Gelap!Seseorang menutup mataku menggunakan kain hitam yang tidak bisa ditembus oleh indra penglihatanku. Atau mungkin, memang tidak ada cahaya di tempat ini.Aku menajamkan telinga untuk mendengar suara-suara di sekeliling. Namun, tidak terdengar suara apa pun. Hanya tercium bau lembab dan aroma seperti kayu lapuk di tempat ini. Mungkin, aku sedang berada di gudang atau ruang bawah tanah tua.Apa ini ulah Violet lagi? Macam-macam saja tingkahnya ....Lalu di mana semua orang? Apa mereka ada di dekatku?Aku ingin memanggil seseorang, tetapi aku urung melakukannya. Bisa jadi, ada komplotan penculik yang ada di dekatku.Sialnya, tangan dan kakiku terikat dengan tali. Mau mencoba mengendurkan ikatan ini pun tidak bisa. Terlalu erat dan ketat, membuat pergelangan tanganku kesakitan."Urgghh ...."Terdengar suara erangan pria di arah kiriku. Aku menggeser tubuhku susah payah mendekati suara itu. Namun, tak lama kemudian, suara erangan lain terdengar di kiri dan di belakangku."Di mana ini?
"Mama tanya kenapa? Coba tanyakan pada anak bungsu Mama itu kenapa aku bisa ada di sini sekarang." Sabrina menyeringai sinis.Tatapan semua orang tertuju pada Anton. Mencari sesuatu dari raut wajah Anton yang mungkin menyembunyikan sesuatu dari semua orang.Akan tetapi, Anton masih berekspresi datar dan tidak menunjukkan tanda-tanda jika dirinya tahu sesuatu. Aku pun penasaran, bagaimana bisa Sabrina mengenal Leo?Tidak mungkin jika hanya merasa dikhianati, Sabrina sampai nekat bekerja sama Leo. Lagi pula, dari mana Sabrina tahu tentang Leo?"Jangan-jangan, sejak awal, Sabrina dan Leo telah bekerja sama? Aku masih ingat, Leo masuk ke perusahaan di bulan yang sama dengan pernikahan Sabrina dan Anton," gumam Alex."Dia adalah mata-mata kelompok BDS. Aku menikahi Sabrina untuk mengorek informasi darinya. Tidak kusangka, dia juga tahu identitasku," bisik Anton."Apa yang sedang kalian bicarakan? Mama tidak mengerti!" Sabrina mendekat ke arah kami. Dua pria berbaju hitam mengikuti Sabrina
"Sayang ... bagun ...." Suara lembut Alex berbisik di telingaku.Aku mengerjapkan mata dan sedikit menggeliat. Ternyata aku ketiduran!"Sudah selesai, Mas?" tanyaku dengan suara parau."Belum. Tidur lagi saja," bisik Alex."Bisa-bisanya kalian bermesraan di saat seperti ini," geram Anton.Entah mengapa, akhir-akhir ini badanku sering kelelahan dan cepat tertidur. Aku sampai lupa dengan aksi One di depan sana.Karena One bertarung mempertaruhkan nyawa, Leo memberikan sebuah pisau kecil padanya untuk bertarung dengan lawan-lawannya.Leo tidak tahu ... One ahli menggunakan senjata tajam kecil-kecil seperti itu. Karenanya, aku tidak terlalu khawatir hingga ketiduran ...."Biarkan saja. Jangan khawatir, sebentar lagi anak buah Papa dan Alex akan segera datang ke sini." Papa menunjukkan sebuah perangkat kecil yang berkedip-kedip dari dalam saku celana.Sebuah alat pelacak dan juga bisa digunakan untuk memberi sinyal darurat. Lumayan, Papa ....Sisa anggota keluarga Arion yang berada di dala
"Hee ... mau jadi pahlawan kesiangan kau?" cibir Sabrina.Aku berdiri tepat di depan senjata yang dipegang Sabrina. Alex yang tadinya sibuk membantu Mama pun langsung berlari ke depanku."Jangan gila kau, Sabrina!" bentak Alex."Sabrina!" bentak Leo.Sabrina sepertinya tahu, Leo menaruh hati padaku. Dia lantas berbalik menjauh dan kembali menyimpan senjatanya. Sedangkan para anak buah mereka masih menodong kami."Sayang ... jangan macam-macam." Alex membimbingku ke dekat Mama."Pa, peluru ini harus segera dikeluarkan," kata Anton."Kita tidak bisa keluar sekarang. Bagaimana ini?" Papa pun menjadi semakin panik kala menyeka keringat di wajah Mama yang kian memucat."Aaaaakkhh!!"Kami menoleh ke arah Imelda yang telah kehilangan kemeja. Dia menutup tubuh atasnya dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada.Belum hilang kepanikan atas Mama dan Imelda. Giliran One yang merintih kesakitan ketika luka tusukan pisau di perutnya diremas oleh si Jangkung.Aku seperti sedang berdiri di antar
"Ha ha ha!"Gelak tawa terdengar bersahut-sahutan memenuhi ruangan yang cukup besar. Mataku dan One saling beradu. One menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju dengan keputusanku.Ada satu lagi dari pihak musuh yang tidak tertawa mendengar ucapanku. Leo terlihat begitu mengkhawatirkan aku."Tidak, kau sudah berjanji padaku, Vi! Dia milikku!" protes Leo."Kenapa? Tidak berani?" tantangku seraya mengangkat satu sudut mulut tanda meremehkan mereka."Ha ha ha! Baiklah kalau itu maumu. Ikat mereka dan turunkan senjata kalian!" titah Violet. Dia lalu duduk dan menyilangkan kaki sambil bersedekap dada."Violet!" hardik Leo."Dia sendiri yang meminta." Violet acuh tak acuh.Para bawahan Violet pun mengikat Alex dan yang lain. Mereka menjatuhkan senjata di depan kaki mereka setelahnya."Kumpulkan semua senjata kalian di sudut ruangan itu." Aku menunjuk pojokan sebelah Imelda dan si Kecil dengan mengangkat sedikit dagu. "Termasuk, milik Sabrina dan Leo. Aku tidak mau kalian mencurangi aku
BRAK!Belum selesai mereka terkejut oleh identitasku, semua orang kembali dikejutkan oleh pintu luar yang dibuka paksa. Ray muncul bersama para eksekutif mafia pria dan wanita, yang merupakan adik-adikku."Baby! Wah! Siapa orang gila yang menghajar One?""K-kau ..." Violet mundur sampai menubruk kursi hingga dia jatuh terduduk. "Ray Balacosa ...."Wajah Violet dan Leo memucat. Mereka yang tadinya begitu sombong memamerkan kekuasaan, kini seperti anak kelinci yang terjebak oleh predator kejam yang siap memangsa.Aku pun menurunkan senjata ketika Ray telah berada di sampingku. "Kau membongkar jati dirimu?" bisiknya."Bagaimana lagi, Bos? Mereka menembak Mama mertuaku dan hampir membunuh One." Aku diam-diam melirik Alex.Alex diam tidak bergerak. Wajahnya masih belum lepas dari keterkejutan. Begitu pula dengan Papa dan Mama.Ray mendekati Anton dan menendangnya hingga jatuh miring. "Ini gara-gara kau melecehkan wanitaku, sialan! Kau juga tahu, Zero hingga Ten, mereka selalu menjaga diri
Ray tersenyum miring. "Ada satu syarat tidak tertulis untuk bisa lepas dari keluarga mafia, terutama dari Balacosa.""Katakan," tantang Alex.Ray menatapku dengan mengangkat kedua bahu. "Kau bisa memilih, biarkan Zero terus bekerja untukku atau kau bisa bercerai darinya. Dan satu lagi, kalau kau ingin membawa Zero keluar dari keluarga Balacosa, kau hanya dapat membawa mayatnya pulang."Aku mendesah pelan. Memang benar apa yang dikatakan Ray. Jika bukan Ray yang membunuhku, para petinggi Balacosa yang lebih berkuasa dari Ray akan mengincarku.Aku pernah bertemu dengan ayah Ray beberapa kali. Dan aku sangat tidak menyukai hawa keberadaannya.Bukan hanya aku saja yang merasa takut oleh sikap mengintimidasinya, bahkan Ray juga tidak berani menatap ayahnya. Jika orang itu tersenyum, meskipun memang ingin beramah-tamah, tetap saja ... sangat menakutkan.Alex berbalik menuju tempat duduk Papa. Ketiga Arion saling berbisik membicarakan sesuatu sambil menutup mulut. Agaknya, Anton memberi tahu
"Kenapa tidak bilang, Bos?!" Aku berbalik, lalu menggebrak pintu kamar Ray dengan kencang.Setelah dia melampiaskan kemarahan semalam, Alex tidak mungkin meninggalkan aku! Aku mencoba menghubungi nomor Alex, tetapi tidak ada sahutan. Pesan di aplikasi obrolan pun tidak terkirim.Apa Alex memblokir nomorku? Setega itu Alex padaku?Ketika aku melewati kamar yang dipakai Mama, ekor mataku menangkap sosok yang sangat familiar. Dasar, Ray sangat kurang ajar! Alex rupanya ada di kamar Mama!Air mataku terlanjur menetes deras karena membayangkan dibuang Alex. Hatiku sakit dan juga lega di saat yang bersamaan karena Alex masih ada di sini.Aku mengintip dari sela pintu, tak berani masuk. Kehadiranku mungkin akan mengganggu kebersamaan mereka.Ketika aku hendak berbalik, Mama memanggil namaku dengan suara lemah. "Katminah ...."Aku hanya mematung di tempat sambil mengusap air mata. "Masuk, Kat ...." Mama kembali memanggilku.Dengan langkah ragu, aku mendekati mereka. Papa memegang tangan Mama
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya