Presley masih gemetar disekujur tubuhnya. Dia hanya berdiri diam seperti patung saat melihat Ariston dan Piers memeriksa setiap sudut penthouse. Ketegangan masih menguar meski sudah satu jam berlalu sejak insiden mengerikan yang baru saja dia alami. Presley tidak akan percaya dengan apa yang baru dia alami seandainya dia tidak melihat wajah gusar Ariston yang kali ini bukan ditujukan padanya.Rambut pria itu berantakan dan karena yang membalut tubuh atletis Ariston hanya kaos ketat tanpa jubah tidur sepertinya pria itu buru-buru keluar dari kamar karena mendengar teriakan Piers.“Kemasi pakaianmu. Kita pergi!”Presley mengerjap, terlihat bingung. “Apa?”“Sial!” umpat Ariston. Pria itu berbalik saat mendengar langkah Piers yang datang dari … mana?“Kemasi pakaian Presley dan berikan pada staff hotel. Kau mengerti?” bentak Ariston.“Lexus, lakukan pengecekan sekali lagi. Perketat keamanan dan ganti kode—““Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kalian bisa pergi.” Lexus satu-satunya orang y
“Kau percaya hal itu?” kekeh Presley dengan wajah memerah. “Mereka sepertinya siap mencakarku karena tahu kau memilihku.”Mata Ariston memicing. “Kau mabuk Presley. Sebaiknya kau tidur.”Wajah Presley menekuk seperti roti lapis. “Aku tidak mabuk,” bantahnya.“Yah, itu kalimat yang biasa dikatakan orang saat mereka mabuk. Dan kau belum makan.” Ketidaksetujuan tergambar di wajah masam Ariston. Dia berjalan dan menarik Presley, memaksanya duduk.“Makan.”“Kau pasti bercanda,” sungut Presley dengan bibir mengerucut. Tubuhnya hampir mencium lantai marmer yang keras seandainya Ariston tidak sigap menangkapnya.“Kau baru minum satu gelas dan tubuhmu sudah bereaksi seperti ini?” decak Ariston jengkel. Dia mengangkat Presley yang terus menerus berbicara dengan kedua lengannya.“Kenapa kau tidak mau melepaskanku Ariston?” bisik Presley. Tangannya sudah mendarat di leher laki-laki itu. “Kau mau membuatku menderita?” Presley cegukan dalam usaha melanjutkan kalimatnya.“Kau yang memutuskan mendata
Entah apa yang terjadi dengan kepala Ariston. Mungkinkah peluru menembus isi otaknya? Atau kepalanya terbentur sesuatu? Hanya itu penjelasan masuk akal atas sikapnya yang tiba-tiba berubah. Well, tidak persis berubah seperti tokoh Hulk atau super hero lainnya, hanya saja sedikit perubahan atas sikap dingin Ariston itu berarti sesuatu.Tidak ada kata-kata kasar dan juga tatapan dingin sejak dia bangun pagi ini. Bukankah itu berarti sesuatu? Apa kejadian di penthouse itu berhasil mengubah sudut pandang Ariston?Presley mengamati Ariston yang tengah sibuk dengan laptop yang ada di pangkuan pria itu. Matanya yang fokus, gerakannya yang luwes berhasil menyemburkan rasa iri pada diri Presley. Kenapa dia tidak pernah bisa tampil penuh percaya diri seperti itu?Yah, kalau kau punya uang dan kekuasaan kau bisa bersikap sesuka hatimu, bisik suara hati Presley yang baru bangun dari tidur panjangnya.“Apa kau akan terus mengamatiku seperti itu?”Presley mengerjap dan segera memperbaiki ekspresiny
Presley menelan salivanya dengan susah payah. Apa dia sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan? Inilah kenapa dia tidak bisa bersahabat dengan alkohol. Bukan hanya mulut tapi pikirannya juga tidak akan bisa diajak kerja sama. Sialnya dia bahkan tidak ingat apa yang terjadi semalam.Pagi ini dia terbangun dengan pakaian yang sama dengan yang dia kenakan semalam. Itu berarti dia jatuh tertidur setelah minum obat yang diberikan Ariston.“Kau panik.”Presley mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Aku tidak bertanggung jawab pada sesuatu yang tidak kuingat,” gumamnya keras kepala. Ariston mengangkat bahunya. “Itulah masalahnya. Seandainya kau ingat apa yang kau katakan, aku penasaran bagaimana reaksimu akan hal itu.”Presley sudah berusaha menekan rasa penasarannya, tapi mendengar ucapan Ariston, dia tidak bisa mengontrol mulutnya.“Apa aku mengatakan sesuatu yang bodoh? Kau tahu kalau orang mabuk sering kali—““Apa yang membuatmu berpikir kalau kau mengatakan sesuatu yang b
Ariston tahu sebaiknya dia diam atau kalau tidak dia mungkin akan meledak yang akan berakhir membuat Presley ketakutan. Hanya saja sulit menahan diri jika itu berhubungan dengan Presley. Wanita itu selalu bisa mengejutkannya dengan hal-hal tak terduga.“Suatu saat, saat kau mungkin sudah siap menerima kebenaran Presley, aku ingin mendengar permintaan maafmu,” putusnya akhirnya karena tidak ingin memperpanjang perdebatan. Kejadian semalam masih menyisakan kegelisahan dalam dirinya. Sebelum dia menemukan pelakunya, dia tidak akan bisa tenang.Mereka berdua keluar bersamaan saat lift membuka dan membawa mereka ke lantai pertama hotel.“Mobil Anda sudah siap Tuan," ujar salah satu petugas hotel saat melihat kedatangan mereka berdua.Ariston mengangguk sambil lalu. Dia mengeluarkan ponsel dan langsung melakukan sederet panggilan.“Jane, kirimkan berkas yang kuinginkan lewat surel siang ini. Ya, aku menginginkan semuanya. Beritahu Jack aku tidak akan ke kantor selama beberapa hari. Dia yang
Kenapa tidak ada yang terjadi? Mungkinkah mobil yang mereka kendarai ini bisa terbang saking canggihnya? Atau mungkin saat kematian menjemput kau tidak lagi bisa merasakan rasa sakit?“Presley.”Ariston?Presley memicing, mengintip lewat bulu matanya. Tidak ada yang berubah, mobil-mobil masihberseliweran seperti biasanya. Presley akhirnya memberanikan diri membuka matanya lebar-lebar.“Apa yang terjadi?” tanyanya heran. Mobil itu menghilang? Begitu saja? ketika dia menoleh, Ariston sedang sibuk menelepon.“Lexus, aku ingin pemilik mobil ini ditemukan dan aku sedang bersama seseorang saat ini,” ujarnya memperingatkan.Presley yang bisa mendengarnya berusaha terlihat tak acuh, meski begitu dia memasang telingnya lebar-lebar.“Bisa sebutkan ciri-ciri mobilnya?”“Ferrari Portofino 3.9T V8, hitam, kecepatan maksimum 320km/jam, produksi tahun 2019, convertible, ada lagi yang kau butuhkan? Atau kau butuh perusahaan yang memproduksinya? Sekaligus pengemudinya mungkin?” geram Ariston, jelas t
“Kau pasti bercanda!”“Apa kau pikir hidupku dipenuhi dengan lelucon, Presley?”“Tapi ini tidak masuk akal!” pekik Presley histeris menatap gaun putih yang disodorkan padanya dengan mata melebar panik. Meski gaun itu indah dan dia menyukainya, tetap saja dia tidak akan mengenakannya untuk alasan yang sudah jelas.“Aku tidak mau menikah,” sambungnya. Bahkan jika dia harus menikah Ariston tidak pernah masuk dalam daftarnya. Apa yang dipikirkan laki-laki ini?“Siapa yang mengatakan kalau kau mau menikah?” giliran Ariston yang terlihat ngeri mendengar kalimat Presley.“Lalu gaun itu ….”” Itu jelas gaun pernikahan. Panjang, putih dan indah.“Kita akan tunangan malam ini.”Satu kalimat sederhana tapi berhasil membuat Presley menganga sebelum tawanya meledak. Dia tidak peduli jika tindakannya membuatnya menjadi pusat perhatian, kalimat Ariston benar-benar berhasil menghiburnya.“Menurutmu itu lucu?”Presley yang masih dikuasai oleh tawanya hanya bisa mengangguk.“Aku tidak percaya kau berbak
Sesuatu yang serius baru saja terjadi, batin Presley yakin saat dia duduk di kursi belakang dengan Piers mengemudikan mobil. Ariston sudah menghilang entah ke mana dan tidak ada seorang pun yang berniat mengatakan padanya ke mana pria itu pergi.Ketika mobil yang membawanya terus berjalan Presley segera menyadari ada yang salah.“Kita mau ke mana, Piers? Ini bukan jalan menuju hotel,” gumamnya menatap punggung tegak Piers. Dia yakin Pria itu menyembunyikan senjata di balik setelan hitamnya.“Kita akan ke rumah baru, Mam.”“Rumah baru?”Piers mengangguk tanpa menoleh. “Tuan Ariston tidak akan bersama kita selama beberapa hari, Anda akan tinggal di rumah baru demi keselamatan Anda, Mam.”“Mungkin kau lupa kalau yang mereka incar Ariston, orang yang seharusnya kau lindungi?”Presley bisa melihat kalau ucapannya cukup menghibur, meski pria bertato itu tidak tersenyum. Mata biru itu hanya sedikit melembut.“Anda akan menjadi prioritas saya selama Tuan Ariston memerintahkan demikian, Mam.”
Presley mendorong tubuh Ariston saat dia masih punya kekuatan untuk melakukannya.“Kupikir kau ingin kita minum,” serunya lembut, berusaha menunjukkan wajah cerianya. Dia menatap ke mana pun kecuali pada Ariston.“Ada apa?”Pertanyaan itu seperti sengatan listrik. Presley berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya meski saat ini dia merasa kalut. Ariston bukan orang yang mudah dibohongi.“Bukan apa-apa, aku hanya merasa lelah, Ariston.”“Kau tahu kalau kau ini pembohong yng payah?” Ariston mendekat dan Presley merasa jantungnya seperti siap meninggalkannya.Saat pria itu berdiri tepat di depannya, Presley yakin kalau suara detak jantungnya bisa di dengar pria itu.Kedua tangan Ariston mengurung Presley di dinding.“Kau tidak mau mengatakanya padaku?”Presley cepat-cepat menggeleng sebelum kinerja otaknya berantakan dan dia tidak bisa berpikir. Pandangan Ariston jatuh pada bibirnya dan langsung memberikan efek pada perutnya. Beruntung, saat Presley yakin dia tidak akan selamat suara bu
Sekali lagi.Mereka terjebak dan berada dalam pelarian. Presley menatap Ariston yang tengah fokus menyetir. Rahang mengeras dan otot-otot wajahnya yang terlihat jelas menunjukkan kalau pria itu marah.Terkadang dia benar-benar lupa betapa kaya dan berkuasanya seorang Ariston. Dua hal yang pasti akan menarik minat banyak orang khususnya para pencari berita. Presley menoleh ke belakang hanya karena merasa perlu, meski kecepatan mobil Ariston membuatnya ragu kalau wartawan itu bisa mengejar mereka.“Wartawan itu tidak akan mengejar kita jika itu yang kau takutkan.”Presley memiringkan badannya sehingga fokusnya sepenuhnya pada Ariston. “Apa memang selalu seperti ini? Kau dikejar dan dikerubungi wartawan di mana pun kau berada?”Ariston tertawa mencemooh. “Saat kau memiliki kekayaan yang bisa menundukkan siapapun, percayalah kau akan jadi mangsa yang menarik bagi siapapun.”“Apa kau tidak bisa mengatasinya? Membuat wartawan menjauhimu?”Ariston menatap Presley sebentar. “Menurutmu kenapa
“Ketika ayahku terlalu mabuk atau terlalu marah dengan semuanya biasanya dia menggunakan tangan pada ka—maksudku aku untuk melampiaskannya. Dia bisa sangat marah ketika aku bertindak tidak masuk akal.”“Tidak masuk akal?”Ariston mengangkat bahu enggan, jelas sekali topik ini membuatnya tidak nyaman.“Ya. Aku menentangnya disetiap kesempatan, bentuk pemberontakan anak remaja dan saat itu terjadi aku biasanya melarikan diri ke sini dan wanita itu akan memberiku makan.”“Berapa usiamu saat hal itu terjadi?” tanya Presley penasaran.Seorang pelayan datang dan meletakkan makanan di meja mereka. Presley merasa air liurnya hampir menetes melihat makanan yang disajikan. Tangannya secara refleks mengambil sendok namun langsung mengaduh kesakitan.Presley merasakan gerakan di sampingnya dan ternyata Ariston sedang menggeser tempat duduknya. Pria itu sekarang duduk persis di sampingnya.“Ada apa?”“Kau tahu, Presley, saat kau butuh bantuan yang perlu kau katakan hanya memintanya.”Presley menge
“Proses pemulihannya lebih cepat dari yang kuperkirakan.”Presley tersenyum mendengar penuturan dokter yang memeriksanya.“Apa ini berarti sebentar lagi tangan saya akan bisa digerakkan dengan normal?” tanyanya antusias.Dokter wanita berambut sebahu itu tersenyum menyetujui.“Tetap saja, berhati-hati lebih bagus. Nah, obat ini akan membantu mempercepat pengeringan luka dan juga mengurangi rasa sakit di lengan dan telapak tanganmu.”Presley mengulurkan tangannya yang tidak terluka untuk meraih resep yang disodorkan, namun sebuah tangan besar mendahuluinya. Dia menoleh, menatap Ariston yang sejak tadi hanya diam dan menyimak. Ekspresi wajah pria itu tidak menunjukkan apa pun.“Terima kasih,” ucap Ariston datar. Pria itu berdiri seolah sudah tidak sabar meninggalkan ruangan. Kening Presley berkerut.“Ayo, kita pergi!”Meski heran, Presley memutuskan untuk menurut. Setelah sedikit mengangguk pada dokter yang memeriksanya dia mengikuti langkah Ariston.“Ada apa?” tanyanya langsung.“Apany
Presley hampir meloncat karena kaget. Dia berbalik dan mengumpat pelan. Sepertinya dia harus mulai membiasakan diri dengan kehadiran Ariston yang mendadak.“Apa yang kau lakukan di sini? Kupikir kau memintaku bersiap untuk makan malam?”Ariston mengangkat bahu. Dia berjalan dan menutup pintu di belakangnya.“Aku tahu kau akan melakukannya.”“Melakukan apa?”Saat Presley mengikuti arah pandang Ariston seketika dia sadar kalau tangannya masih menyingkap pakaian yang dia kenakan sampai menunjukkan perutnya. Buru-buru Presley menurunkan bajunya.“Aku bisa melakukannya.”“Dengan tangan terluka seperti itu?”“Itu bukan masalah. Sedikit rasa sakit sebagai pengingat agar lebih berhati-hati. Selalu ada hal positif untuk setiap peristiwa yang terjadi,” ucapnya melantur berhasil membuat sudut mulut Ariston terangkat.Saat pria itu berdiri di depannya, Presley menahan napas.“Aku sudah pernah melihat seluruh tubuhmu, Presley. Kenapa kau harus malu? Kau memiliki tubuh yang indah.”Wajah Presley me
Presley menatap Marta, tapi gadis itu sedang menatap Ariston. Bikini one piece yang dikenakan gadis itu membalut tubuhnya yang sempurna. Presley meringis, seandainya dia memiliki tubuh seperti itu.“Kau pikir apa yang kau lakukan?” ujar Ariston datar.“Aku bosan dan Presley tidak membutuhkan bantuanku. Bagaimana menurutmu?” Marta memutar-mutar badannya, menunjukkan lekuk tubuhnya. “Aku membelinya waktu liburan di italian. Ini edisi terba—““Kau tahu kenapa kau ada di sini, bukan?” potong Ariston, sama sekali tidak tertarik mendengar ocehan Marta.Marta merengut. “Aku tahu,” gadis itu kini menatapnya. “Tapi Presley baik-baik saja. Luka di lengannya juga tidak buruk. Kenapa kau begi—““Aku tidak tahu apa yang kau katakan Marta, tapi sekali lagi kau mengabaikan kebutuhan Presley, kau harus pergi dari rumah ini,” gumam Ariston dingin, berlalu dari hadapan mereka berdua.Presley meringis dan tersenyum minta maaf. “Dia bisa sangat tidak masuk akal. Tidak usah cemas, dia tidak akan melakukan
Presley menatap wanita didepannya dengan wajah tidak percaya. Usia wanita ini atau lebih tepatnya gadis ini pasti tidak lebih dari awal dua puluhan. Apa maksud Ariston dengan mempekerjakan wanita muda ini bersamanya?“Namaku Martia atau lebih sering dipanggil Marta, Mam.”“Presley saja,” sahut Presley kikuk menerima uluran tangan gadis bernama Marta.“Berapa usiamu, Marta?”“Sembilan belas tahun.”Sialan! Dia harus bicara dengan Ariston setelah ini. Presley menyusuri tubuh Marta yang terawat. Gadis ini sepertinya tidak kekurangan makan. Apa yang membuatnya terjebak bekerja bersama Ariston?“Apa ada yang Anda butuhkan, Presley?”Presley menggeleng cepat-cepat. “Tidak ada.”“Kalau begitu bisa aku pergi? Aku ingin berenang sembari menikmati memandang air laut. Penthouse ini luar biasa! Kau pasti setuju denganku!” Dengan penuh semangat Marta menari-nari dan memekik gembira. Presley yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Dari mana Ariston mendapat anak ajaib ini?“Pergilah, habiskan waktumu
“Aku bisa melakukannya sendiri,” tukas Presley menepis tangan Ariston yang ingin membantunya melepas perban di tangannya.“Jangan keras kepala.”Presley mendelik tajam. “Jangan menceramahiku tentang keras kepala, Ariston.”“Apa kau akan terus marah seperti ini?”Presley mengabaikannya. Tangannya yang tidak terluka dengan susah payah mencoba melepas perban yang membalut lengan berikut telapak tangannya yang terluka. Usahanya tidak membuahkan hasil. Bukannya lepas, tindakannya justru membuatnya kesakitan dan darah segar kembali membasahi perban putih yang dia kenakan.“Diam!”Ucapan dingin bernada memerintah itu sejenak ingin membuat Presley membantah, namun saat dia mendongak, Ariston sedang menatap tangannya yang terluka dengan tatapan bersalah. Dalam situasi normal dia mungkin akan melunak melihatnya, tapi saat ini dia tidak akan luluh semudah itu.“Aku bisa melakukannya,” bisik Presley sekali lagi menolak bantuan Ariston. Air matanya tanpa bisa dicegah luruh saat rasa sakit menghuja
Darah? Apa maksudnya pria ini menginginkan darah? Presley ingin meloloskan diri tapi pisau yang mengancam dilehernya membuat geraknya terbatas. Sementara itu, di depannya Ariston tengah menatap pria dibelakangnya dengan penuh perhitungan.“Kau tahu kalau aku menyukai darah bukan? Tangan yang diwarnai dengan darah adalah favoritku, Ariston. Dan saat ini aku benar-benar ingin melihat tanganmu berlumuran darah.”Sinting.Kata itu pantas disematkan pada pria bertopeng yang menyanderanya ini. Presley menggeleng, berharap Ariston menatapnya dan menangkap maksud yang ingin dia sampaikan lewat tatapan mata.Jangan Ariston!“Singkirkan salah satu pengawalmu. Aku tahu kau membawa pengawalmu jadi jangan mencoba menipuku. Jika kau berhasil membuatnya berdarah dan kalah aku akan membebaskan Presley.”Satu alis Ariston terangkat. “Kau mau aku membunuh? Otakmu mungkin bermasalah.”“Kenapa? Tentunya tanganmu tidak sebersih itu, Ariston? Aku bisa membunuh Presley dengan mudah. Satu sayatan di lehernya