"Seharusnya begitu yang benar, menurut para senior memang dahulu begitu keadaannya, itulah kenapa CV SayOnTrack bisa berkembang begitu pesat." Jelas Kania."Lalu apa yang berubah?" Kembali Nick bertanya."Sebenarnya, keadaan di CV SayOnTrack beda semenjak ada Taro!” ucap Kania akhirnya. Sejujurnya ia sudah memendam lama tentang masalah ini tapi tidak tahu harus berbicara dengan siapa.“Taro? Kenapa dengannya?” Nick berusaha menekan reaksinya. “Dia adalah anak pemilik perusahaan yang dalam setiap kesempatan berusaha memaksakan kehendaknya, menggoda anak-anak dan saat kami menolaknya selalu berakhir dengan Taro mengancam karir kami, karena itu kami berusaha menjaga agar tidak ada alasan apapun yang bisa dijadikan alasan Taro untuk memojokkan kami,” jelas Kania yang berusaha memperhalus masalah dengan mengatakan 'kami' bukan 'aku' padahal Taro jelas jelas saat ini hanya mengejar dirinya.Kania sangat kesal dengan semua kejadian yang Taro lakukan untuk mendekatkan dirinya dengan Taro.
"Obsesi?" "Yah, kalau hanya rasa tertarik biasa...ceritanya pasti beda.""Ya..memang rasanya sangat tidak nyaman berada di dekatnya.""Kamu harus berhati-hati, hindari berdua di ruang tertutup dan kalau bisa jangan pulang terlalu malam." Kania menatap Nick yang penuh perhatian bercampur kekhawatiran. Ia merasa ada perasaan asing di dadanya saat ada seorang pria yang mengkhawatirkannya seperti ini. Padahal sebelumnya dia sempat berpikir pria macam Nick tak terlalu jauh berbeda dengan Taro.Mereka hanya pria tampan kaya yang angkuh yang menginginkan Kania untuk kesenangannya saja, setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, maka Kania akan dibuang begitu saja seperti tak berarti sama sekali.Tapi kali ini, Kania bisa merasakan perbedaan.Nick memang tampak tulus sekali mengkhawatirkannya.“Kalau tidak bisa juga, bagaimana kalau kau keluar aja dari sana lalu kerja dengan denganku. Aku akan memberikan apa pun yang kamu butuhkan. Bahkan jika kamu mengingingkan pembayaran yang lebih
"Aku bisa terancam kena denda, surat peringatan dan mungkin akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan lagi di perusahaan lain jika aku melakukan itu sebelum masa kontrakku habis,” ucap Kania mencoba memberikan alasan yang lebih masuk akal agar Nick tidak melanjutkan dan memaksa Kania untuk keluar dari perusahannya.“Astaga...aku pikir karena apa, itu sih perkara gampang, biar aku yang akan bereskan, kau hanya perlu memindahkan barang-barang mu dari sana ke kantorku,” ucap Nick dengan santainya.Bahkan Nick meminum kopinya tanpa ekspresi berat seperti sebelumnya, seolah semuanya gampang saja untuk dilakukan. Penilaian Kania pagi ini makin melengkapi karakter Nick yang mulai terbentuk dalam angan Kania. Orang kaya raya yang akan melakukan segalanya hanya untuk membiarkan wanita yang disukainya merasa nyaman dan jauh dari tekanan.Bahkan jika Kania niat untuk tidak kerja dan ingin harta dari Nick saja mungkin bisa Kania dapatkan. Sayangnya Kania bukan wanita yang seperti itu. Kania adal
Setelah memahami ucapan Nick sedikit lebih lama, Kania pun mengangguk. Nick tersenyum tenang.“Ayo kita habiskan makannya, dan segera pergi dari sini,” ucap Nick dan Kania kembali mengangguk.Beberapa saat kemudian, mereka menyelesaikan sarapan lalu meninggalkan resto. Nick mengantar Kania sampai di mobilnya. Mereka berdiri berhadapan di area parkir yang sudah mulai sepi. Nick menyentuh rambut Kania yang tergerai bebas."Aku masih bisa mengingat aromanya,” bisik Nick seakan berbicara dengan diri sendiri.Kania tersipu karena dia tahu maksud Nick pasti saat mereka bersama tanpa sengaja di malam yang lalu."Kau lebih cocok dengan rambut terurai bebas seperti ini."Kania merasa lehernya tercekat karena itu sebelum menjawab pertanyaan nick dia berusaha melegakan tenggorokannya. "Ehm ehm ... sangat mengganggu kalau sedang bekerja." "Setuju,” gumam Nick."Kalau begitu kenapa tadi menyarankan untuk tetap terurai? Hasil pekerjaanku akan tidak maksimal right?" "Maksudku bukan kamu yang t
“Maafkan saya, jalanan sangat macet jadi saya sedikit terlambat datang,” ucap Kania tak mau mencari ribut. Sayangnya hal itu tidak berhasil.Kania tahu Taro ingin dia merajuk, takut dan meminta belas kasihan, membayangkan saja sudah membuat perutnya mual.“Apa? Macet? Kau seharusnya berangkat lebih awal! Meski pun masih ada waktu, tapi seharusnya kau datang setengah jam sebelum waktunya masuk! Satu jam sebelumnya bahkan lebih baik. Apa kau tahu pekerjaan yang menumpuk karena keterlambatanmu ini!” bentak Taro merasa kesal karena Kania terlihat seperti sedang mengabaikan dia. Apalagi Kania sepertinya tidak takut sedikitpun itu makin membuat dia murka. “Maafkan, saya akan datang lima belas menit lebih awal." Jawab Kania sambil menahan kekesalan di hatinya.“Aku tidak percaya dengan janjimu! Aku akan memberitahukan keterlambatanmu pada ayahku. Lihat saja apa yang akan terjadi padamu. Apa kau masih akan dengan tenang menatapku seperti saat ini, ingatlah saat itu terjadi kau pasti ak
Hari ini Kania tidak pergi ke kantor Nick, dia sibuk mengumpulkan semua dokumen pendukung, dia tahu dia harus bergegas bukan karena dia ingin pindah kantor akan tetapi kalau sewaktu-waktu Tora makin menjadi-jadi dia akan keluar dengan bukti yang cukup untuk menggugat Bram cs, baginya gangguan Tora tidak berarti hanya mengganggu tujuan awalnya yaitu membalas sakit hatinya dan mengambil apa yang menjadi miliknya. Waktu pun berlalu tanpa sadar. Kania yang terlalu serius dan penuh dengan ambisi sampai lupa waktu. Hingga tiba-tiba saja ponselnya berdering dan berhasil mengganggu konsentrasinya.Kania yang merasa terganggu sedikit kesal, namun saat melihat siapa nama yang tertera di ponselnya perasaannya langsung berubah. Nick Sebastian! Kania merasa dadanya berdebar-debar. Kania hanya melihat ponselnya sampai mati dengan sendirinya. Setelah itu, Kania mencoba untuk kembali serius mengerjakan pekerjaannya. Namun, belum sampai satu menit, Kania terhenti dan menatap ponselnya kembali.Ka
"Apa kau tahu ini jam berapa?”tanya Taro. Kania masih mengira-ngira arah pembicaraan anak bos yang sombong yang sedang berdiri di hadapannya saat ini."Aku sibuk bekerja, kau bisa melihatnya sendiri.”"Aku tahu pasti bahwa kamu belum makan siang. Jadi, berdiri dari tempatmu sekarang dan ikut denganku!" perintah Taro terdengar seperti paksaan. "Memang belum, pekerjaanku masih banyak. Jadi aku tidak bisa menerima perintahmu itu," tolak Kania dengan tegas."Nggak usah beralasan, Jangan membantah perintah ku." Taro makin mengeraskan suaranya terlihat benar bahwa dia tidak ingin dibantah. “Kenapa aku harus mengikuti perintahmu? Pekerjaanku belum selesai, dan jika tidak selesai kau mungkin akan melaporkan aku lagi.”“Kau ingin aku melakukan hal itu?”“Tidak, tapi kalau pekerjaanku memang tidak beres kan tanpa laporanmu pun aku juga akan kena tegur.”“Berani-beraninya kau menolak perintahku?”Taro mengulang-ulang kata perintah seakan ingin menegaskan bahwa dia adalah atasan Kania."Aku
Nick tetap menggandeng tangan Kania dengan tangan kanan sedang tangan kirinya menenteng tas kertas. Nick merasa senang karena ia yakin bahwa keputusannya untuk datang dan menghampiri Kania kali ini adalah tepat.Melihat keberadaan seorang pria yang seperti sedang memojokkan Kania, terlebih wajah Kania yang terlihat sangat tidak senang meyakini Nick bahwa langkahnya tidak salah. Ia bahkan sudah tak perduli lagi dengan tatapan para pegawai yang berada di sana.Mereka melenggang melewati beberapa karyawan-karyawati yang memandang tanpa bertanya, mereka heran melihat Kania yang untuk pertama kalinya terlihat bersama seorang pria."Pantes gue rayu kagak mempan kalau lawan gue kayak gini,” ujar seorang pria yang seketika disambut tawa yang lain. "Nggak pernah kelihatan ngajak pacar, sekalinya ketahuan, cakepnya luar biasa!" Terdengar bisik-bisik para karyawan yang tak sedikit terkejut dan terpesona dengan Nick. Mereka berasumsi bahwa Nick adalah pacar Kania, karena itu Kania terlihat be