Satu setengah jam dari kepergian Saryn menuju ke kantor. Matahari sudah sampai di atas kepala.Arga kini baru bangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya berada di kamar yang berbeda dengan kamarnya. “Bukankah ini kamar si-tinkerbell itu?” Setelah berucap seperti itu, Arga tiba-tiba terpikir sendiri. “Tinkerbell?” Dia tersenyum kecil Arga baru terasa jika memang Saryn mirip tinkerbell, karakter peri pengrajin dalam film Disney. Tingkah nya yang ceria dan selalu tidak mau diam, dianggap mirip dengan Saryn. Saryn pun memiliki badan yang cukup mungkin, maka dari itu jika ada sesuatu yang cocok untuk Saryn adalah, “Tinkerbell.” Lepas dari itu, kemungilan tubuh Saryn tidak didukung oleh bentuk buah dadanya. Itu karena Saryn memiliki buah dada yang cukup besar, kenyal menggoda. “Kenapa aku memikirkan itu?” Ucap Arga dengan menepuk keningnya, sepertinya Arga masih merasa sedikit pusing dari sisa mabuk semalam. “Lebih baik aku bersi–” “Dimana kunci mobilku?” Arga memegang sel
Saryn baru menyadari jika seharusnya dia tidak membawa mobil itu sendiri. Tapi jika sampai dia diantarkan oleh supir pun, itu akan juga mempengaruhinya. “Aku harus mencari alasan yang tepat.” Ucap Saryn dalam hatinya. “Itu aku meminjamnya kemarin karena suatu alasan.” “Dan juga, tadi pagi direktur menelponku katanya aku disuruh ke kantor untuk menggantikan dia mengecek beberapa berkas penting.” Clarissa tidak begitu saja percaya.Berbeda dengan karyawan-karyawan yang lain. “Nona… Mari Nona, saya akan mengantar nona ke ruang rapat sekarang.” Ucap salah seorang karyawan laki-laki yang tadi ikut membicarakan Saryn dengan teman-temannya yang lain. “Tolong kalian jangan memanggilku Nona. Aku jauh lebih muda dari kalian. Panggil saja aku Saryn.” Ucap Saryn dengan tersenyum. “Baik nona– Eh maksud saya, iya Saryn.” Jawab karyawan yang tadi. Saryn mengangguk dna berjalan masuk kedalam kantor. Ada sekitar empat langkah Saryn berjalan, dia berhenti dan berkata. “Satu lagi. Aku men
“Tutup pintunya!” perintah Arga kepada Saryn yang mengikuti dirinya dari arah belakang. Saryn dengan masih mengeluh, meskipun sebatas dalam hatinya, tapi dia menuruti perintah dari atasannya itu. “Kenapa pak ‘direktur’ datang, bukankah pak direktur sedang menikmati istirahat di rumah?” Sindir Saryn. “Apa yang baru saja kau lakukan disana?” Tanya Arga dengan begitu angkuhnya. “Maaf pak direktur. menurut saya tidak ada yang salah bagi saya memperdalam ikatan dengan karyawan yang lain.” jawab Saryn sengaja seolah menguji kesabaran milik Arga. Arga yang saat itu membelakangi Saryn menghadap keluar gedung hanya bisa mendengus saat dia mendengar jawaban dari gadis itu. Arga sangat menyadari jika Saryn sengaja mencari masalah dengannya. Entah apa penyebabnya, tapi Arga merasa jika Saryn ingin sekali memicu pertikaian dengan dirinya. “Jika itu maumu…” “Anda bilang apa pak Direktur?” tanya Saryn yang tidak mendengar ucapan Arga yang begitu lirih barusan. “Tidak. Setelah ini kau bisa p
Setelah Saryn kembali duduk di tempat yang tadinya di duduki oleh Arga, Arga segera pergi dari kantor dan seolah menyerahkan semua urusan kantornya kepada Saryn.“Hallo!” Saat Arga pergi dari kantor itu, Dia masih sempat menelepon seseorang, yang ternyata itu adalah Medy.“Aku ingin ke tempatmu.”“Siap Tuan Saya akan menjemput tuan sekarang!” Jawab Medy dengan tegas. “Tidak perlu, aku akan pergi sendiri,” Ucap Arga.“Tapi Bos–”“Ini perintah!” “Siap Bos. Saya akan menunggu Bos di tempat saya.”Arga pergi menuju ke tempat Medy dengan menunggangi sebuah Lamborghini Veneno.Itu adalah salah satu mobil yang ada di garasi milik Arga. Mobil itu dari segi harga memang tidak sebanding dengan Bugati Divo miliknya tapi untuk kecepatan hampir sama karena keduanya sama-sama mobil sport dengan kekuatan mesin yang tidak berbeda jauh.Sekitar 25 menit Arga berkendara.Arga kini sudah berada di depan gerbang, tempat milik Medy. Sebuah Villa dengan ukuran sedang.Penjagaan di villa itu cukup ketat.
"Selamat datang Tuan!" Sapa Medy yang melihat Arga yang datang sebagai seorang Arga, bukan Vlad.Arga menganggukkan kepalanya.Medy mengawal Arga untuk masuk ke dalam villanya.Tidak lupa Pritin juga menyajikan minuman untuk Arga. Sebuah wine spesial yang hanya disuguhkan oleh Medy kepada Arga selaku bosnya.Arga diam sesaat disaat dia meminum Wine di gelas yang dia pegang. Setelah gelas itu di letakkan kembali di meja, Arga mulai berbicara lagi."Bagaimana kabar anak itu?" Tanya Arga.Anak yang dimaksudkan oleh Arga adalah adik Saryn, Welly."Semuanya berjalan dengan normal dan lancar Tuan." Jawab Medy dengan sikapnya yang tegas."Kalau begitu antarkan aku kesana. Aku ingin melihat kondisinya." Ucap Arga dengan berdiri dari tempat duduknya.Dengan cepat, Medy juga berdiri dari duduknya.“Siap Tuan!” Jawab laki laki bertubuh besar itu.Sebelum Medy beranjak dari sana, sempat dia memberikan pesan kepada Pritin, “Kamu tetap disini. Ingat, jangan terlalu memaksakan diri untuk melakukan
***Kini mobil milik Arga berhenti di sebuah rumah yang lumayan besar. Sebuah rumah dengan tiga lantai.Saat Medy dan Arga datang saat itu, waktu masih cukup siang. Welly masih pergi ke sekolah dengan diantarkan oleh orang-orang kepercayaan Medy.Tepat saat Arga duduk di sebuah sofa di ruang tamu Rumah itu, Welly baru saja pulang.“Welly?” Sapa Arga.Welly sedikit merasa takut awalnya, dia bersembunyi di balik orang kepercayaan Medy yang merawat dan juga mengantarkan dia pergi ke sekolah.“Jangan Takut.” Ucap Arga.“Paman kenapa ada disini?” Tanya Welly.Medy yang mendengar Arga di panggil Paman kembali menahan tawanya, “Pfft!” Arga menunduk dan sedikit menggelengkan kepalanya, “Kenapa kamu memanggil aku Paman? Panggil saja aku kakak.”“Kakak?” Tanya Welly.“Iya… Karena aku masih muda dan aku juga teman kakak perempuanmu, Kak Saryn.” jawab Arga dengan tersenyum.“Kakakku?” tanya Welly.Setelah berhenti sejenak Welly lanjut bertanya, “Dimana kak Saryn?”“Dia sekarang sedang sibuk be
Setelah panggilan video di tutup oleh Saryn. Arga kembali masuk ke dalam rumah untuk menemui Welly.Laki-laki itu sebenarnya saat ini sedang mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya.Begitu banyak hal yang ada di dalam pikirannya dan membuat dia merasa tidak tenang, Oleh karena itu saat ini ia mencoba untuk menenangkan pikirannya dengan bertemu dengan Welly. Mereka berdua saat ini bercanda seolah-olah mereka benar-benar adalah sebuah keluarga. Tidak sedikitpun terlihat perselisihan di antara keduanya.Begitu juga dengan Welly, Cukup lama dia tidak bertemu dengan kakak perempuannya membuat pria kecil itu merasa senang disaat ditemani oleh Arga. Dan lagi, yang membuat Welly Merasa senang adalah karena Arga Meminta nya untuk memanggil dengan sebutan Kakak.***Tidak terasa kini waktu sudah sore, Bahkan Saryn pun Sudah ndak pulang dari kantor.Sesuai dengan apa yang dibicarakan tadi pagi, Setelah pulang kantor dia ditunggu oleh Brian, Cery dan juga Carla.“Kalian ada di sini?” Tan
Arga, yang baru saja hendak pulang mendapatkan kabar dari Paman Rais.PAman Rais mengabarkan jika orang yang dia tinggalkan untuk mengawasi Saryn mengirimkan laporan kepadanya. Laporannya begitu jelas, Saryn pergi bersama dengan tiga teman kantornya.. Akan tetapi, Saryn harus satu mobil dengan satu teman pria dari kantornya.“Perintahkan mereka untuk terus mengawasi dia dengan baik, jangan ganggu jika memang tidak perlu.”“Siap Tuan!” Jawab paman Rais.Tadi pagi saat Saryn pergi ke kantor membawa mobil milik Arga paman Rais mengikutinya untuk melihat apakan Saryn benar-benar pergi ke kantor. Ternyata Saruyn benar-benar pergi ke kantor, karena itu paman Rais kembali pulang dan meninggalkan beberapa orang untuk mengawasi Saryn.Saryn tidak tahu jika dirinya terus di awasi oleh orang suruhan paman Rais.Saryn dan ketiga orang tadi kini sedang menikmati minuman di meja mereka, orang-orang suruhan paman Rais dengan jelas melihat mereka dari jauh.Mereka berbincang-bincang.Briant sepertin
“Turunkan aku, aku bisa berjalan sendiri.” Saryn berbisik kepada Arga.Arga yang ingin sekarang ingin selalu menuruti keinginan Saryn hanya bisa menurunkannya dan membiarkannya berjalan sendiri menuju ke mobil.“Bagaimana dengan Noy?” Tanya Saryn.“Med! Bawa dia bersamamu!” Ucap Arga kepada Medy agar membawa Noy bersamanya.“Ingat perlakukan teman Nona dengan Baik!” Tambahnya.“Tentu Tuan!” Jawab Medy dengan menunjukkan sebuah semangat yang tulus dari dalam hatinya.“Mari… Ikut dengan saya.” Ucap Medy kepada Noy, saat dia mempersilahkan Noy untuk masuk ke dalam mobil anak buah Clarissa.Itu karena saat dirinya datang tadi hanya membawa satu mobil. Dan mobil itu saat ini digunakan oleh Arga dan juga Saryn.Itulah kenapa Medy membawa mobil milik anak buah Clarissa.Sedangkan Clarissa sendiri saat ini tetap berada di toko, menunggu di jemput oleh orang kantor.Arga kini berada satu mobil dengan Saryn.Arga dengan ekspresi wajah yang seperti biasa, sedikit dingin.Tapi, saat dirinya mena
Semua orang menoleh ke arah tempat asalnya suara.Semuanya menatap penuh keheranan termasuk Welly, karena dia melihat adanya Medy. Laki-laki yang terlihat jahat, tapi laki-laki itu juga yang sudah merawatnya selama beberapa bulan di saat terpisah dengan kakak nya.Satu-satunya orang yang tidak terkejut disini adalah Noy. Itu karena sepertinya Noy tidak tahu siapa Arga. Jangankan Status Vlad nya, setatus CEO Arga saja, Noy tidak mengetahuinya.Medy segera turun tangan dan meneriaki orang yang telah memegangi Saryn.“Lepaskan Nona Muda sekarang juga!” Teriak Medy.Tentu saja semua orang itu menuruti apa yang diucapkan oleh Medy.Meskipun Clarissa adalah asisten Arga. Dibandingkan dengan Medy yang dikenal sebagai orang kepercayaan Arga. Lebih tepatnya kepala pengawal pribadi yang dimiliki oleh Arga selaku Bos dari dari Grade MNE.Saryn yang tangannya sudah dilepaskan segera berlari menuju ke Welly adiknya.Saryn dengan lembut membantu Welly untuk bangkit dan berdiri.“Kamu tidak apa-a
Disela perdebatan itu, Saryn menunduk dan berkata dalam hatinya, “Kenapa kau tidak melepaskan ku?”Saryn merasa jika Arga seolah masih saja mengganggu hidupnya meskipun dirinya sudah diusir dari kediaman Arga dan bahkan Saryn tidak melaporkan ke pihak berwajib atas apa yang menimpa keluarganya sebelumnya.“Aku tidak menyangka, kamu akan menyiksaku sampai sejauh ini …” ucap Saryn dalam hatinya saat jari jemarinya mencengkram celana yang dipakai olehnya.“Hey~ kenapa kau terdiam …?” Tanya Clarissa.Saryn masih saja seperti sebelumnya, diam berpikir tentang Arga dan beberapa kenangan di antara mereka berdua, tentunya hal itu membuat dirinya merasa semakin sedih.“Percuma saja kau terdiam. Lebih baik kau segera berikan lahan mu kepada kami …” ucap Clarissa.“Tidak akan …” ucap Saryn.“Kau!” bentak Clarissa.Dulu mungkin Clarissa harus menghormati saryn karena bagaimanapun juga Saryn begitu dekat dengan Arga, Bos nya.Untuk saat ini Clarissa benar-benar akan bisa mengalahkan Saryn, serta m
Ditempat Saryn berada, saat ini dia ternyata sedang bersama dengan seorang laki-laki dan juga bersama dengan adiknya.Laki-laki itu sepertinya tidak terpaut usia jauh dari dirinya sekitar 3 atau 4 tahun lebih tua.Saryn sedang berjalan kaki dari sebuah tempat, sepertinya dia baru saja pulang berbelanja.Itu terlihat dari dirinya dan laki-laki itu yang masing masing membawa sebuah kantong plastik besar entah berisi apa.Ternyata saat ini Saryn memiliki sebuah toko kue.Isi dari kantong-kantong plastik tadi adalah bahan-bahan yang digunakan olehnya untuk membuat kue.“Bagaimana dengan orang-orang yang mengganggumu akhir-akhir ini?” Tanya laki-laki yang sedang bersamanya itu.“Aku tidak tahu, yang jelas aku tidak akan menyerahkan lahan ku untuk pembangunan itu.” Jawab Saryn.Dapat diketahui saat ini jika pemilik lahan yang akan dibangun proyek perusahaan Arga ygn di bicarakan oleh Clarissa sebelumnya adalah Saryn.Dari sorot mata Clarissa yang saat ini dalam perjalanan untuk menuju ke te
“Apa alasan dia menolaknya?” Tanya Arga kepada Clarissa.“Dari informasi yang saya dapatkan, wanita itu baru saja membeli tempat itu sekitar dua bulan yang lalu dan selain itu toko yang dia buka baru saja berkembang, karenanya dia tidak ingin pindah dari sana.” Papar Clarissa.“Bukankah perusahaan menawarkan kompensasi yang pas untuk lahan di daerah itu?” Tanya Arga.Clarissa kembali meyakinkan kepada atasannya jika semuanya sesuai dengan seharusnya.Bahkan sesuai dengan yang baru saja diucapkan oleh Arga jika harga yang diberikan oleh perusahaan Arga 20% lebih besar dari harga di pasar.Arga hanya diam dan sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu tentang lahan untuk proyek terbaru mereka.“Apa tim yang diterjunkan benar-benar tidak bisa bernegosiasi dengan pemilik toko yang kamu bicarakan ini?” tanya Arga.“Kepala tim berkata jika orang lokal yang mereka percaya untuk mengurus semuanya berkata jika pemilik itu tidak bisa melepaskan lahannya.” Ucap Clarissa.“Kalau begitu sebaiknya ka
Saryn membawa kopernya menuruni tangga.Medy sempat menggerakan badannya untuk membantu Saryn.Akan tetapi dia mengurungkan niatnya saat dirinya di tatap oleh Arga.Medy hanya bisa menarik kakinya yang tadi akan melangkah beberapa centi ke belakang.“Bahkan dia sekarang tidak mau membantuku.” Ucap Saryn dalam hatinya.Saat ini dengan tergopoh-gopoh Saryn akhirnya sampai di bawah anak tangga dengan menurunkan koper berat yang tadi ditenteng oleh dirinya.“Kalau begitu …” Ucap Saryn dengan ragu dengan menatap sayu kepada Arga.Arga menyergap Saryn dengan ucapannya, “Medy!”“Saya mengerti Tuan!” Ucap Medy dengan membungkuk kepada Arga.“Nona, Mari saya akan mengantarkan Nona ke suatu tempat.” Tambah Medy kemudian dengan melayangkan pandangannya kepada Saryn.“Iya …” Jawab Saryn.Sebelum itu, Saryn masih sempat memeluk miss Ririn untuk terakhir kalinya.“Jaga diri Nona baik-baik, setelah ini saya tidak ada disamping Nona untuk merawat Nona …” Jawab Miss Ririn dengan mata yang berkaca-kaca
Hari berganti.Kini Saryn baru saja pulang dari rumah sakit.Begitu sampai dirumah dia sama sekali tidak menjumpai adanya Arga disana.Saryn bingung, kenapa Arga tidak ada di Mansion.Sedangkan ini belum terlalu siang.“Apakah dia sudah berangkat?” Tanya Saryn kepada dirinya sendiri di dalam pikirannya.“Bukannya seharusnya dia harus menantikan kedatanganku terlebih dahulu?” Ada satu kekecewaan tersendiri disaat dia menyadari jika Arga tidak berada disana disaat dirinya baru kembali dari perawatan di rumah sakit.“Nona baik-baik saja?” tanya miss Ririn kepada Saryn yang tampak menunduk memikirkan sesuatu.“Iya Bi… aku tidak apa-apa…” Jawab Saryn yang kemudian masuk ke dalam mansion.Saryn berjalan dengan langkah gontai, kekecewaan tetap tidak bisa disembunyikan olehnya.Rasa kecewa yang dia sendiri tidak sadar kenapa bisa merasa se-kecewa itu saat Arga tidak ada disana untuk dirinya.Paman Rais dan miss Ririn menyadari dengan perubahan sikap saryn.Keduanya sama-sama mengerti jika Sa
***Di hari yang sama, jam 2 siang.Saryn baru selesai makan, dengan disuapi oleh miss Ririn.“Aku ingin pulang Bi…” Saryn berkata dengan wajah nya yang masih sedikit terlihat lemas.Mendengar Saryn yang berkata pulang, membuat miss Ririn merasa senang.Meskipun kondisi Saryn yang belum benar-benar stabil akan tetapi saat mendengar Saryn menyebut kembali ke Mansion sebagai “pulang,” membuat miss Ririn merasa senang, karena itu sama saja Saryn secara tidak sadar kini sudah menerima keberadaan dirinya di Mansion itu dengan sukarela.“Iya Nona… tapi besok. Saya masih berharap Nona mendapat asupan obat dan vitamin di rumah sakit agar kondisi Nona benar-benar pulih.” Jawab miss Ririn dengan lembut.Sesekali Saryn melihat ke arah pintu, seolah-olah dia sedang menunggu seseorang yang diharapkannya untuk datang kesana.Miss Ririn menyadari hal itu, tapi wanita yang saat ini paling perhatian kepada Saryn itu memilih untuk diam tersenyum penuh arti. Beberapa saat setelahnya, paman Rais datang d
Arga pergi dari rumah sakit dan secara langsung menuju ke tempat Medy.Arga sempat kembali ditahan oleh salah seorang penjaga di Villa milik Medy.Namun Saat ada salah seorang penjaga lainnya mengenalinya, Arga diijinkan untuk masuk.Setelah Arga masuk, dia hanya disambut oleh Wanita yang dulu di bawah oleh Medy dari rumah Frans, salah satu anak buah Endra, Pritin.“Selamat datang Tuan!” Ucapan Pritin dengan bersikap sangat hormat kepadanya.“Dimana Medy?” Tanya Arga.“saya tidak tahu Tuan… tadi dia sudah berangkat sejak pagi untuk melakukan sesuatu.”Arga duduk di sofa dan menenangkan dirinya.Pritin seolah mengerti siapa Arga dan statusnya, Pritin permisi untuk mengambil beberapa minuman dan menyuguhkan minuman itu kepada Arga.“Silahkan Tuan…” ucap Pritin dengan sedikit menahan rasa takut. Itu karena saat ini, tampang Arga tampak begitu menahan sebuah amarah.“Perintahkan orang untuk menghubungi Medy, aku ingin dia ada disini dalam waktu kurang dari 30 menit.” Tegas Arga.“Baik Tua