Beranda / Pernikahan / Rahasia Sang Dokter / Ch. 36 Bukti Cinta (21++)

Share

Ch. 36 Bukti Cinta (21++)

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adam mencengkeram kuat-kuat rambut sang istri yang tergerai di atas bantal. Matanya terpejam, bibirnya setengah terbuka meloloskan desah lirih yang begitu erotis. Keringatnya bercucuran, tubuhnya terasa amat panas. Tak dia sangka, Aline yang ketika pertama kali Adam jumpa dulu begitu pendiam dan cenderung suka menyendiri, tenyata menyimpan sesuatu yang seindah ini.

Jika hal pertama yang Adam kagumi adalah manis bibir Aline, maka ketika Adam berhasil menyentuh istrinya hingga titik terdalam tubuhnya, maka kekaguman Adam kini bertambah. Tidak hanya pada betapa manis bibir itu, lembut dan halus seluruh permukaan kulitnya, tetapi juga pada rasa yang begitu luar biasa hingga membuat Adam sukses tergila-gila seperti ini.

“M-Mmaass!” Aline memekik tertahan, ia balas mencengkeram kuat-kuat lengan Adam yang Adam gunakan sebagai tumpuhan.

Adam membuka matanya, menatap pemandangan indah di bawah tubuhnya yang sangat tidak boleh dia lewatkan. Bagaimana wajah cantik itu memerah bersimbah peluh den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
aiiiiish....Aline sudah mulai bucin ya sm Adam
goodnovel comment avatar
Angelina Mananoma
uuuhhh semakin manis deh si Adam sama Aline
goodnovel comment avatar
EdeanN
bukti cinta sih cinta kl gak jujur gmn donk...ayok adam buruan jujur apa rahasiamu jng muter2 kek gangsing aj bikin bete.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 37 Selembar Nota di Saku

    "Kamu ada rencana apa hari ini, Sayang?" Adam nampak mengancingkan kemeja biru muda dengan motif garis yang menjadi seragam khusus hari Kamis. Seperti biasa, pagi adalah waktu yang cukup sibuk bagi semua orang, semua orang kecuali Aline. Di saat yang lain ribut tengah bersiap pergi bekerja, tidak dengan Aline. Ia masih dengan mata setengah terpejam dan menguap berkali-kali sembari menantikan sang suami kemudian pergi bekerja. Dan khusus untuk hari ini, agenda Aline setelah Adam pergi ke rumah sakit adalah kembali tidur sampai nanti pukul sepuluh. "Balik tidur setelah Mas pergi kerja." Jawab Aline santai sambil kembali menguap. Adam menoleh, menatap sang istri yang duduk di tepi ranjang dengan penampilan yang masih berantakan. Adam terkekeh, ia meraih sisir kemudian menyisir rambutnya. "Belum cukup tidurnya semalam?" seharusnya Adam tidak bertanya, karena Adam tahu betul malam model apa yang mereka berdua lewati semalam. Aline sontak membelalak, ia menatap gemas ke arah sang suami

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 38 Paket Misterius

    "Mak?" Aline memanggil sosok itu, kantuknya hilang seketika. Nota pembelian mainan anak laki-laki itu dia masukkan ke dalam dompet, entah mengapa, Aline merasa bahwa benda itu begitu penting hingga tidak boleh hilang. Aline menyusuri dapur, sampai ke ruang cuci, namun tidak nampak sosok paruh baya itu ada di sana. Kondisi dapur, pantry dan ruang laundry pun bersih, rapi, bersinar. Sebuah hasil pekerjaan yang sempurna hingga Aline tidak heran kenapa Adam bersikukuh tetap mau dibantu mak Surati meskipun beliau sudah tidak muda lagi. Di mana asistennya itu? Kenapa tidak ada? Bukankah beberapa saat yang lalu dia masih ada dan menawari Aline sarapan? Ya meskipun tadi Aline menolak dan memilih masuk ke dalam kamar sampai akhirnya secarik kertas itu dia temukan dan membuat kantuknya seketika hilang. Aline memilih mandi selepas menyimpan nota itu, ada sesuatu yang harus dia lakukan dan itu semua berhubungan dengan secarik kertas dan rasa penasaran Aline yang rasanya seperti hampir mencekik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 39 Takut

    "Isinya apa, Mak?" potong Aline yang sudah sangat tidak sabar. "Isinya pakaian bayi dan perlengkapan bayi, Mbak.""Apa?"***Mak Surati nampak galau. Ia tengah food preping untuk seminggu ke depan seperti biasanya. Hanya saja pikirannya jadi tidak tenang. Ini berkaitan dengan percakapannya beberapa saat yang lalu dengan istri bosnya itu. Tentang apa jawaban yang dia katakan perihal pertanyaan Aline soal Adam. "Salah nggak sih aku jawab begitu tadi? Cuma kan emang bener isi paketnya pakaian bayi." Mak Surati benar-benar ragu. "Tapi ... untuk apa mbak Aline tanya seperti itu, ya? Apa ada sesuatu?"Jujur nak Surati sendiri tidak bertanya lebih lanjut pada Adam perihal apa tujuannya memesan pakaian bayi itu. Toh itu diluar kewenangan dia yang hanya seorang asisten rumah tangga saja. Walaupun Adam sendiri sering cerita banyak hal tentang kehidupan pribadinya, terlebih soal sang papa yang tidak suka melihat Adam menjadi dokter. Bukan tanpa alasan, dia tahu betul siapa orang tua dari bos

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 40 Pura-pura Bodoh

    Adam menghela napas panjang. Ia sudah memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah. Tepat di sebelah Jazz merah milik sang istri. Sejenak Adam tertegun. Obrolannya dengan Yunus tadi terus menghantui Adam. Segala macam ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini Adam abaikan, kini kembali bangkit dan menghantui Adam dalam setiap detik. "Nggak ada yang bisa jamin dia tetap bisa stabil begitu keluar dari sana, kan? Toh dia sudah berulang kali!" desah Adam lesu, rasanya daya di tubuhnya sudah lenyap entah kemana. Adam bisa saja mengundurkan diri dan minta pindah ke kota lain. Ada banyak sejawatnya menawarkan loker. Hanya saja yang jadi masalah sejak dulu adalah papanya! Papanya selalu menjadi penghambat gerak Adam, terlebih dalam urusan ini. "Semoga kejadian dulu tidak lagi terulang. Jangan sampai!" Ia segera melepaskan sabuk pengaman begitu mesin mobil dia matikan. Turun dari mobil dan melangkahkan kaki meninggalkan halaman depan guna masuk ke dalam rumah. Tidak nampak aktivitas ketik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 41 Terlena

    DEG! Jantung Adam rasanya hampir meloncat dari tempatnya. Keringat dingin langsung mengucur membasahi dahi dan tubuh Adam. Kaki Adam mendadak lemas. Perlukah dia jujur sekarang? Terlebih sosok itu ... Ah tidak! Dia tidak boleh membuat istrinya ini khawatir! Aline tidak boleh beranggapan kalau menikah dengan Adam adalah kesialan untuknya, meskipun Adam yakin sekali ketika mendapatkan perintah untuk menggantikan Aleta menikah dengan dirinya dulu, Aline sudah menganggap bahwa pernikahan ini adalah sebuah kesialan untuk Aline. Otak Adam segera bekerja keras. Mencari alasan yang tepat dan pas hingga tidak memunculkan kecurigaan pada diri Aline. Tapi kira-kira apa? Ah! Iya ... Adam punya ide! "Oh itu, ya?" Adam merangkai sebuah senyum palsu. "Itu buat pasien aku, Sayang. Masih anak-anak dan dia spesial banget buat aku."Bisa Adam lihat kini kening istrinya itu berkerut. Membuat Adam melebarkan senyumnya dan mengelus pipi itu dengan sangat lembut. "Spesial gimana?" ada nada cemburu di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 42 Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

    Aline belum mau bangkit dari bath tub. Ia tengah berendam dengan air hangat dan busa gelembung memenuhi tubuhnya.Persendian Aline rasanya ingin lepas. Namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia sangat suka dengan aktivitas yang dia lakukan bersama sang suami. Adam selalu sukses memanjakan dirinya. Membawanya terbang tinggi ke angkasa dan mencapai puncak itu. Bagaimana Aline tidak meleleh dibuatnya? Aline tersenyum, memejamkan mata seraya menikmati aroma scented candles yang dia nyalakan dan letakkan di dekat bathtub. Rasanya benar-benar rileks. Sementara Aline tengah merilekskan diri, Adam nampak berbaring di atas ranjang dengan satu tangan memegang ponsel. Ponsel itu menempel di telinganya, ia nampak menyimak sesuatu yang membuat wajahnya sedikit mengeras. "Jangan besok. Kan aku sudah bilang untuk akhir-akhir ini kunjungan aku akan sedikit berkurang?" tanya Adam dengan suara lirih. Satu tangan Adam yang lain menyeka keringat yang masih membasahi wajahnya. Nampak kening Adam berkeru

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 43 Aleta Sadar!

    "Sayang, pelan!" Adam agak kewalahan mengejar langkah Aline. Aline hampir saja berlari kalau suara ketukan lantai dan sepatu tidak sekeras ini. Adam mengekor dari belakang dengan sedikit susah payah. Setelah menyusuri lorong rumah sakit, mereka sudah sampai di depan ruangan ICU. Tepat sebelum Aline mendekati nurse station, pintu kaca itu terbuka dan sosok Desi muncul dari dalam sana dengan mata sembab dan wajah memerah. "Ma! Aleta kenapa, Ma?" sebuah pertanyaan yang otomatis keluar dari mulut Aline dengan begitu panik. Desi menatap Aline dengan linangan air mata, senyumnya merekah. Dia tidak menjawab, malah menoleh ke belakang dan tak selang lama, bed itu dorong keluar. Sebuah pemandangan yang familiar itu menyapa Aline. Sebuah raut wajah yang sangat mirip dengan dirinya dengan sebuah senyum lemah merekah di wajah yang masih pucat itu. "Hai ...." sapa suara itu lemah, sementara Aline tertegun di tempatnya berdiri. Air matanya menitik dan beberapa detik kemudian tangisnya pecah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 44 Ambisi

    Adam buru-buru keluar dari ruangan inap Aleta ketika mendapati nomor 'itu' yang menghubungi dirinya. Jantung Adam berdetak 2 kali lebih cepat, Adam segera melangkah keluar dari bangsal untuk mengamankan diri. "Halo, kenapa?" tentu itu yang Adam tanyakan. Untuk apa dia menelepon malam begini? Bukan apa-apa, dia tahu betul sekarang Adam sudah beristri, otomatis dia tidak bisa lagi bebas menghubungi Adam seperti ketika belum menikah dulu. Rasa kesal Adam mendadak luntur ketika mendengar suara itu. Sebuah suara menahan isak tangis setengah memelas. Hati Adam mendadak trenyuh. Sebuah kenangan pahit masa lalu menariknya kembali ke dalam masa itu. Mata Adam memerah, seandainya waktu bisa diputar ... seandainya Adam bisa kembali ke masa itu ... akan dia pastikan untuk segera pulang dari rumah sakit malam itu. Hingga kejadian itu tidak harus terjadi dan semuanya tidak harus serumit ini. ***"Gimana? Jadi nyonya Adam, enak?" goda Aleta ketika dengan telaten saudari kembarnya itu menyuapi b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 25

    'Kenapa wajah itu ....'Irfan sama sekali tidak tenang. Sejak masuk ruang meeting beberapa saat yang lalu, ia selalu mencuri pandang ke arah itu. Sosok lelaki yang tadi diperkenalkan sebagai calon menantu dari rekan bisnisnya, lelaki yang secara kebetulan sekali duduk tepat di hadapan Irfan. "Jadi untuk pembangunan gedung, rencananya ...."Uraian-uraian itu hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak masuk ataupun hinggap ke dalam otak Irfan. Pikirannya malah melayang jauh menebus waktu, kembali ke masa dimana kesibukan Irfan hanyalah bersenang-senang dan membuang-buang uang. 'Kenapa raut wajah itu begitu mirip? Tapi mana mungkin?'Keringat mengucur dari dahi Irfan, siluet wajah cantik nan sederhana itu tergambar jelas di pikirannya. Gadis sederhana yang mencuri hati Irfan dan membuat egonya berambisi untuk mendapatkan hati gadis itu. 'Tidak! Tidak!' hati Irfan menjerit. 'Aku sudah meminta dia mengugurkan kandungan itu! Jadi sangat tidak mungkin k

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 24

    "Gimana ini?"Kelvin berkeringat, ia sudah menghabiskan secangkir kopi untuk sekedar membuatnya rileks. Namun ternyata, caranya sama sekali tidak berhasil. Ia sudah bersiap di ruang meeting. Semua dokumen dan berkas-berkas sudah siap. Semua manager yang berkepentingan dalam meeting ini pun sudah terlihat ready. Hanya satu yang belum siap, sama sekali tidak siap, yaitu Kelvin sendiri! "Udah ready semua ya, Vin?"Beni melangkah masuk, nampak tengah merapikan dasi yang dia kenakan. Dengan susah payah Kelvin menghela napas panjang, kepalanya mengangguk sementara ia memaksa suara keluar dari mulutnya tidak peduli sejak tadi lehernya terasa seperti dicekik. "Ready, Pa! Semua udah siap!" jawab Kelvin akhirnya. "Bagus! Mereka udah di bawah. Ikut papa sambut mereka, ya?"Kembali Kelvin membelalak. Ia dengan susah payah menelan ludah dan menganggukkan kepala. Mau bagaimana lagi? Punya kuasa apa Kelvin menolak?Dengan ragu Kelvin bangkit, segera mengekor di belakang langkah Beni. Jantungnya

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 23

    Kelvin menatap jarum jam yang terus berputar dengan teratur tanpa berhenti barang sedetikpun. Kurang tiga puluh menit lagi dan untuk pertama kalinya, Kelvin akan bertemu langsung dengan lelaki itu. "Aku harus gimana?" Kelvin mendesah, keringat mengucur tidak peduli ruangan ini sudah cukup dingin. Dalam seumur hidup, Kelvin pernah memohon agar tidak dipertemukan dengan lelaki itu. Bukan apa-apa, ingatan Kelvin akan cerita sang mama membuat Kelvin tidak yakin akan bisa menahan emosinya. "Kenapa baru aja dapet kerjaan, dipercaya bos sekaligus calon mertua, cobaan aku udah seberat ini, Tuhan?" Kelvin mendesah, ia diliputi kebimbangan yang luar biasa. 'Kamu harus buktikan dan tampar lelaki itu dengan cara elegan!'Kata-kata yang sejak tadi diucapkan Aleta terus berdegung dalam kepala. Semula Kelvin ingin calon istrinya itu mendukungnya untuk pergi dan menghindari pertemuan itu. Nyatanya, Aleta punya pandangan lain. Tapi apakah pertemuan dengan Irfan akan membuat lelaki itu lantas meny

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 22

    "APAAA?"Wajah Adam memucat, ia menatap lurus dengan tatapan tidak percaya. Kacau sudah kalau begini! Bayangan bagaimana ribetnya mencelupkan testpack itu satu persatu tengah malam kembali terngiang dan sekarang, semuanya sia-sia. "Kok bisa?" tanya Adam setelah dia tersadar dari rasa terkejutnya. "Aleta ke sini, Mas. Nah kita lagi ngobrol, nyerempet bahas kehamilan aku. Aku nggak tau kalo Mama dateng dan tau-tau udah nonggol di belakang kita."Adam spontan menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala. Mendadak kepalanya pusing. Setelah ini agaknya dia harus bersiap kena omel, mau bagaimana lagi? "Mama di mana sekarang?" "Lagi di depan, nelpon Papa. Aku masih di ruang makan sama Aleta." jawab suara itu lirih.Dengan sedikit kesal, Adam menghirup udara banyak-banyak. Ia menghembuskan napas perlahan-lahan dengan mata terpejam. Hanya beberapa detik, ia kembali membuka mata sambil menarik napas dalam. "Yaudah kalau begitu, Sayang. Kabari aja kalau ada apa-apa. Mas tutup dulu." desis A

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 21

    "Morning, Beibs!"Aline hampir saja tersedak teh yang memenuhi mulutnya, ia menoleh dan terkejut mendapati Aleta yang sudah muncul sepagi ini dengan wajah sumringah. "Eh, tumben pagi buta udah sampe sini? Diusir sama mama?" tanya Aline asal, membuat Aleta melotot gemas ke arah saudara kembarnya. "Sembarangan!" desis Aleta yang langsung mencomot selembar roti yang ada di meja. "Nggak tidur di rumah aku kemarin, Lin."Dengan begitu santai ia meraih toples selai kacang, mengoleskan selain kacang di atas selembar roti yang dia ambil. "Eh, terus tidur di mana? Emperan toko?" kembali Aline bertanya asal, membuat Aleta rasanya ingin menelan bulat-bulat saudarinya ini kalau saja dia tidak sedang hamil. "Apartemen Kelvin, jangan ngomong mama tapi, ya?" jawabnya jujur apadanya, dia malas Aline makin ngelantur menebaknya tidur di mana. Mata Aline membulat, ia menatap Aleta dengan tatapan tidak percaya. Sementara Aleta, ia memasang wajah menyebalkan sambil mengoles permukaan roti dengan begi

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 20

    "Vin ... sorry sebelumnya. Kalo boleh tau, lantas papa kandung kamu siapa, Vin?"Kelvin menghela napas panjang, ia menatap langit-langit kamar, sementara Aleta memeluk erat lengan Kelvin tanpa mengendorkan pelukan tangannya. "Kamu pasti nggak percaya kalo aku bilang ini, Ta!" desis Kelvin setengah tertawa lirih. "Memang siapa, Yang?" renggek Aleta mengeluarkan jurus merayunya. Kelvin meraih ponsel di atas nakas, nampak ia serius dengan ponselnya. Mengabaikan Aleta yang masih begitu penasaran dengan penjelasan Kelvin mengenai jati diri yang sebenarnya. Tak selang berapa lama, Kelvin menyerahkan ponsel ke arah Aleta, ponsel dengan artikel yang terpampang di layar ponsel itu. "Kenal orang ini?" Aleta menerima ponsel itu, menatap foto seorang lelaki yang Aleta sendiri sangat familiar dengan wajah itu. Mata itu membelalak, ia menoleh menatap Kelvin dengan tatapan tidak percaya. Lelaki dalam foto ini .... "Yang ... ini serius papa kandung kamu, Yang?"***"Mama kayaknya bener-bener ke

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 19

    "Papa Feri itu bukan papa kandung aku, Ta."Suara itu begitu lirih, namun telinga Aleta masih cukup sehat dan normal untuk menangkapnya. Mata Aleta membulat, ia melihat ekspresi sedih yang tergambar di wajah itu. Sementara Aleta, ia masih begitu terkejut dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. "Mama sama papa bilang kalo cukup kami aja yang tahu tentang kenyataan ini. Bahkan orang tua mereka pun tidak ada yang tahu. Tapi aku rasa, kamu sebagai calon istri aku berhak tahu, bagaimana asal-usul lelaki yang bakalan nikahin kamu, Ta."Kelvin menghela napas panjang, ia memalingkan wajah, menatap langit-langit kamar dengan wajah sedikit putus asa. Sementara Aleta? Ia masih terkejut dan belum tahu hendak bicara apa. "Selain merasa kalah dalam segalanya sama Adam, fakta ini adalah salah satu faktor yang bikin aku mundur pas denger kamu mau dijodohin." suara itu kembali terdengar. "Memang siapa aku kalo dibandingin sama Adam? Aku cu--""Vin!" Aleta akhirnya bersuara, ia menyingkirkan g

DMCA.com Protection Status