Ivana dan Arsen pun menuruni mobil, mereka jalan bersama menyusuri jalanan kosong itu. Ivana terlihat bahagia dan menikmati semua penampilan yang ditampilkan di sana.“Mau coba makanannya?” tanya Arsen yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Ivana.Mereka pun mendekati salah satu food street dan mencicipi salah satu makanan.“Ini enak,” ucap Ivana menyuapi Arsen juga. “Gimana, enak, kan?”“Iya, enak,” jawab Arsen.Setelah mereka memesan makanan favorit mereka sebagai camilan, Lalu Ivana dan Arsen terus menjelajahi setiap sudut jalan yang menawarkan beragam jajanan yang menggugah selera. Suasana di sekitar mereka penuh warna dan kebisingan, dengan bau makanan yang terbang di udara dan tawa orang-orang yang bersenang-senang.Tiba-tiba, Ivana terpesona oleh sebuah kedai aksesoris yang menjual berbagai barang lucu, jadi tanpa pikir panjang, dia langsung melangkah ke dalam. Begitu dia mencoba sepasang kacamata karakter yang super konyol, Arsen tidak mampu menahan tawanya. Lihat saja cara
“Ivana, kumohon!” gumam Arsen dengan tatapan terus tertuju ke kobaran api yang semakin membesar. Pria itu sudah terduduk di tanah dengan air mata yang luruh membasahi pipi. “Arsen?” Mendengar panggilan dari suara yang tak asing, membuat Arsen menoleh ke sumber suara dan kedua matanya melebar di sana saat melihat Ivana berdiri tak jauh darinya dengan tatapan bingung. Arsen yang merasakan kelegaan di hatinya pun bangkit dari posisinya dan berjalan perlahan mendekati Ivana yang berdiri dengan tatapan bingung. “Apa yang terjadi?” tanya Ivana menatap pria yang kini sudah berdiri di hadapannya. Arsen memegang kedua lengan Ivana dan tubuhnya kembali terduduk di tanah sambil menangis penuh kelegaan. “Arsen, ada apa?” tanya Ivana memegang tangan Arsen yang menangis di depannya. Wanita itu tidak bisa duduk berjongkok karena sedang hamil. “Kupikir kamu- syukurlah, hikz … “ isak Arsen di sana. Ivana melihat
“Kenapa aku ada di sini? Bukankah aku ada di mansion keluarga Manley yang ada di Norwegia?” gumam Ivana saat menyadari dirinya berada di Vila milik Arsen.Ivana berjalan perlahan mendekati kamar tempatnya beristirahat, tetapi dia terkejut saat pintu itu dibuka dari dalam. Kedua matanya semakin melebar saat melihat sosok dirinya yang menyembulkan kepalanya keluar pintu sambil melihat ke kanan dan kirinya. Kemudian, Dia berjalan menyusuri lorong untuk bisa keluar dari sana dengan langkah pelan.Ivana tahu, ini kilasan dari kehidupan sebelumnya. Dia juga tidak mengerti kenapa dia berada di sini dan bisa melihat dirinya sendiri di kehidupan sebelumnya. Ivana hanya bisa mengikuti Ivana yang berjalan meninggalkan kamar itu.Seperti perkiraannya yang terjadi di kehidupan sebelumnya, dia masuk ke sebuah ruangan yang pintunya terbuka, lalu dia menyalakan saklar lampu. Betapa terkejutnya saat dia melihat ruangan itu penuh dengan layar televisi dan banyak sekali foto menempel di jendel
Arsen menerobos masuk ke kediaman Alex dengan semangat yang membara, seolah dia adalah pahlawan dalam film laga yang tak kenal takut. Dengan gerakan yang lincah dan penuh percaya diri, dia melawan semua penjaga yang sedang berjaga di sekitar mansion yang megah itu.Rasanya, setiap langkahnya menembus ketegangan seperti kafein yang mengalir deras dalam darahnya. Beberapa penjaga sempat terkejut dan berusaha melawan, namun Arsen sudah dalam mode tempur, menghajarnya dengan cepat dan efisien. Suara gemuruh tinjunya menghantam tubuh-tubuh kekar milik para penjaga, dan seolah semua keberanian yang mereka miliki lenyap dalam sekejap.Tentu saja, bukan hanya satu atau dua orang yang berjaga-jaga, tetapi sekelompok besar pelindung yang lebih tampak seperti pasukan siap tempur daripada sekadar penjaga biasa. Meski begitu, Arsen tidak gentar, dia terus menerobos, menampilkan keahlian bertarungnya yang luar biasa, membuat orang-orang di sekitarnya terpana sekaligus
“Apa sekarang kamu sudah merasa tenang?” tanya Arsen sambil melihat Ivana yang meneguk minumannya di sana. "Ya, sudah lebih baik," jawabnya tersenyum kecil. Arsen mengulurkan tangannya ke wajah Ivana dan mengusap pelan mata wanita itu yang sembab dan memerah bekas menangis tadi. “Akhir-akhir ini kamu selalu menangis. Padahal sudah aku katakan, cukup satu hari saja kamu menangis dan bersedih. Jangan pernah menangis lagi,” ucap Arsen di sana menatap Ivana dengan tatapan lembut. “Maaf, Arsen.” Bibir Ivana kembali bergetar di sana. “Kenapa meminta maaf? Apa karena kamu menangis? Aku tidak marah, aku hanya mengkhawatirkanmu. Melihatmu seperti ini, benar-benar menyiksa hatiku, Ivana,” ucap Arsen membelai lembut pipi Ivana. “Sebenarnya apa yang kamu khawatirkan dan tangisi?” “Arsen, aku bermimpi,” ucap Ivana di sana. “Mimpi buruk?” tanya Arsen. “Kamu percaya dengan ceritaku sebelumnya, kan? Soal ini keh
“Kamu sudah kembali, Ar?” tanya Doly. Ternyata Doly dan Cedric sudah duduk manis menunggu kedatangan Arsen di sana. “Apa Elmer Rylee akan membantu kita?” tanya Cedric. “Di mana Ivana?” tanya Arsen, tanpa menjawab semua pertanyaan dari kedua rekannya. “Ivana?” Cedric celingukan sambil melihat kea rah Doly di sana. “Dia tidak terlihat keluar. Sepertinya, dia sedang istirahat di dalam kamar,” jawab Doly. “Oh, begitu. Syukurlah,” jawab Arsen mengambil duduk di sofa dengan helaan napas berat. “Kenapa? Apa Elmer Rylee tidak akan membantu kita?” tanya Cedric menatap raut wajah Arsen yang terlihat kalut. “Elmer berkata akan membantuku, tapi dengan syarat,” ujar Arsen. “Syarat? Apa itu?” tanya Doly. Arsen memandang Doly dan Cedric secara bergantian, dia kembali menghela napasnya. “Jangan membuat kami terus merasa penasaran, Arsen. Cepat, katakan, syarat apa yang diajukan Elme
“Kenapa melamun di sini?” tanya Doly saat melihat Arsen yang berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana di jendela yang menjadi pembatas rumah dengan halaman belakang. “Belum tidur?” tanya Arsen menoleh ke arah Doly di sana. “Aku terbangun dan ingin minum air. Ngomong-ngomong apa kamu sudah bicara dengan Ivana?” tanya Doly di sana. “Ya, sudah,” jawab Arsen menghela napas. “Lalu, bagaimana tanggapannya masalah permintaan Elmer ini?” tanya Doly. “Dia memintaku untuk menerimanya dan menikahi Grasella,” jawab Arsen tertawa nyaring seakan mengejek dirinya.Dia seakan tidak mengerti bagaimana sebenarnya perasaan Ivana terhadapnya. Di satu sisi, Ivana memperlihatkan sisi rapuh yang membuat Arsen merasa seperti pahlawan dalam hidupnya, setiap kali Ivana menghadapi kesulitan, Arsen merasa terpanggil untuk menemani dan melindungi wanita itu, seolah-olah dia adalah satu-satunya tempat aman yang bisa Ivana andalkan.Namun, di s
Ckiitttt….. Suasana di sekitar gerbang dan pintu depan mansion megah kediaman Manley mendadak tegang ketika sebuah mobil mewah melaju kencang di jalanan, menciptakan suara rem yang tajam dan mengguncang ketenangan lingkungan sekitarnya, diikuti dengan debu yang berterbangan di udara.Kejadian ini menarik perhatian semua orang yang berjaga di area tersebut, membuat mereka segera siapa gerangan yang membuat keributan itu. Dalam hitungan detik, pintu pengemudi terbuka dan Arsen, sosok yang dikenal karismatik dan penuh semangat, segera melompat keluar dari mobilnya.Dengan cepat, dia menutup pintu mobil tersebut dan berlari menuju pintu masuk mansion dengan kecepatan yang hampir terlihat supernatural. Di dalam ruangan, Doly yang sabar menunggu di ruang tamu terkejut saat melihat Arsen melesat masuk seperti vampir yang muncul dari kegelapan malam. Ekspresi di wajahnya menampakkan rasa ingin tahu dan kekhawatiran, sementara jantungnya berdegup kencang. Dengan suasana yan
Acara dilanjut dengan resepsi di halaman gereja yang meriah. Zeeya sibuk menikmati banyak camilan dan dessert yang tersaji di sana.Resepsi di halaman gereja berlangsung meriah, dengan nuansa taman yang indah, dihiasi lampu-lampu berkelip dan bunga-bunga berwarna cerah. Meja-meja penuh dengan berbagai jenis hidangan lezat, dari makanan pembuka hingga hidangan penutup yang menggugah selera. Sambil berdiri di sekitar area dengan pemandangan danau yang tenang, para tamu menikmati kebersamaan dan suasana yang penuh kebahagiaan.Zeeya yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya, sudah berada di meja dessert, dengan wajah ceria dan penuh semangat. Camilan-camilan kecil, kue-kue manis, dan es krim berwarna-warni menarik perhatian balita tersebut. Dengan riang, dia memilih beberapa kue kecil dan memakannya satu per satu sambil tertawa kecil.
Saat mereka melangkah masuk ke dalam gereja, suasana penuh kehangatan menyambut. Hiasan bunga putih dan hijau menghiasi altar, sementara cahaya matahari yang masuk melalui kaca patri memberikan nuansa sakral. Para tamu, yang sebagian besar adalah kerabat dekat dan teman, sudah menempati tempat duduk mereka.Cedric dan istrinya, yang sedang berbincang di dekat pintu masuk, langsung melambai begitu melihat Arsen, Ivana, dan Zeeya. Cedric tersenyum lebar, lalu menghampiri mereka. "Akhirnya kalian sampai juga. Zeeya, kamu terlihat sangat cantik hari ini!" katanya sambil bercanda.Zeeya tersenyum malu-malu sambil merapat ke Ivana. "Terima kasih, Uncle Cedlic."Tak lama kemudian, Elmer dan Grasella datang menghampiri. Elmer tersenyum sopan, sementara Grasella tampak anggun dengan gaun biru muda. "Senang sekali bertemu kalian di sini," sapa Elmer. "Doly pasti bahagia melihat kalian hadir.""Iya, ini acara yang tidak mungkin kami lewatkan," balas Arsen sambil menjabat tangan Elmer. "Bagaiman
“Ini lumah siapa, Mom, Dad? Besal sekali!” ujar Zeeya yang ada di gendongan Arsen. “Ini, rumah keluarga Daddy. Selama di sini, kita akan tinggal di sini,” ucap Arsen. “Asyik… Zeeya bisa main lali-lali dan ke tempat bunga,” ucap Zeeya dengan lucunya. Arsen tertawa kecil sambil mencium pipi Zeeya yang penuh semangat di gendongannya. "Tentu saja, Sayang. Nanti Daddy ajak Zeeya lihat semua tempat di sini. Ada taman bunga yang besar, ada air mancur juga. Kamu pasti suka."Ivana tersenyum melihat kegembiraan putrinya. Dia mengamati mansion megah yang sudah direnovasi itu dengan perasaan campur aduk. Tidak banyak yang berubah, Arsen dan Doly tidak ingin menghilangkan momen penuh kenangan di sini. Berada di sini secara langsung tetap memberinya kesan yang berbeda. Besar, mewah, dan penuh aura nostalgia."Mommy juga bisa ikut main sama Zeeya?" tanya Zeeya dengan mata berbinar, memeluk leher Arsen erat-erat."Tentu saja," jawab Ivana sambil mengusap lembut kepala putrinya. "Mommy dan Daddy a
2 Tahun Kemudian….. “Apa ini serius?” tanya Arsen mendengar ucapan Doly di sana. “Ya, kamu pikir aku berbohong,” ujar Doly. “Apa kamu sudah bertemu dengan wanita yang akan dinikahi Doly, Ric?” tanya Arsen. “Ya, sudah. Ini sih beneran pawangnya si Doly,” kekeh Cedric. “Dia langsung tunduk sama omongan calon istrinya.”Cedric dan Arsen terkekeh mendengarnya. “Itu bukan tunduk. Tapi, bentuk rasa cinta,” ucap Doly. Arsen tertawa kecil mendengar pembelaan Doly yang terdengar tulus namun juga sedikit defensif. "Rasa cinta, ya?" ucap Arsen menggoda. "Jadi, siapa wanita hebat yang berhasil menjinakkan si Doly ini?"Cedric, yang masih terkekeh, menyela lebih dulu. "Percayalah, dia tipe yang nggak main-main. Elegan, cerdas, tapi juga punya aura tegas. Doly langsung berubah total kalau di dekat dia. Serius banget."Arsen menatap Doly dengan senyum penuh arti. "Wah, kalau sampai Cedric bilang begitu, berarti dia benar-benar istimewa. Aku penasaran ingin bertemu dengannya. Kapan kamu memper
Doly sudah berpenampilan rapi dengan setelan jasnya. Dia bersiap untuk datang ke sebuah undangan pesta salah satu kliennya. “Uh... pesona Doly memang tidak terkalahkan,” gumamnya penuh percaya diri sambil merapikan jas yang dikenakannya.Doly menatap dirinya sendiri di cermin besar, senyum puas menghiasi wajahnya. Dengan gaya khasnya, ia mengangkat dagu sedikit, memiringkan kepala, dan mengedipkan satu mata ke pantulan dirinya. "Siapa yang bisa menolak daya tarik ini?" ujarnya sambil tertawa kecil.Dia mengambil parfum mahal dari meja rias, menyemprotkannya dengan gerakan anggun ke pergelangan tangan dan lehernya. Setelah itu, dia memeriksa kembali dasinya untuk memastikan segalanya sempurna."Klien pasti akan terkesan. Lagi pula, bukan Doly namanya kalau tidak mencuri perhatian," gumamnya sambil tersenyum penuh percaya diri.Sebelum melangkah keluar, ia mengambil ponselnya dan melihat sekilas undangan di layar. "Saatnya membuat malam ini lebih berwarna," katanya s
“Wah, ada kue ikan,” ucap Doly menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu turun dari mobil dan berjalan mendekati pedagang kue ikan yang berjualan di sebuah gerobak pinggir jalan. “Bungkuskan kue ikannya, sepuluh biji,” pinta Doly. Pedagang tersebut menoleh ke arah Doly sambil menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan.” Sambil menunggu, Doly memainkan ponselnya. Dan saat itu, dia terkejut karena ponselnya dirampas oleh seseorang yang berada di atas motor bersama rekannya. Doly yang terkejut pun langsung berteriak, “Perampok! Perampok!” teriak Doly di sana membuat semua orang melihat ke arahnya. Sayangnya, motor yang dikendarai perampok itu sudah cukup jauh, sampai ada sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat mengejar perampok tersebut. Doly masih berdiri di tempatnya dengan tatapan yang penuh kegelisahan.Kejadian itu membuat suasana sekitar menjadi tegang sejenak. Doly berdiri terpaku, pandangannya mengikuti motor spo
“Kamu mau menanam apa, Sayang?” tanya Arsen saat melihat melihat taman yang sudah di rapihkan oleh Ivana. “Aku ingin menghias taman dengan nuansa yang bagus. Apalagi, sebentar lagi musim dingin akan segera berakhir, dan aku ingin menyambut musim baru dengan suasana yang baru. Aku ingin menanam bunga dan tanaman hias,” jelas Ivana penuh semangat.Arsen tersenyum melihat semangat Ivana yang menggebu-gebu. Dia berjalan mendekat dan meraih tangan Ivana lembut, memandangnya dengan penuh perhatian.“Bunga dan tanaman hias? Itu ide yang bagus. Kamu sudah memutuskan bunga apa yang ingin kamu tanam?” tanyanya sambil mengusap punggung tangan Ivana.Ivana mengangguk kecil, matanya berbinar. “Aku ingin menanam tulip, mawar, dan lavender. Mereka akan membuat taman ini penuh warna dan harum. Oh, dan aku juga ingin beberapa pohon kecil untuk memberikan sedikit keteduhan.”Arsen tertawa pelan. “Kamu memang selalu punya rencana besar, Sayang. Tapi aku suka itu. Aku akan membantumu
“Wah, Zee udah wangi, ya... “ Ivana membawa Zee ke dalam gendongannya dengan wajah yang ceria. Dia berjalan keluar dari kamar Zee, seorang pelayan berjalan mendekatinya. “Nyonya, ada tamu untuk anda. Dia adalah baby sister yang di kirim kantor penyedia,” tuturnya. “Oh iya, baiklah. Aku akan turun dan menemuinya,” ujar Ivana dengan menggendong Zee, dia pun turun ke bawah dan melihat sosok wanita di ruang tamu. Wanita itu terlihat masih muda, tetapi wajahnya cukup mirip dengan Ana, sekretarisnya dulu yang menjadi mata-mata Arsen. “Selamat siang, Nyonya Manley,” sapa wanita itu. “Saya Laila, yang di kirim oleh pihak penyedia untuk menjadi baby sister putri Anda,” ucap Laila tersenyum ramah.Ivana mengamati Laila dengan cermat. Ada sesuatu di mata Laila yang terasa familiar, meskipun ia tidak bisa langsung mengingat apa."Selamat siang, Laila," jawab Ivana dengan senyuman hangat tapi hati-hati. "Silakan duduk. Saya ingin tahu lebih banyak
Oek… Oek… Oek… Ivana bergegas bangun dari tidurnya saat mendengar tangisan Zee. Dia bangkit dari posisinya dan mendekati ranjang bayi yang berada di samping ranjang tempatnya dan Arsen tiduri. “Uh… putri cantik Mommy bangun, ya,” ucap Ivana tersenyum merekah menyapa Zee yang sudah mulai berhenti menangis. “Kenapa? Zee menangis?” tanya Arsen yang ikut terbangun di sana. “Sepertinya, popoknya basah. Aku akan menggantinya,” ucap Ivana. “Kamu pasti lelah. Istirahatlah, aku yang akan menggantikannya,” ucap Arsen bangkit dari posisinya mendekati ranjang bayi. “Apa tidak apa-apa?” tanya Ivana menatap Arsen. “Kenapa kamu ragu? Kamu takut aku tidak bisa melakukannya, ya?” kekeh Arsen. “Tenang saja, aku bisa melakukannya dengan baik. Lihatlah nanti,” ucap Arsen tersenyum dengan penuh rasa percaya diri.Ivana tersenyum kecil melihat kepercayaan diri Arsen yang jarang ia lihat dalam momen seperti ini. Ia mengangguk pe