Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 36B. Satu Milyar

Share

Bab 36B. Satu Milyar

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 22:20:31

Ibu Regina mendongak. Kedua matanya membeliak melihat kedatangan tiga orang yang berpakaian stylish.

"Renata? Kamu Renata 'kan?" tanya ibu Regina sumringah, berdiri, hendak memeluk wanita yang telah melahirkan Darren.

"Jangan sentuh aku!" tolak ibu Renata ketus. Memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Dia sangat tidak suka berdekatan dengan Regina apalagi sampai disentuh.

Gerakan ibu Regina seketika terhenti. Menelan saliva, memandang pak Sugeng dan Pak Hendrik bergantian. Ibu Renata menunjukkan ekspresi wajah datar, langsung duduk di kursi. Begitu pula pak Sugeng dan Pak Hendrik.

Melihat sikap mereka, ibu Regina mencebik.

'Sombong sekali mereka. Mentang-mentang orang kaya. Mereka enggak tau aja kalau suamiku juga pengusaha yang kaya raya.' Ibu Regina bergumam dalam hati. Awalnya ia ingin bersikap baik pada Ibu Renata dan Pak Sugeng tapi melihat sikap ibu Renata, hatinya dipenuhi kebencian.

"Silakan kalau kamu mau baca dulu dokumen itu. Enggak dibaca juga enggak masalah. Aku hanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Lica makin dibenci deh nii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 37A. Ke Rumah Sahabat

    "Iya betul sekali. Suamiku bernama Adyatama. Wah ... ternyata suamiku pengusaha yang terkenal juga, ya?" Ibu Regina sangat sumringah suaminya dikenali pak Hendrik. Dia juga sangat yakin kalau Ibu Renata dan Pak Sugeng pasti mengenal Adyatama. Pak Sugeng dan ibu Renata penasaran. Mereka yang awalnya tak peduli, akhirnya melihat foto pernikahan ibu Regina dengan Pak Adyatama. "Apa kamu enggak tau kalau dia udah punya istri dan anak?" tanya ibu Renata ketus, tanpa menyebut nama Regina. Tatapannya sangat menusuk. "Memangnya kenapa kalau dia punya istri? Laki-laki itu boleh menikah lebih dari satu, dua atau tiga? Empat juga boleh." Tanpa rasa bersalah, ibu Regina menjawab pertanyaan ibu Renata. Mendengar jawaban ibu Regina, hati Ibu Renata sangat geram. Kedua telapak tangannya mengepal kuat, menunjukkan amarah di depan saudara kandung beda ibu itu. Jika bukan di tempat umum, ingin rasanya ibu Renata menyumpal mulut Ibu Regina. Wanita yang telah melahirkan Darren tiba-tiba teringat ibu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 37B. Dimandiin

    Ibu Renata dan pak Sugeng melenggang beriringan. Keduanya berdiri di depan pintu, sebelah tangan pak Sugeng terulur menekan bel. Tidak berselang lama, asisten rumah tangga Pak Adyatama membukakan pintu. "Nyonya Renata, Tuan Sugeng, apa kabar?" Asisten rumah tangga pak Adyatama yang telah bekerja di rumah itu bertahun-tahun lamanya memang sudah mengenal ibu Renata dan suaminya. Oleh karenanya, ia tak canggung menyapa. "Kabar kami baik. Anita ada?" Ibu Renata yang menjawab. "Ada. Silakan masuk, Nyonya, Tuan. Saya panggilkan Nyonya Anita dulu.""Terima kasih."Keduanya masuk ke ruang tamu yang sangat sunyi. Aura sunyi di rumah ini sangat terasa. Berbeda dengan rumah Wirawan. Walaupun kadang ibu Renata merasa kesepian tetapi masih ada pak Sugeng, Darren, Angelica, kedua asisten rumah tangganya dan juga sekarang ada Sabrina. Tapi di rumah ini, hanya Anita dan asisten rumah tangganya yang sudah sepuh. Apalagi sekarang Adyatama sudah menikah lagi. Ibu Renata sangat yakin kalau Pak Adyata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 38. Harus Memilih

    Usai membersihkan diri, keduanya menyantap makan malam yang sudah larut. Untung saja, Sabrina memasak. Ternyata Darren sejak siang belum makan. Dia ingin pekerjaannya cepat selesai dan segera bertemu dengan Sabrina. Sebelumnya dia belanja di pasar terdekat rumah diantar teh Niken. "Masakanmu lezat sekali, Sayang. Aku yakin, kalau mama makan masakanmu ini, dia pasti akan memujimu," ujar Darren sembari mengunyah. Sabrina hanya tersenyum tipis. Toh nyatanya, ibu Renata hanya menyukai masakannya saja bukan dirinya. "Terima kasih atas pujiannya, Tuan."Darren memerhatikan Sabrina yang duduk di kursi sebelahnya. "Sayang, aku minta sama kamu. Kalau di luar rumah Wirawan, jangan panggil aku 'Tuan'. Kamu boleh memanggilku Darren atau yang lainnya. Enggak enak didengarnya, Sayang."Sabrina langsung menoleh, mendengar permintaan suaminya. Ia membalas tatapan Darren yang penuh cinta. "Hm, tapi ... kalau didengar nyonya besar bagaimana? nanti saya dianggap enggak tau diri." Sabrina merundukkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 39A. Kapan Terakhir?

    Mendengar pertanyaan pak Sugeng, ibu Renata menoleh terkejut, menatap suaminya sesaat lalu mengalihkan pandangan ke depan sembari menghela napas berat. Mulutnya terasa dikunci. Tak tahu harus menjawab apa. Benar kata pak Sugeng, nasi sudah menjadi bubur. "Renata, demi nama baik keluarga Saka Abadi. Kamu harus memilih," sambung pak Sugeng melihat istrinya tak kunjung angkat bicara. Ibu Renata tetap bergeming, menelan saliva, berkali-kali menarik napas panjang. Kedua matanya terpejam, mengingat kembali permintaan ibu kandungnya sebelum meninggal dunia. "Hanya kamu pewaris sah Saka Abadi. Kamu adalah saksi, sesakit apapun hati Mama, tidak pernah meminta cerai pada papamu. Mama hanya minta, tolong jaga nama baik keluarga kita, Renata. Jangan sampai anak keturunan Saka Abadi rumah tangganya berakhir dengan perceraian." Permintaan mamanya kembali teringang di telinganya. Wanita yang hidupnya dipenuhi luka hati. Luka hati yang digoreskan lelaki bernama Wirawan Saka Abadi. Ayah kandun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 39B. K3cupan Singkat

    Pertanyaan ibu Renata membuat Angelica mendongakkan kepala. Membalas tatapan tajam wanita yang telah melahirkan Darren. "Kapan ya? Lupa. Emang kenapa?" tanya Angelica sembari mengunyah. "Kamu itu benar-benar anak kurang ajar. Hari ini temui Mamamu! Kasihan dia."Angelica mencibir, melanjutkan sarapannya. "Kasihan karena mamaku penyakitan? Udah takdirnya kali, Ma."Pak Sugeng menggelengkan kepala mendengar jawaban Angelica. Tidak ada lagi yang menanggapi ucapan Angelica. Dalam hati, ibu Renata hanya mengasihani nasib sahabatnya itu yang memiliki suami tidak setia, yang memiliki anak tidak perhatian. Ibu Renata dan pak Sugeng menyudahi sarapan. Wanita tua itu mengantar suaminya yang hendak pergi ke kantor sampai depan rumah. "Hati-hati, Mas.""Iya, Sayang."Pak Sugeng meng3cup kening istrinya lalu masuk mobil. Tidak hanya pak Sugeng yang keluar rumah, Angelica pun sama. "Mau kemana kamu?" tanya ibu Renata sinis."Kerja. Mau kemana lagi memangnya? Aku kan menantu Mama yang bukan i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 40A. Pesan

    "Tuan ...." Kedua mata Sabrina membeliak mendapat perlakuan manis suaminya. Wajah Sabrina semakin bersemu merah karena terkejut dan malu. "Supaya kamu semangat masaknya," kata Darren mengusap lembut bib1r Sabrina. "Terima kasih, Tuan." Sabrina tersenyum, tersipu malu, meninggalkan Darren yang masih mematung di tempat. "Sama-sama, Sayang."Hati Darren benar-benar bahagia. Keberadaan Sabrina dalam kehidupannya memberi perubahan dalam diri. "Darren!" Panggilan ibu Renata membuat langkah Darren tepat di depan pintu kamar. Pegangan tangan pada handle pintu terlepas. Darren menoleh, melihat ibu Renata berjalan ke arahnya. "Gimana Sabrina? Apa dia dipijat kandungannya dan minum jamu supaya rahimnya lebih subur?" telisik ibu Renata menyilangkan kedua tangan di depan d4da. Darren menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan wanita yang selama ini dihormati. "Iya. Dia minum jamu penyubur kandungan. Jamunya juga dibawa ke sini.""Dipijat juga?""Enggak. Tukang pijatnya meninggal. Jad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 40B. Bersolek

    Wajah ibu Anita terlihat sendu. Angelica terkekeh mendengar harapan ibu Anita. Tidak hanya terkekeh, Angelica justru tertawa terbahak-bahak membuat ibu Anita mengerutkan dahi, merasa heran. Ibu Anita mengikuti langkah Angelica yang menuju ke sofa ruang keluarga. Mereka kini duduk santai di ruangan itu. "Kenapa kamu ketawa, Lica? Apa ... apa ucapan Mama ada yang lucu? Apa kamu menertawakan kesedihan Mama?" Ibu Anita duduk menyamping, memandang wajah anaknya yang cantik. Angelica menghentikan gelak tawa, menoleh, membalas tatapan ibu Anita. "Enggak, Ma. Aku enggak mungkin menertawakan kesedihan Mama. Aku hanya menertawakan harapan Mama yang bilang, supaya Darren enggak punya wanita idaman lain."Ibu Anita semakin tak mengerti maksud ucapan anaknya."Ma, sebelumnya aku mau tanya dulu. Apa ... mama Renata pernah ke sini? Pernah menemui Mama?" telisik Angelica menatap lekat wajah keriput ibu Anita. "Ya. Ibu Mertuamu semalam datang ke sini. Apa dia cerita padamu?""Oh pantesan ...." pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 41. Mau Berbuat Apa?

    "Kalau Mama masih enggak percaya sama omongan anak sendiri, ya gak apa-apa. Aku juga udah berusaha menerima Darren punya istri lagi. Ya ... mau bagaimana lagi, Ma? Mereka kan banyak uang. Punya kekuasaan. Dari pada aku diceraikan, rumah ini dan perusahaan disita karena banyak pinjam modal ke keluarga itu, mau enggak mau aku berkorban perasaan. Aku rela hidup menderita dipoligami daripada mama dan papa jadi gelandangan."Mendengar ucapan palsu Angelica, air mata ibu Anita tak dapat dicegah. Ia menangis, merangkul anaknya. "Ya Tuhan, Lica ... kenapa nasibmu seperti ini? Kenapa nasibmu hampir sama dengan Mama, Lica ...." Angelica langsung melepaskan pelukan mamanya. Dia menggelengkan kepala berulang kali. "Enggak, Ma. Nasib kita enggak sama. Aku sama Mama sangat berbeda nasibnya. Mama penyakitan, aku sehat. Lihat, aku sehat, Ma ...." dengan kasar, Angelica mengelak ucapan Ibu Anita. "Apa Mama enggak pernah bercermin? Cobalah, lihat penampilan Mama. Astaga ...." sambung Angelica. Sung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76B. Sakit

    "Tadi apa kata dokter? Kamu ikut masuk juga ke ruangan dokter kan waktu Darren dipanggil?"Mertua dan menantu itu berjalan beriringan. Meski Sabrina agak sungkan, tapi sekarang dia tidak bisa menjaga jarak lagi dengan ibu Renata. Wanita yang telah melahirkan suaminya itu selalu berusaha mendekati Sabrina. Dia tampaknya mulai menyukai bahkan sudah menyayangi wanita yang berasal dari kampung itu. "Iya, Ma. Tadi saya ikut menemani Mas Darren ke dalam ruangan dokter Sasti. Hasilnya alhamdulillah negatif," jawab Sabrina, suaranya terdengar sangat lembut membuat hati ibu Renata tenang. "Syukurlah, Mama ikut senang," ucap ibu Renata mengajak Sabrina duduk di ruang keluarga. "Mbaaakk ... Mbak Tutiii ...." Panggilan ibu Renata membuat Mbak Tuti bergegas menghampiri. "Iya, Nyonya?" Setengah membungkuk Mbak Tuti bertanya. "Tolong buatin Es Jeruk peras dua. Buat saya dan buat Sabrina. Cepetan ya, Mbak!" titah ibu Renata pada salah satu asisten rumah tangganya. "Baik, Nyonya."Mbak Tuti lang

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 76A. Menelisik

    Angelica sangat terkejut mendengar ucapan Darren. Tidak menyangka Darren mengetahui penyakit yang dideritanya. Seingatnya, dia tidak bercerita pada siapapun. Lalu, Darren tahu dari siapa?"Jangan nuduh sembarangan kamu! A-aku enggak punya penyakit itu!" elak Angelica gugup. Sikapnya berubah salah tingkah. Darren menyunggingkan senyum sinis. "Kalau enggak punya penyakit itu, ngapain kamu ke sini? Dasar tukang bohong!"Belum sempat Angelica menanggapi, nama Darren sudah dipanggil asisten dokter. Darren dan Sabrina meninggalkan Angelica yang masih mematung di tempat. 'Sialan! tau dari siapa dia kalau aku punya penyakit itu? Argh!'gumam Angelica membalikkan badan, meninggalkan poly penyakit kulit dan kelamin. Angelica ke kantin lebih dulu, menunggu Darren dan Sabrina pergi dari rumah sakit. Usai menjalani pemeriksaan dan mengetahui hasilnya, Darren dan Sabrina tersenyum bahagia. Dokter Sasti sudah dapat memberikan hasilnya dari mendengar penuturan Darren dan melihat kondisi alat v1ta

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75B. Menjijikan

    Pagi hari di kediaman keluarga Wirawan. Semua penghuni rumah itu sedang menikmati sarapan bersama. Wajah Sabrina terlihat sangat segar dan semakin cantik. Sedari tadi, diam-diam ibu Renata memerhatikan menantunya. Dalam hati, ia pun mengakui jika Sabrina memiliki kecantikan yang alami. Bukan cantik karena make up atau skincare. "Ma, aku enggak perlu ke rumah sakit, Males." Ucapan Darren menyentak lamunan Ibu Renata. Ia menoleh danberdehem, mengambil sepotong roti tawar panggang dan memberinya selai."Demi kesehatanmu, demi Sabrina, demi calon cucu Mama." Tanggapan ibu Renata singkat tapi sangat jelas, membuat Darren tak bisa berkutik lagi. "Saya temani ya, Mas? Boleh kan, Ma?" Ibu Renata dan yang lainnya menoleh pada Sabrina. Tidak biasanya Sabrina berbicara pada saat sarapan. Biasanya dia bicara ketika ditanya. "Hm ... boleh. Tapi, kalian enggak boleh keluyuran kemana-mana. Kamu mesti ingat, Darren. Jam lima harus berangkat ke Bali," tandas ibu Renata menatap lekat anak semata wa

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 75A. Cemburu

    "Enggak boleh! Kamu jangan egosi, Darren! Istrimu lagi hamil muda. Kandungannya masih rentan. Jakarta-Bali itu bukan jarak yang dekat."Tubuh Darren seketika lemas. Tangannya menggaruk kepala yang tak gatal. Darren benar-benar bimbang. Tidak mungkin sehari bolak-balik Jakarta - Bali. Menolak pun, Darren tidak akan bisa. Selama ini apapun perintah mamanya selalu dituruti. Tapi, yang dikatakan ibu Renata memang benar. Kandungan Sabrina masih sangat rentan. "Darren, kamu perbanyak puasa. Kata pak Ustad, puasa sunnah dapat menahan n4fsu," sambung ibu Renata. Berbicara sangat sungguh-sungguh. Belum sempat Darren menanggapi, Sabrina datang membawa potongan brownies yang masih mengepul. Kedua mata ibu Renata membeliak, senyumnya melebar. Hatinya begitu bahagia karena yang brownies yang diinginkan sudah ada di depan mata. "Ma, nih brownies-nya udah matang. Masih mengepul. Selamat mencicipi," kata Sabrina sumringah. Menyodorkan sepiring brownies yang sudah dipotong-potong. "Terima kasih, S

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74B. Candu

    Ibu Renata kembali ke ruang keluarga. Bibirnya tak henti tersenyum membayangkan brownies buatan menantunya sudah matang. Pasti rasanya sangat lezat. "Ma, lihat Sabrina enggak?""Mau ngapain kamu nyariin Sabrina?" Ibu Renata balik bertanya. Intonasi suaranya agak ketus. "Ya kan, Sabrina istri aku, Ma. Gimana sih? Aku mau tidur tapi mau cari Sabrina dulu. Mama lihat enggak?"Ibu Renata memutar bola mata malas mendengar ucapan anak tunggalnya. "Sini kamu! Duduk dulu sama Mama. Sabrina aman. Dia lagi di dapur. Lagi bikinin brownies buat Mama!" Darren melepaskan cekalan tangan ibu Renata dari lengannya."Mama serius? Malam-malam begini nyuruh istriku bikin Brownies?""Bukan Ma--""Inget, Ma ... Sabrina lagi hamil. Dia lagi ngandung cucu Mama!" sela Darren mengingatkan ibu Renata. "Kamu pikir Mama udah pikun? Mama juga ingat! Bukan Mama yang nyuruh Sabrina, Darren. Dia sendiri yang mau. Mama juga enggak tau dia ada di dapur. Tadinya Mama nyuruh si Mbok dan Mbak Tuti. Eh pas Mama ke dap

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 74A. Mama Tunggu

    Sedikitpun ibu Renata tidak terkejut mendengar kabar Angelica mengalami penyakit itu. Pikir ibu Renata, masih untung Angelica mengidap penyakit Gonore, bukan HIV. Tapi, sisi lain ibu Renata merasa kasihan pada ibu Anita. Sahabatnya itu pasti selalu memikirkan keadaan Angelica. "Ya sudah, jangan terlalu kamu pikirkan. Lebih baik kamu fokus saja dengan kesehatanmu. Masalah Angelica cukup didoakan, supaya dia cepat sembuh dari penyakitnya dan cepat sadar atas sikap buruknya."Ibu Anita terdiam, hanya terdengar helaan napas dan isak tangis yang tertahan. "Sekarang udah malam, kamu harus istirahat, Anita." Ibu Renata tidak ingin terlalu lama membahas tentang mantan menantunya itu. "Iya. Nanti aku istirahat. Re, terima kasih. Kamu selalu jadi pendengar setiaku. Dari dulu sampai sekarang. Terima kasih banyak.""Sudahlah, jangan terlalu berlebihan. Kita ini udah lama bersahabat. Wajar saja kalau aku demikian."Walau sifatnya agak keras, tapi ibu Renata tidak ingin berbangga hati atau gila

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73B. Penyakit Kelamin

    Malam hari di kediaman keluarga Wirawan, Sabrina dan Ibu Renata sedang berbincang di ruang keluarga. Sedangkan Darren dan Pak Sugeng di ruang kerja. Mereka membahas proyek yang berada di luar kota tepatnya di kota Bali. Ada salah satu pengusaha sana yang ingin proyeknya dipegang perusahaan Darren. "Sabrina, mungkin minggu depan suamimu akan keluar kota. Ada proyek yang perlu pengawasan dia," ujar ibu Renata mengawali pembicaraan. Sabrina yang duduk berdekatan dengan ibu mertua cukup terkejut. Tidak menyangka jika Darren ditugaskan keluar kota padahal ia sedang hamil.. "Meskipun Darren di luar kota, kami akan menjagamu dengan baik. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu tinggal bilang sama Mama."Sabrina menganggukkan kepala, tersenyum manis. "Iya, Ma. Terima kasih." Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Sabrina. Ia masih takut salah jika berbincang dengan ibu Renata. "Darren melakukan itu demi masa depan anakmu juga. Kalau Darren enggak kerja keras, nanti kalian hidup miskin. Ya meman

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 73A. Pulang Kampung

    Mendengar keinginan Andre, seketika otak Angelica berputar. Mencari ide agar bisa menolak keinginan anak kandung ibu Regina itu. Tidak mungkin Angelica melakukan hubungan suami istri dalam kondisi alat v1t4lnya seperti saat ini. "S-Sayang, aku ... aku baru saja datang bulan. Ja-jadi aku ... aku enggak bisa ma-main dulu." Suara Angelica bergetar. Tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Bibir Andre yang sebelumnya tersenyum langsung meredup. Ia sangat kesal karena keinginannya tidak dapat dipenuhi padahal Andre sudah datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta, sudah repot-repot membooking kamar hotel. "Cepatlah datang! Aku menunggumu!" Angelica memejamkan kedua mata. Andre memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu tanggapannya. Sudah dapat dipastikan, lelaki itu pasti marah. Tetapi, mau bagaimana lagi? Angelica pasti tidak bisa menikmati permainan Andre jika kondisi itunya masih sakit, perih dan panas. Setelahnya, Angelica membuka pintu rumah, menuju dapur, mengambil segelas air da

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 72. Di Hotel

    Lelaki yang duduk di samping Angelica berbisik. Angelica terkejut, menelan saliva, menghela napas berat. Ia tak langsung menjawab, pura-pura tak mendengar. Angelica memerhatikan penampilan sendiri. Ia tak mengenakan pakaian s3ksi, pakaiannya justru tertutup dan longgar. Tapi, kenapa lelaki yang duduk di sampingnya bertanya demikian?"Jangan pura-pura enggak dengar. Aku tau, kamu wanita peliharaan Mami Veni."Sontak, Angelica mendongak, menoleh dan memicingkan kedua mata menatap lelaki yang tengah menyeringai. "Ba-bagaimana kamu tau?" tanya Angelica heran. "Aku pernah melihatmu waktu nganterin si Bos. Kata si Bos, kamu sangat lezat. Kamu tenang saja, walaupun aku anak buah si Bos. Tapi, aku sehat. Aku banyak uang. Aku bisa membayarmu lebih besar dari si Bos. Permainanku juga sangat lembut. Enggak kayak si Bos," jelas lelaki sangat pelan tapi terdengar jelas di telinga. Angelica baru ingat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Dia adalah lelaki yang mengantar klien terakhirnya ke kama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status