"Pesan dari siapa, Sayang? Serius sekali ... coba Mas lihat, sini ...."Aku melempar ponsel ke kursi penumpang di sebelah, setelah menghapus pesan dari Leo. "Dari Mama minta pulsa, sudah aku hapus, Mas Sayang."Aku mengecup bibir Alex dengan lembut agar dia tak lagi bertanya-tanya."Masih ada, ya, pesan tipu-tipu begitu?""Entahlah ... Tidak punya kerjaan mungkin," jawabku asal."Abaikan saja. Sayang ... jangan dilepas dulu ininya, biar jadi. Mas ingin punya dedek darimu." Alex memelukku sangat erat, juga membelai rambutku dengan kelembutan.Tidak akan bisa jadi, Mas. Maaf ... aku selalu minum pil pencegah kehamilan. Suatu saat nanti ... mungkin aku akan pertimbangkan memiliki anak darimu."Sudah malam, masuk dulu, yuk. Nanti dicari Papa," ajakku."Mau satu putaran lagi?" tanya Alex menggoda."Aku sudah bisa menyopir sekarang. Tinggal bikin SIM.""Bukan itu, Sayang." Alex mencubit hidungku sambil melirik ke bawah. "Satu putaran ini.""Tidak mau! Mobil baruku nanti kotor, ini saja bau
"M-Mama? Apa yang Mama lakukan?"Aku menggertakkan gigi. Menahan rasa panas di tangan yang ingin sekali aku gunakan untuk membalas perlakuan Mama Mertua.Sungguh, jika bukan karena dia istri Arthur Arion dan juga ibu suamiku, aku pasti sudah balas menamparnya. Hingga tubuhnya terpental menabrak tembok."Kenapa Mama begitu jahat padaku? Sebenarnya, kenapa Mama sangat membenci aku? Padahal, Mama sangat baik sekali dengan Sabrina!"Aku mulai menangis. Bukan karena sedih, melainkan karena aku tak punya kesempatan untuk membalasnya.Dan bukannya kasihan saat melihat air mataku mulai menuruni pipi, Mama Mertua justru semakin murka padaku."Kau itu cuma perempuan desa yang tidak pantas menyanding anakku! Seharusnya, Alex tidak menikahimu! Kau harus tahu di mana tempatmu, Katminah!""Tapi, Mama ... bukan aku yang meminta pernikahan ini. Papa dan Ayah yang menjodohkan aku dan Mas Alex. Kenapa Mama dulu tidak mencegah pernikahanku dengan Mas Alex? Sekarang, Mama malah menyalahkan aku, padahal a
"Alex, aku merindukanmu!" Violet berseru senang sambil memeluk Alex.Alex juga membalas pelukan Violet, tepat di depanku, istri sahnya!"Lihat, mereka pasangan serasi, bukan? Dari penampilan dan status sosial, mereka setara. Violet anak pemilik perusahaan elektronik terkenal dari luar negeri." Mama Mertua berbisik memanasi aku."Pffft!!" Aku hampir meledakkan tawa.Perusahaan elektronik, katanya? Yah, mungkin kelompok BDS memang punya perusahaan normal juga."Kenapa? Kau pasti tidak percaya, ya? Lihat saja nanti. Alex pasti akan meninggalkanmu," ucap Mama Mertua lirih."Mama ... lebih cepat Mas Alex meninggalkan aku, maka lebih baik. Apa perlu aku bilang Papa jika Mama menyuruhku untuk meninggalkan Mas Alex? Aku juga malas punya suami tidak setia." Aku sengaja mengucap dengan suara normal. Alex dan Violet ikut menatapku."Diam kau!" geram Mama Mertua.Apa-apaan itu reaksi Alex? Dia seperti tersinggung oleh ucapanku. Tetapi, tangannya terus menggandeng Violet.Terserah ... aku lelah be
"Kat!" Suara Alex terdengar samar dari dalam mobil.Alex berlari menyusulku. Di belakangnya, Violet menarik-narik tangan Alex dan mengajaknya masuk.Alex tampak kebingungan, wajahnya berkerut-kerut cemas memandangi mobilku yang semakin menjauh.Aku menginjak pedal gas semakin keras, melaju dengan kecepatan maksimum. Ponselku berdering, Alex yang meneleponku. Tetapi, aku mengabaikannya.Saat berada di perempatan jalan, aku melihat mobil Alex di belakangku. Lampu hijau cepat menyala, aku pun melesat lebih kencang.Untungnya, hari sudah malam. Tidak ada kemacetan di jalan.Lihat, Mas. Mobil siapa yang lebih cepat! Ha ha ha!Kami terus kejar-kejaran. Alex pasti heran melihatku lihai mengemudi.Saat kami sampai di jalanan sepi yang cukup lebar, aku langsung membanting setir. Memutar ke belakang dan meninggalkan mobil Alex yang mengerem mendadak.Selamat tinggal, Mas Alex. Bersenang-senanglah dengan calon istri barumu. Kalau madu yang kau berikan sepahit ini, aku lebih memilih menenggak ra
"Tidur saja, Bos, daripada kau mengarang-ngarang cerita! Aku tidak mungkin jatuh cinta dengan Alex!"Ray terkekeh-kekeh. "Dasar bodoh. Aku akan tidur sebentar. Pinggangku lelah setelah bercinta seharian.""Kau menjijikkan! Pastikan kau bercinta dengan perempuan bersih.""Yang tadi itu masih SMA dan masih perawan. Rasanya nikmat sekali, Baby." Ray tersenyum puas. "Aku cuma memberinya lima puluh juta, dia langsung membuka celana. Ha ha ha!"Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Baik Alex maupun Ray, sama saja. Apa semua pria seperti mereka yang selalu ingin bercinta?"Bangunkan aku jam dua belas. Kita bekerja malam ini," bisik Ray.***Aku mengerjapkan mata dan bangun tiba-tiba. Untuk sesaat, aku lupa jika tidur di rumah Ray.Aku menggeliat-geliat memutar badan. Tulang-tulang di seluruh tubuhku serasa patah. Pekerjaan semalam sungguh melelahkan.Tapi, uang yang aku dapatkan juga berkali-kali lipat. Aku bisa membeli rumah hanya dalam semalam. Lumayan untuk bersembunyi dari keluarga
"Tunggu!!! Jangan ... jangan sakiti istriku. Aku akan memberi kau dua kali lipat dari Violet membayarmu. Tidak ... tidak ... berapa pun yang kau mau akan aku berikan." Alex mencoba bernegosiasi.Raut wajah Alex terlihat begitu ketakutan. Baru kali ini aku melihatnya seperti itu. Apakah dia se-khawatir itu padaku?Lagi-lagi, Alex membuatku terharu."Ha ha ha! Kau tahu siapa aku?""Tidak, siapa pun kau, aku tidak peduli. Jangan lukai istriku. Aku mohon ... aku akan memberikan apa saja yang kau mau. Tolong lepaskan pisau itu dari leher istriku.""Aku adalah pembunuh profesional terbaik dari Black Devil Scorpion. Kau pikir, aku akan mengkhianati majikanku? Tsk! Semakin kau memohon, Nona Violet ingin aku memberikan kematian yang menyakitkan untuk istrimu."Alex tiba-tiba saja berlutut sambil menangkupkan kedua tangan. "Tidak ... lepaskan istriku. Aku ... aku ... aku akan meninggalkan istriku. Tapi, jangan bunuh istriku.""Nona Violet tidak akan suka ini. Demi jalang ini, kau rela berlutut?"
"Maaf, aku tidak bisa, Kak. Aku dan Alex dijodohkan orang tuaku. Aku tidak mau menyakiti hati orang tuaku kalau aku sampai bercerai dengan Alex," tolakku halus dan sedikit dibumbui kata-kata harapan untuknya.Leo cukup berguna untuk dimanfaatkan. Aku harap, Leo masih menyukaiku dan dengan kemauannya sendiri, dia bisa menyusupkan aku ke markas kelompok BDS.Dia tidak bisa merasakan seringai jahatku di dekat kepalanya, bukan?"Katminah, aku akan pergi ke tempat ayahmu untuk membujuknya," tegas Leo.Aku mendorong Leo menjauh dariku. "Jangan, Kak. Ayahku sedang sakit. Kapan-kapan saja, ya. Kak Leo pergi dari sini sekarang, sebelum suamiku kembali.""Ayahmu sakit?"Iya, ayahku sakit emosinya kalau sampai mendengar aku bercerai dari Alex, kecuali Alex yang menceraikan aku lebih dulu."Betul, Kak. Tolong jangan pergi menemui keluargaku," pintaku dengan wajah memelas dan menggemaskan."Baiklah. Aku akan sabar menunggumu. Aku keluar dulu. Hati-hati," pesan Leo.Aku akan menunggu, Leo. Menunggu
BRAK!Bunyi pintu dibanting mengejutkan semua orang. Anton datang dengan mengepalkan kedua tangan, melangkah tegap menuju tempat Sabrina bersembunyi.Ternyata, Anton juga mendengar percakapan kami tadi. Dia melihatku sekilas, matanya tertuju pada pipiku yang tadinya mulus jadi kemerahan.Mata Anton berapi-api, bagai harimau buas yang siap menerkam mangsa. Bukan ... dia Elang Putih .... Maksudnya ... matanya menyorot tajam bagai elang yang siap menyambar tikus kecil yang kini tengah ketakutan bersembunyi di balik pintu."Sabrina!" bentak Anton dengan suara lantang.Anton menyeret istrinya keluar. Sebelum mereka pergi, Alex menahan lengan Anton."Aku tidak segan-segan menghajar istrimu kalau sampai dia menyakiti istriku sekali lagi," ancam Alex.Alex justru seperti menuang minyak ke dalam api. Anton sudah terlihat sangat murka karena Sabrina menyakitiku. Ditambah lagi, Alex menyinggung aku yang merupakan istrinya. Anton pasti cemburu sekali kepada Alex.Bunyi gemeretak terdengar dari
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya