. Apa orang-orang itu sudah selesai ditangani semuanya?" tanya Widia."Jangan khawatir. Semuanya sudah selesai. Ini juga pertanyaan yang akan ditanyakan semua orang hari ini. Kamu hanya perlu jawab sesuai rencana kita sebelumnya."Sembari berbicara, Tobi menyerahkan selembar kertas kepada Widia dan berkata, "Setelah konferensi pers selesai, Serikat Dagang Lawana dan pihak lain akan memberikan dukungan sepenuhnya pada Grup Lianto.""Singkatnya, serangkaian kabar baik akan keluar. Dalam tiga hari, Grup Lianto akan kembali normal."Mendengar itu, Widia tampak senang. Jika demikian, bukankah segalanya akan menjadi lebih sederhana? Benar saja, masalah yang menurutnya sangat sulit, bahkan tidak bisa diatasi.Semuanya akan jauh terasa lebih gampang a
Tobi juga memperhatikan hal itu. Meski wanita itu mengenakan masker, dia juga mengenalinya. Bukankah itu Fiona, bintang terkenal yang sudah lama tidak bertemu?"Kak Tobi, kamu benar-benar ada di sini." Fiona tampak antusias. Entah dia sengaja atau tidak, dia langsung maju dan menghambur ke dalam pelukan Tobi.Tobi tertegun sejenak dan juga tidak berdaya. Dia kemudian berkata, "Ini tempat umum. Kamu nggak takut dipotret dan dijadikan skandal?"Wajah Fiona memerah. Dia terpaksa melepaskan tangannya dan berkata dengan suara rendah, "Aku nggak takut." Lagi pula, dia memang ingin punya skandal dengan Tobi.Sementara itu, Elsa dan Betty juga tercengang. Jelas sekali, mereka juga mengenali Fiona.Mereka tidak menyangka Fiona akan mengenal Tuan Tobi.Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak Betty. Mungkinkah Tuan Tobi adalah bos besar di balik layar yang dikatakan Fiona sebelumnya?Dilihat dari sekarang ini, identitasnya sepenuhnya sesuai.Setelah beberapa saat, Fiona juga memperhatikan Elsa
Jika bukan karena peringatan Tobi, Daim mungkin sudah akan membereskan Jonatan. Bagaimanapun, masalah yang dilakukan oleh Jonatan telah membuat banyak kerugian bagi perusahaan.Namun kali ini, Daim tidak berani menyembunyikan apa pun. Bukan hanya karena beberapa aturan tidak tertulis saja, tetapi Jonatan juga terlibat dalam masalah yang lebih serius. Dia dicurigai melakukan pemaksaan dan ancaman.Semua ini hanya bisa diserahkan kepada polisi.Apalagi, Daim sangat takut pada Tobi. Peringatan Tobi sepertinya masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia tidak berani menyembunyikan apa pun.Jonatan tentunya akan berakhir menyedihkan.Setelah Daim membawa Jonatan pergi, Tobi pun mengarahkan pandangannya ke Elsa dan Betty. Pria itu baru saja bersiap untuk berbicara.Terdengar suara 'bruk'.Betty langsung berlutut dan berkata, "Tuan Tobi, ini salah saya. Barusan saya nggak tahu kemampuan Anda dan salah menilai Anda. Saya juga sembarangan bicara.""Mohon maafkan saya. Saya menyesali perbuatan say
Sebaliknya, Jonatan makin putus asa.Dia tahu kali ini dia telah memprovokasi orang yang salah.Tidak bisa. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja.Dia segera merangkak ke depan Tobi. Setelah itu, dia berlutut dan bersujud memohon pengampunan. "Tuan Tobi, ini salah saya. Saya sudah menyinggung Anda barusan. Saya pantas mati!""Saya mohon Tuan Tobi memberi saya kesempatan. Sekalipun Anda ingin saya menanggung konsekuensi dan bekerja untuk Anda, saya juga rela melakukannya.""Saya mohon, saya mohon ...."Sembari berbicara, dia juga bersujud sambil membenturkan kepalanya ke lantai berulang kali. Dia tampak ketakutan sekali.Melihat tuannya bersujud dan memohon pengampunan, pengawal Daim yang berdiri di samping itu juga bergidik.Saat ini, mereka baru memahami seberapa hebat orang yang diprovokasi oleh tuan mereka.Tubuh pengawal itu terus gemetar. Dia berharap Tobi tidak akan perhitungan dengan mereka.Memang benar, sebelum sempat melukai Tobi, pengawal itu sudah kalah tela
Wajah Betty juga memucat. Melihat penampilan Jonatan yang sekarang ini, dia sudah bisa membayangkan nasib yang akan menimpanya nanti. Dia refleks memegang erat tangan Elsa.Bisa dikatakan, Elsa adalah penyelamat hidupnya sekarang.Saat ini, dia sangat menyesal.Kenapa dia begitu kasar pada Tobi barusan? Padahal, pria itu tidak menyinggungnya. Bahkan, berbaik hati membantu Elsa.Apa barusan otaknya bermasalah? Bisa-bisanya dia berbicara kasar seperti itu?Melihat Jonatan akhirnya diam, Daim baru menghela napas lega.Saat ini, Lintang juga telah tiba di depan mereka. Melihat Lintang datang, mata Jonatan langsung berbinar. Berdasarkan identitas Pak Lintang, Jonatan yakin pria itu pasti tidak akan melakukan kesalahan.Namun, yang mengejutkannya dan juga membuatnya putus asa adalah Lintang juga menghampiri Tobi dan menyapa bocah itu dengan hormat, "Tuan!"Begitu mendengar panggilan itu, raut wajah Jonatan menjadi pucat pasi. Padahal, mulanya hanya sedikit pucat. Sekarang, bahkan tubuhnya ju