Share

Bab 14. Terus Berkilah

Penulis: Dacytta-Peach
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-19 02:19:17

Bab 14. Terus Berkilah

"Mas, total sayurnya berapa ya?" Fatma bertanya pada sang penjual sayur, mengabaikan pertanyaan Bu Amel dan juga Bu Mawar.

"Sudah Bu? Ini saja?" Mas Joko, si penjual sayur keliling segera menghitung berapa total belanjaan Fatma hari ini. Sementara itu Bu Amel dan Bu Mawar hanya saling sikut satu sama lain.

"Iya Mas itu aja." Fatma mengiyakan sambil mengeluarkan uang lima puluhan ribu dari dompet kecil yang ia bawa.

Mas Joko dengan telaten menghitung keseluruhan jumlah barang yang dibeli Fatma seraya memasukkannya ke dalam kantong plastik. "Totalnya jadi dua puluh lima ribu Bu."

Fatma mengangguk, ia menyodorkan uangnya dan menunggu kembalian.

"Ini Bu kembaliannya. Makasih ya Bu."

"Sama-sama Mas Joko," ucap Fatma sambil tersenyum. Wanita berkulit bersih itu memasukkan sisa uang belanja ke dalam dompet lalu menoleh ke arah Bu Mawar dan juga Bu Amel. "Ibu-ibu, saya balik dulu ya. Cucian saya banyak, harus segera nyuci mumpung hari ini panas. Mari Bu."

"Iya Bu," jawa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 15. Kepergok Istri Sah

    Karena perasaan yang tidak enak akhirnya Fatma menempuh keputusan dimana ia pergi ke kantor sore itu. Dengan membawa serantang opor ayam kesukaan sang suami, Fatma akan berpura-pura menemuinya di kantor sekaligus memastikan kebenaran yang dikatakan oleh Santoso sendiri.Berbeda dari sebelumnya, kali ini Fatma tidak menggunakan sepeda tua miliknya untuk bepergian. Ia sengaja mencari ojek kampung yang bisa mengantarkannya ke pabrik tempat suaminya bekerja."Makasih ya Bang," ucap Fatma saat turun dari boncengan si ojek yang rupanya tetangganya sendiri."Iya Mbak Fatma, tumben sore-sore begini ke pabrik apa Mas Santoso belum pulang?" Si ojek yang bernama Karun itu menerima selembar uang dari Fatma."Hari ini katanya dia lembur jadi saya datang bawakan dia makanan," ucap Fatma sambil mengangkat rantang opor yang ia bawa.Karun manggut-manggut, "Oh begitu ya Mbak. Ya sudah kalo gitu, saya tinggal ya Mbak. Hati-hati.""Iya Bang, hati-hati juga ya." Fatma membalasnya dengan lembut. Ia menatap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 16. Kejujuran Santoso

    Meskipun ditantang, nyatanya Santoso sama sekali tidak berkutik di hadapan Fatma. Pria itu hanya menunduk, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.Petir mendadak menyambar. Sudah biasa jika tiba-tiba datang hujan tanpa adanya pertanda. Fatma menarik napas, menahan kemarahannya yang sudah berada di pucuk kepala."Aku tunggu kamu di rumah Mas, mari kita bicara tentang ini di rumah." Fatma akhirnya menyerah setelah hampir beberapa menit terpaku di tempat tanpa adanya jawaban dari bibir Santoso.Sang istri sah berbalik, ia meninggalkan hotel dengan sendirinya. Bukan karena ia kalah tapi ia masih memiliki sedikit hormat pada suaminya.Wati tersenyum miring, ia menatap ke arah Santoso lalu menggandeng lengannya dengan erat. "Ayo Mas kita masuk. Tak ada gunanya hanya berdiri di sini saja."Seakan tak pernah terjadi sesuatu, Wati menganggap kejadian itu biasa saja. Santoso menarik napas, ia menepis tangan Wati lalu menatap wajahnya.Wati terhenyak, keduanya kini saling bertatap-tatapan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 17. Tak Ingin Berpisah

    Malam itu menjadi malam terpanjang dalam hidup Santoso. Istri yang selama ini kalem, lemah lembut, dan bertutur kata baik mendadak berubah seratus delapan puluh derajat.Santoso merasa pening, ia merasa bahwa malam itu adalah malam terakhir bagi dirinya untuk hidup.Pagi menjelang, berbeda dari sebelumnya Santoso merasa berat untuk membuka mata. Kali ini, jangankan tidur di kasur yang empuk dengan selimut hangat, Santoso justru disuruh tidur di teras rumah berbantalkan tangan.Suara berisik yang kian mengganggu, membuatnya terpaksa bangun dari tidurnya di teras rumah. Pria itu mengerjap, matanya yang perih sengaja ia buka dan melihat keadaan.Beringsut bangun, kini Santoso dihadapkan pada kenyataan dimana seluruh keluarganya telah datang dan merubungnya di teras rumah."Enak ya Mas tidur di teras? Enak?" Ratna membuka percakapan ketika Santoso perlahan mulai mengumpulkan nyawanya."Mau nambah lagi San?" Pakdhe Suryo turun bersuara.Seluruh keluarga Santoso pagi itu hadir semua. Mulai

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 18. Nekat

    Pagi itu Fatma memberesi seluruh pakaian yang ia punya ke dalam koper. Rencananya sudah bulat untuk pergi dari rumah itu dan meninggalkan segala kenangan yang ada. Meskipun ia sebatang kara, ia tidak begitu miskin hingga harus menumpang di rumah penuh dengan kenangan buruk."Dek kamu mau kemana dek?" Rupanya Santoso masih menunggu Fatma di teras rumah. "Kamu, kamu mau pergi kemana Dek? Tolong jangan tinggalin aku."Mendengar permohonan Santoso, hati Fatma secepat kilat merasa jijik. Ia teringat bagaimana pria itu berselingkuh di belakangnya tanpa merasa menyesal.Mengembuskan napas kasar di udara, Fatma memalingkan muka dari Santoso. "Aku mau pergi Mas. Tolong jangan halangi niatku.""Please Dek, jangan seperti itu. Aku, aku masih mencintaimu Dek. Selama ini aku hanya khilaf, tolong maafkan aku Dek." Santoso kembali memohon, ia meraih tangan wanita itu lalu menggenggamnya.Secepat kilat, Fatma menghempaskan tangan Santoso. Mata wanita itu menyorot tajam, "Kamu khilaf Mas? Aku rasa itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 19. Kos Baru Teman Baru

    Rasa lelah yang Fatma rasa tidak sebanding dengan rasa kesal yang ia rasakan ketika mendapati suami tercintanya berani berselingkuh hanya karena ia tidak bisa memberikan anak.Fatma sadar, tidak bisa hamil adalah kekurangannya yang paling besar. Hanya saja, tidak bisakah Santoso tidak menjadikan hal itu sebagai alasan dasar dia berselingkuh?!Menghela napas yang entah sudah berapa kali ia lakukan, Fatma menghentikan langkahnya yang lelah pada sebuah perumahan. Ia tertarik pada tulisan 'Tersedia Kamar kosong' yang terdapat pada salah satu sudut rumah.Wanita itu tertegun sedikit lama, mengusap peluh yang sedari tadi membasahi dahi dan juga lehernya. Sungguh, ia harus mencari tempat beristirahat sekarang."Assalamualaikum," sapa Fatma setelah menepi dan berdiri di ambang pagar rumah."Wa'alaikum salam," ucap seseorang dari dalam rumah. Suara khas pria menjawab salamnya, tak lama kemudian sosok yang ia nantikan muncul di ambang pintu.Mata Fatma membulat, begitu pun dengan pria yang menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 20. Foto dan Video Syur

    Sungguh tidak habis pikir jika nomer baru itu mengiriminya foto dan video syur antara suaminya dengan si pelakor. Seolah belum sembuh dengan luka yang kemarin, hari ini luka itu kembali dibedah jauh lebih dalam lagi.Dengan jari-jarinya yang gemetaran, Fatma meraih ponselnya dan menatap foto serta video yang dikirimkan kepadanya.[Lihat suamimu, dia bahkan masih bersemangat untuk mengajakku tidur bersama. Apakah dia bisa tidur sepulas ini jika bersamamu? Ah, aku rasa tidak.]Fix, nomer baru ini pasti milik Wati. Dasar pelakor!Fatma menahan mulutnya untuk tidak berteriak dan menangis, ia melihat foto-foto itu dengan detail. Foto yang menggambarkan kemesraan mereka diatas ranjang dengan busana minim dan tidak pantas dipertontonkan.[Apakah suamimu sering memelukmu saat tidur? Kenapa ia senang sekali menciumi dadaku ya? Ah, aku baru ingat. Dia pernah bilang bahwa punyamu sangat datar dan keras. Kasian sekali, Mas Santoso yang malang. ][Oh, hampir kelupaan Sayang. Coba kau tengok video

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 21. Surat Cerai

    Semenjak Fatma memilih untuk pergi dari kehidupan Santoso, ia berjuang sekuat tenaga untuk tetap tegar dan tak ingin kembali ke rumah itu. Terlalu banyak siksa batin yang harus ia tanggung, membuatnya tak ingin mengulang kenangan lama penuh dengan air mata di rumah tersebut."Assalamualaikum Fatma, sedang sibuk ya?" Arif mengetuk pintu dari luar. Sore itu sepulang dari kerja, Arif datang membawakan martabak dan juga berita gembira."Wa'alaikum salam," jawab Fatma yang baru saja selesai melipat pakaian dari jemuran di depan rumah. Membuka pintu kamar, ia tersenyum saat mendapati Arif masih memakai baju batik ala pegawai kabupaten. "Eh Mas Arif, ada apa ya Mas?""Kamu lagi sibuk ya? Ini ada martabak mini buat kamu," ucap Arif sambil menyodorkan kresek putih tersebut ke hadapan Fatma."Ah Mas, kok malah repot-repot sih jajanin aku tiap hari." Fatma meraih bungkusan itu dengan perasaan ragu sekaligus sungkan."Nggak pa-pa kok Fat, tadi pas pulang sekalian beli aja. Oh ya kamu repot nggak?

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 22. Merelakan Dia Bahagia

    Mendapat pekerjaan baru adalah hal luar biasa dalam hidup Fatma. Bayangkan saja, dirinya yang selama ini hanya tinggal di rumah dan mengurus semuanya, mendadak banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.Sedikit berat tapi Fatma mulai menganggap hal itu biasa. Toh di luaran sana banyak orang-orang seperti dirinya yang tetap hebat, mandiri, dan tidak banyak mengeluh sama-sama berjuang. Yang pastinya Fatma tidak sendirian di dunia ini.Seperti yang sudah direncanakan kemarin sore, pagi ini Fatma berpakaian rapi dan ikut Arif menuju ke depan kabupaten untuk mulai bekerja. Dengan bantuan Arif, Fatma menata kembali hidupnya yang sempat porak-poranda."Mbak Lastri, titip Fatma ya. Kalo ada apa-apa jangan digalakin, orangnya kalem soalnya. Ntar kalo nangis, aku yang bingung harus hibur dia." Arif bercanda sama Mbak Lastri, istri temannya yang satu kantor.Mbak Lastri terkekeh, ia menyenggol lengan Arif sedikit kencang. "Oh namanya Fatma ya. Salam kena

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15

Bab terbaru

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 36. Hari Bahagia (Ending)

    Setelah menyusun rencana untuk hari pernikahan selama sebulan lamanya, pernikahan Fatma dengan Arif akhirnya terlaksana juga. Atas keinginan Fatma, wanita itu menginginkan suasana pernikahan yang sederhana dan suci tanpa mengurangi kesakralan.Meskipun Arif mengusulkan acara pernikahan yang mewah, Fatma menolaknya secara halus. Bagi Fatma, ada baiknya jika uang itu ditabung saja untuk membeli beberapa asset ketimbang untuk pesta yang hanya berlangsung sekejap mata.Fatma dan Arif menyebar undangan hanya beberapa ratus lembar. Mereka hanya ingin mengundang sanak saudara, sahabat, dan juga beberapa tetangga dekat. Bagi mereka, kesederhanaan jauh lebih baik daripada kemewahan yang mengundang kebencian tak terlihat dari beberapa orang.Siang itu keluarga Pakdhe Suryo juga tengah bersiap untuk pergi ke acara pernikahan Fatma. Mereka turut diundang dalam acara pernikahan suci lagi sakral tersebut. Keluarga Pakdhe tetap menghargai Fatma meskipun sekarang sud

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 35. Permintaan Maaf

    Fatma mengangguk begitu saja, entah kenapa ia merasa kasihan dengan keadaan Santoso yang saat ini begitu buruk dan memprihatinkan. Menoleh sejenak ke arah toko, Fatma menatap Mbak Lastri yang berdiri di ambang pintu. Dari tatapan itu, Fatma seolah meminta ijin atasannya untuk pergi mengobrol sejenak bersama sang mantan suami."Mas, apakah kamu sudah makan?" Fatma bertanya dengan pelan, ia menatap kasihan ke arah Santoso yang terlihat kosong dan tidak bertenaga.Pria itu menggeleng, hanya mampu menundukkan kepala dengan rasa bersalah yang kian membuncah.Fatma menarik napas, "Ayo pergi ke warung makan Mas, akan kubelikan kamu semangkok bakso panas."Wanita berhijab rapi itu melangkahkan kaki terlebih dahulu menuju ke warung makan yang terdapat di sebelah toko milik Mbak Lastri."Bu, semangkok bakso dan segelas teh manis hangat ya." Fatma memesan bakso pada sang penjual bakso yang sudah lama ia kenal semenjak kerja bersama Mbak Lastri.

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 34. Pertengkaran dengan Wati

    "Mas Santoso?" Wati terkejut dengan kehadiran Santoso yang menurutnya begitu tiba-tiba. Wanita itu berniat untuk lari namun apa daya tangan Santoso yang kekar kini telanjur mencekal pergelangan tangannya. "Lepaskan tanganmu, Mas!""Tidak, aku tidak akan melakukannya sebelum kamu jelasin semuanya padaku," kekeh Santoso justru semakin erat dalam dalam mencengkeram."Mas, sakit Mas! Kamu gila apa?!" seru Wati sambil berontak dari tangan Santoso. "Hal apa lagi yang perlu dijelaskan? Semua sudah jelas Mas, kita sudah tidak memiliki hubungan sekarang.""Bukan itu," tandas Santoso dengan sigap. Mata pria itu membara merah seperti apa di pembakaran, dengan jiwa emosi yang ia punya kemarahan Santoso benar-benar meledak sekarang. "Jelaskan padaku, ada apa dengan diriku di kantor? Kamu sengaja kan jatuhkan aku di depan Mister Je supaya aku dipecat?"Wati terdiam beberapa detik, ia lantas terkekeh keras. "Mana aku tahu Mas, kuasa orang atas kamu tahu sen

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 33. Pemecatan Jabatan

    Fatma terdiam, tatapannya fokus pada Arif yang tengah mengungkapkan perasaan terhadap dirinya. Entah apa yang ia rasakan sekarang, yang jelas ada perasaan haru dan hangat di dalam hatinya."Fat, kamu mengerti kan maksudku?" Arif menyadarkan lamunan Fatma sejenak, tampak wajah Arif sudah memerah menahan malu. Ia langsung menunduk dengan pikiran macam-macam. "Maaf, mungkin caraku melamar kamu terlihat kekanak-kanakan tapi aku sudah berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya padamu. Seperti yang kamu tahu, aku terlalu tua untuk main lamar-lamaran menggunakan cara ini."Melihat ketulusan Arif, tanpa sadar bibir Fatma melengkung. Ia merasa lucu sekaligus kagum pada Arif. Sebagai seseorang yang pernah tinggal di sisi pria itu entah sebagai teman atau partner kerja, Fatma tidak menduga jika Arif akan melamarnya."Kenapa kamu tersenyum? Bener kan?! Caraku sepertinya salah dalam melamarmu," gusar Arif sambil menggigit bibir. Ia menunduk untuk menutupi kekesalan

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 32. Lamaran Dari Pria Tepat

    "Santoso... Santoso, Pakdhe nggak habis pikir apa yang merasuki otakmu saat ini," ungkap Pakdhe Suryo sambil menggelengkan kepala. "Setelah kamu tersandung masalah, ujung-ujungnya kamu juga tetep sambat sama si orangtua ini. Mbok kamu sadar, kamu itu sudah diingatkan di lain hari tapi kamu masih saja tetep ngeyel. Sekarang, setelah semuanya telanjur, kamu kan yang jadi pihak sakit hati."Santoso hanya menunduk, penampilannya yang lusuh dan tidak terurus membuat Pakdhe Suryo merasa prihatin. "San, Pakdhe nasehatin kamu sampai ancam-ancam itu bukan karena Pakdhe syirik, Pakdhe benci, itu bukan. Pakdhe cuma pengen kamu tuh nggak salah jalan. Wati itu sedari awal Pakdhe lihat, ia sepertinya memiliki gelagat aneh. Pakdhe nggak suka San, nggak suka.""Sudahlah Pakdhe, jangan diomelin terus Mas Santoso-nya. Setidaknya dengan kejadian ini Mas Santoso sadar dan terbuka mata hatinya soal Wati." Ratna menengahi teguran Pakdhe Suryo.Sebagai adik, Ratna sendiri t

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 31. Aku Tidak Bersimpati

    "Aku mohon, kembalilah kepadaku. Kali ini aku tidak akan menyia-nyiakanmu lagi."Fatma terdiam. Ini bukan kali pertama Santoso memohon dirinya seperti ini. Dulu sewaktu ia kepergok dengan wanita itu, ia juga meminta hal yang sama kepada Fatma.Menarik napas panjang, Fatma melepas tautan tangan Santoso secara perlahan. "Tidak semudah itu Mas. Lukaku yang lama saja belum sembuh dan apa ini? Kau ingin kembali karena kau merasa tersakiti?!"Fatma menggeleng lalu menunduk, "Aku pernah tersakiti Mas tapi aku tidak pernah memintamu untuk kembali padaku."Santoso terbungkam, ia menunduk dengan wajah pasrah. Penampilannya yang buruk memang tidak pantas untuk diperhitungkan."Jika Wati menyakitimu, itu adalah resiko yang harus kamu tanggung karena kamu sudah memilih dia sebagai pasanganmu Mas. Peduliku apa? Tidak. Aku sama sekali tidak simpati dengan apa yang terjadi pada dirimu." Fatma menarik napas, ia menatap Santoso. "Hadapi semuanya Mas,

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 30. Pertengkaran Hebat

    Wati diam cukup lama, jujur ia merasa syok dengan kehadiran Santoso yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya."Katakan padaku Wati, kenapa diam?!" Suara Santoso yang menggelegar menyadarkan lamunan Wati kala itu. Terhuyung mundur, Wati mencoba untuk menguasai dirinya yang sekarang sudah telanjur basah."Kalo iya memang kenapa?" Wati mendongakkan kepala, matanya menyorot tajam ke arah Santoso. "Apa yang kamu dengar itu adalah benar.""Kamu!" Santoso mengangkat tangan, siap menggampar wajah Wati namun urung sejenak saat sadar bahwa ia tetap tidak boleh memukul wanita dalam keadaan apa pun. "Kenapa kamu tega kepadaku?"Wati mengulas senyum tipis, ia lalu bersedekap. Seolah mendapatkan titik lemah Santoso, Wati mulai bersikap sok kuasa sekarang. "Kamu kira anak yang kukandung ini anakmu hah?! Jangan mimpi kamu Mas. Tunggu, kamu harus lihat hasil lab ini!"Wati lantas meraih tas tangan yang tergeletak di tengah ranjang. Membukanya

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 29. Keceplosan

    "Mbak Lastri jangan aneh-aneh ah," ujar Fatma terkekeh. Jujur saja, Fatma justru takut dengan perasaannya sendiri. "Mas Arif itu orang baik, jodohnya pasti orang baik juga. Saya nggak mau berharap banyak Mbak, cuma Allah yang tahu. Saya mah cuma orang yang banyak kekurangan."Mbak Lastri manggut-manggut, ia diam sejenak dan tampak berpikir. "Oh ya, gimana nasib mantan suamimu sekarang? Terakhir dapet kabar, katanya dia sudah resmi nikah ya?!"Fatma mengangguk, ia masih mencoba untuk makan sisa bakso yang ada di dalam mangkuknya. "Iya Mbak, udah nikah di gedung ternama. Sebuah kebahagiaan yang tentunya tidak pernah saya rasakan selama hidup dengan dia.""Yang sabar ya, orang kayak gitu mah nggak bakal awet bahagianya." Mbak Lastri mengusap lengan Fatma dengan penuh rasa peduli."Iya Mbak, terakhir aku malah mergoki si istri Mas Santoso tengah berselingkuh.""Hah? Kamu yakin?" Mata Mbak Lastri melebar, rasa antusiasnya tiba-tiba timbul

  • Rahasia Cincin Emas di Jari Manis Suamiku   Bab 28. Peringatan Keluarga

    Seperti perintah Pakdhe Suryo, Ratna bergegas membuka tas selempang yang pakai dan mencari ponsel di dalamnya. Keadaan saat itu memang lagi genting, emosi Pakdhe yang meluap ditambah dengan keadaan rumah yang tidak sesuai, Ratna hanya berpikir semoga sama kakak laki-lakinya itu selamat dari amukan sang Pakdhe."Assalamualaikum, Mas Santoso." Ratna menyapa saudara laki-lakinya sambil sesekali melirik ke arah Pakdhe Suryo yang terus mengawasi. "Mas, kerja ya? Pakdhe mau ngobrol sebentar."Ratna dengan cepat memberikan ponselnya pada Pakdhe, ia menelan ludah. Dari wajah Pakdhe sendiri, sudah terlihat bagaimana kesalnya sang pakdhe akan kelakuan keponakannya."Assalamualaikum San, kamu dimana?" Suara Pakdhe langsung naik, ia berkacak pinggang dengan suara bernada marah. Tak peduli dengan beberapa orang yang lewat jalanan sambil menatap ke arah mereka dengan curiga."Wa'alaikum salam Pakdhe, saya masih kerja di pabrik. Ada apa?" Santoso yang sama

DMCA.com Protection Status