Clarisa Rasyadita mulai mengenang pertemuannya pertama kali dengan Dion Putra Darmawangsa. Saat kedua orangtua Dion berkunjung ke rumahnya kondisi mereka dalam keadaan sedang tidak baik-baik saja.
Darmawangsa dan istrinya terlihat menangis dihadapan ayah dan ibunya. Saat itu Risa memang tidak mengerti alasan mereka datang kemudian ibu Dion menangis sambil memohon kepada ayahnya.Terlihat saat mereka akhirnya terlibat pembicaraan yang cukup serius, sampai datanglah Dion menyusul kedua orangtuanya. Otak Risa mendadak berhenti berpikir, duniapun seakan berhenti dari porosnya. Dia terpana sesaat melihat penampakan seseorang yang terasa sangat mengejutkannya.Sosok tampan dan berwibawa dengan penampilan yang memikat, hidungnya yang mancung, tatapan matanya tajam dan postur tubuhnya yang menawan membuat Risa terpesona jika didepannya kini ada laki-laki impian setiap wanita.Tidak terelakkan pesona yang ditebarkan Dion membuatnya linglung sesaat. Sampai akhirnya terdengar suara yang membuyarkan lamunannya."Ehhmm...Maaf, apa betul ini kediaman Bapak Kevin Raharja? "Dion sengaja mengagetkan gadis didepannya yang sedang bengong saat melihatnya. Sebenarnya didepan dia sudah menyebut identitasnya agar satpam memberinya jalan untuk masuk.Gadis itu hanya mengangguk malu, semburat merah diwajahnya tertangkap sekilas. Dion hanya mendengus pelan, aneh ada apa dengan perempuan ini. Rasanya Dion ingin segera mengajak orangtuanya segera pulang.Itulah awal dari rasa sukanya Risa kepada Dion, sampai akhirnya dia dilamar oleh keluarga Dion. Duh, rasanya tentu saja senang bangeet. Risa sampai berjingkrak saking bahagianya. Dia langsung menjawab iya ketika tiba lamaran tersebut datang.***Risa kini sedang merenung di kamar hotel yang disediakan untuk malam pengantin mereka. Risa yang tadinya sudah tidak sabar menanti kedatangan suaminya sekarang harus mengubur keinginannya dalam-dalam.Sebuah pesan dari ponselnya baru saja dia terima, Dion tidak bisa menemaninya karena ada urusan. Hhh.. Urusan apa?Bukankah ini masih malam pengantin mereka? Dion malah menghindarinya.Risa meremas ujung bajunya pedih, tapi sudahlah mungkin memang benar Dion sedang ada urusan. Lagi pula mereka masih bisa bertemu dimalam-malam berikutnya. Kini Dion sudah menjadi suaminya, apa lagi yang harus dikhawatirkan?Risa mulai melakukan ritual membersihkan wajah dan memakai skin carenya. Dia harus berpikir positif sekarang jangan sampai dirinya diracuni pikiran-pikiran negatif yang akan membuatnya semakin sakit dan ketakutan.Daren yang memergoki saudara kembarnya sedang asyik menghabiskan malam pengantinnya bersama teman-temannya di Club mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan Dion sehingga meninggalkan kamar pengantinnya malah berkumpul disini.Terlihat disudut ruangan saat Dion menikmati minumannya sampai mabuk, bahkan berkali-kali dia melakukannya seolah menyalurkan kemarahannya disana. Lalu bagaimana dengan Risa, ipar cantiknya yang tadi sempat membuatnya terpukau?Daren akhirnya mendekati saudara kembarnya yang sedang menyebut nama Aurel kekasihnya. Wait, apa dia bilang, "Aurel, jangan tinggalkan aku.. Cepatlah kemari aku merindukanmu!! "Hehhh!!..sudah gila rupanya si Dion. Kalau orangtuanya tau kelakuan anaknya bisa habis dia. Daren segera menyeret Dion dan mengantarnya pulang ke hotel, bisa gawat ini kalau seisi hotel tau pengantin laki-lakinya malah kelayapan di club saat malam pengantinnya.Sampai dikamar hotel, Darel segera mengetuk kamar mereka. Dion yang sudah mabuk berat sudah sempoyongan dipapah oleh Daren. Saat pintu terbuka Daren tertegun melihat sosok iparnya dalam balutan baju tidurnya yang cantik."Ya Tuhan, kenapa Dion sampai begini?" Risa segera membuka lebar-lebar pintunya agar Daren leluasa memapah Dion masuk. Dilemparkannya saudara kembarnya itu ke sofa, sambil mendengus marah karena kelakukan Dion.Risa terkejut melihat tindakan Daren, alis matanya terangkat dan matanya mendelik. Daren hanya tersenyum miring, "Urus suamimu kak, aku pergi dulu! " Mendengar suara Daren yang berat Risa terhenyak dan akhirnya mengangguk pelan.Daren segera keluar dari kamar, dari tadi dadanya sudah berdebar tidak karuan. Daren benar-benar terpesona pada kakak iparnya. Dia mengutuk Dion sepanjang jalan, "Dasar bodoh, istri secantik itu malah dibiarkan dimalam pengantin!! "Daren mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Dion sepanjang langkahnya sampai dia puas. Daren juga sempat melihat raut kesedihan diwajah Risa, saudara kembarnya ini memang kurang ajar. Kalau dari awal dia menolaknya padahal Daren bersedia menggantikannya.Kini Risa menatap Dion dengan kecewa, ternyata Dion keluar hanya untuk mabuk. Apakah dia sefrustasi itu sampai meninggalkan malam pengantinnya hanya untuk mabuk?Tiba-tiba terdengar erangan Dion dan memanggil kekasihnya. "Aurel.. Aurel sayangku.. Aku sangat merindukanmu! "Degghh...!! Heh, dia panggil siapa tadi?Aurel.. Siapa perempuan itu, pacarnya kah?Ada yang menghantam dadanya saat itu juga, Risa menatap Dion yang masih tergeletak disofa. Tadinya dia ingin mengganti pakaian suaminya dan memapahnya menuju tempat tidurnya.Memang seharusnya itu yang dia lakukan, namun karena Risa keburu sebal dengan tingkah Dion maka dibiarkannya Dion tetap di sofa. Risa mulai memejamkan matanya ditempat tidur ukuran king size dengan taburan bunga.Kamar hotel ini memang sudah disulap pihak hotel sesuai permintaan mertuanya. Sesaat kemudian Risa sudah mengarungi lautan mimpinya, akibat kelelahan tadi tubuhnya cepat terbuai dalam keheningan malam.Risa sudah tidak peduli lagi dengan kondisi Dion karena dia sendiri butuh istirahat. Apalagi tadi Dion menyebut nama seorang perempuan yang membuatnya marah. Rasa sayangnya kini mulai dipertanyakan, entahlah Risa malas memikirkannya.Keesokan harinya terdengar suara erangan dari seseorang, Dion mulai sadar dan mengangkat kepalanya yang terasa berat. Netranya mulai terbuka, tatapannya liar kesana kemari. "Kenapa aku ada dihotel, hhh..brengsek! siapa yang membawaku kemari. Bukankah semalam aku dengan teman-temanku di club? "Dion terduduk sambil memegang kepalanya, dia melihat pakaiannya juga masih utuh. Sion segera berjalan menuju kamar mandi, saat melihat tempat tidur dia melihat ada seorang perempuan yang masih bergelung dengan selimutnya."Cihh, dasar pemalas. Jam segini masih tidur bukannya bangun menyiapkan baju ganti untuknya malah masih tenggelam dalam mimpinya. Dion segera mengguyur badannya setelah muntah karena perutnya terasa mual akibat minumannya semalam.Suara Dion muntah dikamar mandi ternyata membangunkan Risa dari tidur lelapnya. Matanya mengerjap indah, kemudian mulai melihat sekeliling kamarnya. Risa terduduk kaget, masih berfikir kenapa dia ada disini.Perlahan ingatannya menyadarkannya kalau sekarang dia sudah menjadi seorang istri. Bergegas Risaa bangun dan membereskan tempat tidurnya, dia harus mencuci mukanya dan gosok gigi.Sambil menatap kamar mandi, Risa mulai memikirkan nasib rumah tangganya yang baru dimulai. Ocehan Dion tadi malam membuat hatinya sakit karena dia malah merindukan perempuan lain.Risa ingin Dion jujur padanya alasan menikah dengannya. Ini tidak bisa dibiarkan meskipun dia cinta mati kepada Dion, bukan berarti dia bisa diduakan seenaknya. Umur pernikahan mereka masih dalam hitungan hari, namun tidak elok juga kalau membahas tentang perpisahan.Risa tidak akan berani melakukannya justru dia harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa tetap menjaga keutuhan rumah tangganya."Krek..! " Dion terlihat keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk saja. Buliran air yang masih menempel ditubuhnya membuat Risa lagi-lagi terpana dan meneguk air liurnya.Tubuh Diom benar-benar sempurna, ditambah dengan dadanya yang bidang dan roti sobeknya serasa sedang memanggil Risa untuk mendekatinya. Dion hanya menatap tajam ke arah Risa yang masih terpaku melihat tubuhnya.Tiba-tiba Dion melengos dan berjalan dengan santai dihadapan Risa tanpa mengucap sepatah katapun. Risa baru sadar kalau kelakuannya barusan sangat memalukan, dia benar- benar ingin menguburkan dirinya ke dalam lautan.Muka Risa memerah seperti kepiting rebus, ingin rasanya dia kabur dari hadapan Dion. Sedangkan Dion lagi-lagi hanya meliriknya dan memberi perintah untuk segera mandi kepada istrinya.Risa yang kepergok sedang mengagumi tubuh suaminya berjalan malas menuju kamar mandi. Sedangkan Dion melanjutkan berpakaian santai karena dia masih dalam masa cuti.Dion memang berencana ingin menjemput Aurel ke bandara. Dia sudah sangat merindukan kekasihnya, beberapa hari ini jadwal Aurel memang sangat padat. Sehingga waktu bertemu mereka semakin jarang.Dion bergegas turun dari kamarnya dan menyambar kunci mobilnya untuk segera pergi. Dia juga melewatkan sarapannya pagi ini karena khawatir terlambat menjemput Aurel di bandara.Kini Dion sudah dalam perjalanan, dia berencana sarapan dibandara saja sambil menunggu Aurel. Dion malas bertemu dengan Risa berlama-lama. Sebisa mungkin dia menghindari Risa, khawatir dia juga lepas kontrol.Risa kini semakin cantik dan sikapnya yang polos terkadang membuat Dion gemas. Namun dia harus menepis keinginannya untuk menyentuh Risa meskipun kini mereka sudah halal.Risa yang sudah keluar dari kamar mandi celingukan mencari suaminya. Namun dia tidak
Naira memasuki pesawat dengan setengah berlari, dia takut terlambat. Sampai di pesawat Kinara menghembuskan nafasnya lega. Dia mulai mengambil posisi agar nyaman karena perjalanan yang akan ditempuhnya cukup lama.Aurel masih terus bergelayut manja pada Dion, semua keinginannya sudah dipenuhi oleh Dion. Raut wajah bahagia menghiasi senyuman dibibirnya, ini salah satu alasan Aurel tidak mau melepas Dion.Meskipun kini Aurel seorang model yang sedang naik daun, latar belakang keluarganya sangat sederhana. Aurel bertemu dengan Dion saat dirinya menjalin kerjasama dengan perusahaan yang Dion kelola.Saat itu Aurel mendapatkan kontrak di perusahaan Dion sebagai model salah satu produk perusahaannya. Aurel tentu saja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.Aurel sebelumnya sudah mencari informasi tentang Dion dan keluarganya. Aurel semakin tertarik setelah mengetahui seberapa banyak kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Dion. Sampai akhirnya Aurel menemukan cara untuk mendekati Dion.Keduan
Ternyata pekerjaan Aurel di Surabaya ada hubungannya dengan Devan. Tentu saja Aurel tidak mau melepaskan pekerjaan itu, karena disanalah dia bisa bertemu kembali dengan Devan. Bahkan Devan yang tidak bertemu dengannya selama dua minggu ini sudah merencanakan acara kencan mereka setelah pekerjaan mereka selesai.Dion benar-benar sudah dibutakan cintanya pada Aurel. Padahal penolakan Aurel saat itu memang benar-benar dari hatinya. Pertama kali mereka berpacaran sebenarnya Aurel serius dengan Dion, namun semakin lama Aurel merasa Dion adalah orang yang membosankan dan hidupnya tidak berwarna.Aurel memang suka tantangan, makanya saat bertemu dengan Devan yang menyukai hal-hal yang menantang. Aurel merasa satu frekuensi dengannya. Dua tahun pertama bersama Dion justru malah tidak berkesan apa-apa bagi Aurel.Setelah bertemu dengan Devan semuanya berbeda, justru Aurel memiliki keinginan untuk menikah dan memiliki anak dengan Devan. Sayangnya itu tidak bisa mereka lakukan karena Devan sudah
Hari ini Risa diminta untuk menemui Naira dibutiknya. Banyak hal yang akan dibicarakan setelah kepulangan sahabatnya dari Paris.Risa segera menemui sahabatnya setelah mengantar Dion yang akan berangkat ke kantornya. Risa segera mengambil tangan Dion sebelum dia masuk ke mobilnya. Risa mencium tangan suaminya dengan takzim, perbuatan Risa yang tiba-tiba membuat Dion terperangah.Dion terdiam beberapa saat menatap wajah istrinya terlihat bersemu karena tatapannya. Dion hanya mengangguk kemudian mulai menjalankan mobilnya perlahan. Dari kaca spion Dion melihat istrinya masih terus menatap dirinya.Dion benar-benar kaget dengan sikap istrinya yang sangat menghormati dirinya. Dion menarik nafasnya dalam-dalam, ingin sekali saat itu dia mencium kening istrinya. Namun dia menahan dirinya agar Risa tidak kege-eran, Dion takut Risa semakin berharap lebih pada dirinya.Dion harus berhati-hati dalam bersikap, dia khawatir Risa menganggapnya bersikap manis padanya karena rasa cinta padanya. Cint
Kemarin saat di Paris, Naira juga memberitahu akan ada pertemuan berikutnya kelanjutan bisnis pakaian mereka. Risa hanya manggut-manggut saja, kali ini belum ada ide yang muncul dikepalanya.Naira : "Kamu baik-baik saja kaan? "Risa: "Apakah aku terlihat sakit Nay? "Naira menggeleng pelan.Risa: "Apakah ada pesanan khusus yang harus aku rancang Nay ? "Naira menepuk jidatnya. "Ah ya, ada. Untung kamu ngingetin aku! ""Kemarin sebelum aku ke Paris, aku menyanggupi pesanan seseorang. Dia ingin membuat baju pengantin! "Risa : " Dia mau yang bagaimana? Apa kamu sudah menangani permintaannya?"Naira :" Aku belum menindaklanjuti Sa, aku pikir sebaiknya dia ketemu kamu dulu. Biar kamu tahu yang dia inginkan."Risa : "Boleh, kamu atur saja untuk pertemuannya. Naira mengangguk dan menghubungi pemesan baju itu.Risa kemudian melanjutkan pekerjaannya membuat sketsa baju pengantin yang sudah dipesan, setelah ini dia akan keluar mencari bahan yang cocok bersama assesorisnya.Risa sudah tenggelam
Dion pulang larut, sampai dirumah kondisinya sudah sangat lelah. Dion langsung ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dari shower. Rasa segar kini terasa ditubuhnya, perutnya sudah minta diisi karena tadi hanya memikirkan tentang Aurel yang membuatnya tidak nafsu makan sama sekali.Risa terbangun saat mendengar suara air dikamar mandi, dia mengerjap matanya sejenak kemudian turun dari tempat tidur untuk menyiapkan makanan yang tadi dia beli bersama Naira.Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, Dion mengenakan handuk yang dililit dipinggangnya sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Risa yang ingin masuk kamar untuk memberitahu Dion kalau makanannya sudah disiapkan tertegun sesaat.Tubuh Dion memang membuatnya menegang, dadanya berdebar pelan ingin rasanya mendekati Dion dan memeluknya. Rasa untuk Dion memang sangat luar biasa, meskipun tadi siang dia mendapat cerita dari Naira tentang foto itu.Risa ingin menanyakannya tapi dia khawatir Naira yang nanti j
Risa merasakan malam ini begitu sepi, tadi sore dia diantarkan Naira pulang ke rumahnya. Saat Risa baru tiba dirumah orangtuanya ternyata Naira mengirimkan pesan untuk bertemu dengannya.Namun Risa meminta Naira untuk menjemputnya dirumah orangtuanya. Risa pamit pergi bersama Naira untuk menyelesaikan pekerjaannya. Orangtua Risa memang tidak tahu menahu masalah butik anaknya dan kepemilikannya.Mereka hanya tau kalau Risa bekerja menjadi designer saja. Urusan butik QN memang menjadi rahasia antara Risa dan Naira. Mereka langsung menuju butik dan membuat design gaun pengantin yang diinginkan oleh pelanggannya."Halo Sa, kamu udah pulang belum. Aku sepertinya ngga bisa jemput kamu ke rumah Papi. Masih ada kerjaan yang belum selesai! "Terdengar suara Dion di jalan, suara klakson bersahutan menandakan Dion masih berada dijalan sambil menyetir."Ya ngga pa-pa bang, hati-hati!"Risa malas menjelaskan kalau dia masih berada di butik bersama Naira.Dia masih berkutat dengan payet-payet dan p
Cintya mencengkeram erat dadanya, jantungnya terasa mau loncat saat matanya menatap kedua mertuanya sedang sibuk membawa cucunya ke tempat permainan anak.Kedua anaknya Rama dan Rara terlihat sangat gembira karena diajak jalan-jalan oleh kakek dan neneknya. Mereka juga membawa bi Emi untuk menjaga kedua cucunya.Yandi menatap keheranan saat ditarik tangannya oleh Cintya untuk duduk ditempat lain. Tatapan mata Yandi langsung mengikuti telunjuk Cintya, Yandi langsung memalingkan mukanya kaget melihat anak-anak Cintya ada disana."Dengan siapa Rama dan Rara kesini, Yang? " Yandi bertanya sambil berbisik."Mereka mertuaku dengan pengasuh anak-anakku. Sebaiknya kita pergi dari sini dan cari tempat yang lain saja."" Oke sayang, yuk.. " Merekapun bergandengan tangan segera menyelinap dari keramaian. Namun ternyata kebersamaan mereka tertangkap sepasang mata yang membola saking terkejutnya.Bi Emi mengucek-ngucek matanya, "Bukankah tadi bu Cintya yang sedang bergandengan tangan dengan laki-l
Rafael terluka karena mendengar kabar Naira dilamar oleh Glen. Kesempatan untuk mendekati Naira kini sudah tertutup. Berkali-kali dia menyesali kebodohannya karena mau bekerjasama dengan Karina.Kini Rafael sudah berada di pesawat yang akan membawanya terbang meninggalkan hatinya yang terluka. Tidak disangka semua usahanya untuk mendapatkan hati Naira hanya sia-sia saja.Bahkan kini di kediaman Naira prosesi lamaran itu sedang berlangsung. Terlihat wajah-wajah bahagia yang tidak dapat disembunyikan lagi saat itu, hingga akhirnya kesepakatan tanggal pernikahanpun ditentukan.Mereka akan menikah satu bulan ke depan dengan semua pertimbangan dari kedua belah pihak. Naira dan Glen tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, demikian juga dengan Risa."Selamat ya say, akhirnya sold out juga..!" Naira terkekeh mendengar ucapan selamat dari sahabatnya. "Alhamdulillah ternyata cepet laku jadi ngga bisa lirik-lirik brondong lagi niiih..! " Keduanya cekikikan tanpa bisa dicegah lagi.Leon dan L
Laura terhenyak mendengar penuturan Vania, seolah semuanya biasa saja yang disampaikannya kepadanya. Vania tersenyum smirk melihat reaksi Laura. Dia berharap Laura akan meninggalkan Leon dan dia bisa kembali lagi menjadi kekasih Leon.Perasaan Laura jelas saja langsung tersulut emosi saat mengetahui alasan Leon ingin menikahinya. Seandainya Vania tau kalau Marko sudah menikah dengan Lisa mungkin Vania tidak akan seberani ini.Laura akhirnya mencoba untuk mencari tau dulu apakah benar dengan semua yang dikatakan oleh Vania. "Oh ya, benarkah? Bahkan jika kamu tau kalau sekarang mama Leon sudah menikah dengan papiku?"Kini mata Vania yang membelalak lebar, tidak sadar Vania menutup mulutnya, kemudian dia berteriak, "Apa..! Tidak mungkin. Bagaimana itu bisa terjadi, bahkan yang ku tau mama Lisa sangat membenci pak Marko? "Kini Laura yang tersenyum sinis melihat kekagetan Vania. "Makanya ngga usah sok tau tentang perasaan Leon padaku, kalau kamu juga tidak tau apa-apa tentang keluarga Leo
Braakk..!! Rafael memukul meja didepannya dengan keras. Kini dia tidak bisa lagi menahan kemarahannya, "Semuanya gara-gara kamu Karin, ingat mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan semua rencana kamu!!"Rafael berlalu pergi begitu saja meninggalkan Karina yang masih terhenyak karena kaget dengan gebrakan meja dari Rafael yang hampir saja menghancurkannya.Karina hanya tersenyum kecut melihat Rafael yang berlalu dengan kemarahan. Dia sendiri juga sedang sedih karena kegagalannya mendapatkan Glen.Kini Glen tidak akan lagi memberikan kesempatan pada Rafael untuk kembali mendekati Naira. Bahkan setelah kejadian itu dia segera menemui kedua orangtua Naira dan meminta waktu untuk membicarakan masalah lamarannya untuk Naira."Kamu serius Glen mau melamar Naira?" Papa Naira menyipitkan matanya karena merasa heran, kedua orangtua Naira merasa ini terlalu cepat karena hubungan Naira dengan Glen saja belum ada satu tahun.Namun melihat kesungguhan Glen kepada putrinya, akhirnya papa Naira m
Glen kini bisa bernafas dengan lega, sedangkan Naira masih diam mematung. Buket bunga untuknya dari Rafael sudah dibuang oleh Glen. Meskipun kesal, Glen masih menunggu kata-kata Naira. "Aku minta maaf Glen, tadinya kupikir Rafael hanya main-main denganku. Karena aku sendiri begitu, tidak ada sedikitpun keinginan untuk membohongimu. Hanya aku tadi benar-benar tidak menyangka kalau Rafael serius ingin menjalin hubungan denganku."Glen hanya menarik nafasnya berat, "Nay, aku ngga nyalahin kamu. Aku tau tidak ada perempuan yang bisa menolak pesona Rafael, karena dibandingkan dengan aku mungkin Rafael banyak memiliki kelebihan. Dan aku tidak akan memaksa kamu untuk terus mencintaiku jika kamu sendiri sudah tergoda dengannya."Deggh..!! Naira melotot horor ke arah Glen yang terlihat serius dengan kata-katanya. "Sebentar Glen, kamu pikir aku sudah tergoda dengan Rafael? Terus kenapa sekarang aku masih bersamamu?"Kini Glen yang gelagapan, dia keceplosan. Tanpa disadarinya itu pasti membuat
Rafael terbelalak melihat dirinya dalam video itu bersama Karina sedang merencanakan akan membuat Naira jatuh cinta padanya. Bahkan Karina terlihat sangat emosional ketika menyampaikan rencana yang ada di kepalanya.Semangat Karina untuk menjauhkan Naira dengan Glen terlihat tidak main-main dalam video tersebut. Melihat perubahan di wajah Rafael membuat Naira cukup terkejut, karena baru kali ini Naira melihatnya secara langsung."Naira, awalnya aku memang hanya ingin membantu Karina. Dia itu masih sepupuku. Namun seiring berjalannya waktu, aku malah semakin tertarik padamu. " Terlihat Rafael mulai mengatur nafasnya yang kini mulai tidak teratur."Aku mohon percayalah padaku kalau aku sekarang benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin serius menjalani hubungan denganmu, bukan karena rencana Karina tapi ini murni dan tulus dari hatiku. "Naira hanya terdiam, dia tidak berani menjawab sedikitpun. Naira masih shock dengan ungkapan perasaan Rafael padanya. Dia juga tidak menyangka kalau R
Jodoh memang tidak akan lari kemana, meskipun mereka harus menikah dulu dengan orang lain. Akhirnya takdir kembali mempersatukan mereka. Marko tersenyum kembali mengingat perjuangannya untuk kembali pada Lisa."Sayang, kok senyum-senyum sendiri sih!" Lisa menghampiri Marko dan memeluknya erat. Marko tersenyum gemas melihat kemanjaan istrinya. "Bee, siap-siap makan malam bareng Robert dan Rere yuk? "Lisa menatap mata elang Marko, "Memangnya ada acara apa sayang? " Marko mengedikkan bahunya, "Tadi pagi kan aku sudah bilang padamu Bee? "Lisa tertawa geli, "Maaaf.. Lupa sayang." Marko mencubit dagu istrinya mesra, "Lupa melulu, akibat faktor U yaa..? ""Apa tuh.. Kok faktor U? " Marko tertawa, "Usia kita sudah banyak Bee." Mereka saling menatap dan tertawa lagi. Kini mereka sudah siap berangkat. "Eh, sebentar Bee, aku lupa memberitahu Leon dan Laura."Lisa mengangguk dan menunggu Marko menghubungi Laura. Merekapun berangkat ke restoran yang sudah dipesan Robert dan Rere. Pertemuan yang
Gea tersenyum saat melihat Surya baru tiba setelah seharian bekerja. Dia melihat semangat suaminya kini mulai kembali menyala. Usia Gea dan Surya memang terpaut cukup jauh, namun bagi Gea itu bukan masalah. Di dalam diri Surya terlihat sosok ayahnya di sana."Sayang, kok masih di luar ? Ayo masuk sebentar lagi adzan maghrib tidak baik juga buat Ruby." Gea tersenyum dan menghampiri suaminya, "Kami menunggumu pulang, dari tadi Ruby menanyakanmu. Entah kenapa dia terlihat khawatir."Surya terkekeh sambil memeluk Gea dan masuk ke dalam. Disinilah mereka tinggal sekarang, jauh dari keramaian dan suasana pedesaan masih terasa kental. Gea sendiri tidak mempermasalahkannya, selama dia masih bersama Surya baginya itulah kebahagiaan yang sebenarnya."Papa kok pulangnya terlambat, masih sibuk ya?" Putri cantiknya ini berbeda dengan Reva, dia memang selalu ingin dekat dengannya setelah mengetahui dirinya adalah papanya yang selama ini dirindukannya.Surya merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai di
Keputusan Rayyan sudah tidak bisa diganggu gugat. Dia sudah mengurus semuanya, dengan bantuan Om Steve semuanya bisa ditangani dengan cepat. Meskipun kakek dan neneknya melarang, Rayyan tetap pergi ke Jerman.Kirey hanya bisa melepas Rayyan dengan doa. Sikap Rayyan memang seperti dirinya, hampir semua sikap anak-anaknya diturunkan darinya. Hanya dari fisik saja mereka seperti Surya namun yang lainnya seperti Kirey.Reva menangis melepaskan kepergian Rayyan di bandara bersama keluarganya. Akhirnya mereka mengalah mengikuti kemauan Rayyan, apalagi Rayyan cucu laki-laki satu-satunya.Mereka berpelukan sesaat sebelum Rayyan dan Vira memasuki pesawat. Pandangan Kirey semakin hampa melihat buah hatinya pergi jauh ke ke negara orang. Sedangkan Surya hanya melepas Rayyan dari kejauhan.Surya enggan bertemu dengan Kirey dan keluarganya. Namun tatapan rindu untuk putrinya yang kini sudah remaja membuatnya hanya bisa terharu. Dari jauh Surya menatap putri kesayangannya.Merasa ada yang memperhat
Rayyan terlihat enggan mengikuti kemauan adiknya. Biarlah ini jadi pelajaran untuk mama dan kakek neneknya meskipun sepertinya mereka masih juga tidak menyadari kesalahan mereka.Tiba-tiba ponselnya di nakas terdengar nada deringnya berbunyi memanggil. Rayyan melirik penelfonnya ternyata Vira kekasihnya. "Halo sayang, tumben telfon biasanya kirim pesan doang? "Vira terkekeh geli, "Sayang, kamu bisa ke caffe Brown ngga? Aku tadi mampir ke sini sekalian ada yang mau omongin ke kamu, penting loh.. Aku tunggu ya? ""Lah, kalo mau ngomong mah ditelfon aja neng, ngapaian harus ke caffe? " Rayyan memang sedang dalam mode malas bertemu siapapun termasuk Vira kekasihnya yang sudah dia pacari selama satu tahun ini."Ishh.. Kamu mah kebiasaan mager aja, sebentar kesini pokoknya aku tunggu, awas kalo ngga datang! " Kini Rayyan terkekeh, "Dih, bisanya ngancam. Bentar lagi ngambek deh..! ""Rayyan..!! Kebiasaan pisan kamu tuh bikin orang kesel aja. Udah deh, sekarang ke sini ditunggu ngga pake lam