Kaiden Balacosa.Melihat mukanya saja aku menjadi marah. Pria gila yang selalu melakukan segala upaya untuk mendapat apa yang dia inginkan.Aku pikir, Kaiden ada di penjara bawah tanah, tapi kenapa dia ada di sini? Senyum-senyum sendiri pula! Apa yang sedang dia lihat di layar ponselnya?"Duduk, Sayang," perintah Daddy Balacosa."Misi untukmu ..." Daddy Balacosa melempar amplop bersegel merah tanda keluarga Balacosa di atas meja sambil mengisap cerutu. "Bukalah saat Bastian mengantarmu ke seberang."Waktu yang aku tunggu-tunggu pun tiba!"Baik, Daddy. Berapa lama aku harus menyelesaikan misi ini?""Tiga bulan. Tidak lebih dari itu," tegas Daddy Balacosa."Apa ada hadiahnya?" rayuku manja."Ha ha ha! Kau bilang, kau akan melakukan apa pun demi aku." Suara tawa Daddy Balacosa terdengar menggelegar hingga para bawahan yang ada di sekeliling kami menunduk takut.Sementara itu, Kai menatapku penuh amarah sejak Daddy menyebutku sayang."Ya, siapa tahu Daddy akan memberiku hadiah?" Aku merin
Tepat satu minggu, aku dan keluarga kecilku yang rumit ini tinggal di kediaman Balacosa. Ray masih seperti biasa, anak bos mafia pengangguran kaya yang hanya bermain dengan Raka. Sedangkan Alex sudah kembali bekerja walaupun lebih banyak kerja dari rumah.Alex terus-terusan mengawasi gerak-gerik Ray yang semakin meresahkan. Padahal, aku sudah berjanji tidak akan melakukan sesuatu dengan Ray selama Alex tidak mengizinkan.Diizinkan pun, aku juga belum tentu mau. Kenapa Alex sangat khawatir seperti itu?Hubungan Alex dan Raka juga semakin membaik. Terlebih lagi, setelah Alex pura-pura setuju mengizinkan Ray memberikan adik untuknya. Namun, Alex dan Ray masih bertengkar seperti biasa setiap malam. Alex bersikeras tidak mengizinkan Ray menyentuhku. Bertolak belakang dari janjinya kepada Raka.Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur sendiri dan mengunci pintu setiap akan tidur malam. Lama kelamaan, dua pria itu membuatku sakit kepala. Belum lagi, aku perlu menyusun rencana matang untuk mel
Sorot mata Papa semakin tajam dan telihat lebih membenciku. Sementara Mama tidak bisa berkata-kata."Tidak ada sejarahnya menantu keluarga Arion memiliki dua suami! Kenapa kau mau menerima itu, Alex?! Segera ceraikan Katminah!" bentak Papa.Orang tua mana yang tidak marah saat anaknya dikhianati?Lelaki yang memiliki dua istri saja banyak yang mendapatkan cibiran. Apalagi, seorang wanita bersuami dua!"Papa tidak mengerti! Aku melakukan ini untuk kebaikan semua orang dan keselamatan Raka!" seru Alex.Papa diam sejenak, mencerna kata-kata Alex. "Apa ini ada hubungannya dengan keluarga Balacosa?" geram Papa."Benar, Pa. Lagi pula, Katminah tidak akan mungkin menghabiskan malam bersama Ray. Mereka hanya menikah di atas kertas. Setelah ren-"Alex berhenti bicara dan melirik ke arahku. "Sayang, kau masuk ke kamar dulu. Mas akan bicara sesuatu dengan Papa dan Mama. Mas akan menyusul sebentar lagi.""Baik, Mas. Selamat malam, Pa, Ma." Aku berbalik pergi tanpa melihat wajah kedua mertuaku.Al
"Aku memang diperintah Tuan Besar Balacosa langsung untuk membunuh Billy Volker dan dirimu, Five." Aku menyeringai sinis.Untuk apa aku takut dengan ancaman murahan itu? Lagi pula, aku tidak berniat membunuh mereka.Lalu ... kenapa aku harus melukai Five?Jawabannya mudah, aku hanya iseng mengetes kelincahan Five. Kami selalu melakukan itu dulu. Five ahli menggunakan pisau. Seharusnya, dia lebih dengan mudah berkelit dari seranganku.Tapi, apa-apaan itu tadi? Five bahkan tidak bisa menghindar."Kak Zero ... Kakak tahu siapa dia?"Aku hanya menebak setelah Five mencegahku melukai pria itu. Jika dia bukan Billy Volker, maka nyawanya tidak akan berharga sampai Five membelanya."Kau pasti yang mendandaninya? Jelek sekali," kilahku. Aku sebenarnya tidak tahu sebelumnya jika Billy dalam penyamaran."Aku sudah mendengar tentang wanita yang bernama Zero. Jadi, itu kau! Turunkan senjatamu!" bentak Billy dengan nada mengancam.Aku berpaling pada Five sekilas. "Kau membongkar rahasia Black Butt
"Oh, tidak ada tanda-tanda Billy Volker di sana. Aku sudah mencari tahu, bahkan ibunya juga tidak tahu di mana dia berada," jawabku biasa-biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan.Bastian meneliti perubahan ekspresiku. Apa dia bodoh? Harusnya dia tahu aku berlatih keras untuk menjaga raut wajahku. Mana bisa dia menemukan keanehan dariku!"Aku akan mengirim orang masuk ke dalam untuk memastikan sekali lagi.""Bagus. Aku tidak perlu ke sana lagi. Mereka sangat keras memperlakukan pelayan," keluhku.Aku lantas pulang setelah rapat singkat di markas dengan Bastian. Tidak lupa menyelipkan senjata ke dalam tas. Bastian tidak akan curiga karena Daddy Balacosa memang menyediakan senjata itu untukku. Namun, aku masih perlu berhati-hati mengambil banyak senjata agar tidak ketahuan.Sampai di rumah, Alex telah menanti dengan wajah cemas. Dia masih berpakaian kantoran dan habis pulang kerja."Bagaimana pekerjaanmu, Sayang? Tidak ada pembunuhan 'kan?" tanya Alex mengikuti aku masuk."Tidak, M
6 jam sebelum tengah malam ....Billy telah menantiku di ujung jalan. Kami berdua menyusup di kediaman Bastian.Tidak ada yang curiga, sebab kami berdua menyamar sedemikian rupa sehingga tidak terlihat wujud kami yang sebenarnya. Aku dan Billy menggunakan seragam pelayan dan langsung menuju atap.Kami melewati titik buta tanpa kamera pengawas. Area yang digunakan Bastian untuk keluar masuk tanpa sepengetahuan orang lain.Bagaimana aku bisa tahu?Mudah. Billy Volker yang hebat itu berhasil mendapatkan cetak biru hanya dalam waktu dua jam memasuki pulau ini.Sampai di atap, kami berdua segera menyusun perangkap yang diatur sedemikian rupa agar dapat senjata api dapat menembak di singgasana raja, tepatnya di kepala Daddy Balacosa.Hanya dalam waktu sepuluh menit semua rencana kami selesai. Aku dan Billy segera keluar dari kediaman Bastian. Tidak lupa, kami melepaskan penyamaran sebelum keluar.Di sinilah kami sekarang, berpesta dan berkumpul dengan mafia lain. Berbaur di kerumunan agar
"Argh!" Ray mengerang seraya memegangi lengannya. Rupanya, peluru itu hanya mengenai lengan Ray karena dia awalnya condong ke arahku."Sterilkan area Istana! Kirim penjaga di sekeliling pulau!" perintah Bastian dengan suara kerasPara eksekutif tinggi bawahan Bastian segera mengelilingi kami. Beberapa bawahan menuju arah lokasi tembakan berasal, dan kelompok lain berpencar di semua tempat ke sekeliling pulau.Ada tiga sudut arah tembakan yang berbeda dari peluru yang bersarang di kepala Daddy Balacosa tadi. Namun, tak ada yang menuju ke arah kediaman Bastian. Padahal, aku ingin membuat semua orang menuduh Bastian yang membunuh Daddy Balacosa."Kau baik-baik saja?" Alex membantu Ray berdiri.Ray mengerang tertahan. "Kau pernah tertembak? Apa ini terlihat baik-baik saja?" "Aku hanya bertanya," gumam Alex seraya melingkarkan lengan Ray yang tidak terluka di pundaknya.Iris mataku bergerak cepat ke area-area tertentu. Aku melihat sosok Billy menyeringai ke arahku. Di sekelilingnya, orang
Suara tembakan terdengar di mana-mana. Salah satu kelompok mafia lain datang menyerang pulau rahasia Balacosa. Tidak sepenuhnya rahasia karena ada beberapa mitra mafia yang pernah datang ke sini.Kami semua menduga, salah satu dari mitra Balacosa telah mengkhianati kami.Saat ini, aku sedang berdiri di atas menara dengan Bastian untuk melihat situasi. Black Butterfly juga ikut berperang memukul mundur para musuh.Dari teropong yang aku gunakan untuk mengintai, aku dapat melihat kelompok Billy tengah meninggalkan pulau ini bersama para mafia penyerang. Suasana begitu riuh, tidak akan ada yang menduga jika Billy bukan anggota kelompok mereka.Ini pasti perbuatan Billy untuk kabur dari sini. Aku yakin itu! Secepat kilat, aku mendorong Bastian sampai dia jatuh dan aku pun jatuh mengungkung dirinya. Wajah Bastian melongo dan pipinya juga merona di bawahku."Z-Zero ... Keadaan sekarang sedang genting. Kenapa kau-""Buang pikiran kotormu itu, Tuan Bastian yang terhormat! Baru saja, ada senj
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya