BRAK!Bunyi pintu dibanting mengejutkan semua orang. Anton datang dengan mengepalkan kedua tangan, melangkah tegap menuju tempat Sabrina bersembunyi.Ternyata, Anton juga mendengar percakapan kami tadi. Dia melihatku sekilas, matanya tertuju pada pipiku yang tadinya mulus jadi kemerahan.Mata Anton berapi-api, bagai harimau buas yang siap menerkam mangsa. Bukan ... dia Elang Putih .... Maksudnya ... matanya menyorot tajam bagai elang yang siap menyambar tikus kecil yang kini tengah ketakutan bersembunyi di balik pintu."Sabrina!" bentak Anton dengan suara lantang.Anton menyeret istrinya keluar. Sebelum mereka pergi, Alex menahan lengan Anton."Aku tidak segan-segan menghajar istrimu kalau sampai dia menyakiti istriku sekali lagi," ancam Alex.Alex justru seperti menuang minyak ke dalam api. Anton sudah terlihat sangat murka karena Sabrina menyakitiku. Ditambah lagi, Alex menyinggung aku yang merupakan istrinya. Anton pasti cemburu sekali kepada Alex.Bunyi gemeretak terdengar dari
PLAK!Alex menampar wajah Anton dengan sangat keras. Kepala Anton sampai terhuyung ke samping."Jangan kurang ajar! Katminah itu istriku dan selamanya akan menjadi istriku! Kau tidak punya otak, hah?!" bentak Alex."Aku lebih mencintai Katminah daripada kau." Anton bukannya berhenti, tetapi dia malah semakin membuat Alex menjadi lebih marah.Tangan Alex siap melayang di wajah Anton. Anton tak menghindar sama sekali. Sepertinya, Anton sengaja menerima tamparan itu karena merasa bersalah kepada kakaknya.Alex menghentikan perbuatannya saat tangannya hampir sampai di wajah Anton. "Urus saja istrimu sendiri! Kau sudah punya istri! Jangan jadi perebut istri orang!"Aku segera melesat masuk ke dalam kamar setelah Alex berbalik menuju pintu. Aku melompat ke atas kasur dan menutupi tubuhku setelah membuka semua pakaian supaya Alex tidak curiga.Sesaat kemudian, Alex memutar kenop pintu dan menguncinya rapat-rapat. Alex mungkin takut jika Anton nekat masuk ke dalam kamar dan menculik aku. Tapi
"Tenang, Mas," bisikku.Aku tahu, Alex pasti sangat marah jika dilihat dari punggungnya yang bergetar. Kedua tangan Alex yang terikat, bergerak-gerak berusaha membebaskan diri.Bos penyusup itu bangkit dari kursi, lalu mendekati Alexa. Dia berjongkok di depan Alexa, lalu menjambak rambutnya."Aaaaakkhh!!" teriak Alexa kesakitan.Sialan! Kurang ajar sekali dia menyentuh Alexa begitu!Sebuah pisau lipat mengarah ke leher putih dan mulus Alexa. Air mata Alexa sampai mengalir deras tak terkendali. Alexa memekik tertahan menahan rasa sakit di kepala, juga bergetar ketakutan kala belakang pisau yang tumpul menggores lehernya."Di mana yang namanya Katminah?" tanya si Bos dengan suara parau.Papa Mertua yang pulih dari rasa terkejut, tiba-tiba bertanya dengan suara gemetar, "Kenapa kalian mencari menantuku? Apa kesalahan yang Katminah perbuat?"Mama Mertua masih terdiam ketakutan di samping Sabrina dan Alexa. Andaikan Mama Mertua tidak setakut itu, aku yakin, dia pasti sudah menunjukku."Me
KLIK!Pistol yang dipegang pria itu tak menembakkan apa pun. Magazen peluru masih ada di kantong celanaku. Mata semua keluarga Arion terpejam, kecuali Anton yang malah sumringah. Ini kesempatanku untuk menyerang.BUK!KRAK!Tendangan ke atas dari kakiku mendarat tepat di bawah dagu pria itu hingga kepalanya oleng ke belakang dan ambruk pingsan."Kurang ajar!" seru si Bos.Atensi semua orang kini kembali kepada kami. Mereka terbengong-bengong kenapa aku belum mati."Aaaah!" Aku memekik kencang sampai semua penyusup menutup telinga.Aku memungut pisau lipat yang dijatuhkan sembarangan oleh si Bos tadi. Lalu, berlari ke arah Anton.Si Elang Putih yang brutal itu perlu dibebaskan lebih dulu. Kemudian, aku melepaskan ikatan Alex selanjutnya dengan gerakan lambat.Biarkan Elang Putih yang menyelesaikannya. Alex tidak perlu sampai terluka."Cepat buka, Kat! Kenapa kau membuka ikatan Anton dulu?!" bentak Alex murka."Aku tidak ingin Mas terluka. Katamu dia kerja di-" Aku sengaja memenggal uca
"Kenapa aku malah jadi tawanan begini, Mas?" rengekku."Bukan tawanan, Sayang. Mas hanya ingin menjagamu. Gara-gara Mas, kau jadi diincar orang-orang jahat. Menurut sama, Mas, ya?"Aku mengangguk patuh.Raut wajah Alex masih menyiratkan rasa bersalah yang begitu besar. Dia bahkan terus membuntuti aku ke mana pun juga, termasuk di kamar mandi. Kalau itu, sih, karena Alex memang suka mengintipku. Ditambah lagi, Anton yang punya ide gila mau menikahiku. Semakin marah pula Alex pada orang-orang di sekitarnya.Dua hari pun berlalu, aku tidak bisa menghubungi Ray. Mereka pasti khawatir padaku.TOK TOK TOK!"Siapa?""Ini Mama."Aku berjalan mendekati pintu kamar. "Ada perlu apa, Ma? Mas Alex mengunciku dari luar. Aku tidak bisa membuka pintu.""Tidak apa-apa. Kau cukup mendengar Mama dari sana."Ada apa lagi ini? Tumben sekali Mama bicara halus begini? Apa Mama salah makan?"Kat, maafkan Mama."Wow, Mama minta maaf? Apa telingaku salah mendengar?"Kau dengar Mama, Kat?""Dengar, Ma. Maaf un
"Aku bisa melindungi diriku sendiri, Mas. Jangan terlalu berlebihan.""Baiklah, One saja tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, siapa nama aslimu? Agar kami bisa memanggilmu dengan nyaman."One tersenyum ramah, membuatku ingin muntah. Berbanding terbalik dengan mulut berbisanya yang suka berkata-kata kasar."Nama saya One. Kami tidak menyebutkan nama asli dan beberapa dari kami juga tidak memiliki nama."Alex mengangguk paham. Tapi, aku yang tidak paham. Seharusnya, Alex tidak perlu menyewa One. Dia pun sangat mahal harganya."Mas ... bodyguard kita sudah banyak di sini. Tidak perlu menyewa orang lagi. Aku tidak mau, Mas menghabiskan banyak uang untukku. Perempuan ini pasti mahal harganya," bujukku."Jangan khawatir, Nyonya Arion. Mereka memberi potongan harga karena Alex temanku," balas Ray, "lima puluh juta perhari."Aku membelalakkan mata. Yang benar saja! Meskipun Ray menjatuhkan harga One, Ray sendiri punya maksud terselubung untuk mengawasi aku. Ray seharusnya menggratiskan One!"Mas
Ah ... jadi, karena ini Alex berubah padaku dan terus-terusan membicarakan One. Alex juga sampai membandingkan aku dengan One yang mudah akrab dengan keluarganya.Ternyata, Alex hanya seperti pria lainnya! Cinta? Makan itu cinta!Jujur ... hatiku terasa sakit. Dadaku seakan-akan tertusuk ribuan jarum.Aku menyesal karena bermain api dan mencicipi sesuatu yang dinamakan cinta ....Siapa juga yang bisa menolak pesona One? Tubuh One tidak kalah indah dariku dan parasnya pun menawan.Tidak mungkin Alex menolak wanita seperti One, yang kini sedang berjalan perlahan mendekatinya dengan gerakan menggoda."Pak ..." desis One sambil menaikkan kaki di paha Alex.Tidak ada gunanya melihat mereka bercinta. Silakan kau bersenang-senang dengan One, Mas!BRUK!"Aw!" pekik One.Aku yang tadinya sudah berbalik, kembali mengintip mereka. Apa yang terjadi tadi? Kenapa One tersungkur di lantai?Alex menggeleng-gelengkan kepala dengan kasar. Sepertinya, Alex terlalu banyak minum. Caranya berdiri dan berja
"Kenapa pengawalmu seperti cacing kepanasan begitu, Katminah?!" sentak Papa."Ini ... dia ...." Aku melirik Anton supaya dia menjelaskan situasinya kepada Papa."Turunkan aku, Mas!" Sabrina meronta-ronta dan memukuli punggung Anton.Anton pun melepaskan Sabrina tak acuh. Sabrina kembali ambruk terduduk lemas di lantai sambil menangis sesenggukan. Tangisan Sabrina lebih kencang daripada tadi. Mungkin agar Papa dan Mama mengasihani dirinya."Kau apakan istrimu, Anton?" tanya Mama halus."Mama ... Papa ... Mas Anton ... mengkhianati aku, Ma." Sabrina merangkak mendekati Mama. "Dia dan pengawal Katminah sialan itu ... hu hu hu ....""Yang jelas kalau bicara!" bentak Papa."Aku akan jelaskan, Pa. Kita bicara di tempat lain. Tidak enak kalau sampai didengar yang lain," kata Anton.Anton hendak membimbing Papa dan Mama pergi, tapi Sabrina menarik celana panjang Mama. Mama juga menarik lengan Papa karena tidak bisa berjalan."Mas Anton sudah tidur dengan perempuan itu! Aku melihat dengan mata
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya