Home / Romansa / Rahasia Kematian Syakila / Bab 5 ; Malam Sebelum Pernikahan

Share

Bab 5 ; Malam Sebelum Pernikahan

Author: aleevani
last update Last Updated: 2022-12-04 19:53:38

Arsyila menggeliat dalam tidurnya. Sudah lima malam Arsyila tidak menggunakan kasur di kamarnya. Gadis itu memilih tidur bersama Syakila di kamar sang kakak. Awalnya Syakila menolaknya, tapi karena Arsyila yang memaksa akhirnya mereka memutuskan tidur sambil berdesakan di atas kasur sempit Syakila. Begitu pula malam ini, Arsyila tidur sambil mendekap erat Syakila karena ini adalah malam terakhir sebelum Arsyila berpisah dengan sang kakak.

Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, Arsyila tak pernah terbangun di tengah malam selama tertidur di kamar Syakila. Namun malam ini sesuatu mengusik tidurnya. Samar-samar Arsyila mendengar suara isakan. Awalnya Arsyila mengabaikannya, namun lama-lama suara isak tangis itu semakin terdengar jelas.

Mata coklat Arsyila terbuka. Menoleh, menatap rambut hitam Syakila yang sedang tidur memunggunginya. Meski dalam gelap Arsyila masih bisa melihatnya. Suara isak tangis itu kembali terdengar, bersamaan dengan punggung Syakila yang mulai terguncang. Syakila menangis?!

“Kakak?”panggil Arsyila pelan membuat suara isakkan Syakila berhenti seketika. Gadis berambut hitam itu terlihat tengah menghapus air matanya saat Arsyila menghidupkan lampu kamar.

“Kakak, kenapa kau menangis?”tanya Arsyila panik sambil menghapus air mata sang kakak. Sangat jarang melihat sang kakak menangis, karena itulah Arsyila merasa sangat cemas.

“Tidak apa-apa. A-aku hanya, hanya … merasa sedih karena besok harus berpisah dengan semuanya,” jawab Syakila tampak kesulitan bicara. Air mata kembali meleleh dari mata ambernya.

“Dasar, padahal kupikir hanya aku yang akan menangis saat kita berpisah. Ternyata kau lebih cengeng,” ejek Arsyila membuahkan senyum di bibir Syakila.

“Kakak, besok adalah hari pernikahanmu. Kau harusnya merasa bahagia, bukan menangis seperti ini. Jangan sampai besok mata pengantin wanita bengkak di hari pernikahan. Jadi, tersenyumlah!” Arsyila menarik kedua pipi Syakila hingga kedua sudut bibir sang kakak melekungkan senyum.

“Besok adalah hari terakhir kita bersama, bagaimana aku tidak merasa sedih?”

“Siapa bilang besok hari terakhir kita bersama? Kakak, kita akan terus bersama-sama!” Arsyila menggenggam kedua tangan Syakila sambil tersenyum lebar. Melihat keyakinan di wajah Arsyila membuat Syakila merasa heran.

“Kau akan pergi dan tinggal di Oswald bersama kakak ipar. Lalu aku, aku akan mendaftar di universitas yang ada di Oswald juga. Jadi, kita bisa sering-sering bertemu di sana!”ucap Arsyila dengan semangat. Arsyila kira Syakila akan sesenang dirinya, namun raut wajah yang ditunjukkan Syakila justru sebaliknya.

“Kakak tidak senang?” tanya Arsyila membuat Syakila berusaha melekungkan bibirnya. “Bukan begitu,” jawabnya.

“Syila, bagaimana jika kita tidak bisa bertemu sama sekali?” tanya Syakila tiba-tiba.

“Jika kau tidak bisa menemuiku, maka aku akan mencari cara untuk menemuimu!”jawab Arsila enteng membuat Syakila sesaat tercenung. Arsyila tersenyum lebar, senyum yang membuat Syakila tertular.

“Baiklah. Tapi jika kau tidak bisa menemukan cara apapun ….” Arsyila terkejut saat jari kelingkingnya di tautkan dengan kelingking Syakila. “… Kau akan hidup dengan bahagia. Baik dengan atau tanpa aku. Itu adalah janji!” tegas Syakila mengangkat jari kelingking mereka yang sudah tertaut.

“Kau juga harus bahagia,” jawab Arsyila menggoyangkan jari kelingking mereka. Arsyila merasa Syakila terlalu emosional malam ini. Seperti bukan Syakila yang biasanya. Tapi Arsyila bisa memakluminya. Banyak wanita yang merasa stress menjelang pernikahannya. Mungkin Syakila berada di titik itu sekarang.

“Syila, kakak sangat meyayangimu,” bisik Syakila membenamkan wajahnya ke bahu Arsyila sambil memeluk adik semata wayangnya. Melihat sikap manja yang jarang ditunjukkan oleh Syakila membuat Arsyila tersenyum. Gadis itu membalas pelukan sang kakak.

“Aku juga sangat meyayangi kakak. Aku juga yakin kakak ipar juga sangat meyayangimu, sama sepertiku. Karena itulah jangan khawatir,” ucap Arsyila dengan mantap.

“Bagaimana kau bisa yakin?” Syakila melepaskan pelukannya, sedikit menjauhkan wajahnya agar bisa memandang Arsyila.

“Tentu saja, lihat! Semua bunga itu, bukankah semua itu dari kakak ipar? Itu membuktikan seberapa banyak dia mencintaimu!” Arsyila menunjuk jejeran buket bunga mawar merah yang disusun Syakila di atas lemarinya. Total ada lima buket bunga yang ada di sana, sebagian daun dan bunganya tampak mengering dan berguguran.

“Dia benar-benar mencintaimu,” ulang Arsyila tersenyum dengan wajah yang bersemu. Arsyila ingat saat dia menemukan buket bunga itu di pagi hari di hari tertentu di depan rumahnya.

“Syila, bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak langsung menilai sesuatu hanya dari luarnya saja?” Senyum Arsyila memudar, dahi gadis itu mulai berkerut mendengar perkataan kakaknya.

“Kau selalu bilang begitu. Apa kau tidak percaya pada cinta kakak ipar?”

“Tidak,” jawab Syakila cepat membuat Arsyila terperangah. “Ayo cepat kembali tidur! Tidak boleh ada mata panda di mata pengantin wanita besok,” lanjut Syakila segera kembali berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Arsyila yang masih merasa tidak terima dengan jawaban Syakila berusaha mengajak Syakila berbicara.

“Bagaimana bisa begitu? Kakak ipar tampan, dia juga sangat perhatian seperti itu. Tidakkah hatimu berdebar?”celoteh Arsyila segera terhenti saat Syakila menariknya hingga jatuh ke atas kasur dan langsung membungkam mulut Arsyila dengan telapak tangannya.

“Tidur!”perintah Syakila memeluk erat Arsyila. Akhirnya Arsyila menutup mulutnya. Bibir gadis itu merekahkan senyum. Mata coklatnya dipejamkan setelah mencium pipi Syakila. Mereka tidur sambil saling berpelukan erat. Malam yang begitu tenang, tanpa Arsyila tau itu hanya ketenangan sesaat sebelum badai besar tiba.

***

Keringat dingin terus keluar membasahi kening Arsyila. Bibir gadis itu bergetar bersamaan dengan keluarnya igauan rancu yang tidak jelas. Kedua matanya masih terpejam, namun Arsyila terus saja melihat sesuatu yang mengerikan. Darah, Arsyila melihat darah dalam mimpinya. Darah yang sangat banyak, mengelilinginya seperti hendak menenggelamkannya. Napas Arsyila semakin terasa sesak, saat Arsyila berpikir dirinya akan sekarat, seseorang mengguncang tubuhnya hingga Arsyila benar-benar membuka kedua matanya.

Sepasang mata coklat Arsyila terbuka lebar. Napasnya terengah-engah, Arsyila merasa seperti baru saja berlari berkilo-kilo jauhnya. Sangat lelah. Begitu mata Arsyila terbuka, hal pertama yang dilihat Arsyila adalah sosok bibi Megy yang terus memanggil namanya. Kepanikan tampak jelas di wajah sang bibi. Arsyila mengedarkan pandangannya. Dahinya berkerut saat melihat banyak orang yang mengerumuninya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?

Arsyila kembali menutup kedua matanya, mengabaikan suara sang bibi dan orang-orang di sekitarnya yang terus bertanya tentang keadaannya. Kepalanya terasa pusing. Arsyila ingat sebelumnya dia disuruh ibunya untuk membantu kakaknya bersiap. Namun sampai di kamar kakaknya …..

Sekali lagi kedua mata coklat Arsyila terbuka lebar. Perutnya mendadak bergejolak saat Arsyila mengingat dengan jelas bagaimana dia bisa kehilangan kesadaran. Dengan terburu Arsyila turun dari ranjangnya, membuat orang-orang yang mengerumuninya bertambah panik. Dengan sedikit sempoyongan Arsyila berlari hendak ke kamar mandi. Langkahnya jadi terasa semakin sulit. Entah apa hanya perasaannya saja, Arsyila merasa gaunnya terasa lebih berat dari yang dia ingat.

Langkah Arsyila terhenti saat dirinya melewati sebuah cermin besar di kamarnya. Sepertinya dia baru saja melihat sang kakak. Arsyila mundur dua langkah, berhenti tepat di depan cermin. Untuk terakhir kalinya, mata coklat melebar, menatap bayangan di cermin itu dengan tidak percaya.

Di cermin itu Arsyila melihat gaun pengantin yang sengaja dia desain untuk pernikahan Syakila. Gaun itu melekat dengan pas di tubuhnya.

***

Related chapters

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 6 - Menit Sebelum Pernikahan

    Arsyila membatu. Mata coklatnya tak lepas dari cermin yang memantulkan bayangannya menggunakan gaun pengantin. Seharusnya Syakila yang dia lihat di dalam cermin itu sekarang. Tapi kenapa? Tubuh Arsyila hampir ambruk saat merasakan kakinya yang mendadak lemas. Beruntung bibi Megy bergerak lebih cepat menopang tubuh Arsyila.“Sudah kubilang jangan bergerak dulu!”tegur bibi Megy menggotong tubuh lemas Arsyila dibantu para perias pengantin yang mendandani Arsyila. Mereka membawa Arsyila kembali ke atas ranjangnya. Sesaat Arsyila terlihat linglung. Gadis itu menggeleng saat bibinya menyodorinya minum. Mata Arsyila yang di penuhi kebingungan menatap sekelilingnya dengan panik.“Di-dimana Kak Kila?”tanya Arsyila pada sang bibi dengan suara bergetar. Bibi Megy tampak terdiam, ekspresi wajahnya berubah jadi tegang. Arsyila mengguncang tubuh sang bibi sambil terus bertanya, namun bibi Megy sama sekali tak menjawab. Air mata yang turun dari sepasang mata wanita itu seolah menjawab

    Last Updated : 2022-12-23
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 7 ; Hari Pernikahan

    Sebagian besar wanita akan menganggap hari pernikahan mereka adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidupnya. Dimana itu mungkin hanya akan terjadi sekali dalam hidup mereka.Ya, tentu saja! Itulah kenapa semua wanita ingin menjadi wanita yang paling cantik di hari pernikahannya. Sudah seharusnya begitu. Sayangnya itu tidak akan berlaku untuk Arsyila. Karena Arsyila tidak pernah mengira bahwa hari ini dirinya akan menjadi pengantin wanita, menggantikan sang kakak. Penampilan pengantin wanita sungguh jauh dari kata sempurna. Rambut coklat Arsyila dibiarkan terurai bebas. Mereka bahkan masih terlihat kusut meski Arsyila memakai veil di kepalanya. Para perias tidak memiliki waktu yang cukup untuk menata rambut Arsyila. Riasan di wajah Arsyila juga tidak sempurna. Sebagian riasannya terhapus karena air mata Arsyila. Jika bercermin sekarang, Arsyila pasti akan mengasihani dirinya. Dirinya terlihat menyedihkan meski memakai gaun pengantin yang mewah. Arsyila bel

    Last Updated : 2022-12-25
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 8 ; Hari Pemakaman

    Dingin. Itulah yang dirasakan Arsyila saat menyentuh kulit pucat Syakila dan mencium kening sang kakak untuk terakhir kali. Dimata Arsyila saat ini Syakila seperti seperti seorang putri tidur dalam dongeng. Syakila tampak cantik dalam balutan gaun warna putih dengan senyum yang menghias wajahnya. Dia seperti sedang menunggu pangeran menciumnya dan membebaskanya dari kutukan. Tunggu sebentar! Jika ini sama seperti cerita dongeng, mungkinkah mata amber Syakila akan kembali terbuka?“Bisakah Anda mencium kakakku?”tanya Arsyila pada Reyga yang masih setia berdiri di samping peti sang kakak. Hanya pria itu satu-satunya orang yang ada bersamanya sekarang. Meskipun tanpa menoleh ke arah Reyga, Arsyila yakin pria itu mendengar permintaannya. Tapi pria itu hanya diam saja. Arsyila tertawa pelan, mentertawakan kebodohannya. Sepertinya dirinya sudah tidak waras dengan menyuruh orang lain mencium seorang mayat. Sebuah tangan terulur di depan wajah Arsyila, membantu Arsyila b

    Last Updated : 2022-12-26
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 9 ; Sementara Tinggal

    Tangan Arsyila yang menggenggam bunga lily putih terlepas, bersamaan dengan suara pintu kamar yang diketuk dari luar. Gadis itu terkesiap, secara reflek berbalik menatap sumber ketukan yang mengejutkannya.“Syila, keluarlah untuk makan!”suara cemas nyonya Derin dari balik pintu terdengar. Arsyila menghela napasnya. Gadis itu segera duduk di atas ranjang Syakila saat nyonya Derin membuka pintu kamar.“Aku akan turun nanti, aku ingin sendiri sekarang,” jawab Arsyila dingin tanpa menoleh ke arah nyonya Derin. Nyonya Derin menghela napasnya, menatap Arsyila sedih. Biasanya wanita paruh baya itu akan mengomeli Arsyila, tapi mungkin mulai hari ini wanita itu tidak akan melakukannya. Tanpa mengatakan apa-apa nyonya Derin kembali menutup pintu kamar, meninggalkan Arsyila sendirian.“Tidak mungkin,” gumam Arsila mirip sebuah bisikan. Tangannya menggenggam erat seprai yang didudukinya. Mata coklat Arsyila menatap horor bunga lily yang tergeletak di bawah kakinya. Ar

    Last Updated : 2022-12-27
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 10 ; Laci Rahasia Syakila

    Lampu kamar menyala, sosok nyonya Derin tampak berdiri di depan pintu setelah pintu kamar Syakila benar-benar terbuka. Arsyila menutup kedua matanya rapat, berusaha mungkin menenangkan jantungnya yang berdetak cepat.“Tidak ada apa-apa. Biarkan dia istirahat. Kau pasti salah dengar.” Suara tuan Derin terdengar menenangkan nyonya Derin yang gelisah.“Aku mendengar suara benda jatuh tadi,” ucap nyonya Derin hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Namun tuan Derin mencekal tangan istrinya. “Sudah malam, kita juga harus istirahat.”Nyonya Derin kembali melangkah mundur. Menurut saat tuan Derin menariknya keluar kamar. Tak lama lampu kamar kembali dimatikan, suara pintu kamar yang ditutup terdengar.Arsyila menghembuskan napasnya, sepasang matanya telah terbuka. Tadi saat melihat gagang pintu yang bergerak, Arsyila dengan cepat melompat ke ranjang. Menutupi tubuhnya dengan selimut dan kembali berpura-pura terlelap. Beruntung waktunya pas.

    Last Updated : 2022-12-28
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 11 ; Pria di Pemakaman

    Ekspresi aneh yang ditunjukan kasir pria itu membuat Arsyila merasa bingung. Adakah yang salah dengan pertanyaannya? Dalam hati Arsyila bertanya-tanya. Setelah beberapa detik pria itu tersenyum, kembali memasang wajah ramahnya.“Maaf nona, sebenarnya itu bukan permen,” jawab pegawai pria itu tampak enggan. “Sudah kuduga, ini bukan permen. Lalu makanan macam apa ini?” tanya Arsyila kembali sambil membolak-balik kotak merah mungil di tangannya.“Itu … juga bukan makanan,” jawab pegawai pria itu terlihat salah tingkah. Mendengar jawaban pegawai pria, Arsyila tampak terkejut.“Lalu apa ini?” tanya Arsyila kembali mengangkat kotak merah di tangannya, mengangkatnya lebih tinggi. Lagi-lagi ekspresi aneh ditunjukkan oleh si pegawai pria. Beberapa kali bibir pria itu terbuka tertutup, terlihat sulit menjelaskan. Melihat rekannya mengalami kesulitan, seorang pegawai wanita datang. “Ada yang bisa dibantu, nona?”tanya pegawai wanita itu ramah pada

    Last Updated : 2022-12-29
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 12 ; Lengan Bertato Naga

    Dahi Arsyila berkerut merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti tubuhnya jatuh lalu berguling-guling hingga menyebabkan tulangnya rontok semua. Benar, kini Arsyila ingat dirinya baru saja jatuh karena sebuah batu besar, di sebuah gang menyeramkan, di tengah-tengah hujan lebat. Seketika Arsyila membuka kedua matanya. Bola matanya berputar, menatap sekitar dengan tatapan ketakutan. Apa dia telah mati dengan mengenaskan menyusul sang kakak? Langit-langit putih dan cahaya lampu yang menyilaukan jadi yang pertama menyambut Arsyila. Ini bukan surga, Arsyila tau itu. Dimana dirinya sekarang? Arsyila berusaha bangun,namun seorang wanita muda berseragam biru tua tiba-tiba muncul dan menghentikannya.“Oh, Anda sudah bangun! Berbaringlah sebentar!” Arsyila menurut saat wanita berseragam itu membantu membaringkan kembali tubuhnya. Dari penampilannya, wanita itu mirip dengan seorang perawat. Tunggu, perawat?Arsyila kembali menatap sekelilingnya. Saat

    Last Updated : 2022-12-30
  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 13 ; Rentetan Pertanyaan

    “Terimakasih,” ucap Arsyila menerima sebungkus roti gandum dari pria yang baru saja Arsyila robek kemejanya. Sepertinya Arsyila memiliki bakat alami untuk mempermalukan diri. Setelah merobek kemeja seorang pria, perutnya dengan tak tau malu meraung meminta jatah makan. Karena itulah sekarang dirinya berakhir di sini, di teras sebuah toko roti yang letaknya tepat di sebelah klinik tempat pria itu membawa Arsyila.Hujan sudah berhenti ketika Arsyila keluar. Matahari tidak terlihat, dan langit masih terlihat suram. Arsyila memperbaiki posisi duduknya dengan tidak nyaman, kemudian melirik pria itu diam-diam. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Merasa malu sekaligus penasaran. Arsyila belum tau siapa sebenarnya pria yang duduk di sebelahnya, namun Arsyila sudah banyak sekali mempermalukan dirinya dan membuat pria itu kerepotan. Sungguh, Arsyila ingin menghanyutkan wajahnya sekarang. Sadar akan tatapan Arsyila, pria itu menoleh, membuat Arsyila cepat-cepat mengalihkan ta

    Last Updated : 2022-12-31

Latest chapter

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra III : Kelahiran Aluna

    Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra II : Salah Tingkah

    Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R

  • Rahasia Kematian Syakila   Extra I : Tidur Bersama

    “Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 104 ; Akhir Bahagia

    “Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 103 ; Keputusan Perceraian

    “Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 102 ; Panti Asuhan

    “Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 101 ; Persidangan

    Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 100 ; Coklat Panas Tengah Malam

    Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny

  • Rahasia Kematian Syakila   Bab 99 ; Kebenaran yang Diungkap

    “A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status