Share

Bab 7. Ana Dilema

Author: Ida Andriani
last update Last Updated: 2023-09-23 12:04:13

"Lepasin Mas, sakit!" pekikku sambil ku dorong tubuh kekar Mas Salman yang membuat ku semakin menyayangkan sikapnya karena tidak sesuai dengan keadaan tubuhnya. "Aku tidak mengatakan apa-apa, sungguh!" ujarku memelas agar Mas Salman melepaskan cengkraman tangannya dari tanganku.

"Anaaa!" teriak seorang pria yang baru saja menyaksikan perlakuan Mas Salman padaku.

"Mas Azzam." Sungguh aku terkejut karena Mas Azzam kini menyaksikan perlakuan Mas Salman padaku. "Lepasin, Mas! Aku takut Mas Azzam tahu apa yang terjadi di antara kita," bisikku pada Mas Salman karena aku pun belum siap jika Mas Azzam mengetahui apa yang terjadi dalam pernikahanku.

"Apa yang kamu lakukan pada Ana, Salman?" Mas Azzam menarik ku dari Mas Salman. "Jika ada masalah, bicarakan'lah baik-baik tidak dengan memakai kekerasan," ucapnya lagi membuat ku semakin menyesal telah menyakiti hatinya dengan menikahi pria bejad seperti Mas Salman.

"Aku tidak apa-apa, Mas. Ini hanya salah paham," ucap ku tak ingin membuat Mas Azzam semakin khawatir.

Mas Salman tak menghiraukan ucapan Mas Azzam bahkan mungkin tak menghiraukan pembelaan dari ku. Mas Salman pergi meninggalkan kami begitu saja tanpa ingin mengatakan apapun. Mas Azzam menatap ku dengan begitu dalam, aku yakin ada banyak hal yang ingin Mas Azzam tanyakan padaku.

"Mas, apa yang membuat mu datang ke sini?" tanyaku berusaha mencairkan suasana.

Mas Azzam tak langsung menjawab pertanyaan ku dan malah menatap ku dengan sangat dalam. "Apa yang membuatnya menyakiti mu, An?" tanyanya dengan sangat serius.

Aku terkesiap walau sudah ku duga jika pertanyaan itu akan keluar dari mulut Mas Azzam. "Tidak ada, Mas. ini hanya salah paham," ucapku memalingkan wajah dari Mas Azzam tanpa ku sadari justru sikapku itulah yang membuat Mas Azzam semakin curiga.

"Kamu anggap aku apa selama ini, An? Jika selama ini kamu selalu berbagi cerita dengan ku masalah yang lain, lalu kenapa untuk masalah ini tidak? Aku akan selalu menjadi temanmu, bukan?"

Ada rasa yang tak biasa saat kata 'teman' itu keluar dari mulut Mas Azzam saat ini. Ya, karena mungkin kata itu membuatku menyesali apa yang terjadi padaku saat ini. Entahlah, aku pun hanya manusia biasa yang mempunyai hati yang rapuh saat menerima terpaan dan ujian hidup yang begitu berat.

"Mas, kamu ini ngomong apa sih? aku memang tidak apa-apa, aku baik-baik saja, Mas."

"Kamu tidak akan pernah bisa membohongiku lagi, Ana."

Aku menarik kembali sunggingan dari bibirku yang begitu ku paksakan itu. "Apa maksudmu, Mas?"

Mas Azzam menarik nafasnya begitu dalam. "Ayolah, An ... aku yakin kamu bukan wanita bodoh yang tidak mengerti maksudku." Mas Azzam kembali menatap ku.

"Mas, mungkin sebaiknya Mas Azzam pulang dulu ya. Suami ku tengah ada di rumah dan sebagai istri yang baik aku harus melayaninya dengan baik bukan?"

Mas Azzam berdesis tak percaya dengan ucapanku yang terus saja menyangkal apa yang dia pikirkan. "Baiklah, An. Aku akan pergi, tapi kamu harus ingat jika aku menyayangimu dan akan selalu ada untukmu."

Sesak, dadaku begitu sesak mendengar kata-kata dari Mas Azzam. "Terima kasih, Mas. Terima kasih karena selalu mendengarkan isi hatiku," ucapku yang sesungguhnya ingin sekali mengatakan terima kasih karena sudah menyayangiku.

Mas Azzam pun pamit dan pergi dari rumah ku. Bahkan Mas Azzam belum mengatakan apa yang membuatnya datang ke rumahku. Tanpa ku sadari ternyata Mas Salman mendengar kan percakapanku dengan Mas Azzam dengan mata menyipit.

'Ada hubungan apa mereka sebenarnya?'

Aku beranjak dan melangkahkan kaki ke kamarku untuk mengambil handphone karena hari ini aku belum menanyakan kabar Ibu di rumah sakit pada perawat. Aku sudah tak peduli dengan keberadaan Mas Salman yang kini tengah menatapku dengan mata telanjang. Aku dengan segera mengambil handphone dan hendak pergi ke bawah kembali. Namun, Mas Salman seolah tak puas menyakitiku dan kembali menaik tangan dan mendorongku ke tembok.

"Apa kamu pikir aku tidak tahu hubunganmu dengan pria tadi?" ucap Mas Salman menuduhku mempunyai hubungan istimewa dengan Mas Azzam. "Apa itu artinya selama ini kamu telah menghianati pernikahan kita, Ana?"

"Cih! Hentikan omong kosong mu, Mas!" teriakku tak tahan dengan wajah nya yang berada tepat di hadapan wajah ku. "Jangan memutar balikan fakta, yang fakta itu sendiri tak mungkin bisa kamu sangkal, Mas!" Aku mendorong tubuh Mas Salman dengan kuat membuatnya terduduk di ranjang.

"Asal kamu tahu, Mas. Walau pun kamu tidak pernah menyentuhku, aku masih waras dan aku bukan wanita murahan seperti yang kamu butuhkan padaku!" sentak ku lagi.

Bukannya marah, Mas Salman malah tersenyum menyungging saat mendengar ucapanku. "Apa kamu ingin sekali aku sentuh, Ana?"

Jleb!

Lagi-lagi Mas Salman sungguh membuat ku seolah wanita rendahan yang haus akan belaian, walau nyatanya aku memang ingin Mas Salman menyentuhku. Menyesal aku mengatakan kata-kata itu karena bukannya membuat Mas Salman sadar dengan jalan salah yang di tempuhnya justru membuat ku semakin terhina. Mas Salman bangun dari duduknya dan kembali mendekati ku dengan masih tersenyum menyeringai.

"Sorry Ana, kamu tak membuat ku bergairah sama sekali," ucapnya membuat dadaku kembang kempis menahan amarah.

"Itu karena kamu tidak normal, Mas!" sentak ku mencoba untuk pergi dari kungkungan Mas Salman tapi Mas Salman malah mengapit dagu ku dengan sangat kasar.

Mas Salman menatapku dengan tajam. "Apa maksudmu, Ana? Kamu ingin mengatakan jika aku berselingkuh, padahal kamu sendiri yang berselingkuh sebab kamu haus belaian karena aku belum pernah menyentuhmu?"

Plaaakk!!

Aku menampar pipi Mas Salman sangat kuat karena tak tahan dengan ucapan nya. Sungguh, aku bingung mendengar ucapannya yang mengatakan aku berselingkuh. Padahal jelas-jelas dia yang berselingkuh dengan sesama jenisnya. Selain aku merasa terhina, aku pun merasa jika Mas Salman harus segera di sadarkan. Mas Salman memegang pipinya dan melepaskan cengkeramannya dari dagu ku.

"Aku hanya bisa berdoa pada Allah, agar kamu segera diberi hidayah juga kesadaran, Mas. Sadarlah, itu mungkin akan membuat keluargamu sedih," ucap ku dengan lantang tak peduli dengan apa yang akan dilakukan Mas Salman padaku setelahnya.

Entah apa yang membuat Mas Salman tak membalas apa yang aku lakukan. Mas Salman hanya terdiam membisu dengan tatapan ke arah lantai. Merasa aman untuk pergi, aku pun segera beranjak dan melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan Mas Salman.

"Terima kasih, Sus."

"Iya, hari ini saya akan nginap lagi, segera saya menuju ke sana," ucap ku pada suster yang menjaga Ibu.

Aku bergegas bersiap untuk kembali ke rumah sakit untuk menemui Ibu tanpa mempedulikan Mas Salman yang masih terdiam duduk di samping ranjang. Masa bodoh dengan apa yang akan dilakukannya bahkan jika dirinya kembali menemui Sandy pun aku sudah tidak peduli. Fokus ku hanya kesehatan Ibu.

"Mas Azzam." Aku terkejut karena mobil Mas Azzam kini berada di hadapanku.

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucapnya dengan tersenyum manis khas pria Indonesia.

Aku di lema, karena sudah dipastikan jika Mas Azzam akan kembali bertanya tentang yang terjadi dalam pernikahan ku jika dia tahu Mas Salman tak ikut menjenguk Ibu padahal ada di rumah. 'Apa aku harus mengatakannya pada Mas Azzam?' batin ku dengan menatap mata teduhnya

Related chapters

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 8. Kebohongan Ana

    "An, kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa hari ini aku terlihat tampan?" kata Mas Azzam bergurau.Aku pun memalingkan wajah karena malu telah kepergok Mas Azzam tengah menatap wajahnya. "Kamu memang selalu tampan, Mas." Aku dengan cepat membekap mulutku karena lagi-lagi mulutku mengucapkan makna yang tersirat dalam. "Seorang Azzam selalu tampan dari semenjak SMP sampai sekarang, he he," ucapku mengalihkan sangkaan penuh arti dari Mas Azzam yang kini juga tengah menatapku."Apa itu sebuah pujian?"Aku kembali menatap Mas Azzam sudah sedikit lega karena suasana kembali seperti biasa. "Mungkin, kamu memang tampan Mas. aku bingung aja kenapa kamu masih betah menjomblo, jangan bilang kamu tidak menyukai wanita Mas?" ejekku pada Mas Azzam.Mas Azzam bercedih tak suka dengan ucapanku. "Cih, amit-amit, An. Aku pria normal ya! Jantungku bahkan selalu berdebar-debar ketika berdekatan bersama wanita.""Oh, ya?" ejekku tak percaya. "Berarti sekarang kamu pun berdebar-debar, Mas? Kan dekat aku,

    Last Updated : 2023-09-24
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 9. Apa kamu ingin aku sentuh, Ana?

    "Ana, aku ingin bicara." Mas Azzam menarik tangan ku dan membawa ku keluar dari ruangan Ibu.Aku dan Mas Azzam duduk di taman rumah sakit tak jauh dari ruangan Ibu. Dengan perasaan yang campur aduk aku menarik napas dalam-dalam. Aku yakin jika Mas Azzam akan bertanya banyak hal pada ku terutama tentang ucapan ku tadi."Sudah berapa lama kita bersahabat, An?" tanya Mas Azzam dengan suara khasnya."Kalau terhitung sejak kita bersahabat dari kita SMP, mungkin sudah hampir 10 tahun," ucapku dengan menatap lurus ke depan."Selama itu juga lah aku mencintaimu, Ana."Deg!!Entah aku harus merasa bahagia atau justru sedih karena aku lagi-lagi merasa menyesal karena sudah menikah dengan Mas Salman. Jujur, aku bahagia mendengar ucapan Mas Azzam. Namun, aku justru merasa bersalah karena tak bisa membalas cintanya."An, aku mencintaimu sejak kita masih SMA. Sampai sekarang belum ada yang mampu memasuki hati ini," ucapnya menoleh pada ku.Aku masih terdiam tak bergeming entah apa yang harus aku ka

    Last Updated : 2023-09-25
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 10. Penyesalan Mas Salman

    "Lepasin, Mas!" Aku mendorong Mas Salman dari bibirku. "Jangan kurang ajar kamu, Mas!" sentak ku dengan dada yang masih kembang kempis lalu berlari keluar ruangan Ibu karena takut mengganggu ketenangan Ibu.Mas Salman ikut keluar dan berdesis mengejek ku. "Heuh, bukannya kamu sangat menginginkan itu, Ana?" ejeknya menyunggingkan senyum. "Itu alasan kamu dekat dengan pria tadi bukan?"Aku menatap Mas Salman begitu geram entah apa yang ada di pikirannya. "Apa maksudmu, Mas? Sejak kapan kamu mempermasalahkan kedekatan ku dengan Mas Azzam, Mas? Bukankah kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu?" cercaku dengan emosi yang sudah menggunung. "Ah ... aku lupa, lebih tepatnya sibuk dengan urusan mu dengan Sandy."Plak!!Mas Salman menampar ku dengan sangat kuat. Sakit, sangat sakit. Ini kedua kalinya Mas Salman menampar pipiku setelah aku mengejek hubungannya dengan Mas Sandy."Kenapa, Mas? Apa kamu marah aku mengatakan jika itu adalah perbuatan terlarang? Tidakkah kamu berpikir bagaimana nanti pe

    Last Updated : 2023-09-26
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 11. Tuduhan keluarga

    "Mas, yang sabar ya! Aku yakin ibu tidak akan kenapa-napa."Mas Salman menoleh pada Sandy dengan tatapan tajam. "Ini semua karena kamu, Sandy! Kenapa kamu harus datang ke rumah, hah?" sentaknya dengan sangat marah."Mas, aku khawatir padamu karena kamu tidak ada kabar sama sekali. Aku tahu keadaanmu seperti apa, jadi--" Cckiit!!Mobil yang dikendarai oleh ayah mertuaku berhenti tiba-tiba dengan sengaja. "Al, kamu suruh manusia itu keluar atau kamu tidak ayah izinkan bertemu lagi dengan ibumu!" sentaknya dengan kencang.Ayah mertua ku tahu bagaimana Mas Salman menyayangi ibunya jadi sangat mudah untuknya menekan Mas Salman. "Apa kamu mendengar ayah, Al?"Mas Salman akhirnya menyuruh Mas Sandy untuk keluar dari mobil. Walau Mas Sandy sangat ngotot ingin ikut namun Mas Salman pun menyuruh Sandy untuk keluar dengan tegas. Sampai akhirnya Mas Sandy pun keluar dari mobil, itulah yang ku lihat dari mobil Mas Azzam.Mobil kami sudah memasuki rumah sakit. Dengan segera Mas Salman membawa ibu

    Last Updated : 2023-09-27
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 12. Sentuhan yang kuinginkan

    "Dia bukan anak ibu lagi, Kila, hiks ... ibu bahkan setiap hari mengajarkan orang-orang untuk selalu bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tapi anak ibu sendiri malah ...." Ibu tak mampu melanjutkan lagi ucapannya. "Buu, sudah ya. Untuk saat ini Ibu fokuslah pada kesehatan Ibu dulu." Aku terus membujuk Ibu mertuanya agar tetap tenang. "Bu, Ana mohon. Tenanglah! Ana pun sakit Bu, tapi Ana yakin jika ada bisa melewati ini semua dengan tetap tenang." Ibu menggelengkan kepalanya tak percaya pada ketabahan dan kesabaranku. "Gadis bodoh," ucapnya langsung memeluk tubuhku dengan berat. "Terbuat dari apa hatimu, Ana? Kamu bahkan menyimpannya sendirian?" "Kak, kenapa Kakak simpan ini semua sendiri? Apa Kakak tidak percaya pada Kila?" Akilah pun merasa iba pada ku yang memang aku sangat dekat dengan mereka. "Bukan! Bukan kakak tidak percaya padamu, kakak hanya tidak ingin hati kakak lebih sakit dengan mengatakan hal yang menyakiti hati kakak pada kalian. Biarlah dia yang m

    Last Updated : 2023-09-28
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 13. POV Salman

    POV Salman ... Hari itu setelah rahasia yang aku tutup-tutupi selama kurang lebih setengah tahun itu terbongkar. Aku memutuskan pergi dari rumah untuk beberapa hari agar bisa merenungkan kesalahanku. Ya, aku tahu dan aku sadar apa yang aku lakukan itu memang salah karena aku telah mengelabui orang tuaku dan mempermainkan pernikahan. Bayangan 2 tahun silam saat aku tengah merintis karir dan bisnis ku kembali melintas.Hari itu di sebuah restoran besar di ibukota aku melihat seorang wanita tengah memarahi suaminya di depan umum karena katanya suaminya itu ketahuan selingkuh. Setelah aku pun mengabaikan dan keluar dari restoran itu, aku pun mendapati seorang wanita yang tengah menangis dengan trus mengumpati seseorang dan orang di sekitarnya itu mengatakan jika wanita itu stres karena di tinggalkan oleh suaminya. Sejak saat itu aku berkesimpulan bahwa wanita dan pria jika sudah menikah akan memunculkan masalah demi masalah besar dan sejak saat itu pula, aku tidak berminat untuk menikah

    Last Updated : 2023-10-02
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 14. Aku mencintaimu, Mas

    POV Author ...Ana mendorong tubuh kekar Salman dari bibirnya. Ana bahkan merutuki dirinya sendiri karena bahkan menikmati lumatan lembut suaminya. Ana tahu itu tidak dosa, tapi Ana merasa masih sedikit ragu mengingat Salman belum pernah menyentuhnya seperti itu."Aku tahu aku salah, aku minta maaf, Ana. Aku mohon beri aku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semua kesalahanku padamu, Ana." Salman menatap manik-manik mata indah Ana yang baru Salman sadari jika istrinya memang sangat cantik. "Mas, sudahlah! Mungkin kita bukan jodoh terbaik yang digariskan oleh Allah. Aku sudah memaafkanmu, Mas. Tapi mungkin lebih baik kita tidak bersama. Mungkin kita bukan jodoh yang di gariskan oleh Allah." Salman menatap Ana sejenak. Lalu Salman bersimpuh di kaki Ana memohon agar Ana tidak pergi dan meminta cerai dengannya karena ternyata itu benar-benar menyakitkan bagi Salman. "Ana, aku mohon! Tetaplah bersamaku, Ana!" "Mas, bangun! Apa yang kamu lakukan? Bangun, Mas!" Ana terus menarik ba

    Last Updated : 2023-10-05
  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 15. Bibirmu Manis

    "Tolong jangan katakan itu, Mas. Kumohon jangan katakan itu, Mas." Aku terus mengapit dan mengusap lembut wajah tampan yang ku kagumi sejak lama itu. "Ana, jangan bodoh! Aku bukan pria yang pantas untuk kamu cintai." Mas Salman membalas membelai wajah ku dan menyeka air mata ku yang sedari tadi terus mengalir. "Jangan menangisi ku, lihat wajahmu jadi jelek karena menangis, he he." Mas Salman menyeka air mata ku lagi dengan senyuman kecut. Mas Azzam begitu geram melihat ku dengan Mas Salman yang terus saja saling merangkul bahkan saling mengecup. "Ana!" sentak Mas Azzam. "Kita pergi dan tinggalkan dia, Ana." Mas Azzam menarik tanggaku sedikit kuat. "Kamu akan bercerai dengannya, Ana kita pergi!" Mas Azzam menarik tanganku."Mas, lepasin, sakit!" Aku berusaha melepaskan tanganku dari cekalan Mas Azzam yang begitu kuat karena mungkin Mas Azzam begitu emosi.Namun, nyatanya Mas Azzam tak mempedulikan ucapanku yang mengatakan jika apa yang dilakukannya menyakiti ku. Mas Azzam terus memb

    Last Updated : 2023-10-06

Latest chapter

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 49. Akhir Cerita

    Aku, Mas Al dan Ibu juga Ayah hanya menatap bingung pada Akilah yang begitu kekeh ingin mempertahankan pernikahannya dengan Mas Azzam. Walau aku tahu mungkin karena besarnya cinta Akilah pada Mas Azzam. Seperti halnya dulu saat Mas Al meminta maaf padaku.Akikah menarik napasnya. "Mas, aku tanya sama kamu. Apa kamu benar-benar tidak bisa mencintaiku, Mas? Aku tahu mungkin cintamu hanya untuk Kak Ana. Tapi, Kak Ana itu istri dari Mas Al. Jika saja kamu bisa menerimaku seperti hal nya Mas Al dulu menerima Kak Ana, insya Allah aku akan memaafkanmu dan menerimamu."Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengar penuturan dari Akilah. "Astaghfirullah, Kila.""Kila, putri Ayah, pikirkan baik-baik tentang keputusanmu, Nak." Ayah merangkul Akilah meyakinkan keputusan Akilah.Mas Azzam menatap Akilah. "Kila, apa kamu benar-benar mau memaafkanku?"Semua orang pun menoleh pada Mas Azzam. Ada hati yang tergores mendengar ucapan Mas Azzam karena aku pikir apa yang dilakukan oleh Mas Azzam sungguh j

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 47.

    "Aaarrggghh!" Bugh!Bugh! Bugh! Mas Al memukul Mas Azzam tanpa henti. Amarahnya mungkin sudah tidak bisa ditahannya lagi setelah beberapa menit Mas Al menahannya. Aku dan Akilah pun berusaha untuk menarik tubuh Mas Al karena Mas Azzam semakin babak belur sebab tidak melawan sama sekali. "Mas, hentikan!" Kami menarik tubuh Mas Al dengan sekuat tenaga kami, namun, tenaga Mas Al masih bukan tandingan untuk kami. "Mas, Ku mohon hentikan! Jangan sakiti suamiku, Mas!" Akilah akhirnya menghalangi tubuh Mas Azzam dari depan, sehingga pukulan itu terkena juga pada Akilah. "Aw!" "Kila, astaghfirullah. Hentikan, Mas!" Aku menghalangi Mas Salman. Perlahan Mas Al pun berhenti memukul wajah Mas Azzam. "Aku akan menghabisimu." Bugh! "Akh!" Aku terkena pukulan Mas Al, setelah Akilah kini aku pun terjatuh karena terpukul oleh Mas Al. "Ana." Mas Al segera menghampiriku. "Maaf, sayang."Akilah kembali menghampiri Mas Azzam. "Mas, kamu tidak apa-apa? Kita ke dokter sekarang." Akilah merangkul t

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 46.

    "Mas, kamu kenapa sih? Aku lihat kamu itu murung terus? Ada apa?" Aku mengapit wajah Mas Salman dengan lembut. "Aku mohon jangan ada rahasia diantara kita." Mas Salman menatapku begitu dalam. "Tidak ada, sayang. Aku hanya tidak ingin banyak bicara aja." Aku menatap Mas Salam tak percaya. Setelah semua yang terjadi, aku tahu bagaimana keadaan raut wajah suamiku saat kesal, saat marah dan saat bahagia. Aku yakin Mas Salman menyembunyikan sesuatu dariku. "Ooh. Mas, aku ...." Aku menggantung ucapanku. "Enggak jadi deh." Aku pun beranjak dari duduk, namun, Mas Salman tak membiarkanku pergi dan menarik tubuhku. "Kamu apa, Ana?" tanya Mas Salman yang begitu penasaran karena ucapanku yang tergantung. Aku menarik napas panjang. "Aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin menghirup udara sore di balkon," dalihku kembali beranjak, namun, lagi-lagi Mas Salman tak membiarkanku. "Jangan bohong, Ana. Kamu tidak bisa membohongiku." Aku pun kembali menarik napas dan duduk di samping Mas Salman dan mera

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 45. Amarah Mas Salman

    "Aw!" Akilah sedikit terkejut karena tangannya di tarik oleh Mas Azzam. "Ada apa sih, Mas?" Mas Azzam menatap tajam Akilah dengan cekalan tangan yang semakin kuat. "Jika sampai mereka tahu keadaan rumah tangga kita. Itu berarti salah kamu, Kila!" Akilah meringis karena cengkeraman tangan Mas Azzam tidak main-main. "Kamu benar-benar sakit, Mas. Aku pikir pria sepertimu tidak memiliki penyakit seperti itu, tapi nyatanya kamu benar-benar gila." Mendengar cemohan Akilah, tangan Mas Azzam beralih mencengkram dagu Akilah. "Ya, aku memang sakit. Dan itu semua karena Kakakmu, Kila. Jadi, kamu yang harus menanggung akibatnya. Jika aku sakit dan gila karena aku tidak bisa memiliki Ana, maka kamu pun harus merasakan hal yang sama." Akilah kembali merembeskan air matanya, dengan sekuat tenaga Akilah mencoba untuk menghentikan cengkeraman Mas Azzam. "Sakit, Mas, hiks! Kenapa? Kenapa harus aku yang harus menanggung akibatnya? Aku mencintaimu tapi kenapa kamu memperlakukanku seperti ini, Mas? Ji

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 44. Curiga

    Setelah Akilah akhirnya hilang dari pandangan kami, aku dan Mas Al bersiap-siap untuk membereskan barang-barangku. Pandanganku tertuju pada benda pipih yang tergeletak di kursi tempat Akilah tadi. Aku mengambilnya dan benar saja itu adalah handphone milik Akilah."Astaghfirullah, ini handphonenya Akilah ketinggalan, Mas." "Handphone Kila?" "Heem,, ini." Aku memberikan handphonenya itu pada Mas Al."Heeh dasar, masih muda udah pikun!" "Ist, ko gitu amat sih, Mas? He he. Nanti kita mampir dulu aja ke rumah mereka gimana? Kita juga akhirnya enggak jadi ikut antar mereka kan kemaren?"Mas Al terlihat berpikir. "Ya, baiklah." Setelah selesai membereskan barang-barangku, Mas Al membereskan administrasi terlebih dahulu sebelum kami keluar dari rumah sakit. Setelah itu kita pun segera menuju rumah Akilah karena kebetulan letak rumah Akilah lebih dekat dari rumah sakit di banding ke rumahku atau Ibu. Hanya beberapa menit kita pun sampai di rumah baru Akilah. "Assalamualaikum, Bi, Kila ada

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 43. Kembali Cemas

    "Mas, alhamdulillah." Aku segera memeluk Mas Al saat Mas Al datang setelah beberapa jam menghilang. "Kamu ke mana aja, Mas? Aku khawatir." Mas Al memeluk dan mengecupi wajahku. "Maafkan aku, Ana. Aku terlalu lemah dan tidak bisa mengendalikan diriku."Aku mengapit wajah Mas Al. "Aku takut kamu melakukan hal bodoh, Mas."Mas Al menatapku dengan sendu. "Tidak, Ana. Aku tidak akan membiarkanmu menjanda." Aku mengerutkan kening dan sedikit mengerucutkan bibirku. "Apa maksudmu, Mas?"Mas Al tersenyum tipis penuh arti. "Bukankah kamu pikir aku akan melakukan hal bodoh? Kamu pikir aku akan bunuh diri begitu?""Ist, bukan itu. Aku pikir kamu sama Santi ...." Aku menunduk tak sanggup melanjutkan ucapanku. Mas Al menatapku dengan tersenyum getir. Nyatanya tidak hanya bagiku, trauma masa lalu itu tidak mudah bagi Mas Al. Sungguh, luka itu tidak hanya untukku, tapi juga untuk Mas Al. "Maaf, Mas. Maaf aku membuatmu-" Cup!"Kamu tidak salah, sayang. Aku yang salah." Dalam sejenak kami terdiam

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 42. Bagai dicabik-cabik pisau

    "Mas, Al-ku." Santi dengan cepat membuka pintu apartemennya saat tahu Mas Salman menuju ke kamarnya. "Mas Al, aku yakin kamu juga tidak bisa hidup tanpaku," ucapnya lagi dengan merapikan bajunya. Mas Salman terdiam sejenak menatap pintu kamar apartemen Santi. Matanya memejam dengan kepalan tangan yang erat. Entah apa yang membuatnya mengepalkan tangan yang jelas Mas Salman begitu terlihat marah. Ting! tong! "Mas Al." Santi hendak memeluk Mas Salman, namun, Mas Salman menepis tubuhnya hingga terjatuh. "Aw, Mas. Kok kamu dorong aku sih? Kamu jahat deh." "Bangun, Santi! Kamu itu jagoan bukan? Kamu sudah melakukan hal kriminal pada anak dan istriku!" sentak Mas Salman dengan emosinya. Santi menatap Mas Salman dengan sendu. "Apa sih maksudmu, Mas?" Mas Salman menatap Santi dengan sorot mata merah tajam. Tangannya tak bisa lagi menahan amarahnya. Mas Salman menarik tubuh Santi dan mencengkeram kerah baju Santi. "Apa yang kamu lakukan pada istri dan anakku, hah?" Tubuh Santi bergeta

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 41. Murka Mas Salman

    "Berani kamu menyakiti Ana-ku, hah?" sentak Mas Azzam pada Santi dengan tangan mencengkram erat pada leher Santi. Santi meringis matanya pun sedikit terbelalak. "Le-pas-sin!" Mas Azzam semakin mencengkeram leher Santi dengan begitu emosi. Untung saja handphonenya berbunyi. Mas Azzam pun mau tidak mau harus melepaskan cengkraman tangannya dari leher Santi."Uhuk! Uhuk! Hampir saja aku mati." Santi mengusap lehernya yang sakit akibat cengkeraman Mas Azzam. "Ya, bagaimana keadaan Ana, Kila?" ucap Mas Azzam pada sambungan teleponnya. "Baiklah, aku akan segera ke sana." Santi menatap takut pada Mas Azzam. Santi mengangkat wajahnya menatap Mas Azzam sejenak, lalu kembali menunduk karena takut. Mas Azzam masih menatap Santi dengan amarah. "Ini adalah awal peringatan untukmu! Jika sampai terjadi apa-apa pada Ana-ku. Maka aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu, ingat itu!" Mas Azzam beranjak pergi meninggalkan Santi yang masih memegang lehernya yang sakit. "Dasar gila, kalau memang

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 40. Santi berulah

    "Mas, aku jadi pergi ya sama Ibu. Jangan telponin aku terus ya. Nanti enggak jadi-jadi aku berburu diskonnya," ucapku pada Mas Salman, tentu saja membuat semua orang tertawa. "Ha ha, kamu ini, Al. Tenang aja, sekarang kan perginya sama Ibu. Tenang pasti Ibu jagain, iya'kan, Bu?" "He he, iya, Ayah. Siap! Tenang saja kalau soal jaga menjaga dari para pria jelalatan mah, ibu jagonya," ujar Ibu, kembali membuat semua orang tertawa renyah, termasuk Akilah. "Kila, apa Mas Azzam mau berangkat kerja juga?" tanyaku melihat Mas Azzam berjalan ke arah meja makan dengan sudah berpakaian lengkap ke kantor. "Iya, Kak. Katanya jenuh di rumah," ujar Akilah, "oh iya, apa Ayah dan Ibu sudah bilang aku akan pulang ke rumah kami nanti sore?" Aku dan Mas Salman menoleh pada Ayah dan Ibu. "Belum," ucap kami serentak.Ayah memalingkan wajahnya. "Mau bagaimana lagi, Kila? Mereka itu berada di kamar terus, bahkan melebihi kalian yang pengantin baru," ujar Ayah menyindir kamu. Aku pun menunduk malu karen

DMCA.com Protection Status