“Jangan pergi kemana-mana dan jangan gegabah, oke. Kuusahakan untuk secepatnya menyelesaikan urusanku dengan dosen. Aku harus segera mengurusnya jika ingin cepat mendapatkan ijazah dan keluar dari kampus ini,” pesan Arsen sebelum meninggalkan Claire di park blocks, tepatnya di dekat plang hitam dari semen bertuliskan Portland State University.Claire hanya mengangguk seraya tersenyum saat Arsen mencium keningnya, kemudian menatap kepergian pria itu dengan mobilnya. Ketika di rumah sakit tempat Josh dirawat tadi, ia memaksa pria itu untuk menemaninya menjemput Laura di apartemen Sergio. Berbagai upaya dilakukannya untuk membujuk pria itu, meskipun dengan cara yang memalukan sekalipun. Bahkan ia meminta Josh untuk membujuk Arsen. Untungnya pemuda itu sanggup membuat kakak tirinya menyanggupi permintaannya. Mengingat kejadian itu membuatnya tersenyum. Betapa mudahnya sosok Josh melupakan dendamnya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Apalagi pemuda itu sama sekali tidak merasa ri
Perkiraan awal sekitar lima atau sepuluh menit sudah cukup bagi Arsen untuk menyelesaikan urusannya, namun ternyata salah seorang dosen memintanya untuk mengisi seminar Kewirausahaan, karena dia sudah menjadi seorang pengusaha. Ingin sekali ia menolak permintaan itu, namun sayangnya ia sudah mengenal dosen itu dan menganggapnya seperti ayahnya sendiri. Satu jam kemudian, barulah ia keluar dari gedung fakultasnya dan terburu-buru menuju ke Park Blocks. Tak sampai lima menit kemudian, ia sudah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dekat plang universitas, lantas mencari keberadaan Claire. Cukup sulit menemukan gadis itu, karena suasana taman jauh lebih ramai daripada saat ia dan Claire baru tiba di sini tadi.“Claire?” panggil Arsen pada seorang gadis berambut hitam ikal dan mengenakan jaket berwarna putih yang membelakanginya. Dalam hati ia merasa lega, karena ternyata gadis itu tidak pergi kemanapun selain di area taman yang sangat panjang ini. “Maaf, aku tadi harus mengisi semina
"Gawat, Romeo sudah berhasil mendapatkan Claire," lapor Leo pada Jack dan Brandon melalui video call. "Apa? Bagaimana bisa? Bukankah kau bilang ada orang yang mengawasi Claire?" bentak Jack dengan wajah garang. "Mereka fokus pada rumah saksi, bos. Seharusnya Arsen yang menjaga Claire, tapi dia malah sibuk di kampus," sesal Leo. "Freddy baru saja mendapatkan lokasi Romeo. Ada di hotel dekat Haystack Rock. Akan kukirimkan titik lokasinya pada kalian setelah ini. Pastikan kita sampai di sana tepat waktu sebelum semuanya terlambat," sahut Brandon dengan terburu-buru. "Jack, anak buahku berangkat hanya dengan 3 personilmu saja. Apa tidak kurang?" "Leo, kirimkan tim tambahan. Pastikan mereka hanya melumpuhkan target," perintah Jack sambil menyambar-nyambar jaketnya. "Kau mau kemana?" tanya Leo sambil berlari ke arah mobilnya. "Aku harus ikut ke sana. Kita tidak punya waktu lagi. Brandon, jangan lupa panggil ambulans untuk berjaga-jaga."Dan setelah itu sambungan mereka berakhir dan Br
Claire yang melihat itu kembali ketakutan, namun kedua matanya tiba-tiba terpejam sejenak. Saat membuka matanya, Rose muncul dengan ekspresi jijik di wajahnya, apalagi saat melihat tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam.“Ew, benar-benar menjijikkan,” gumamnya saat merasakan lembab di beberapa bagian tubuhnya, lalu mendongak untuk menatap Sergio yang tengah memegang sebilah pisau di tangan kanannya.“Kau benar-benar akan membuat lelucon dengan itu? Di sini?” Rose tertawa meremehkan, lalu mengangkat sebelah alisnya. “Apa kau benar-benar semenyedihkan itu, sampai-sampai harus memakai benda tajam untuk menghadapi seorang gadis? Benar-benar laki-laki banci. Cih!” Ia memutar matanya dan berpura-pura muntah.Rahang Sergio mengeras mendengar hinaan itu. Kedua matanya menatap Rose nanar dan tangan kanannya menggenggam pisau bergerigi itu dengan erat. “Berhenti mengataiku banci!” hardiknya marah.“Kau memang banci, tak punya otak, tak punya hati, dan yang lebih menyedihkan lagi...”
Awalnya Arsen benar-benar tidak yakin dengan teori Josh, namun tetap saja ia melajukan mobilnya menuju ke Cannon Beach yang ada di Clatsop County. Berkali-kali ia beradu argumen dengan Josh dan mengancamnya macam-macam, namun Josh tetap pada pendiriannya. Ia menelpon polisi tambun tadi yang bernama Andrew Bredford, lalu menelpon Leo untuk menanyakan bagaimana perkembangan yang didapatnya. Sayang sekali Leo tidak menemukan Sergio di tempat-tempat yang disebutkan oleh Juan, dan itu semakin menambah kegelisahannya. Bagaimanapun juga Claire hanyalah seorang gadis yang akan tetap kalah jika berhadapan dengan psikopat bertubuh kekar seperti Sergio.“Kita harus mencari Claire dimana?” tanya Arsen ketika mereka sudah memasuki kawasan Ecola State Park yang dipenuhi dengan pohon-pohon tinggi di kiri-kanan jalan. “Itulah yang aku tidak tahu. Banyak hotel di sekitar pantai. Kita hanya akan membuang-buang waktu saja jika mengunjunginya satu persatu,” sahut Josh sambil membuka kaca jendela di s
“Ya Tuhan, aku benar-benar bodoh sekali selama ini sudah tertipu oleh topengnya. Dia bertingkah selayaknya pria sejati dan lembut.” Laura menggeleng-gelengkan kepalanya geram. “Tapi setidaknya aku sudah terbebas darinya, meskipun mungkin setelah ini aku akan sering bermimpi buruk.”Josh tidak menyahuti perkataan Laura dan malah meraih remot di atas nakas. Ia memperbesar volume televisi yang menyiarkan berita mengenai penangkapan seorang buronan asal Rusia di hotel yang ada di dekat garis pantai Oregon. Wajah Sergio terpampang jelas di sana dengan ekspresi datar. Penyiar berita itu mengatakan bahwa Sergio melakukan pembunuhan tidak hanya di Rusia saja, tetapi juga di Portland. Pria itu sedang menyekap dan menganiaya seorang gadis saat ditangkap polisi, dan saat ini gadis itu sedang dalam kondisi kritis di Nortwest Urgent Care.“Dia benar-benar psikopat sinting! Bagaimana bisa dia menganiaya seorang gadis tanpa merasa bersalah sekalipun?” ucap Josh geram.“Jadi, selama ini Sergio me
Arsen menunggu proses operasi Claire dengan gelisah. Berkali-kali ia mondar-mandir dan menoleh ke arah pintu ruang operasi yang tak kunjung terbuka. Tidak dipedulikannya sekumpulan wartawan dari beberapa televisi swasta dan surat kabar yang terus saja mendesak ingin mewawancarainya. Untungnya polisi menghalangi mereka agar tidak berbuat keributan di depan ruang operasi. Ia benar-benar sudah muak dengan para wartawan itu. Mereka menanyakan tentang hal-hal pribadi Claire dan mengait-ngaitkannya dengan Sergio. Dilihatnya dua orang agen FBI bersetelan hitam yang berdiri tak jauh dari posisinya, entah apa yang mereka lakukan di sana. Ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk duduk di depan ruang operasi. Sekali lagi ia menengadahkan tangannya ke atas untuk berdoa agar Claire selamat. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya saat ini selain berdoa dan mondar-mandir tak jelas. Suara langkah kaki terburu-buru dari samping kirinya sama sekali tidak mengganggunya, karena yang ia pikirkan saat in
“Arsen, ini tidak seperti yang kau pikirkan...”“Bagaimana mungkin kau bilang ini tidak seperti yang kupikirkan, sedangkan pada kenyataannya kau telah membohongiku selama bertahun-tahun? Apa lagi yang kau sembunyikan dariku, Leo? Aku sudah membagi semua kisahku padamu dengan jujur, tapi ternyata selama ini kau hanya bersandiwara?” Arsen mengangguk-anggukkan kepalanya. “Jadi itulah kenapa tiba-tiba saja kau bisa tahu semuanya? Bahkan kau bisa tahu dimana James berada disaat aku tak punya gambaran apa-apa saat itu. Oh, atau jangan-jangan alter ego Claire juga hanya bohongan belaka?”“Nak, dengarkan dulu penjelasan dari Leo. Tidak selamanya kebohongan itu bertujuan buruk. Ada hal-hal yang harus disimpan rapat, agar keselamatan orang lain tidak terancam,” saran Andreo sambil menepuk bahu Arsen. “Alter ego Claire bukan bohongan. Dia memang memilikinya.”Arsen mendengus sinis. “Keselamatan siapa? Keselamatan Leo sendiri?”“Claire,” jawab Leo dengan tegas, lalu melirik ke belakang Arse
“Tania, kau yakin dengan keputusanmu? Kau masih muda, masih berusia 23 tahun. Pertimbangkanlah lagi keputusanmu untuk menikah,” bujuk Josh sambil mendekati Tania yang sedang dipakaikan penutup kepala oleh seorang perempuan seumuran Leo.“Josh, semua sudah setuju jika aku menikah muda. Lihatlah Claire dan Laura, mereka juga menikah muda.” Tania mendesah lelah, lalu memeriksa ponselnya.“Laura menikah karena anaknya membutuhkan ayah, sedangkan Claire...ugh, jangan paksa aku untuk menyebutkan alasan kenapa dia terburu-buru untuk menikah. Tapi kau...astaga, bahkan usia Leo sangat jauh di atasmu! Dia sudah 30 tahun, Tania,” sergah Josh lalu mendecak kesal.Tania hanya memutar matanya melihat kehebohan pria itu. “Hei, kapan Kak Arsen datang? Dia harus menjadi saksi di pernikahanku sebentar lagi.”“Ck, aku masih tidak setuju kau menikah terlalu dini. Kau bilang ingin berkarir dulu di bidang pakaian atau apalah itu. Lagipula...Oh, hai, Claire! Kapan kau datang dari Moscow? Lihatlah dirim
“Tato kepala kucing di kedua dadaku, memiliki arti bahwa aku adalah orang yang licik dan bisa mendapatkan kepercayaan dari semua korbanku dengan mudah. Tato mawar di dada kananku, itu kudapatkan karena aku dulu pernah dipenjara saat berusia 18 tahun. Lalu tato kapal layar di perutku, karena aku pernah kabur dari penjara dan kembali melakukan kejahatan. Tato tengkorak di kedua lenganku, artinya adalah pembunuh. Dan tato ini.” Sergio menunjuk tato kepala manusia tanpa rambut di dada kirinya. “Ini adalah tato Lenin. Tato ini sebagai perlindungan, agar penjaga tidak menembakku meskipun aku dijatuhi hukuman mati. Hal itu karena mereka dilarang menembak gambar dari pemimpin besar.”Claire menyentuh tato itu dengan takjub. Tato itu benar-benar terlihat indah, tapi ia ngeri tatkala membayangkan rasa sakitnya. “Kenapa kau harus menato tubuhmu?”Sergio terkekeh geli mendengar pertanyaan dari wanita itu. “Ini di dunia nyata, Claire. Jika aku masuk penjara tanpa tato, aku bagaikan seekor dom
Sergio keluar terlebih dulu dengan tubuh membungkuk dan kedua tangan berada di belakang punggung, diikuti oleh Viktor. Begitu keluar dari sel, Sergio melihat ada lima orang penjaga beserta satu anjing yang terus saja menggonggong. Salah seorang dari mereka berpakaian serba hitam, sedangkan empat lainnya berpakaian loreng abu-abu hitam. Salah seorang penjaga langsung memegangi lengannya ketika ia menghadap ke dinding, dan semakin membungkukkan tubuhnya hingga 90 derajat. “Apa kau memiliki barang-barang terlarang?” tanya penjaga yang tadi memerintahkan mereka untuk keluar.“Tidak, Pak!” jawab Sergio dan Viktor bersamaan.Sergio merasakan penutup kepalanya diambil, lalu lehernya dipegangi dari belakang. Ia menoleh ke kiri dan menjulurkan lidahnya. Penjaga langsung menunduk untuk mengecek, apakah ia menyembunyikan barang-barang terlarang atau tidak. Setelah pengecekan selesai, Sergio disuruh berjalan melewati lorong dengan posisi tetap membungkuk dan kedua tangan diborgol di belakan
Satu setengah tahun kemudian...Penjara Black Dolphin, Orenburg, Rusia. Dekat perbatasan Kazakhstan.“Sel nomor 180, bangun!” Suara teriakan sipir membuat Sergio langsung membuka matanya dan bergegas bangkit dari tidurnya.“Ya, Pak!” teriaknya dan Viktor Astankov, rekan satu selnya, bersamaan.Seperti pagi-pagi sebelumnya, ia sudah terbiasa langsung merapikan tempat tidurnya yang berada di tingkat bawah. Tempat tidur sempit dari besi bertingkat dua yang hanya dilapisi oleh matras tipis dan satu bantal. Dilihatnya Viktor yang tergesa-gesa turun dari tempat tidurnya di tingkat atas menuju ke westafel. Pria yang lebih muda dua tahun darinya itu memuntahkan isi perutnya berkali-kali. Hal itu mengingatkannya pada dirinya sendiri saat baru pertama kali berada di sini. Dia bahkan pernah tak makan selama dua hari karena perutnya terus bergejolak, namun justru tubuhnya gemetar setelah itu. Tak ada sekalipun belas kasihan dari para penjaga yang melihatnya. Justru mereka semua mencemoohny
Arsen tidak pernah membayangkan akan sampai di titik ini. Titik dimana hatinya diuji, apakah ia mampu memaafkan atau justru tetap bersikukuh untuk menyimpan dendam dan memeliharanya entah sampai kapan.Ia hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa sakit ketika dilukai oleh orang terdekatnya, orang yang ia kira sebagai sosok ayah kandungnya, yang seharusnya mengayomi dan menyayanginya. Luka yang ditorehkan oleh orang terdekat jauh lebih sakit daripada luka dari orang lain.Meskipun Juan bukanlah ayah kandungnya, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, tapi pria itu tidak pernah menelantarkannya. Setiap bulannya, pria itu selalu mentransfer uang untuk biaya pendidikan dan biaya hidup. Pria itu tidak pernah mengungkit jati dirinya yang sebenarnya. Tapi setelah tahu bahwa perusahaan yang selama ini dikelola oleh Juan sebenarnya adalah milik Daniel Williams, ayah kandungnya sendiri, rasa marahnya kembali memuncak. Betapa tidak tahu dirinya lelaki itu. Sudah merebut ibunya dari ayah
[Selama aku bernafas, aku pernah berjanji bahwa aku tidak akan pernah memaafkanmu sampai ajal menjemputmu. Aku ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Aku ingin kau menderita di sepanjang hidupmu. Kalau perlu, aku ingin melihatmu sekarat hingga kau memohon pada Tuhan untuk segera mengambil nyawamu. Ya, sebenci itulah aku padamu. Kalau bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah mau bertemu denganmu. Aku tidak akan sudi berkenalan denganmu dan membiarkanmu merusak hubunganku dengan Daniel.Ketika aku bahagia dengannya setelah menikah dan akhirnya mengandung Arsen buah cinta kami, aku tidak pernah berfikir bahwa kau akan menjadi iblis yang tega menghancurkan kebahagiaan sahabatmu sendiri. Sebelum kau tersesat, siapa yang menolongmu dari jalanan dan mengangkat derajatmu? Siapa yang memberimu makan dan tempat tinggal agar kau tidak mati kedinginan di gang sempit itu? Siapa yang membuatmu bisa hidup dengan layak?Tapi tentu saja, kau dengan hati jahatmu justru merebut perusahaan milik Danie
Setelah Claire keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Amerika Serikat Coleman 1, Arsen hanya diam saja. Bahkan ketika mereka sudah menaiki taksi untuk langsung menuju ke bandara, pria itu masih tidak mau membuka mulutnya.Dengan sabar, Claire menggiring suaminya ke restoran yang ada di bandara untuk makan siang sebelum menaiki pesawat. Masih ada 2 jam sebelum jadwal keberangkatan mereka kembali ke Portland. Hari ini memang hari libur, jadi bandara terlihat ramai. Mereka makan siang dalam diam, dan Claire sama sekali tidak keberatan. Arsen bukannya tidak peduli pada Juan. Pria itu hanya masih belum mau menerima perbuatan ayah tirinya itu. Hal yang wajar. Siapa orang yang mau dengan legowo langsung memaafkan seseorang yang telah dengan keji memisahkan seorang anak dari ibu dan ayahnya sejak kecil?Bahkan sekelas Nabi pun ada yang sampai buta karena kehilangan anaknya. Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Tuhan saja Maha Pemaaf, mengapa manusia tidak bisa? Karena dari segi manapun, Tuhan tid
Selama hidupnya, Juan pernah mengalami masa terburuk ketika dia bangkrut dan harus hidup di jalanan sebagai gelandangan. Tidak ada satupun keluarga yang mau menolongnya, karena ayahnya adalah anak haram yang tidak diakui oleh kakeknya yang merupakan seorang konglomerat. Juan dan ayahnya adalah aib yang bisa mencoreng nama besar keluarga yang sudah dikenal dengan kebaikannya di mata masyarakat.Selama setahun ia tidur berpindah-pindah, dari kolong jembatan sampai di gang-gang kumuh, sering berkelahi dengan gelandangan lain untuk memperebutkan tempat, dan harus mengais makanan dari tempat sampah.Seharusnya ia tidak mengeluh ketika dibawa ke Pusat Penahanan Metropolitan Brooklyn. Namun ternyata di usianya yang sudah senja, kondisi buruk penjara membuatnya tersiksa. Dia bahkan lebih memilih untuk hidup di jalanan daripada di penjara itu.Penjara itu benar-benar buruk dan tidak berperikemanusiaan. Awal-awal ketika dibawa ke sana, terjadi pemadaman listrik selama seminggu dan saat itu adal
Sergei tidak menyangka bahwa kondisi Sergio begitu parah ketika berhadapan dengan Claire dulu. Dia langsung menanyakan tentang masa lalu Laura dan Claire pada Andreo, karena ia tidak mau membebani Laura yang sekarang sedang menikmati hidupnya setelah terbebas dari Segio.Ia tahu pasti apa yang terjadi dengan korban pelecehan seksual dan kekerasan fisik, apalagi jika tindakan itu dilakukan oleh orang yang dicintai. Pastilah menimbulkan trauma yang mendalam. Apalagi Laura dalam keadaan hamil muda saat itu. Tidak mudah menjalani kehamilan dalam keadaan depresi dan tanpa suami.Itulah kenapa Sergei tidak mau menjalin hubungan yang serius dengan perempuan manapun jika belum yakin, karena ditakutkan akan terjadi hal-hal seperti itu yang sudah pasti diderita oleh kaum perempuan."Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku sangat menyesal telah mengabaikanmu. Ayah hanya bisa meminta maaf. Ayah tahu itu semua tidak bisa mengubah keadaan."Sergei melihat Andreo menangis di hadapan seorang narapidan