"Claire? Kau ada di mana?” teriak Leo saat tak mendapati Claire di kamar gadis itu. Pintu kamar di dekat balkon masih tertutup, begitu juga dengan pintu kamar mandi. Ia kembali keluar dari kamar Claire dan mencarinya di kamarnya, namun hasilnya nihil. Di ruang tamu yang merangkap perapian, ruang makan, ruang teater, dan sepanjang balkon pun tak dilihatnya juga gadis itu, membuatnya waswas bukan main. Sampai ketika ia memasuki dapur, ia mendapati Andreo yang tengah membuat kopi instan di sana.“Paman, dimana Claire?” tanya Leo langsung.“Dia sedang diterapi oleh Paul di kamarku. Perkembangannya lumayan pesat. Paul bilang James enggan muncul saat terapi berlangsung,” jawab Andreo sambil mengaduk kopinya.“Kau tidak bersama Arsen? Tadi Claire menanyakannya berkali-kali. Dia benar-benar membutuhkan pria itu untuk menenangkannya sebelum terapi. Bahkan keberadaanku pun masih belum cukup...” Perkataan Andreo terhenti saat ia menoleh dan mendapati ada orang lain yang berdiri di belakang
Arsen menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan perkataan terakhir dari Andreo. “Tunggu sebentar! Aku masih sibuk mencerna kisah masa lalu Claire, dan tiba-tiba saja kau membahas tentang ayahku dan ayah tiri Sergio. Bisakah kau jelaskan lebih detail?” tanyanya sambil menatap Andreo yang sedang meminum air dibantu oleh Juan."Lebih baik kau menanyakannya pada ayahmu secara langsung, Nak. Tidak baik mendengarkan cerita dari orang lain, yang bisa jadi justru tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Aku hanya tidak mau membuatmu berprasangka buruk karena tidak mendengarnya secara langsung dari ayahmu,” jawab Andreo dengan nafas sedikit tersengal, kemudian tersenyum pada Juan.Arsen mengangguk-angguk sambil menatap ayahnya. “Silahkan, kalau ayah berkenan mau menceritakan masa lalumu padaku, aku akan merasa sangat tersanjung. Mengingat bahwa selama ini aku terlihat seperti bayangan saja, bukan?” katanya dengan nada sarkastis, membuat Juan mengerutkan keningnya.“Arsen, apa yang kau b
Arsen melangkah tak tentu arah di rumah Leo dengan dada bergemuruh. Jika mereka berpikir bahwa dirinya langsung meninggalkan balkon, maka mereka salah besar. Ia masih duduk di kursi dekat perapian untuk menenangkan diri, sebelum melakukan hal-hal yang nantinya akan disesalinya. Ternyata keputusannya itu tidak salah. Ia justru mendengar fakta yang sesungguhnya mengenai masa lalu Juan dan ibunya. Rasanya ingin sekali ia kembali ke tempat itu dan memaki-maki Juan atas perbuatannya dulu. Seharusnya ia bisa merasakan kasih sayang orang tuanya, jika saja Juan tidak egois. Tidak perlu merasa seperti terbuang atau tidak diinginkan selama hidupnya, kalau saja Juan tidak bersikap seperti seorang pengecut.Amarah itu semakin membesar saja setiap detiknya karena perkataan Juan terus terngiang-ngiang di benaknya. Kedua matanya nyalang menatap meja bar yang ada di sudut ruang teater, mendorong kakinya untuk semakin mendekat kesana dan melampiaskannya pada minuman. Kedua tangannya mengepal dan b
“Sedang apa kau di sini?” tanya Sergio dengan wajah datar.“Eh, aku sedang...sedang menunggui temanku,” jawab Laura gugup.“Teman? Sejak kapan kau memiliki teman di sini? Temanmu hanya aku saja, bukan?” tanya Sergio dengan nada biasa saja, namun mampu membuat wajah Laura memerah karena mengerti dengan maksud yang tersirat dari kalimat itu.“Kau sendiri, sedang apa di sini? Bukankah kau sedang ada urusan dengan Leo?” tanya Laura mencoba mengalihkan topik pembicaraan.Sergio menaikkan sebelah alisnya. “Aku sedang mencari seseorang,” jawabnya singkat.“Seseorang? Kalau boleh tahu siapa? Claire?” Laura mencoba meredam rasa cemburu yang semakin membesar di hatinya.“Laura,” jawab Sergio singkat, namun memberikan efek yang luar biasa bagi Laura. Tubuhnya sempat menegang selama beberapa saat, namun setelah itu kembali rileks.“Eh? Laura? Siapa dia? Aku belum pernah mendengar namanya,” tanya Laura dengan senyum dipaksakan.Sergio menyipitkan matanya, membuat Laura mengumpat dalam hati
Sudah lima menit Arsen mondar-mandir di depan kamar yang terletak di sebelah kanan tangga. Suara teriakan Claire tadi sempat membuatnya panik, sehingga ia bergegas meninggalkan ruang teater untuk mencarinya. Sampai akhirnya ia berhenti di depan kamar ini. Ingin sekali ia langsung masuk dan melihat apa yang terjadi, namun ada bagian dari dirinya yang tidak setuju dan ada yang memaksanya untuk segera masuk. Hal yang lagi-lagi membuatnya bingung sekaligus penasaran, apakah dia benar-benar memiliki alter ego seperti yang dikatakan oleh Leo, ataukah hanya halusinasinya saja?Suara bentakan terdengar dari dalam kamar, namun kali ini terdengar sedikit lebih berat dengan logat British yang kental. Tanpa menunggu lebih lama lagi, bergegas Arsen membuka pintu kamar dengan hati-hati agar tidak mengganggu. Saat sudah masuk ke dalam kamar, tubuhnya mematung tatkala melihat Claire yang sedang berbaring sambil membentak-bentak Paul. Tidak terlihat seperti Claire yang biasanya, tapi lebih terlihat
Claire terbangun karena perutnya keroncongan. Ditambah lagi suara teriakan yang terdengar cukup keras, membuatnya tak bisa lagi kembali mengarungi alam mimpi. Ia menoleh ke sampingnya, mendapati Arsen yang masih tidur sambil memeluknya. Mereka bahkan masih belum berpindah dari sofa panjang sejak tadi. Dengan hati-hati ia melepaskan diri dari pelukan Arsen dan turun dari sofa. Badannya terasa begitu pegal dan kaku, membuatnya mengerang saat berusaha menggerakkannya.Setelah tubuhnya sudah kembali lemas, ia keluar dari kamar untuk mencari makanan di dapur. Dalam hati ia mengeluh karena letak dapur cukup jauh dari kamar yang ditempati oleh ayahnya. Ia masih harus melewati lorong dan ruang makan yang membuatnya sebenarnya malas untuk ke sana. Saat kakinya hendak melangkah ke lorong, suara erangan itu kembali terdengar. Ia menoleh ke kanan, mencoba untuk memastikan bahwa suara itu berasal dari sana. Erangan itu terdengar lagi dengan begitu jelas, membuatnya berbalik menuruni tangga men
"Kita adalah saudara?” Josh terkekeh geli. “Lelucon apa yang ingin kau sampaikan padaku?”“Aku tahu, kau ingin membalas dendam pada Juan Forbes atas kematian ayahmu melalui aku. Pada awalnya aku membencimu karena kukira kau melakukan hal yang konyol. Tapi pengakuan Juan saat dia kira aku sudah pergi benar-benar mengejutkanku,” jawab Arsen sambil memegang lengan pemuda itu. “Aku bukanlah anak kandung Juan Forbes, Josh. Aku adalah anak kandung Daniel William, ayahmu.”Josh melotot tak percaya. “Tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin memiliki anak selain aku. Dia adalah laki-laki yang setia...”“Kita tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang, Josh. Banyak rahasia yang tersimpan begitu lama karena keegoisan orang-orang tertentu, dan orang lain yang harus menanggung akibatnya.” Arsen tersenyum miris. “Kita hanyalah pihak yang tidak tahu apa-apa di sini, namun justru menjadi korban karena kebungkaman mereka.”Tak berapa lama kemudian, Claire datang dengan membawa sebaskom air
Di tengah-tengah jadwal yang begitu padat, Leo tetap menyempatkan dirinya untuk pergi ke sebuah rumah sederhana dua tingkat di pinggiran kota Portland. Meskipun rumah itu terlihat sederhana di luar, tidak ada yang akan mengira bahwa bagian dalamnya terlihat mewah. Pria itu mendengus ketika melewati lorong setelah menaiki tangga. Pemilik rumah ini terlihat sekali tidak mau dianggap sebagai orang kaya. Atau mungkin sebenarnya dia hanya ingin menghindari pegawai pajak. Tapi siapa yang tidak kenal dengan Jack Reeves? Bujangan tampan yang tidak hanya dikenal sebagai kepala FBI, tetapi juga dikenal sebagai pemilik gedung apartemen mewah yang ditempati oleh para artis dan orang-orang kaya yang menginginkan hunian mewah dengan tingkat keamanan yang tinggi. "Kau merindukan Rose?" tanya Leo yang begitu memasuki ruang billiard, justru mendapati pria itu tengah memandangi foto Rose di ponselnya di dekat jendela. Pria itu tidak menanggapi. Tangan kanannya sesekali mendekatkan gelas berisi angg
“Tania, kau yakin dengan keputusanmu? Kau masih muda, masih berusia 23 tahun. Pertimbangkanlah lagi keputusanmu untuk menikah,” bujuk Josh sambil mendekati Tania yang sedang dipakaikan penutup kepala oleh seorang perempuan seumuran Leo.“Josh, semua sudah setuju jika aku menikah muda. Lihatlah Claire dan Laura, mereka juga menikah muda.” Tania mendesah lelah, lalu memeriksa ponselnya.“Laura menikah karena anaknya membutuhkan ayah, sedangkan Claire...ugh, jangan paksa aku untuk menyebutkan alasan kenapa dia terburu-buru untuk menikah. Tapi kau...astaga, bahkan usia Leo sangat jauh di atasmu! Dia sudah 30 tahun, Tania,” sergah Josh lalu mendecak kesal.Tania hanya memutar matanya melihat kehebohan pria itu. “Hei, kapan Kak Arsen datang? Dia harus menjadi saksi di pernikahanku sebentar lagi.”“Ck, aku masih tidak setuju kau menikah terlalu dini. Kau bilang ingin berkarir dulu di bidang pakaian atau apalah itu. Lagipula...Oh, hai, Claire! Kapan kau datang dari Moscow? Lihatlah dirim
“Tato kepala kucing di kedua dadaku, memiliki arti bahwa aku adalah orang yang licik dan bisa mendapatkan kepercayaan dari semua korbanku dengan mudah. Tato mawar di dada kananku, itu kudapatkan karena aku dulu pernah dipenjara saat berusia 18 tahun. Lalu tato kapal layar di perutku, karena aku pernah kabur dari penjara dan kembali melakukan kejahatan. Tato tengkorak di kedua lenganku, artinya adalah pembunuh. Dan tato ini.” Sergio menunjuk tato kepala manusia tanpa rambut di dada kirinya. “Ini adalah tato Lenin. Tato ini sebagai perlindungan, agar penjaga tidak menembakku meskipun aku dijatuhi hukuman mati. Hal itu karena mereka dilarang menembak gambar dari pemimpin besar.”Claire menyentuh tato itu dengan takjub. Tato itu benar-benar terlihat indah, tapi ia ngeri tatkala membayangkan rasa sakitnya. “Kenapa kau harus menato tubuhmu?”Sergio terkekeh geli mendengar pertanyaan dari wanita itu. “Ini di dunia nyata, Claire. Jika aku masuk penjara tanpa tato, aku bagaikan seekor dom
Sergio keluar terlebih dulu dengan tubuh membungkuk dan kedua tangan berada di belakang punggung, diikuti oleh Viktor. Begitu keluar dari sel, Sergio melihat ada lima orang penjaga beserta satu anjing yang terus saja menggonggong. Salah seorang dari mereka berpakaian serba hitam, sedangkan empat lainnya berpakaian loreng abu-abu hitam. Salah seorang penjaga langsung memegangi lengannya ketika ia menghadap ke dinding, dan semakin membungkukkan tubuhnya hingga 90 derajat. “Apa kau memiliki barang-barang terlarang?” tanya penjaga yang tadi memerintahkan mereka untuk keluar.“Tidak, Pak!” jawab Sergio dan Viktor bersamaan.Sergio merasakan penutup kepalanya diambil, lalu lehernya dipegangi dari belakang. Ia menoleh ke kiri dan menjulurkan lidahnya. Penjaga langsung menunduk untuk mengecek, apakah ia menyembunyikan barang-barang terlarang atau tidak. Setelah pengecekan selesai, Sergio disuruh berjalan melewati lorong dengan posisi tetap membungkuk dan kedua tangan diborgol di belakan
Satu setengah tahun kemudian...Penjara Black Dolphin, Orenburg, Rusia. Dekat perbatasan Kazakhstan.“Sel nomor 180, bangun!” Suara teriakan sipir membuat Sergio langsung membuka matanya dan bergegas bangkit dari tidurnya.“Ya, Pak!” teriaknya dan Viktor Astankov, rekan satu selnya, bersamaan.Seperti pagi-pagi sebelumnya, ia sudah terbiasa langsung merapikan tempat tidurnya yang berada di tingkat bawah. Tempat tidur sempit dari besi bertingkat dua yang hanya dilapisi oleh matras tipis dan satu bantal. Dilihatnya Viktor yang tergesa-gesa turun dari tempat tidurnya di tingkat atas menuju ke westafel. Pria yang lebih muda dua tahun darinya itu memuntahkan isi perutnya berkali-kali. Hal itu mengingatkannya pada dirinya sendiri saat baru pertama kali berada di sini. Dia bahkan pernah tak makan selama dua hari karena perutnya terus bergejolak, namun justru tubuhnya gemetar setelah itu. Tak ada sekalipun belas kasihan dari para penjaga yang melihatnya. Justru mereka semua mencemoohny
Arsen tidak pernah membayangkan akan sampai di titik ini. Titik dimana hatinya diuji, apakah ia mampu memaafkan atau justru tetap bersikukuh untuk menyimpan dendam dan memeliharanya entah sampai kapan.Ia hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa sakit ketika dilukai oleh orang terdekatnya, orang yang ia kira sebagai sosok ayah kandungnya, yang seharusnya mengayomi dan menyayanginya. Luka yang ditorehkan oleh orang terdekat jauh lebih sakit daripada luka dari orang lain.Meskipun Juan bukanlah ayah kandungnya, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, tapi pria itu tidak pernah menelantarkannya. Setiap bulannya, pria itu selalu mentransfer uang untuk biaya pendidikan dan biaya hidup. Pria itu tidak pernah mengungkit jati dirinya yang sebenarnya. Tapi setelah tahu bahwa perusahaan yang selama ini dikelola oleh Juan sebenarnya adalah milik Daniel Williams, ayah kandungnya sendiri, rasa marahnya kembali memuncak. Betapa tidak tahu dirinya lelaki itu. Sudah merebut ibunya dari ayah
[Selama aku bernafas, aku pernah berjanji bahwa aku tidak akan pernah memaafkanmu sampai ajal menjemputmu. Aku ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Aku ingin kau menderita di sepanjang hidupmu. Kalau perlu, aku ingin melihatmu sekarat hingga kau memohon pada Tuhan untuk segera mengambil nyawamu. Ya, sebenci itulah aku padamu. Kalau bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah mau bertemu denganmu. Aku tidak akan sudi berkenalan denganmu dan membiarkanmu merusak hubunganku dengan Daniel.Ketika aku bahagia dengannya setelah menikah dan akhirnya mengandung Arsen buah cinta kami, aku tidak pernah berfikir bahwa kau akan menjadi iblis yang tega menghancurkan kebahagiaan sahabatmu sendiri. Sebelum kau tersesat, siapa yang menolongmu dari jalanan dan mengangkat derajatmu? Siapa yang memberimu makan dan tempat tinggal agar kau tidak mati kedinginan di gang sempit itu? Siapa yang membuatmu bisa hidup dengan layak?Tapi tentu saja, kau dengan hati jahatmu justru merebut perusahaan milik Danie
Setelah Claire keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Amerika Serikat Coleman 1, Arsen hanya diam saja. Bahkan ketika mereka sudah menaiki taksi untuk langsung menuju ke bandara, pria itu masih tidak mau membuka mulutnya.Dengan sabar, Claire menggiring suaminya ke restoran yang ada di bandara untuk makan siang sebelum menaiki pesawat. Masih ada 2 jam sebelum jadwal keberangkatan mereka kembali ke Portland. Hari ini memang hari libur, jadi bandara terlihat ramai. Mereka makan siang dalam diam, dan Claire sama sekali tidak keberatan. Arsen bukannya tidak peduli pada Juan. Pria itu hanya masih belum mau menerima perbuatan ayah tirinya itu. Hal yang wajar. Siapa orang yang mau dengan legowo langsung memaafkan seseorang yang telah dengan keji memisahkan seorang anak dari ibu dan ayahnya sejak kecil?Bahkan sekelas Nabi pun ada yang sampai buta karena kehilangan anaknya. Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Tuhan saja Maha Pemaaf, mengapa manusia tidak bisa? Karena dari segi manapun, Tuhan tid
Selama hidupnya, Juan pernah mengalami masa terburuk ketika dia bangkrut dan harus hidup di jalanan sebagai gelandangan. Tidak ada satupun keluarga yang mau menolongnya, karena ayahnya adalah anak haram yang tidak diakui oleh kakeknya yang merupakan seorang konglomerat. Juan dan ayahnya adalah aib yang bisa mencoreng nama besar keluarga yang sudah dikenal dengan kebaikannya di mata masyarakat.Selama setahun ia tidur berpindah-pindah, dari kolong jembatan sampai di gang-gang kumuh, sering berkelahi dengan gelandangan lain untuk memperebutkan tempat, dan harus mengais makanan dari tempat sampah.Seharusnya ia tidak mengeluh ketika dibawa ke Pusat Penahanan Metropolitan Brooklyn. Namun ternyata di usianya yang sudah senja, kondisi buruk penjara membuatnya tersiksa. Dia bahkan lebih memilih untuk hidup di jalanan daripada di penjara itu.Penjara itu benar-benar buruk dan tidak berperikemanusiaan. Awal-awal ketika dibawa ke sana, terjadi pemadaman listrik selama seminggu dan saat itu adal
Sergei tidak menyangka bahwa kondisi Sergio begitu parah ketika berhadapan dengan Claire dulu. Dia langsung menanyakan tentang masa lalu Laura dan Claire pada Andreo, karena ia tidak mau membebani Laura yang sekarang sedang menikmati hidupnya setelah terbebas dari Segio.Ia tahu pasti apa yang terjadi dengan korban pelecehan seksual dan kekerasan fisik, apalagi jika tindakan itu dilakukan oleh orang yang dicintai. Pastilah menimbulkan trauma yang mendalam. Apalagi Laura dalam keadaan hamil muda saat itu. Tidak mudah menjalani kehamilan dalam keadaan depresi dan tanpa suami.Itulah kenapa Sergei tidak mau menjalin hubungan yang serius dengan perempuan manapun jika belum yakin, karena ditakutkan akan terjadi hal-hal seperti itu yang sudah pasti diderita oleh kaum perempuan."Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku sangat menyesal telah mengabaikanmu. Ayah hanya bisa meminta maaf. Ayah tahu itu semua tidak bisa mengubah keadaan."Sergei melihat Andreo menangis di hadapan seorang narapidan