Home / Romansa / Rahasia Kematian Syakila / Bab 6 - Menit Sebelum Pernikahan

Share

Bab 6 - Menit Sebelum Pernikahan

Author: aleevani
last update Last Updated: 2022-12-23 11:00:00

Arsyila membatu. Mata coklatnya tak lepas dari cermin yang memantulkan bayangannya menggunakan gaun pengantin. Seharusnya Syakila yang dia lihat di dalam cermin itu sekarang. Tapi kenapa? Tubuh Arsyila hampir ambruk saat merasakan kakinya yang mendadak lemas. Beruntung bibi Megy bergerak lebih cepat menopang tubuh Arsyila.

“Sudah kubilang jangan bergerak dulu!”tegur bibi Megy menggotong tubuh lemas Arsyila dibantu para perias pengantin yang mendandani Arsyila. Mereka membawa Arsyila kembali ke atas ranjangnya. Sesaat Arsyila terlihat linglung. Gadis itu menggeleng saat bibinya menyodorinya minum. Mata Arsyila yang di penuhi kebingungan menatap sekelilingnya dengan panik.

“Di-dimana Kak Kila?”tanya Arsyila pada sang bibi dengan suara bergetar. Bibi Megy tampak terdiam, ekspresi wajahnya berubah jadi tegang. Arsyila mengguncang tubuh sang bibi sambil terus bertanya, namun bibi Megy sama sekali tak menjawab. Air mata yang turun dari sepasang mata wanita itu seolah menjawab segalanya.

“Ti-tidak mungkin,” gumam Arsyila lemah kembali turun dari ranjangnya. Orang-orang disekitarnya berusaha menahan Arsyila, namun Arsyila terus memberontak. Arsyila harus mencari kakaknya!

“Lepaskan aku!”teriak Arsyila berusaha melepaskan diri. Sayang, tubuhnya yang lemah tidak akan mampu melawan lima orang yang memeganginya.

“Apa kalian sudah selesai?” Kemunculan nyonya Derin dari balik pintu menyita perhatian semua orang. Kesempatan itu tak disia-siakan Arsyila untuk melepaskan diri dari mereka. Arsyila segera berlari menghambur ke ibunya.

“Ibu, Ibu, di-dimana kakak? Di-dimana kakak sekarang?”tanya Arsyila dengan suara bergetar. Mata coklatnya yang berkaca-kaca menatap lekat wajah nyonya Derin yang tampak pucat. Nyonya Derin tak juga menjawab. Ketakutan mulai melanda hati Arsyila. Arsyila mengguncang tubuh nyonya Derin, manatap matanya lekat untuk mencari jawaban. Namun nyonya Derin justru memalingkan muka, menghindari tatapan Arsyila.

“Ibu?”panggil Arsyila berusaha membuat nyonya Derin menatapnya. Namun begitu Arsyila berhasil menatap wajah ibunya, ketakutan yang lebih besar menghantamnya. Tetesan air bening mulai jatuh dari sepasang mata coklat Arsyila.

“Kenapa kalian semua diam?! Apa yang terjadi sebenarnya?! Kakakku, kakakku harusnya menikah hari ini … mengapa?” Suara Arsyila semakin mengecil. Mata coklatnya kini menatap pantulan dirinya di depan cermin. “ … mengapa aku memakai gaun pengantin yang searusnya dipakai kakak?”

Arsyila kembali menatap ibunya. Lagi-lagi nyonya Derin memalingkan wajah, terlihat sangat berat untuk menjawab pertanyaan Arsyila. “Ibu?!”teriak Arsyila tak tahan dengan kebisuan ibunya. Air mata kini memasuh wajah nyonya Derin. Bahu wanita paruh baya itu bergetar. “Maafkan aku,” lirih nyonya Derin menggenggam erat kedua tangan Arsyila. “Kau harus menggantikan kakakmu menikah, Syila,” ucap nyonya Derin bagai petir di tengah terik matahari bagi Arsyila.

Untuk beberapa saat Arsyila terdiam. Mata coklatnya tak berkedip menatap ibunya. Kenyataan tentang Syakila masih belum bisa Arsyila terima, lalu sekarang Arsyila harus dihadapkan dengan situasi yang membingungkan. Sebenarnya, permainan macam apa ini, Tuhan?! Rasanya otak Arsyila tidak bisa mencerna apa-apa.

“A-apa, apa maksudnya ini, Ibu? Dimana kakakku? Ke-kenapa aku memakai gaun pengantin kakak? Kenapa aku … harus menikah?” tanya Arsyila rancu menatap nyonya Derin dengan kebingungan. Namun nyonya Derin tampaknya tak ingin memberikan penjelasan.

“Kita tak punya waktu banyak untuk bersiap. Cepat rapikan penampilannya! Kita akan segera berangkat!” seru nyonya Derin pada orang-prang di belakang Arsyila. Mendengar perintah sang tuan rumah, para perias pengantin segera menarik tubuh Arsyila kembali ke ranjangnya, dimana peralatan make up mereka masih bercecer di sana.

“Aku tidak mau! Ibu, jelaskan padaku! Dimana kakakku?! Aku mau melihat kakakku!” Arsyila memberontak, berteriak lebih keras hingga nyonya Derin mau memberikannya penjelasan.

“Kila sudah diurus Ayahmu. Kau baru bisa melihat kakakmu setelah selesai menikah,” jawab nyonya Derin namun belum cukup memuaskan Arsyila.

“Aku tidak mau! Aku ingin bertemu kakak sekarang!”teriak Arsyila memberontak lebih keras. Orang-orang yang memegangi Arsyila mulai terlihat khawatir, takut gaun yang dipakai Arsyila robek karena gerakan Arsyila yang tak terkendali.

“Arsyila!”teriak nyonya Derin tak kalah keras membuat Arsyila berhenti memberontak.

“Jawab aku, kumohon,” mohon Arsyila tampak masih belum ingin menyerah. Dengan susah payah Arsyila menelan ludahnya. Mata coklatnya tak lepas dari netra ibunya. “Apa …” bibir Arsyila tampak bergetar. Lidahnya terasa kelu seperti apa yang akan ditanyakan Arsyila adalah sesuatu yang sangat menakutkan. “Apa kakak … apa kakak masih hidup?”

Nyonya Derin tampak terkesiap. Netra tuanya bergetar untuk sesaat menatap putrinya yang terlihat putus asa. Arsyila kembali menjatuhkan air matanya saat nyonya Derin menggelengkan kepala sambil terisak.

“Merlina,” panggil tuan Derin yang tiba-tiba masuk, langsung memeluk istrinya. Menenangkan nyonya Derin yang masih terisak-isak.

“Kita tidak punya waktu lagi,” ucap tuan Derin kali ini menatap Arsyila yang masih mematung di tempat. “Ayah?” Tuan Derin menghampiri Arsyila, menggenggam tangan putrinya kemudian melakukan hal yang sangat mengejutkan. Arsyila terkesiap saat tiba-tiba sang ayah berlutut di depannya.

“Aku tau, ini sulit diterima. Tak hanya bagimu, ini berat untuk kita semua. Jadi, Ayah mohon, untuk sekali ini saja. Tolong, dengarkan kami! Kakakmu harusnya menikah hari ini. Tapi, dia … dia tidak bisa. Ayah mohon, gantikan kakakmu menikah. Ayah mohon!” Mohon tuan Derin menundukkan kepalanya di atas kedua tangan Arsyila yang ada dalam genggamannya.

“Lihatlah! Ayahmu bahkan rela berlutut di depanmu! Tidak bisakah kau tidak berkeras kepala sekarang?!”teriak nyonya Derin menyadarkan Arsyila yang masih terdiam. Arsyila menatap kedua orang tuanya bergantian. Gadis itu tampak linglung. Otaknya sama sekali tak bekerja. Bagaimana bisa Arsyila memutuskan hal besar ini dengan cepat? Bahkan di depannya sama sekali tidak ada pilihan.

“Arsyila!”teriak nyonya Derin sekali lagi membuat Arsyila tersentak. Dengan berlinangan air mata Arsyila akhirnya menganggukkan kepalanya.

Arsyila tak lagi bicara setelahnya. Gadis itu hanya menurut saat orang tuanya menariknya menuju mobil yang telah mereka sewa. Bibi Megy yang duduk di samping Arsyila terus menyeka wajah Arsyila menggunakan tisu saat air mata gadis itu terus saja turun dari kedua netra coklatnya.

“Berhentilah menangis, Syila,” ucap bibi Megy khawatir riasan Arsyila luntur sepenuhnya. Arsyila menatap wajah bibinya yang terlihat cemas, kemudian memeluknya. “Kenapa ini terjadi, bibi? Hari ini kita semua berduka. Lalu, bagaimana bisa aku menikah? Aku … bahkan belum mendapatkan ijazah,” racau Arsyila berbisik lemah pada bibinya. Netra coklat yang selalu cerah itu hari ini kehilangan sinarnya. Arsyila hanya bisa pasrah saat takdir pahit menyeretnya.

Tepat saat mobil berhenti, seseorang berlari keluar dari gereja berbisik pada tuan Derin yang baru saja turun dari mobil untuk segera bergegas. Mempelai pria sudah menunggu di dalam bersama pendeta. Pengantin wanita dipersilakan masuk bersama walinya.

Arsyila menelan ludahnya, dengan ragu mulai melingkarkan tangannya di lengan tuan Derin. Kakinya yang terasa semakin berat terus dia paksa untuk berjalan di samping sang ayah. Arsyila semakin mengeratkan pegangan tangannya di lengan sang ayah saat berjalan di atas altar. Kepalanya tertunduk. Mata coklatnya hanya terus menatap lantai yang dia pijak, tak berani sedikitpun menatap ke depan dimana pendeta dan pria yang seharusnya menikah dengan kakaknya berdiri menunggunya. Arsyila masih belum bisa percaya sepenuhnya. Ini seperti mimpi buruk baginya. Hari yang seharusnya jadi hari bahagia di keluarganya, seketika jadi duka yang melekat di jiwanya.

***

Related chapters

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 7 ; Hari Pernikahan

    Sebagian besar wanita akan menganggap hari pernikahan mereka adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidupnya. Dimana itu mungkin hanya akan terjadi sekali dalam hidup mereka.Ya, tentu saja! Itulah kenapa semua wanita ingin menjadi wanita yang paling cantik di hari pernikahannya. Sudah seharusnya begitu. Sayangnya itu tidak akan berlaku untuk Arsyila. Karena Arsyila tidak pernah mengira bahwa hari ini dirinya akan menjadi pengantin wanita, menggantikan sang kakak. Penampilan pengantin wanita sungguh jauh dari kata sempurna. Rambut coklat Arsyila dibiarkan terurai bebas. Mereka bahkan masih terlihat kusut meski Arsyila memakai veil di kepalanya. Para perias tidak memiliki waktu yang cukup untuk menata rambut Arsyila. Riasan di wajah Arsyila juga tidak sempurna. Sebagian riasannya terhapus karena air mata Arsyila. Jika bercermin sekarang, Arsyila pasti akan mengasihani dirinya. Dirinya terlihat menyedihkan meski memakai gaun pengantin yang mewah. Arsyila bel

    Last Updated : 2022-12-25
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 8 ; Hari Pemakaman

    Dingin. Itulah yang dirasakan Arsyila saat menyentuh kulit pucat Syakila dan mencium kening sang kakak untuk terakhir kali. Dimata Arsyila saat ini Syakila seperti seperti seorang putri tidur dalam dongeng. Syakila tampak cantik dalam balutan gaun warna putih dengan senyum yang menghias wajahnya. Dia seperti sedang menunggu pangeran menciumnya dan membebaskanya dari kutukan. Tunggu sebentar! Jika ini sama seperti cerita dongeng, mungkinkah mata amber Syakila akan kembali terbuka?“Bisakah Anda mencium kakakku?”tanya Arsyila pada Reyga yang masih setia berdiri di samping peti sang kakak. Hanya pria itu satu-satunya orang yang ada bersamanya sekarang. Meskipun tanpa menoleh ke arah Reyga, Arsyila yakin pria itu mendengar permintaannya. Tapi pria itu hanya diam saja. Arsyila tertawa pelan, mentertawakan kebodohannya. Sepertinya dirinya sudah tidak waras dengan menyuruh orang lain mencium seorang mayat. Sebuah tangan terulur di depan wajah Arsyila, membantu Arsyila b

    Last Updated : 2022-12-26
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 9 ; Sementara Tinggal

    Tangan Arsyila yang menggenggam bunga lily putih terlepas, bersamaan dengan suara pintu kamar yang diketuk dari luar. Gadis itu terkesiap, secara reflek berbalik menatap sumber ketukan yang mengejutkannya.“Syila, keluarlah untuk makan!”suara cemas nyonya Derin dari balik pintu terdengar. Arsyila menghela napasnya. Gadis itu segera duduk di atas ranjang Syakila saat nyonya Derin membuka pintu kamar.“Aku akan turun nanti, aku ingin sendiri sekarang,” jawab Arsyila dingin tanpa menoleh ke arah nyonya Derin. Nyonya Derin menghela napasnya, menatap Arsyila sedih. Biasanya wanita paruh baya itu akan mengomeli Arsyila, tapi mungkin mulai hari ini wanita itu tidak akan melakukannya. Tanpa mengatakan apa-apa nyonya Derin kembali menutup pintu kamar, meninggalkan Arsyila sendirian.“Tidak mungkin,” gumam Arsila mirip sebuah bisikan. Tangannya menggenggam erat seprai yang didudukinya. Mata coklat Arsyila menatap horor bunga lily yang tergeletak di bawah kakinya. Ar

    Last Updated : 2022-12-27
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 10 ; Laci Rahasia Syakila

    Lampu kamar menyala, sosok nyonya Derin tampak berdiri di depan pintu setelah pintu kamar Syakila benar-benar terbuka. Arsyila menutup kedua matanya rapat, berusaha mungkin menenangkan jantungnya yang berdetak cepat.“Tidak ada apa-apa. Biarkan dia istirahat. Kau pasti salah dengar.” Suara tuan Derin terdengar menenangkan nyonya Derin yang gelisah.“Aku mendengar suara benda jatuh tadi,” ucap nyonya Derin hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Namun tuan Derin mencekal tangan istrinya. “Sudah malam, kita juga harus istirahat.”Nyonya Derin kembali melangkah mundur. Menurut saat tuan Derin menariknya keluar kamar. Tak lama lampu kamar kembali dimatikan, suara pintu kamar yang ditutup terdengar.Arsyila menghembuskan napasnya, sepasang matanya telah terbuka. Tadi saat melihat gagang pintu yang bergerak, Arsyila dengan cepat melompat ke ranjang. Menutupi tubuhnya dengan selimut dan kembali berpura-pura terlelap. Beruntung waktunya pas.

    Last Updated : 2022-12-28
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 11 ; Pria di Pemakaman

    Ekspresi aneh yang ditunjukan kasir pria itu membuat Arsyila merasa bingung. Adakah yang salah dengan pertanyaannya? Dalam hati Arsyila bertanya-tanya. Setelah beberapa detik pria itu tersenyum, kembali memasang wajah ramahnya.“Maaf nona, sebenarnya itu bukan permen,” jawab pegawai pria itu tampak enggan. “Sudah kuduga, ini bukan permen. Lalu makanan macam apa ini?” tanya Arsyila kembali sambil membolak-balik kotak merah mungil di tangannya.“Itu … juga bukan makanan,” jawab pegawai pria itu terlihat salah tingkah. Mendengar jawaban pegawai pria, Arsyila tampak terkejut.“Lalu apa ini?” tanya Arsyila kembali mengangkat kotak merah di tangannya, mengangkatnya lebih tinggi. Lagi-lagi ekspresi aneh ditunjukkan oleh si pegawai pria. Beberapa kali bibir pria itu terbuka tertutup, terlihat sulit menjelaskan. Melihat rekannya mengalami kesulitan, seorang pegawai wanita datang. “Ada yang bisa dibantu, nona?”tanya pegawai wanita itu ramah pada

    Last Updated : 2022-12-29
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 12 ; Lengan Bertato Naga

    Dahi Arsyila berkerut merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti tubuhnya jatuh lalu berguling-guling hingga menyebabkan tulangnya rontok semua. Benar, kini Arsyila ingat dirinya baru saja jatuh karena sebuah batu besar, di sebuah gang menyeramkan, di tengah-tengah hujan lebat. Seketika Arsyila membuka kedua matanya. Bola matanya berputar, menatap sekitar dengan tatapan ketakutan. Apa dia telah mati dengan mengenaskan menyusul sang kakak? Langit-langit putih dan cahaya lampu yang menyilaukan jadi yang pertama menyambut Arsyila. Ini bukan surga, Arsyila tau itu. Dimana dirinya sekarang? Arsyila berusaha bangun,namun seorang wanita muda berseragam biru tua tiba-tiba muncul dan menghentikannya.“Oh, Anda sudah bangun! Berbaringlah sebentar!” Arsyila menurut saat wanita berseragam itu membantu membaringkan kembali tubuhnya. Dari penampilannya, wanita itu mirip dengan seorang perawat. Tunggu, perawat?Arsyila kembali menatap sekelilingnya. Saat

    Last Updated : 2022-12-30
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 13 ; Rentetan Pertanyaan

    “Terimakasih,” ucap Arsyila menerima sebungkus roti gandum dari pria yang baru saja Arsyila robek kemejanya. Sepertinya Arsyila memiliki bakat alami untuk mempermalukan diri. Setelah merobek kemeja seorang pria, perutnya dengan tak tau malu meraung meminta jatah makan. Karena itulah sekarang dirinya berakhir di sini, di teras sebuah toko roti yang letaknya tepat di sebelah klinik tempat pria itu membawa Arsyila.Hujan sudah berhenti ketika Arsyila keluar. Matahari tidak terlihat, dan langit masih terlihat suram. Arsyila memperbaiki posisi duduknya dengan tidak nyaman, kemudian melirik pria itu diam-diam. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Merasa malu sekaligus penasaran. Arsyila belum tau siapa sebenarnya pria yang duduk di sebelahnya, namun Arsyila sudah banyak sekali mempermalukan dirinya dan membuat pria itu kerepotan. Sungguh, Arsyila ingin menghanyutkan wajahnya sekarang. Sadar akan tatapan Arsyila, pria itu menoleh, membuat Arsyila cepat-cepat mengalihkan ta

    Last Updated : 2022-12-31
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 14 ; Zhou Alderic

    “Foto yang mana?” Jantung Arsyila mulai berdebar saat pria itu memberinya tatapan tajam. Dengan susah payah Arsyila menelan ludahnya. Sebenarnya Arsyila belum terlalu yakin jika pria dalam foto yang ia temukan adalah pria yang saat ini ada di depannya. Tapi melihat reaksi pria itu, sepertinya mereka memang orang yang sama. Ditambah, tato di lengan mereka benar-benar serupa.“Aku akan menunjukkan foto itu. Tapi kau harus jawab dulu semua pertanyaanku,” ucap Arsyila memberanikan diri. Pria itu diam. Untuk beberapa saat Arsyila merasa gelisah. Takut pria itu kembali mengabaikannya dan benar-benar pergi seperti sebelumnya.“Aku tidak berbohong! Foto itu, aku membawanya sekarang!”tegas Arsyila berusaha meyakinkan pria itu. Dengan terburu tangan Arsyila menurunkan tas hitamnya, namun belum sempat membuka tasnya, pria itu bicara.“Namaku Zhou, Zhou Alderic. Aku teman kuliah kakakmu,” ucap pria terdengar lebih bersahabat. Pria itu mulai membuka topi dan maskernya

    Last Updated : 2023-01-01

Latest chapter

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra III : Kelahiran Aluna

    Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra II : Salah Tingkah

    Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra I : Tidur Bersama

    “Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 104 ; Akhir Bahagia

    “Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 103 ; Keputusan Perceraian

    “Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 102 ; Panti Asuhan

    “Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 101 ; Persidangan

    Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 100 ; Coklat Panas Tengah Malam

    Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 99 ; Kebenaran yang Diungkap

    “A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status