Ketika aku menuju ke kamarku Torrance menarikku.
Tatapannya sangat dalam, namun aku bisa melihat, bahwa dia tidak ingin yang sudah dia perlihatkan kepadaku diketahui oleh Seward.
“Yuri, kau bisa menjaga rahasia kan?”
“Rahasia apa?”
“Kau tidak boleh menceritakan kejadian tadi kepada Seward, oke?”
“Oke, lagipula aku masih tidak percaya kalau di dunia ini masih ada mahluk seperti itu, konyol.”
Torrance tersenyum, tapi senyumnya membuatku teringat akan kejadian tadi. Ketika senyumnya melebar, dari sela-sela giginya muncul taring yang sangat runcing.
Aku tidak mengerti kenapa dia memberitahuku tentang dirinya. Dan di sini aku masih terpaku melihatnya, tidak bisa bergerak.
Torrance melangkah mendekatiku."Kau percaya sekarang? aku dracula.” Matanya menatap mataku agar aku percaya dengan apa yang aku lihat.
“Yahh, tapi kamu tidak akan memakanku!?” Aku bertanya dengan suara gemetar.
“Aku belum lapar. Jika bulan purnama muncul, aku akan mempertimbangkanya.”
“Sebelum kau memakanku, mungkin aku sudah pergi dari sini.”
“Hahaha, kau benar-benar lucu. Yuri aku tidak akan memakanmu. Lagi pula kau adalah adik dari sahabatku.”
“Kau membuatku takut!” Aku menghela napas, jantungku seakan lari meninggalkan tempatnya.
“Kenapa masalah selalu muncul dimanapun aku berada.”
“Aku tidak suka bau vampire mu. Kau tidak usah takut kepadaku.” Oceh Torrance sambil menutup hidungnya
“Jadi kau takut vampire? ... Ahh sudahlah aku tidak ingin membahasnya sekarang. Tapi nanti bolehkah aku mengetahui kehidupan dracula kepadaku, please?”
Dia hanya tersenyum. Kuputuskan jika dia tersenyum berarti dia mau menceritakan kehidupannya.
Aku berjalan di belakang Torrance, ketika aku ingin bergabung mengobrol dengan mereka, Seward malah menyuruhku untuk segera masuk ke kamarku dan mengganti bajuku yang terlihat kotor.
Setelah mandi aku baru sadar buah yang aku beli belum aku masukan ke dalam lemari pendingin. Dengan cepat aku membereskannya, tertata rapih.
Kulirik jam yang ada di kamarku, ternyata sudah sangat larut.
Kupejamkan mataku agar aku segera tertidur, tetapi otaku di penuhi dengan pertanyaan.
Dracula dan bau vampire ku. Kenapa aku berbau vampire? memangya aku mayat hidup? itu menjijikan untukku, aku tidak pernah tahu kalau aku berbau mayat. Rasanya perutku mual membayangkan hal itu.
Pikiranku melayang kearah lain, laki-laki dengan wajah tampan, putih dan tatapan matanya yang begitu menenangkan hatiku. Hingga akhirnya aku bisa tertidur dengan nyenyak.
Aku tidak tahu apakah ini kenyataan atau sekedar mimpi, aku berada disebuah ruangan yang seperti istana, duduk bersama Seward, Darren dan teman-temannya.
Ketika aku mencari seseorang yang ingin sekali kutemui di tempat ini, sangat sulit.
Tiba-tiba ruangan itu hilang di ganti dengan ruangan yang lebih sederhana di sana berada Hary dan Torrance yang saling menatap dengan tajam.
ketika mereka mengangkat tangan masing-masing, aku sangat ketakutan dan semuanya menghilang.
Aku terbangun dari tidurku.
Hari ini hujan mulai turun dengan deras, dan aku sangat senang ketika aku melihat tanggal merah.Hari ini hujan mulai turun dengan deras, dan aku sangat senang ketika aku melihat tanggal merah. Hari minggu. Waktunya aku bersantai. Tapi aku bangun terlalu pagi, ini masih jam 04.00 pagi.
Kunyalakan televisi agar aku bisa tidur lagi, aku baru tidur 4 jam. Tidurku yang paling singkat. Perutku tiba-tiba bunyi, dan aku baru sadar kemarin aku hanya makan satu kali.
Kulangkahkan kakiku ke arah lemari pendingin tempat menyimpan harta karun yang sangat berharga.
Aku mengambil apel yang tidak terlalu besar dan beberapa anggur yang sudah kucuci.
Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki menuju kamarku. Aku hanya berfikir itu Seward. Saat lampu dinyalakan aku terkejut melihat Torrance menghampiriku.
“Kau menginap di sini?” Aku bertanya sambil mengunyah apel yang ada dimulutku.
“Ya, boleh aku masuk?” Sekarang aku bingung, bolehkah aku membiarkan laki-laki masuk kedalam kamarku atau aku menyuruhnya pergi saja.
Di dalam hatiku, aku sangat yakin bahwa dia adalah laki-laki yang sangat baik.
“Tentu, apakah Seward tahu?”
“Ya, dia sekarang tidur sangat pulas. Kau tidak perlu cemas.” Jawabnya dengan gaya khas nya yang santai.
“Kenapa kau tidak tidur? apakah dracula tidak pernah tidur?”
“Kau membangunkanku. Telingaku sangat sensitive dengan suara.”
“Maaf ... bolehkah sekarang kamu menceritakannya?” Rasa penasaranku sangat tinggi dengan hal yang baru aku ketahui.
“Baiklah,” Dia menghirup napas dalam-dalam. “Kehidupanku sangat sulit, aku tidak bisa berkeliaran di bawah sinar matahari dengan tenang. Ketika bulan purnama muncul, aku harus mencari manusia yang mau membagi darahnya untukku. Tapi aku tidak harus membunuh manusia itu. Aku hanya perlu setengah dari darahnya yang mengalir di dalam dirinya.”
Torrance memejamkan matanya untuk mengingat-ingat. “Dan bangsa kami akan selamanya muda. Sulit untuk mati,” Tambahnya dengan santai sambil memperhatikan reaksiku.
“Apakah kau bisa merubah manusia menjadi dracula?”
“Ya, tapi tak langsung. Manusia harus menjadi vampire dahulu setelah itu baru bisa merubahnya menjadi dracula.” Aku terkejut dengan penuturannya. Apa bedanya Vampire dan dracula? Sama-sama mahluk penghisap darah. Pikirku dalam diam. "Tapi tidak semudah itu."
Lama dia terdiam hanya hujan deras dan suara tv yang terdengar di telingaku. Sedangkan aku hanya sibuk memakan apel ku.
“Hmm. Kau tidak kesepian hidup sendiri?” Aku memulai pembicaraan lagi.
“Tidak setelah aku bertemu Seward beberapa tahun lalu.”
“Apakah kau tidak bisa kembali menjadi manusia?”
"Aku tidak tahu, tapi ada kisah bahwa bangsa kami bisa kembali lagi menjadi manusia biasa.”
“Wah benarkah? Lalu kenapa kau tidak kembali menjadi manusia saja?”
“Kisah itu menyebutkan jika seorang dracula ingin menjadi manusia ada syarat yang harus dibayar. Kau tahu syaratnya?” Aku terus memandang dia dengan wajah penasaran. “Syaratnya aku harus mengorbankan 1000 orang manusia dalam satu malam. Dan meminum darah orang yang sangat aku sayangi.”
Pikiranku melayang. 1000 orang manusia, itu perbuatan yang sangat kejam. Kasihan sekali Torrance.
Hidupnya masih sangat muda, mungkin dia hanya berbeda dua tahun denganku. Tetapi sudah mengalami kejadian yang begitu menakutkan. Jika aku menjadi mahluk seperti dia mungkin aku tidak akan bisa menerimanya dan membunuh diriku sendiri. Tapi apakah bisa?
“Itu hanyalah sebuah dongeng, belum ada pembuktian yang pasti.”
Aku mengangguk mengerti, “Aku boleh bertanya lagi?”
“Tanyakanlah. Lagi pula kau sudah mengetahui garis besar dari kehidupanku.”
“Kau sudah hidup berapa lama?”
Pertanyaan konyol. Sebenarnya aku hanya bercanda menanyakan itu. tapi dia terlihat ragu saat akan menjawab.
"Tahun? Tidak. Aku sudah hidup berabad-abad. Mungkin tiga abad." Jawabnya murung. Aku yang melihatnya merasa bersalah.
"Wah, tiga abad? Benarkah? Wajahmu masih terlihat tampan. Tidak seperti kakek-kakek."
"Tampan kan? Apa kau menyukai aku?" Dia tertawa kecil saat aku ingin mengalihkan pembicaraan yang akan membuatnya teringat akan masa-masa terdahulunya. Sepertinya aku berhasil.
"Aku tidak menyukai kakek-kakek ... tapi kalau wajah di depanku aku sangatt menyukainya." Aku dan Torrance tertawa dengan pelan. Aku takut akan membangunkan Seward kalau aku tertawa terlalu keras. "Kakakmu sudah bangun, sebaiknya aku keluar. Bye." Dia berdiri melangkah keluar dari kamarku dan mematikan lampu kamarku. Aku mematikan televisi dan sekarang perutku sudah kenyang. Dari tempatku duduk aku bisa melihat arah luar jendela, kilatan petir terlihat jelas, dan hujan masih belum berhenti sejak semalan. Aku menelan ludahku, bagaimana bisa aku bertemu dengan mahluk fantasi di sini. Padahal aku hidup di zaman modern, seharusnya mahluk seperti itu sudah punah. Aku menepuk pipiku, untuk memastikan jika aku sedang bermimpi. Rasa sakit itu membuatku sadar kalau aku harus menerima kenyataan yang ada. Hidup berdampingan dengan mahluk fantasi yang bisa hidup abadi. Sedangkan mereka bisa melihat aku tumbuh dan menua hingga aku meningglkan dunia
Hari demi hari kulewati dengan baik. Dua minggu ini aku merasa tenang. Namun siang ini Mom datang. aku tahu mereka akan datang, kukira tidak secepat ini. Ada sedikit perasaan takut dan rasa bersalah ketika melihat wajanya. “Hallo Yuri! Bagaimana kabarmu selama disini?” Mom menatapku dengan tajam. “Kabarku sangat baik Mom, Kakak memperhatikanku dengan sangat baik,” Jawabku dengan sangat yakin. Seward hanya menundukan wajahnya. Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti dengan situasi yang dihadapi oleh Seward. Alasan sebenarnya dia memilih untuk menjauh dari Greendland. Aku melihat raut wajah Seward ketakutan sekaligus cemas. Bukan rasa rindu dan bahagia bisa melihat orang tuanya datang. “Baguslah.” Dad mengucapkannya tanpa ekspresi. “Kami berharap kamu bisa ikut pulang bersama kami, sekarang!” Mom menatapku dengan tajam. Aku balas menatap Mom dengan sinis, apakah wajar seorang Ibu memperlakukan anaknya seperti itu? “
Hubunganku dan Hary semakin membaik, kami hanya berbeda jadwal pelajaran bahasa dan olahraga. Saat istirahat tiba kami selalu pergi ke Greentree bersama, namun hanya disaat gerimis atau matahari tertutup awan. Waktu sinar matahari tidak tertutup awan kami selalu pergi ke perpustakaan sekolah. Kadang Hary tak masuk sekolah jika cuaca sangat cerah. Hal yang menyedihkan untukku. Tapi menurut Darren dan teman-temannya itu adalah cuaca yang sangat indah. Darren kadang menyebalkan, dia lebih menyebalkan dari Seward. Yang selalu menjahiliku, mengikuti kemanapun aku pergi walau aku ingin sendiri, bahkan selalu mencari perhatianku. Sedangkan dengan Torrance aku seperti mempunyai kakak satu lagi. Sejak Hary ikut makan bersama kami dia terlihat marah tapi karena keseringan datang dan belajar bersamaku, kini sikapnya baik-baik saja. Torrance selalu mengantarku ke sekolah saat Seward sedang ada keperluan mendadak. Tapi saat matahari cerah dia tidak berani
“Torrance, kau dari mana?” Aku bertanya kepada dia dengan rasa takut. “Aku lapar ... ingin darahmu,” Ucapan Torrance membuatku terkejut. “Torr ... kumohon! sadarlah. Aku Yuri. kau hanya becanda kan .” Sepertinya Torrance kehilangan kesadarannya. Dia terus mendekatiku perlahan. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Apakah dia akan menjadikanku makanannya? Pikiran itu terus memenuhi pikiranku yang kalut. Aku tidak bisa menghindarinya lagi, untuk laripun aku tidak sanggup. Ketika dia ada didepanku dia langsung menarik tanganku dengan kasar. Dengan jelas aku melihat taringnya keluar dan mendekatkannya ke tanganku. Aku mencoba menarik tanganku yang dipeganggnya dengan sangat kuat, sampai aku merasakan sakit. Torrance mulai menghisap darahku. Rasanya tidak enak, sangat sakit dan membuatku lemas ingin tertidur. Penglihatanku mulai memudar, yang aku harapkan aku masih bisa terbangun esok pagi. Kudengar ada teriakan
Akhirnya saat yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari ini nilai ujianku akan di bagikan. Setiap orang yang mempunyai nilai terbaik akan di berikan penghargaan. Tapi itu khusus untuk lima orang. Aku sangat berharap mendapatkan salah satu posisi di peringkat itu. Acaranya membuatku mengantuk. Jajaran para guru dan staff lainnya terus memberikan sambutan dan memberikan kata-kata yang tidak akan memberiku motivasi sama sekali. Membosankan. Ketika kepala sekolah menutup sambutannya. Aku benar-benar merasa lega. Seward juga datang ke sekolah untuk mengambil kartu hasil study ku semester ini. kulihat Torrance juga ikut datang. Namun dia menunngu di luar ruangan auditorium. Kini saatnya untuk mengumumkan siapa murid terbaik di semester ini untuk anak kelas tiga. Aku tidak sabar untuk mendengarnya. “......... untuk kelas tiga terbaik. peringkat ke lima diraih oleh Kay. Peringkat ke 4 diaraih oleh Micky. Peringkat ke tiga di raih oleh Ma
“Yuri, kau ingin tau satu rahasiaku?” Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. Seolah bertanya apa? “Yuri, sebenarnya aku menyukaimu. Sangat menyukaimu,” Mataku berbinar dan hatiku menghangat mendengar ucapan Hary. Aku mengerjapkan mataku tidak percaya. Hary menunggu jawabanku. “Kau serius?” “Aku tidak pernah main-main dengan ucapan dan juga perasaan.” “Aku sangattt menyukaimu...” Aku tidak tahu harus bicara apalagi. Tapi aku tahu aku sangat menyukainya, aku tak pernah melihat dia berbeda denganku atau apapun itu. satu yang paling aku inginkan sejak dulu, perhatian dan perasaanku terbalas olehnya. “Jawaban itu sudah cukup untukku ... Aku berjanji akan selalu ada disisimu,” Ekspresi Hary menghangat ketika mengatakannya. Dia menggenggam tanganku dengan sangat hati-hati. Meskipun aku merasakan dingin dari kulitnya, namun kebahagiaan yang diberikan Hary sudah cukup membuatku menghangat. “Hary, sepertinya hujan semakin
“Torrance tenangkan dirimu ...” Ucapku sedikit meringis menatap kecepatan mobil yang kami tumpangi. Torrance seperti orang yang di kejar monster, dia mengendarai mobil di atas 150 km/jam. Sudah seperti pembalap saja. Hary yang melihatku ketakutan, langsung memegang tanganku dengan lembut. rasa dingin langsung terasa menembus kulit tanganku. “Kita memang harus cepat Yuri, kau tenang saja. Torrance lebih pandai mengemudikan mobil.” Hary menenangkanku. Aku langsung memeluknya sambil memejamkan mata beberapa saat. “Mereka masih mengejar kita di belakang,” Ucap Torrance dengan wajah serius. “Akan aku hubungi sudariku untuk menjaga Yuri. setelah itu kita harus menyelesaikan masalah ini sebelum tercium oleh pemimpin kita,” Hary ikut bicara. Wajahnya sama seperti Torrance. Rasa cemas, takut dan marah. Semuanya ada di wajah mereka. Aku langsung tertegun, siapa pemimpin yang di maksud oleh Hary. kelihatan sekali Hary menjadi serba salah setelah
Hujan turun semakin deras membuat semua pikiran dan perasaanku berkelana kemana-mana. Aku tidak pernah merasa seperti ini seumur hidupku. Merasa ketakukan dengan apa yang aku ketahui. John langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah Seward. Aku mencoba bersikap seperti biasanya dihadapan Seward. Ternyata Seward menungguku di teras depan. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu, tatapan matanya tertuju kearah Kasloff dan John. “Hai kak, kau belum tidur? Oh ya, kenalkan ini Kasloff dan John pacarnya.” “Hallo,” sapa Seward dengan ramah. Namun ada raut wajah curiga darinya. “Dimana Torrance dan Harry?” “Torr ... Torrance bukannya dia sudah pulang? kalau Hary dia ada urusan. Kak, mereka ingin menginap disini,” Aku sangat gugup mengatakan kebohongan kepada Seward. “Dia belum pulang. Mungkinkah dia ada urusan? Yasudah ajak temanmu kedalam Yuri. John nanti kau tidur dikamarku.” “Oke. Tidur diruang tamu juga tidak masalah untukku,” Kat
Aku dan Hary pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini sudah hari ke sembilan kami seperti ini. Entah sampai kapan kami akan terus bermain petak umpat dengan mereka.Hary tidak pernah menunjukan ekspresi sedihnya lagi. Dia lebih sering tersenyum, seolah kami sedang liburan untuk beberapa saat ke depan.Dengan kemampuan yang di milikinya, Hary mengendalikan pikiran orang lain untuk memenuhi kehidupan kami. Kadang Hary meninggalkanku sendiri, agar dia bisa memenuhi nafsu predatornya.Saat ini kami sedang berada di atas kapal, Hary mengajakku untuk pergi ke sebelah timur Nusantara. Aku yang tidak terlalu tahu hanya mengikutinya saja.Terkadang tanpa aku sadari, aku sudah berada di tempat berbeda. Aku tidak pernah bertanya kepada Hary. Aku percaya Hary bisa melindungiku.“Hary, sepertinya aku ....”“Aku tahu, ada beberapa vampire di sini. Kau jangan terlalu jauh dariku.”Aku langsung merapatkan tubuhku kepada H
Hary membawaku pergi ke tempat yang tidak pernah aku duga. Sebuah hutan di pulau terpencil.Kami menaiki perahu yang di sewa oleh Hary. Jika tidak membawaku, sejak tadi Hary sudah sampai di tempat ini. Lagi-lagi cuaca memburuk. Awan gelap sudah menutupi sebagaian daratan.Hary menyuruhku untuk duduk tenang. Sedangkan dia sendiri sibuk menyiapkan tempat untukku dan Hary berteduh. Hary membuat rumah pohon, kecil tapi cukup untuk kami berdua.Tidak berapa lama setelah Hary selesai, hujan yang sangat deras langsung turun. Aku khawatir jika Maria bisa menemukan kami di sini.“Untuk sementara kita di sini dulu, kita tidak mungkin diam di sini untuk waktu yang lama. Maaf, aku terlalu ceroboh, Riry. Harusnya aku ....”“Stttt, kau tidak perlu meminta maaf, Hary. Kau membawaku bersamamu, aku sudah bahagia.”Hary memelukku, dia terlihat senang dengan apa yang aku katakan. Aku balas memeluknya dengan erat.Aku langsung ter
“Harusnya photomu di pasang sebelah sini,” ucap Seseorang yang sudah ada di sebelahku.Aku langsung melihatnya, tidak terkejut seperti sebelumnya dan aku tidak pernah tidak terpesona dengan penampilannya. Sangat elegan. Dia menghampiriku dengan gaun biru terang. Kontras dengan kulitnya yang putih pucat.“Halo,” aku menyapanya dengan kaku.“Halo, haruskah aku tanya apa kabar?”
Hary dan aku duduk di bawah ohon yang ada di greentree. Kami terdiam cukup lama, memikirkan kemungkinan yang akan di perbuat oleh Darren. yang terlihat di mataku adalah Darren masih penasaran kepadaku.Buktinya dia masih datang ke sekolah dan lebih parahnya dia malah membawa teman-teman yang lainnya ke sini. aku tahu Darren sengaja melakukannya.Aku merasakan Hary menyentuh tanganku dengan lembut. Dia menatapku, memberitahu agar aku tidak gentar sedikit pun.“Apa kau ingin pulang saja?” tanya Hary.
Pagi sekali hujan sudah turun. Cukup deras hingga membuatku tidak ingin meninggalkan tempat tidur ternyamanku. Aku tahu ini adalah hari pertamaku untuk masuk sekolah lagi.Aku memperhatikan hadiah dari Hary, bunga Angkrek yang bisa membuatnya terluka. Apakah aku harus membuangnya. Bagaimana jika ada yang tahu dengan kenyataan itu? aku berharap tidak ada yang tahu.Kembali ke rutinitas awalku untuk semester terakhir di High School. Setelah ke sadaranku cukup, aku segera bersiap memakai seragam sekolah. Mengikat rambut dengan rapih dan selesai.“Selamat pagi, Kak!” aku menyapanya dengan penuh semangat.Walaupun aku mengetahui jika Seward bukanlah keluarga asliku, tapi selama ini dia sudah sangat baik kepadaku. Tidak masalah untukku, Seward tetap kakak terbaik yang pernah aku miliki.“Pagi! Sarapan dulu sebelum berangkat. Kakak tidak bisa mengantarmu ke sekolah, mungkin Torrance lebih senggang.”“Tidak perlu.
Sesaat sebelum tengah malam, Torrance pergi entah kemana. Dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Tinggal aku dan Hary di sini, di temani oleh orang – orang yang masih ramai bernyanyi di iringi gitar. Ada yang masih makan dan sesekali becanda bersama temannya.Sedangkan aku, di tengah dinginya malam. Masih terpaku dengan sosok Maria yang entah pergi kemana. Jika dia keluargaku lalu siapa orang tuaku sebenarnya? Aku kira karena sikapku sedikit sama dengan Daddy, dia adalah orang tuaku kandungku.Pikiranku di penuhi oleh banyak hal. Tapi perasaanku seperti tidk peduli akan kenyataan yang ada. Hanya sedikit kesal saja, kenapa tidak sejak dulu aku mengetahui kenyataan ini.“Kau belum mengantuk, Riry?” panggilan itu terdengar manis di telingaku.“Aku tidak merasakan kantuk sama sekali.” lalu tersenyum menatap ke manik matanya.Hary memberiku selimut yang lumayan tebal. Cuaca di pegunungan memang sangat ekstrim, tapi jangan lu
Ucapan selamat ulang tahun dari Maria membuat aku terdiam beberapa saat. Kenapa dia bisa mengetahuinya? Kenapa aku sendiri melupakan ulang tahunku?“Tadinya aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya, tapi yasudah lagipula dia lebih mengejutkanmu dari pada hadiah apapun kan?”Torrance benar, kehadiran Maria di tengah mereka membuat keadaan menjadi canggung seketika. Apalagi Hary, dia kadang memperhatikan antara aku dan Maria dengan seksama.Sama sepertiku yang terus mencari perbedaan di antara kami. Namun hanya sikapnya saja yang berbeda. Aku menghela napas, ingin untuk tidak percaya tapi sudah ada di depan mataku.“Kau ingin hadiah apa?” matanya yang dingin menatapku.“Aku? Aku tidak ingin apapun.”Dia mendekat ke arahku, duduk di sebelahku lalu memegang tanganku. Aku merinding seketika, tangannya memang sangat lembut. tapi lebih dingin dari tangan Hary.“Tentu saja, aku berbed
Detik demi detik sudah terlewati, dan aku yakin dia orang serupa denganku. Tanpa sadar aku mundur dan hampir terjatuh, jika saja Hary tidak memegangku.“Aku ....” ucapku tidak jelas. Masih terkejut dengan apa yang aku lihat.“Kau kenapa? Apakah kau melihat ikan paus?” tanya Torrance bercanda.“Aku ... itu ... aku ...”“Apakah Darren ke sini lagi?” tanya Hary mengerutkan keningnya curiga.“Bukan, aku melihat ... aku?!” ucapku sekaligus bertanya kepada Hary.Hary yang mendengar pertanyaanku tidak mengerti. Apakah aku sudah linglung? Hary memegang dahiku. Dia masih menatapku dengan bingung.“Kau tidak apa – apa?” tanya Hary khawatir.Aku melepaskan tangannya. “Aku tidak sakit, aku melihat orang yang sangat mirip denganku. Tapi dia lebih cantik ...”“Tentu saja, kau tidak ada apa – apanya,” ucap Torrance mengejek
Seperti dugaanku, Torrance membuang bawaannya begitu saja. Dia tidak membawa apapun selain dompet dan ponselnya. Sedangkan Hary, dia hanya membawa jaket dan tas punyaku.Sejak tadi aku hanya memperhatikan ke terdiaman Hary. Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Sadar karena aku terus menatapnya, Hary tersenyum hangat ke padaku.“Apa kau sangat merindukanku? Dari tadi kau terus menatapku dengan lekat,” ucap Hary, aku tersipu malu mendengar pertanyaan Hary.“Tentu saja, aku sangat merindukanmu. Kalau bisa jangan pergi jauh lagi, semeterpun jangan pernah.”“Kau bisa saja.”Begitu kentarakah? Aku hanya memalingkan wajahku sambil menahan senyum, dan aku malah melihat Torrance yang terlihat sebal. Aku langsung merubah ekspresi wajahku. Lalu berdeham.“Aku tidak mau menjadi cicak di antara kalian, jadi selama liburan jaga sikap kalian! Di sini aku lebih tua dari kalian,” perintah Torrance.&l