Share

Siapa Wanita Itu?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-18 21:47:01

Dengan langkah tertatih ia menghampiri wanita tersebut. 

Entah mengapa hanya dengan sekilas pandang terhadap sosok itu sontak membuat kerinduan dalam batinnya membuncah. Demikian pula dengan hasrat yang tak terjelaskan menyeruak begitu saja dalam dirinya tanpa aba-aba. Hingga-hingga butuh perjuangan menahan dirinya untuk tidak mendekap sosok tersebut.

Diraihnya tangan wanita itu serta melontarkan pertanyaan singkat. 

"Siapa kamu?"

Namun wanita dengan rambut coklat terurai itu mendorongnya menjauh. Serta merta ia mengeraskan tubuh. Ketika mendekatkan wajah pada sosok tersebut, seketika ia tertegun kala mendapati sepasang mata berwarna biru tersebut telah dibasahi oleh air mata. Membiarkan hasratnya tak terbendung, didekapnya tubuh mungil itu. Dihelanya nafas gusar ditenggarai gelengan. 

"Maafkan aku. Aku berusaha mengingat tapi aku..."

Seketika nafasnya tercekat. Rasa sakit yang hebat kembali mendera kepalanya. Disertai gemeretak gigi menahan rasa tersebut, diangkatnya wajah hendak melanjutkan ucapan kala sebuah truk dengan hiruk pikuk klakson yg bergaung telah siap menerjangnya juga wanita itu.

Teriakannya membawanya kembali ke alam sadar. Ia terbangun dengan peluh yang membanjiri sekujur tubuh. Nafasnya berkejar-kejaran. Kesal dan sesal bercampur deraan rasa sakit bercokol dalam dirinya kini.

Hati kecilnya sangat yakin dirinya perlu mengingat wanita yang terus menerus muncul dalam mimpinya itu. Ia yakin dirinya masih memiliki 'alasan' hingga dibiarkan selamat dari kecelakaan. Tapi siapa wanita itu? Dan apa yang terjadi? Apakah mimpi itu merupakan potongan kejadian sesungguhnya yang menimpaku? Aku harus mengingatnya! Aku merasa perlu mengingatnya! Batinnya bercetus. Nafasnya kian memburu tak beraturan. 

Rasa sakit pun kian intens mendera kepalanya setiap kali ia berusaha mengingat. Menenggarai kesemuanya itu ia hanya mampu bersidekap sembari mengerang gusar bagai binatang. 

Aku tak bisa melewati hari demi hari dan malam demi malam dalam keadaan resah tak berujung, mencari jawaban dari pertanyaan tak berpangkal.  

Dilepasnya tangan perlahan dari pelipis. Dengan pandangan nanar ia menjatuhkan tatapan sekenanya pada kedua tangan. Pikirannya berkelana liar ke sana ke mari menelisik kesibukannya beberapa hari terakhir sejak kesadaran mengisi ruang jiwanya. Ia telah menjalani pemeriksaan demi pemeriksaan. Seolah-olah mereka hendak mengobrak-abrik dalam tubuhnya demi memastikan sesuatu. Namun ia sendiri tak mengetahui apapun. Seketika ia terhenyak kala menyadarinya.  

Ada apa ini? Mengapa setelah berhari-hari menjalani pemeriksaan tak satu pun hasilnya diberitahukan padaku? Bukankah akulah yang paling berhak mengetahui segala sesuatu mengenai diriku?

Diraihnya tombol pemanggil yang menjuntai di tepi pembaringan dan menekannya berkali-kali bagai kalap. Kemudian ia beringsut dengan tekad nekad menuruni pembaringan serta berjuang meraih kursi roda. 

"Tuan, Ada masalah apa?". Terdengar seorang perawat menegurnya dari arah pintu dan segera menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

Ketika perawat tersebut berusaha mengembalikannya ke pembaringan, ia mengeraskan tubuh.

"Jangan hentikan aku! Aku harus bertemu dengan dokter!", erangnya dengan nada parau dan penuh kekesalan. 

Ia menangkap wajah gentar sang perawat sekalipun wanita itu berhasil mengatasi rasa tersebut dengan cepat. 

"Harap tenang, Tuan Anderson. Saya akan memanggilkan dokter untuk Anda...", ucap sang perawat kemudian padanya. 

Ia mengernyit dalam. Disambarnya tangan perawat itu dan melekatkan tatapan mengintimidasi. 

"Bawakan saja aku ke ruangannya sekarang...", pintanya dengan nada gusar. 

Merasa tak diberi kesempatan memilih, perawat itu mengangguk menyanggupi. 

Sang perawat memapahnya duduk ke atas kursi roda serta menuntunnya menuju ke ruang praktek dokter sebagaimana yang permintaannya.

Mereka tiba di hadapan pintu berwarna biru pada salah satu deretan ruang praktek dokter. Diliriknya papan nama yang terpasang di dinding samping pintu tersebut. Dokter Lucas Monger. Telinganya beberapa kali mendengar nama yang sama selalu disebut oleh paramedik di tiap pemeriksaannya.  Tampaknya dokter ini yang ditunjuk untuk menanganiku secara penuh selama dirawat disini, simpul batinnya.  

Perawat yang menuntunnya tersebut tampak mengetuk pintu dengan wajah was-was.

Dan bergerak patah-patah membuka daun pintu kala terdengar sahutan dari dalam ruangan.

“Malam, Dok. Tuan Anderson minta dipertemukan dengan Anda...”

Setelah terjeda beberapa saat, terdengar sosok di dalam ruangan tersebut bergumam menyanggupi. 

Ia bersama kursi rodanya pun kembali dituntun hingga ke depan meja praktek dokter.

Baru saja ia hendak membuka mulut menyatakan tujuan kedatangannya, terdengar sang dokter telah lebih dahulu menurunkan permintaan pada perawat asisten yang bersiaga didekatnya.

"Tolong kumpulkan berkas hasil pemeriksaan Tuan Wilbert Anderson dan bawakan kemari...", pinta dokter Lucas pada perawat itu. 

Perawat tersebut terlihat mengangguk menanggapi serta segera bergegas. 

"Sepertinya Anda sudah mengetahui dengan jelas kedatangan saya ke ruangan ini, Dok...", ujarnya dengan wajah menyeringai memulai pembicaraan. 

Lewat celah kacamata yang merosot rendah dokter Lucas menatap ke arahnya. Kemudian  melayangkan senyuman tipis sekilas. 

"Saya mengerti ketidaknyamanan Anda dengan kondisi sekarang. Saya akan membantu pemulihan Anda semaksimal-maksimalnya, Tuan Wilbert. Karena itu dibutuhkan data pemeriksaan yang menyeluruh dan lengkap...", jelas sang dokter padanya. 

Ia tergelak pelan dengan miris. Mengapa setiap kalimat yang diucapkan pria tua ini terdengar seperti sebuah mesin penjawab keluhan pelanggan?

Dibawanya kursi rodanya itu bergeming maju kian mendekati dokter Lucas. Dilayangkannya tatapan menelisik pada pria tua berseragam putih tersebut.

“Mengapa semua orang di sini memanggil saya dengan nama Anderson dan bersikap seolah mengenal saya? Apakah itu sungguh saya? Bahkan saya sendiri tak dapat mengingat siapa diri saya”

Bab terkait

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apakah Saya Dapat Mengingat Lagi?

    Dokter Lucas mengangguk sembari menyandarkan tubuh ke belakang bangku, membalas tatapannya. “Ya. Anda adalah Wilbert Anderson. Tentu saja hampir semua yang bekerja di sini mengenali Anda. Anda mewakili ayah Anda, Abraham Anderson –yang merupakan salah satu direksi pendiri rumah sakit mengawasi operasional tempat ini. Kantor Anda ada di lantai tiga gedung ini. Jika ingin, Anda bisa menggunakannya seperti biasa...” tutur pria tua tersebut panjang disertai kilasan senyum.Sontak ia tergelak miris menanggapi. “Gurauan Anda itu tidak lucu, Dokter. Saya bahkan tak dapat memastikan kebenaran identitas diri dengan ingatan sendiri...”Terdengar kekehan pelan sang dokter. “Karena itu saya mohon kesabaran juga kerja sama dari Anda untuk menjalani proses pemeriksaan dan pemulihan yang akan membutuhkan waktu. Anda sedang mengalami efek-efek traumatis akibat kecelakaan. Anda juga telah berada dalam keadaan koma selama 48 hari. Dan semuanya itu berdampak besar pada kondisi Anda sekarang...”.Dihel

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Berdiri dalam Kesendirian

    Semilir angin musim semi nan hangat membangkitkan kantuknya seketika. Dipejamkannya pelupuk mata yang terasa berat tersebut barang sejenak.Entah sudah berapa malam dilaluinya dengan mimpi serupa yang berulang bagai film kuno yang diputar berulang kali mengusik benak. Entah sudah berapa malam dilaluinya tanpa terlelap dengan layak sebagaimana mestinya.Ia telah separuh jalan terlelap kala sebuah rasa dingin mendarat pada lengan kanannya. Dengan terkesiap ia membuka mata dan menoleh. “Maaf membangunkan kakak. Tadinya aku mengira kakak sedang bersedih,” tegur Fransisca dari atas kursi roda yang disandingkan tepat pada sampingnya.Ia tersenyum tipis. Diusapnya titik airmata kantuk dari sudut matanya. “Aku tak mendengarmu datang ....”Gadis berwajah pucat itu membalas senyumannya. “Baru saja. Hari ini aku ada pemeriksaan rutin makanya sedikit terlambat ke mari ....”Ia hanya tergelak pelan dan mengangguk menanggapi penjelasan gadis kecil tersebut. Diraihnya buku yang ada di pangkuan Fra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Sahabat Baru dan Rahasianya

    "Sang putri terbangun dari tidur panjangnya dan kemudian ... ia pergi berkeliling dunia bersama sahabatnya, Fransisca ...." Ia menutup buku sembari menyeringai iseng ke arah gadis kecil yang duduk di hadapannya itu. Setelah sempat tercengang beberapa saat, Fransisca mendelik padanya ditenggarai senyum yang terkulum. Namun tak mampu membendung gelak lebih lama lagi, pada akhirnya gadis kecil tersebut meledakkan tawanya dalam seketika. "Idih. Kak Will ternyata iseng, ya...", ucap gadis tersebut masih ditenggarai gelak. Ia tersenyum lebar menanggapinya. "Melihat kamu yang tampak demikian serius menyimak, aku jadi ingin iseng." Masih sesekali tergelak, Fransisca menggeser pandangan serta melambaikan tangan ke arah seorang gadis yang tengah berjalan mendekat. Gadis yang tampak sebaya dengan Fransisca itu tidak terlihat lebih sehat dari sobat kecil di sampingnya."Kak, biarkan Kat bergabung dengan kita," ujar Fransisca begitu gadis tadi berhasil menghampiri mereka. Ia mengangguk dan b

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Lantai Tanpa Pengenal

    Sesaat ia hanya terjeda serta termangu. Benaknya berputar mempertimbangkan sebelum memutuskan. Diliriknya Fransisca yang masih menatap lekat padanya menanti jawabannya. Gadis itu tampak bersiap memulai kayuhan pada kursi roda. Tak ingin tertinggal seorang diri berada di bawah pohon oak tersebut, ia pun turut mengkayuh kursi roda miliknya. Disetarakannya laju kayuhan agar berdampingan dengan Fransisca."Dari mana kamu mengetahuinya, Fran? Apakah kalian sangat dekat?" tanyanya dengan nada penuh selidik seakan mencari keyakinan untuk mendukungnya memutuskan. Gadis tersebut masih tetap pada kayuhannya. "Ruangan Kathy dan aku letaknya berseberangan. Itu sebelum dia dan Kay dipindahkan ke ruangan lain beberapa hari lalu..."Walaupun perlahan, kedua sobat itu mengkayuh kursi roda mereka dengan pasti menuju ke dalam rumah sakit. Ia mengikuti Fransisca dalam hening, tanpa melontarkan pertanyaan ataupun kata-kata berupa tanggapan. Gadis tersebut tampak yakin dengan arah tujuan kayuhannya. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apakah Kakak Mengenalnya?

    Bagai para maling yang tertangkap basah di tengah aksi mereka, serta merta kedua sobat itu terlonjak kaget. Susah payah ia mengatasi degupan galau jantungnya kala melihat seorang petugas penjaga menghampiri mereka dengan langkah bergegas. "Kalian tidak seharusnya berada disini," ujar sang petugas dengan wajah mengernyit dalam. Seketika ekspresi sang petugas tampak bergeming kala beradu pandang dengannya. Nada suara pria tersebut mendadak terdengar melembut setelah menyempatkan diri berdeham pelan."Tuan Anderson, ini daerah steril. Sebaiknya Anda tidak berada di sini," usir halus petugas itu padanya dengan kalimat tersirat. Petugas itu tampak mengulurkan tangan hendak menuntun kursi roda miliknya. Namun dengan cepat ia menolak.“Tunjukkan saja arahnya, kami akan mengikuti,” ujarnya pada pria tersebut dengan nada datar dan dingin. Digerakkannya kepala pada Fransisca mengisyaratkan pada gadis itu untuk segera turut beranjak meninggalkan tempat tersebut.Sesaat kemudian ia dan sobat k

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Mencari Napak Tilas

    Bersama nafas yang memburu dan peluh yang membasahi sekujur tubuh, ia tersentak bangun. Tanpa menunda, ditariknya separuh diri beranjak duduk sembari berkali-kali meraup udara segar ke dalam paru-parunya. Diusapnya bulir-bulir peluh dari samping wajahnya. Dihelanya nafas berulang-ulang mengatasi dentuman jantung yang tak beraturan. Lagi-lagi mimpi yang sama, batinnya. Ia mengacak gusar rambut coklatnya yang terasa basah dan lembab tersebut. Bersama ritme nafas yang masih memburu, ia menatap tanpa tujuan ke ujung pembaringan. Mengapa aku tak dapat melihat kelanjutan mimpi itu? Hanya mimpi yang sama berulang-ulang tanpa berujung. Ini semua sungguh menghantui. Ia menghela nafas panjang. Dilayangkannya pandangan ke luar jendela. Masih terang. Langit biru bersih dengan semburat tipis awan putih tampak begitu menggoda hatinya untuk keluar dari kungkungan tembok nan kelu. Namun di samping itu, dalam relung batinnya mencuat satu hasrat yang lebih menggelitik keinginannya saat ini. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Siapkah Anda Kembali?

    Pintu terdengar mengeluarkan suara ‘bip’ pelan saat perawat Adams menutupnya. Ia kembali terjeda. Setelah puas mengedarkan pandangan menelisik seluruh ruangan, ia beringsut menghampiri salah satu rak buku dan menggapai kumpulan dokumen. Dibolak-baliknya sebuah dokumen yang berhasil diraihnya tersebut di atas pangkuan. Dokumen yang memuat semacam laporan keuangan beberapa tahun lalu itu ditandatangani oleh Wilbert. Ia bahkan tak mengingat tanda tangannya sendiri jika bukan dikarenakan nama pemilik tanda tangan yang bersangkutan tertera di bawahnya. Ia bahkan juga tak memahami isi dokumen yang tengah diamatinya itu walau hanya segelintir. Dan bertanya pada diri sendiri apakah kemampuan seseorang turut menghilang bersama dengan ingatan yang dimilikinya? Ditutupnya dokumen yang menyerupai buku tersebut dengan disertai helaan gusar. Ia kembali mengitarkan tatapan. Sejauh pandangan ia hanya menemukan deretan dokumen pada rak-rak yang ada. Sungguh membosankan, gerutu batinnya seketika.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Bertemu Kekasihku?

    Kemudian keheningan kembali hadir di antara mereka. Keinginan untuk segera meninggalkan ruangan berkecamuk dalam hasratnya. Namun keberadaan pria itu membuatnya mempertimbangkan keinginan tersebut. Sekalipun terasa menyesakkan, ia memutuskan untuk bertahan. “Saya akan mengantarkan Anda untuk beristirahat ke ruangan kembali...” putus Eddy memecah kekeluan. Ia hanya hening tanpa penolakan kala pria itu bergerak ke belakangnya serta menuntun kursi rodanya beranjak meninggalkan ruang kerja. Dan terus hening bahkan selama berada dalam lift, dengan wajah yang lupa untuk berhenti mengernyit.Ia tak terlalu paham penyebabnya. Ia hanya ingin menghentikan rasa sesak yang menekan batinnya. Ia hanya tak ingin pria ini berada di dekatnya lebih lama lagi. Mengapa? Padahal selama ini ia sangat ingin bertemu orang lain yang berkaitan erat dengan hidupnya. Bukankah seharusnya ia merasa terhibur? Bukankah seharusnya ia dapat memuaskan keingintahuannya selama ini? Ditekankannya tangan ke ata

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19

Bab terbaru

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku adalah Wilbert?

    "Hah?" Ia mendelik semakin tak paham dengan ucapan Dave. "Apa maksudmu?" Alih-alih segera menyahut, sosok yang duduk di depan kemudi itu tampak berkonsentrasi penuh ke depan. Entah dikarenakan tidak memiliki cukup kesabaran atau alasan lainnya, Dave bersikeras mencari jalan alternatif untuk menghindari kemacetan yang tengah menghadang. Sementara menanti penjelasan dari Dave, kian banyak praduga yang bermunculan di benaknya. Turut dilayangkannya lirikan pada kaca tengah lalu spion untuk memeriksa keadaan sekitar. Setidaknya itu yang dapat dilakukannya saat ini demi mengatasi rasa gusar. Sejauh telisiknya, ia tidak menemukan tanda-tanda adanya penguntit. Apakah kini diriku boleh merasa tenang? Apakah kehadiran Dave mampu menjanjikanku keamanan? "Bahkan anak kembar sekalipun tidak memiliki sidik jari yang sama. Tidakkah kamu bertanya apa sebabnya kamu dapat dengan mudah melewati setiap sistem pengaman bersidik jari milik Wilbert? Tidakkah kamu memikirkan jawabannya?"Oleh tuturan Da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pengungkapan

    Seolah menangkap maksud tatapannya dengan tepat, pria itu segera bersuara. "Sebaiknya kita melanjutkan pembicaraan di tempat lain sebelum mengundang perhatian orang sekitar dengan interaksi penuh keakraban ini," usul Dave sembari menepis debu yang menempel pada bagian bawah celana jinsnya. Kemudian pria tersebut melangkah di depan seolah yakin akan diikuti. Setelah terjeda dalam pertimbangan beberapa saat, ia memutuskan untuk menyusul. Diraihnya ransel yang sempat terhempas tadi. Menepuk-nepuk benda berwarna hitam itu lalu menata kembali talinya ke atas pundak. Kendati tidak menoleh, Dave terlihat menurunkan laju derap. Pria itu membiarkannya menyetarakan langkah tanpa perlu tergesa-gesa. "Pertemuan dengan Ross di depan Guggenheim tadi malam bukan rencanaku sama sekali. Itu benar-benar di luar dugaanku. Tetapi, kamu dengan cepat menyimpulkan tanpa mendengarkan," terdengar Dave memberi penjelasan sedikit lebih panjang lebar dari biasanya."Tentu saja aku lebih mempercayai mataku da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Keakraban dengan Dave

    Baru saja selangkah menapaki tangga bus, sebuah tangan mencengkeram kuat lengannya serta menariknya turun. Sontak ia terkesiap dan menoleh. Sembari memekik gusar, dikibaskannya tangan yang masih tercengkeram itu berulang kali. "Hey! Apa yang ...." "Kalau aku jadi kamu, aku takkan melakukannya ...." ujar sosok dari balik kerudung jaket hitam tersebut padanya. Suara berdesir kasar yang segera mengingatkannya pada seseorang. Dave. Belum sempat ia membuka mulut untuk menyergah ucapan pria itu, sosok tersebut telah melanjutkan ucapan, "Nashville adalah tempat pertama yang akan mereka datangi untuk mencarimu." Diputuskannya untuk membendung kehendaknya untuk melawan. Batinnya mengatakan agar ia tidak gegabah dan memberi kesempatan mendengarkan. Dibiarkannya diri digiring menjauh dari samping bus.Begitu giringan pria tersebut berhenti, ia mendelik tajam ke arah Dave. Dengan sebelah tangan yang bebas, ia balas mencengkeram kerah jaket pria tersebut. "Jebakan apa lagi yang kini tengah ka

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Atas Dasar Apa Mempercayainya?

    Kedua bola matanya bergerak liar seiring benak dan batinnya saling menimbang. Hatinya mengerucut kecut.Tetapi, bagaimana jika ternyata Dave merencanakan jebakan? Atas dasar apa aku dapat mempercayainya? Bisa saja dia salah satu dari orang Abe yang ditugaskan melacak dan memastikan keberadaanku. Sekonyong-konyong kian tercekam oleh pikiran sendiri, ia bergeming. Disandarkannya pucuk dahi pada pintu loker, melanjutkan menimbang. Jika memang demikian, bukannya Dave memiliki banyak kesempatan mencidukku saat dalam perjalanan ke New York? Setelah beberapa saat mengulum bibirnya, diputuskannya untuk menyudahi keterpakuannya pada rasa ragu. Diraihnya sepatu kets tua yang selalu disimpannya di dalam loker dan mengenakannya. Bersama rentetan pertanyaan yang dipersiapkannya, dibulatkannya tekad menghadapi resiko demi memperjelas keingintahuannya akan diri. Ia juga baru dapat memutuskan apakah Dave orang yang layak dipercaya atau tidak setelah menemui pria tersebut hari ini.Udara malam di pe

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apa Sebenarnya Maumu?

    "Halo!" Sapaan yang datang dari balik punggungnya tersebut sontak mengejutkannya. Ia tak dapat mencegah dirinya untuk tidak terlonjak. Ia menoleh dengan kedua mata yang membulat sempurna. Mendapati sosok sang penyapa kian membuatnya tersentak. Bahkan hingga nyaris tak mampu mengatasi rasa terkejutnya. Dengan berusaha tak terdengar gelagapan, ia kemudian hanya bergumam menanggapi sekenanya. "Oh, hai ...." ucapnya pelan sembari melintas hening ke arah pintu belakang dapur restoran. Dikulumnya bibir menahan resah. Ini gawat! Bagaimana Dave bisa menemukanku? Aku yakin ini bukan sekedar kebetulan! Batinnya memekik segusar-gusarnya."Tidakkah kamu dapat menyapa teman lamamu dengan lebih baik, Tuan William Anderson?"Serta merta langkahnya terhenti. Sekali lagi ia mendapatkan serangan mengejutkan. Kendati hendak berkelit dan kabur, sekujur tubuhnya kelu begitu saja oleh teguran Dave barusan. Dengan tidak memutar tubuh sepenuhnya, ia menanggapi. "Sepertinya kamu salah mengenali orang. Nama

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Sapaan yang Tak Diharapkan

    Matanya menangkap sesosok yang melesat hilang ke balik pohon di dekat tempat pembuangan sampah. Ia terkesiap menahan nafas. Siapa itu? Mengapa tampak seperti baru saja memata-matai tempat ini? Apakah mereka berhasil mengetahui keberadaanku?Sekali lagi ia memberanikan diri memeriksa lewat jendela.Tiada siapapun di luar sana. Bahkan setelah berulang kali mengerjap dan menyisir berkeliling, ia hanya menemukan keheningan malam. Aku yakin tadi melihat seseorang. Atau aku hanya terlalu was-was hingga berhalusinasi? Berapa lama lagi aku bisa bersembunyi di sini hingga aku ditemukan oleh mereka? Dengan langkah letih, dilanjutkan langkah dari dapur menuju ke kamar mandi satu bilik khusus karyawan. Ia butuh berbilas untuk menggelontorkan resahnya. Dibiarkannya bulir-bulir air yang dingin dari pancuran mendera permukaan tubuhnya. Dihelanya nafas panjang. Masih terus berjuang mengatasi badai kalut dalam batin. Aku tidak tahan lagi. Selalu merasa terjepit di antara rasa was-was ini seakan mem

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apakah Aku Terciduk?

    Sekonyong-konyong sebersit pikiran muncul ke permukaan, ia memutuskan berhenti hening. Hati-hati dibalasnya tatapan pria yang telah kembali duduk di balik meja kerja tersebut."Tuan Gustav. Mungkin ini sebuah permintaan yang terdengar lancang ...." Sembari mengulum bibir sendiri, ia terjeda untuk menata keberanian sesaat. "Kalau boleh... saya mohon diizinkan bermalam di sini. Saya bisa merangkap sebagai penjaga keamanan sekaligus berberes-beres. Bagaimana?" tawarnya kemudian.Baik dirinya maupun Tuan Gustav hanya saling mengadu pandang dalam diam beberapa saat.Hingga pria bertubuh gembur tersebut menepuk tangan dan berdeham dari balik meja. "Kamu tidak ada masalah dengan hukum, kan?" tanya Tuan Gustav padanya bersama tatapan menelisik.Dengan sigap ia mengatasi keterhenyakannya. Sekali lagi ia tergelak miris. "Tidak ada. Ini semua hanya dikarenakan masalahku dengan keluarga semata," ujarnya dengan nada yakin. "Apakah masalahmu itu tidak akan berdampak pada tempat kerjamu?" tanya ata

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pergi dan Menghilang

    Kakinya yang mulai berteriak letih sekonyong-konyong menyadarkannya. Dirinya tidak mungkin terus berlari. Kemudian ia pun serta merta bertekad nekad berbelok ke lorong buntu di belakang deretan gedung pertokoan sebelah kirinya tersebut. Matanya dengan sigap mencari tempat persembunyian. Dihampirinya salah satu pintu dan mencoba membukanya. Namun, lempengan berbahan besi itu hanya bergeming menutup. Hatinya mulai menggeliat resah diterpa rasa panik. Bersama bibir yang tiada henti mengumpat, ia kembali mencoba pada pintu demi pintu di deretan lorong tersebut. Hingga menemukan pintu yang terbuka pada percobaan keempat. Tanpa menyia-yiakan waktu bahkan untuk menarik nafas, ia menghambur masuk. Lekas-lekas ditutupnya kembali pintu dengan nyaris tanpa debam. Segera setelah matanya telah terbiasa dengan temaram ruangan, ia mengedarkan pandangan mencari tempat menyamarkan diri. Derap para pengejarnya yang samar-samar kian mendekat mengingatkannya agar segera bergegas. Segera ditekuknya tubuh

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku Ketahuan!

    Langkahnya seketika terhenti. Sebuah ranjang dorong tampak menyembul pada salah satu pintu yang berada beberapa langkah di depannya. Setelah terjeda beberapa saat bersama rasa was-was, ia kembali lanjut mengendap-endap. Semakin langkahnya mendekati ranjang tersebut, semakin dirinya tercekik oleh ketercekaman. Hingga dirinya mampu mendengar degupan jantungnya dengan lantang di telinga. Namun semua itu tidak melebihi keingintahuannya. Dengan hati-hati ia menjulurkan mata ke arah sosok di atas ranjang dorong tersebut. Dan, sontak terkesiap. Fransisca!? Bagaimana bisa?Ranjang yang secara mendadak bergulir ke arahnya itu kembali membuatnya terkesiap. Ia serta merta melompat ke tepian demi menghindar. Sekonyong-konyong baru menyadari kehadiran sosok yang tengah mendorong pembaringan beroda tersebut. "Dokter Monger!? Aku ...."Belum usai ia menyapa, pria berjubah putih itu dengan mendelik lebar padanya serta membuka mulut dengan lantang. "Sudah kukatakan PERGI DARI SINI!" bentak sang dokter

DMCA.com Protection Status