"Aku talak kamu Irani Mayangsari."
Hancur sudah rumah tangga yang selama ini Irani bangun bersama Aditya. Ibarat sebuah kaca yang dilempar dengan batu besar dan kaca itu hancur berkeping-keping seperti itulah bahtera rumah tangga Irani saat ini.'Tenang, sabar, kuasai dan jangan berdebat lagi Irani,' pikir wanita itu berusaha tetap tenang dan tidak ingin menunjukkan emosinya di depan Aditya.Sejak Irani tahu suaminya memiliki selingkuhan dan sudah menikah siri, sejak saat itu Irani tidak berharap lagi akan melanjutkan pernikahannya dengan Aditya. Perempuan itu hanya menunggu saat yang tepat untuk bercerai, dan mungkin sekarang sudah saatnya."Beberapa hari ini kamu sudah kelewat batas Irani, kalau kamu tidak berani sama aku, mungkin aku masih bisa memberimu kesempatan dan posisi sebagai istriku," kata Aditya.Seperti biasa Irani hanya tersenyum miring mendengar itu. "Kamu pikir aku sangat menginginkan posisi itu mas? Posisi menjadi istrimu? Kalaupun kamu mau kasih aku kesempatan aku juga tidak akan mengambilnya mas, tenang saja! Aku sudah tidak membutuhkannya—""Ya tentu saja. Karena Tarina jauh lebih berhak daripada kamu.""Terimakasih, terimakasih sudah melepasku, aku merasa bersyukur bisa terbebas dari laki-laki tukang selingkuh sepertimu," ujar Irani berusaha sekeras mungkin untuk tetap tenang.Dia membiarkan Aditya berpikir buruk dan salah terhadapnya kalau dia tidak bisa apa-apa tanpa Aditya. Itu tidak masalah, kadang-kadang kita memang harus membiarkan orang lain berpikir keliru.Bagi Irani, dia harus menghadapi semuanya dengan sikap tenang, baginya tenang adalah hal yang mahal. Bersikap diam bukan berarti kalah, namun itu adalah bentuk pengendalian diri.Prinsip yang Irani pegang adalah tenang, tenang seperti laut yang dalam. Semakin tenang sebuah lautan maka semakin dalam pula lautan itu dan pada waktunya dia akan menenggelamkan segalanya."Jangan sok kamu Irani. Setelah ini kamu ga akan bisa hidup enak lagi.""Wah," ujar Irani menatap Aditya dengan berani. "Apa benar begitu mas? Bagaimana kalau hidupku jauh lebih baik dan lebih bahagia setelah ini?"Aditya mentertawakan Irani yang ia pikir tidak akan mungkin seperti itu. "Iya kamu harus mencari laki-laki yang mau menerimamu supaya kamu bisa hidup bahagia. Lagipula siapa yang mau sama janda yang ga punya apa-apa," hina Aditya dengan kesombongannya.Irani hanya diam dan dia pikir tidak perlu menunjukkan apa yang ia miliki sekarang. Dia pikir akan membiarkan Aditya dan selingkuhannya merasa menang atas semua itu tapi Irani juga tidak ingin merasa kalah dalam hal ini.Pagi hari Irani sudah siap untuk angkat kaki dari rumah Aditya dan membawa Mishka bersamanya. Irani akan menempati rumah yang yang baru saja Ia beli setelah mengetahui perselingkuhan suaminya saat itu.Hari ini Aditya memberitahukan kabar perceraiannya pada Tarina. "Aku sudah menalaknya, kita akan membereskan kasus perceraian ini secepatnya," kata Aditya pada Tarina.Tentu saja wanita itu sangat senang mendapatkan kebahagiaan itu. "Makasih ya sayang, udah tepatin janji kamu sama aku," ujar Tarina sambil memeluk Aditya dengan manja."Setelah ini, kita akan hidup bahagia," lanjutnya lagi.Ya Tarina pikir segampang itulah kehidupannya bersama Aditya nanti. Dia menjadi istri dan nyonya di rumah Aditya, lalu memiliki anak dan hidup terjamin bahagia selamanya."Tapi aku tetap harus memperjuangakan hak asuh Mishka," kata Aditya."Ya udah gapapa, aku dukung kok," kata Tarina meskipun dia tidak suka Aditya memperjuangkan hak asuh Mishka.Hari itu kebetulan Tarina bertemu dengan Irani. Aditya sudah lebih dulu kembali ke kantor dan Tarina masih di mall jalan-jalan."Hai mb Ira, apa kabar sekarang mba?" sapa Tarina bermaksud menyindir Irani setelah diceraikan oleh Aditya."Kamu pikir apa? Aku akan menangis guling-guling sambil memohon pada Aditya untuk pertahanin aku? Sorry ya Tarina, bukankah kalau di sekitar ada belatung sudah seharusnya kita meninggalkannya atau membersihkannya? Pasti kamu tahu apa maksudku."Tarina menatap Irani dengan wajah tidak suka. Dia tahu apa maksud Irani berbicara seperti itu."Denger ya mba, jangan sok kamu. Sekarang kamu itu udah ga punya apa-apa lagi–""Oh ya?" Irani segera menyela ucapan Tarina yang sudah mulai menghinanya. "Bagaimana kalau aku punya banyak hal yang ga kamu punya?""Hahaha apa? Sesuatu yang kamu punya itu cuma mas Aditya mba, dia segalanya bagimu tapi sekarang mas Aditya udah ga pilih kamu mba."Irani tidak menampakkan emosinya sedikitpun di depan Tarina, dirinya harus tetap kuat dan tenang menghadapi semua ini.Sama seperti saat Irani membiarkan Aditya menghinanya tidak memiliki apa-apa. Irani juga membiarkan Tarina berpikiran hal yang sama."Itulah bedanya kelasmu dan kelasku Tarina. Kelas pelakor sepertimu memang hanya bisa berpikiran pendek seperti itu. Tidak masalah, ambil saja suamiku karena aku justru kasihan sama kamu. Lagipula pengkhianat memang cocok dengan pengkhinat.""JAGA MULUTMU MBA!" peringat Tarina sambil menunjuk wajah Irani. Dia sungguh emosi dengan apa yang Irani katakan. "Lagipula perilakumu juga menunjukkan kelasmu yang rendahan. Kamu cuma perempuan kampung yang dinikahi laki-laki kaya seperti Mas Aditya. Tapi kembali aku peringatkan mba, bahwa perempuan miskin dan kampungan sepertimu tidak akan bisa membuat suamimu betah dan bertahan sama kamu. Sejatinya kayu bakar yang dipungut dari hutan tidak akan pernah bisa dan mustahil menjadi emas meskipun diletakkan di istana dan dijaga oleh raja."Setelah Irani merasa ceramah Tarina sudah selesai barulah dengan tenang, Irani menurunkan jari telunjuk Tarina dan tersenyum padanya."Apa yang kamu katakan memang benar Tarina, lagipula konotasimu itu tidak sesuai untukku. Tapi baiklah kalau kamu menganggapku seperti itu. Kayu bakar memang tidak akan bisa menjadi emas, tapi jangan lupa kalau dia juga bisa membakar habis istana yang kamu bilang ditempati oleh raja dan para penghuni di dalamnya termasuk pelakor sepertimu, tunggu saja bagaimana aku akan membakar habis kesombonganmu itu."Irani hanya melihat hidung Tarina yang kembang kempis dengan wajahnya yang menatap dirinya dengan penuh kebencian."Oowh tenang saja Tarina, jangan memelihara emosimu itu. Kamu ke sini karena ingin shopping kan? Lihat! Aku sudah belanja sebanyak ini, tapi kamu masih belum membawa apa-apa. Ayo lebih baik kamu belanja saja," ujar Irani sambil memperlihatkan barang-barang belanjaannya yang sangat mahal hingga Tarina terkejut.Tarina menjadi penasaran darimana Irani mendapatkan uang untuk belanja sebanyak itu, padahal setahunya, Aditya sudah mengurangi uang belanjanya dan tidak memberikan uang lebih pada Irani.Melihat ekspresi wajah Tarina yang melihat pada barang-barang belanjanya membuat Irani tahu bahwa Tarina pasti penasaran dengannya."Kenapa lihat barang-barangku seperti orang bingung begini Tarina? Kamu mau juga? Atau penasaran dengan harganya? Ah ini hanya barang-barang biasa yang dibeli oleh orang miskin sepertiku, kamu yang sangat kaya pasti tidak akan tahu," ujar Irani mencoba merendah padahal barang-barang itu harganya sangat fantastis.Tarina hanya menyimpan rasa penasarannya saja dan berpikir untuk mencaritahu lewat Aditya.Bersambung.Rasa penasaran Tarina masih ia pendam sampai di rumahnya. Dia pikir Irani tidak mungkin memiliki banyak uang untuk belanja sebanyak itu. Aditya bilang kemarin dia sudah mengurangi uang belanjanya menjadi setengahnya, darimana Irani mendapatkan uang untuk membeli barang-barang mahal?"Mas, tadi aku itu ketemu sama mantan istri kamu, dia belanja barang-barang mahal. Darimana dia punya banyak uang?" Baru saja Aditya datang ke apartemen Tarina, perempuan itu sudah langsung bertanya mengenai Irani."Ya mana aku tahu lah Rin," jawab Aditya singkat.Tarina tidak percaya ekspresi Aditya hanya seperti itu. "Harusnya kamu tahu dong mas, kan sebelumnya kamu yang kasih dia uang belanja.""Aku cuma kasih setengahnya aja seperti saran kamu, mana aku tahu dia belanja banyak dapat uang darimana."Aditya menanggapi semua itu dengan santai. Padahal Tarina sudah geram dan panas melihat Irani bisa belanja banyak seperti dirinya."Apa jangan-jangan dia curi uang kamu?" Aditya menatap Tarina yang masih
"Selama aku masih hidup, dia lebih aman bersamaku," ujar Irani dengan tegas.Aditya boleh menganggapnya tidak memiliki apa-apa karena memang itu yang ingin Irani tampakkan di depan Aditya.Irani pikir lebih baik Aditya tidak mengetahui bahwa dirinya bisa hidup berkecukupan dan memiliki ekonomi yang baik.Aditya yang merasa Irani sangat ngotot dan tidak mau mengalah merasa geram dengan perempuan itu."Mishka itu anakku—""YANG BILANG DIA ANAK KUCING SIAPA MAS?"Aditya heran mendengar kegilaan Irani yang tiba-tiba berkata seperti itu dengan nada tinggi hingga membuatnya emosi. "Jaga batasanmu Ira! Itulah sebabnya aku ga mau Mishka tinggal sama kamu. Kamu itu cuma perempuan bad attitude, ga berakhlak dan miskin. Selama ayahnya masih kaya dan bisa memberikan segalanya buat Mishka dia harus tinggal sama aku."Mendengar hinaan dari Aditya tidak lantas membuat Irani menampakkan yang sesungguhnya bahwa dia bukanlah seperti yang Aditya kira. Miskin.Justru Irani membiarkan Aditya berpikir s
Seperti yang Aditya minta sebelumnya. Hari ini dia dan Tarina berniat menemui Mishka di sekolahnya.Sayangnya mereka berdua telat karena bocah itu sudah tidak ada di sekolah. Aditya lalu memutar mobilnya menuju ke rumah orang tua Irani.Aditya pikir kemana lagi Irani tinggal jika bukan di rumah orang tuanya. Setelah sampai di rumah orang tua Irani, Aditya tidak menemukan perempuan yang ia cari dan juga Mishka. Mereka tidak ada di sana."Irani ga ada di rumah nak. Ibu pikir dia sama kamu. Kok kamu sama perempuan ini siapa?" tanya ibu Resti yang merupakan ibunya Irani.Ibu Resti belum mengetahui apa yang terjadi pada Irani karena perempuan itu belum memberitahukan masalah perceraiannya pada orang tuanya. Mendengar bu Resti yang bertanya tentang Tarina, perempuan itu lalu memperkenalkan diri bahwa dia adalah istrinya Aditya. Pengakuan itu tentu membuat bu Resti sangat terkejut dan ingin marah pada Aditya karena menurutnya ini sudah tidak benar."Jadi benar dia istri kamu?" tanya ibu R
Perjuangan hak asuh yang diperebutkan oleh Aditya tidak membuahkan hasil untuknya.Pada akhirnya hak asuh itu jatuh ke tangan Irani. Perempuan itu meyakinkan bahwa dirinya mampu membesarkan Mishka tanpa kekurangan suatu apapun. "Aku yang melahirkan Mishka, aku juga bukan penyebab perceraian ini terjadi Mas," ujar Irani saat bertemu dengan Aditya sebelum persidangan dimulai."Aku pastikan Mishka tidak boleh bersama orang yang salah, dia akan tumbuh dan hidup hanya bersamaku-""Jangan kurang ajar kamu Ira! Kalau sampai kamu mengotori hati dan pikiran anakku buat benci sama ayahnya sendiri. Awas aja kamu!"Irani tersenyum miring dan tidak peduli dengan apa yang Aditya ancamkan padanya. Bagi Irani itu hal biasa, Aditya hanya merasa kalah darinya hingga mengancamnya, namun sedikitpun perempuan itu tidak takut padanya.Tarina yang kebetulan belum bicara sejak tadi menjadi ingin berontak mewalan Irani juga. "Kamu itu akan dapat uang darimana mba? Jangan sok-sokan buat bisa menghidupi Mishka
"Ibu kenapa pisah sama ayah?" tanya Mishka sepulang dari sekolah dan menemani Irani bekerja di depan laptop miliknya. Pertanyaan singkat dari Mishka membuat Irani menghentikan pekerjaannya dan berpikir untuk jawabannya. "Mishka kenapa tanya kaya gitu sayang? Mishka kangen ya sama ayah?" tanya Irani balik.Perempuan itu pikir Mishka mungkin saja sedih karena orang tuanya berpisah. Tapi mau bagaimana lagi? Bersama Aditya bukanlah pilihannya.Gadis kecil itu hanya memanyunkan bibirnya, ia baru kelas 1 SD dan belum terlalu mengerti tentang permasalahan orang tuanya.Irani memegang tangan Mishka dan menatapnya. "Mishka sayang, ibu sama ayah kamu udah ga cocok nak, kita memang harus tinggal berpisah tapi kasih sayang kita buat kamu ga akan berbeda. Kalau kamu kangen sama ayah, ibu bisa minta ayah kamu buat datang ke sini main sama kamu," jelas Irani berharap Mishka tidak akan sedih lagi."Tapi Mishka pengennya kita sama-sama kaya dulu lagi," curhatnya. "Sekarang kamu belum mengerti kenap
Berhari-hari setelah bercerai dengan Aditya, Irani mencoba melupakan laki-laki itu dan terus fokus pada pekerjaannya. Irani sibuk membuat sebuah buku self motivation seri ke dua setelah buku pertama menjadi best seller. Ia juga mengerjakan project copy writing dari klien luar negeri. Irani sangat bersyukur dengan pekerjaan yang ia miliki saat ini. Ia menganggap rezeki itu adalah rezeki Mishka yang Allah titipkan padanya.Perempuan itu juga memiliki sebuah usaha resort yang ia kelola bersama adiknya, namun adik Irani yang lebih aktif mengelolanya."Kok bisa sih kamu jadi semakin sahebat ini sekarang? Padahal kamu kan baru aja cerai dari Aditya, tapi kamu udah mapan aja setelahnya," komentar Zana teman Irani yang baru pulang dari luar negeri.Mendengar itu Irani hanya tersenyum "sudah aku coba setting seperti itu," jawabnya singkat dengan seulas senyum manis di bibirnya."What? Gimana-gimana? Gimana ceritanya? Terus apa rahasianya?" tanya Zana dengan antusias karena menurutnya kisah I
Malam hari Irani melihat sebuah lowongan pekerjaan dari perusahaan Abimarti. Sebuah perusahaan yang cukup besar itu membutuhkan seorang copy writer yang berpengalaman dan kreatif.Irani sangat tertarik sekali untuk mencoba melamarnya. Lagipula ia sudah cukup lama mendalami dunia kepenulisan selama ini. Perempuan itu berharap bisa mendapatkan posisi itu. Ia segera melamarnya dan berdoa agar Tuhan mengabulkannya.Bu Resti kebetulan hari ini menginap di rumah Irani karena rindu dengan Mishka. "Ira, semoga kamu bisa tetap rendah hati dengan semua kemudahan dan karirmu ini ya," pesan Bu Resti karena takut saat Irani bisa mendapatkan karir yang baik dia akan berubah menjadi sombong dan membalas Tarina.Irani hanya tersenyum tipis mendengar itu. Ia tahu kegelisahan yang ibunya itu pikirkan. "Jangan khawatir bu, kalau Tarina ga mulai duluan aku ga akan apa-apain dia kok. Tapi kalau Tarina udah keterlaluan, ya mungkin akan aku kasih dia sedikit pelajaran," ujarnya."Lagian aku juga ga mau be
"Dasar bocah kurang ajar. Jiwa perempuan berpikiran kotor kaya ibumu itu udah menurun sama kamu. Tahu apa kamu soal aku ha? Kalau kamu berani lagi bicara buruk akan aku cekik lehermu nanti!"Dalam hati Tarina sungguh ingin mengatakan semua itu pada Mishka, namun ia tidak bisa melakukannya sekarang. Berpura-pura baik dan menuruti kemauan Aditya adalah hal yang harus ia lakukan sekarang.Mishka tidak suka dengan keberadaan Tarina di rumah ayahnya. Setelah bertemu dengan kekeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, Mishka lalu meminta Aditya untuk mengantarkannya pulang. Aditya ingin menahan Mishka setidaknya untuk satu malam saja menginap di rumahnya, namun ia gagal membujuknya. Terpaksa Aditya harus mengantarkan Mishka pulang.Baru saja Aditya hendak menuju ke dalam mobil, ternyata Irani sudah lebih dulu datang untuk menjemput Mishka di rumahnya."Mishka sayang, pas sekali ibu datang kamu juga udah mau pulang, ayo nak ibu udah masak yang enak buat kamu," ujar Irani.Mishka lalu iku
"Aryaaan, Aryaaan, Aryan bangun dong ini udah siang. Mama mau nunjukin kamu hal penting. Ayo bangun dulu," suruh Bu Naya, mamanya Aryan.Pagi-pagi sekali bu Naya sudah terkejut melihat anaknya menjadi bahan pembicaraan orang-orang di media sosial."Apa sih Ma, hari ini Aryan libur Ma, bangun nanti juga gapapa," ujar laki-laki itu dengan malasnya."Ga, ga bisa. Kamu harus lihat ini dulu. Ini maksudnya apa? Coba kamu jelasin sama mama," pinta Bu Naya sambil menarik Aryan untuk bangun dan memperlihatkan ponsel miliknya.Dengan terpaksa Aryan pun bangun dan melihat berita tentang dirinya. "Kok bisa gini sih? Ini maksudnya apa? Aryan ga ngerti Ma," jawabnya bingung. "Kamu dituduh selingkuh sama Irani. Jadi Irani itu janda? Dia udah punya suami sebelumnya? Tapi kenapa mantan suaminya jadi ikut nyeret kamu juga dalam hal ini? Ini gimana maksudnya?" tanya Bu Naya panik."Laki-laki kurang ajar, dia yang aku temuin kemarin malam sama Irani Ma. Aryan ga nyangka dia malah bawa-bawa aku jadi sel
"Oh woow Irani, that's look so good. Akhirnya berani juga ya jalan-jalan sama selingkuhan setelah kamu cerai sama suami kamu?" tanya Tarina saat melihat Aryan dan Irani hendak makan malam di sebuah restaurant. Aryan mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan mengatakan hal itu.Selang beberapa detik setelah itu Aditya menyusul Tarina dan mulai menatap Aryan dan Irani dengan tatapan yang membuat Aryan bingung."Ngakunya sok yang paling tersakiti dan memojokkan mas Aditya selingkuh sama aku, ga tahunya kamu sendiri juga selingkuh kan?" tanya Tarina lagi."Tunggu tunggu, ini maksudnya apa ya? Saya ga kenal sama kalian dan—""Oh ya? Ngapain mau coba-coba bersandiwara? Kalian itu sama-sama kotor—""Cukup Mas. Aku udah ga ada hubungan apapun dan ga mau berurusan apapun sama kamu ya. Kita udah selesai dengan semua masalah kita dan masa lalu kita. Jadi tolong jangan mengusik kehidupan aku apalagi nuduh dan fitnah aku hal yang ga bener," tegas
Pagi-pagi sekali Irani menyiapkan keperluan Mishka sekolah, menyiapkan bekal dan melakukan aktivitasnya sebagai ibu yang baik.Perempuan itu mengantar Mishka ke sekolah sebelum dirinya pergi ke rumah Aryan untuk menjaga Pari."Ibu hari ini ga pulang malam lagi kan?" tanya Mishka saat dalam perjalanan ke sekolah."Iya sayang, nanti ibu usahakan pulang cepat ya, Mishka mau apa? Mau ditemenin main, nonton atau jalan-jalan malam?" tanya Irani dengan senang hati."Emm nonton terus sama jalan-jalan aja deh sambil nyobain makanan-makanan baru," pinta bocah itu.Irani hanya tersenyum dan mengiyakan apa yang Mishka minta. Semoga saja dirinya bisa pulang cepat hari ini. Lagipula sepertinya tidak banyak yang harus ia kerjakan di rumah Aryan. Irani disuruh untuk menyeleksi beberapa baby sitter untuk Pari dan men-training mereka.Aryan minta Irani tidak sembarangan dalam memilihkan baby sitter untuk Pari. Semoga saja ia bisa mendapatkan seperti yang Pari minta. "Irani," panggil bu Naya mamanya A
Hari ini kabar duka datang dari keluarga Aryan, pada akhirnya Pari harus kehilangan ibu kandungnya, Karin. Sedangkan ayah Pari yaitu Dion masih harus berjuang untuk melewati masa kritisnya.Naya, mamanya Aryan sangat shock karena menantunya meninggal dunia dan Dion harus menjadi duda, Pari juga harus kehilangan sosok ibu di usia yang masih bayi.Aryan mencoba untuk menguatkan ibunya dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja dan Pari akan tetap mendapatkan sosok ibu yang akan selalu menyayanginya. Sampai sekarang Dion belum sadar juga, Naya tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika sampai Dion juga pergi meninggalkannya."Maa, mas Dion pasti sembuh. Dia harus sembuh untuk Pari, mama ga boleh berpikiran yang engga engga ya," tutur Aryan mencoba menenangkan ibunya.Hari-hari berlalu Aryan juga mengkhawatirkan kondisi ibunya karena terlalu banyak pikiran, perempuan itu sampai harus sakit juga.Irani yang kebetulan hari ini ada di rumah Aryan pun tidak hanya menjaga P
Di rumah sakit terpaksa Irani harus ikut menunggu Pari karena bayi itu ternyata harus dirawat. Aryan tidak tahu apa-apa, mamanya Aryan juga sudah sangat lelah karena usianya yang sudah tua dan memikirkan anak serta cucunya yang harus mendapat musibah seperti ini.Sesuai permintaan Naya yang menyuruh laki-laki itu supaya meminta Irani menjadi baby sitter Pari untuk sementara, maka hari ini ia berusaha mengatakan itu dan membujuk Irani."Berapapun gaji yang kamu minta akan aku kasih," jelas Aryan."Ya masalahnya bukan itu Pak, menjadi baby sitter yang harus selalu ada di dekat Pari hampir 24 jam. Lalu bagaimana dengan anak saya?" tanya Irani memikirkan Mishka yang juga membutuhkan sosoknya sebagai seorang ibu.Aryan terdiam mendengar itu. "Kamu bisa tetap pulang, saya akan tetap cari baby sitter lain buat gantian jaga Pari," jawab Aryan memberikan solusi untuk masalah yang masih mengganjal di hati Irani."Ya masalahnya ini tuh mama yang minta, aku sama mama udah pusing sama semua keada
Di sebuah cafe elit yang ada di kota dimana Tarina tinggal, perempuan itu malam ini menghabiskan waktunya dengan beberapa teman barunya di sana.Tarina mencoba untuk mencari teman baru setelah teman-teman lamanya merasa tidak suka dengan hubungannya bersama Aditya setelah mereka mengetahui semuanya.Tapi untung saja Tarina bisa segera mendapatkan teman baru dan tidak akan kesepian jika ditinggal Aditya kerja."Yang jadi masalah itu cuma Mishka anaknya mas Aditya," jelas Tarina saat sedang curhat dengan temannya.Apalagi masalah dalam kehidupan Tarina jika bukan Mishka? Dirinya sering bertengkar dengan Aditya hanya karena Mishka atau Irani."Anak kecil itu masih saja menetap di pikiran Aditya dan aku seolah ga bisa menghilangkannya," keluhnya lagi. "Mengalahkan Irani itu hal yang mudah tapi ternyata mengalahkan bocah kecil itu ternyata sulit juga," lanjutnya.Teman-teman Tarina pun menanggapi kalau solusi untuk semua itu hanya ada satu yaitu Tarina harus segera memiliki anak sendiri ka
"Makasih ya Ran, kalau ga ada kamu, saya ga tahu lagi mau ngurus Pari gimana," ujar Pak Aryan saat melihat Pari sudah tertidur lelap.Aryan sangat kasihan pada bayi mungil itu. Jika sampai Pari kehilangan ibunya, Aryan tidak tahu lagi harus bagaimana kedepannya.Mendengar ucapan terimakasih yang keluar dari mulut Aryan membuat Irani seakan tidak percaya kalau laki-laki itu memang mengucapkannya. Pasalnya Aryan seperti orang yang tidak akan pernah mengatakan maaf dan terimakasih di mata Irani, namun ternyata perempuan itu salah. Nyatanya Aryan juga manusia yang baik."Oh ya, kamu udah makan?" tanya laki-laki itu basa basi."Sudah pak, pak Aryan belum makan?" "Emm udah udah kok, saya cuma basa basi aja," jujurnya.Keduanya sama-sama terdiam dan tidak memiliki topik pembicaraan. Hari sudah semakin sore dan Irani harus kembali ke rumahnya karena Mishka pasti menunggu."Oh iya pak, saya harus pulang. Mishka pasti nungguin saya di rumah," pamit Irani karena dia pikir pekerjaannya untuk mem
Hari weekend membuat Tarina juga ingin menghabiskan waktu liburan bersama dengan Aditya, apalagi beberapa hari ini dirinya tidak sempat mengurung diri karena orang-orang yang berkomentar buruk tentang dirinya di media sosial.Aditya tidak mempermasalahkan hal itu, tapi ia ingin jalan-jalan dengan mengajak Mishka."Mas kenapa sih harus sama dia juga? Kamu ga capek ya kalau kita berdebat cuma gara-gara itu? Mishka kan udah pergi sama Irani, ya kita pergi sendiri lah," ujar Tarina dengan marah.Selalu saja itu masalahnya, Tarina tidak suka mengajak Mishka apapun alasannya. Dia pasti akan selalu berdebat dengan Aditya jika laki-laki itu berbicara tentang Mishka apalagi ingin mengajaknya. "Rin aku ga mau ya kamu terus-terusan kaya gini. Mishka itu anak aku, lagian aku itu tetep pilih kamu kok, kalau aku mau aku udah pergi ke rumah Irani sendiri dan jalan-jalan sama mereka. Nyatanya engga kan? Aku pilih dirumah sama kamu. Jadi ya udah lah jangan kaya gini. Emangnya kamu mau aku pergi sama
Setelah Bayu dan Bu Resti mengobrol, Irani bersantai dengan menikmati makanan yang bu Resti masak. Ia tidak peduli lagi dengan Aditya yang mau berkata apa lagi setelah semua iniBaru saja Bayu selesai bicara dengan ibunya, saat Irani hendak tidur, handphone miliknya tidak mau beristirahat juga karena terus berdering.Kali ini bukan dari Aditya, melainkan dari si bos paling atasan itu, siapa lagi kalau bukan Pak Aryan.Irani mengeluh kesal saat melihat nama itu tertera di layar miliknya. "Kenapa juga sih hari libur mesti nelpon gini?" tanyanya kesal.Ingin tidak diangkat, takut akan menjadi masalah ke depannya, apalagi pak Aryan si manusia yang menurutnya kaku itu selalu saja keras kepala. Tapi jika ia mengangkatnya sekarang, Irani tidak siap dengan kerjaan-kerjaan yang membuatnya pusing karena selalu salah di mata Pak Aryan."Hallo, lama banget sih kamu angkat teleponnya," omel suara yang tidak asing lagi di telinga Irani."Ya sabar dong pak, masih mending kan saya angkat," jawab Iran