Share

Bab 3

Penulis: Inaranti
”Dia sakit?” tanyaku terkejut.

Tina balik bertanya, “Kamu nggak tahu?”

“Nggak tahu. Setelah lampu dimatikan, aku panjat jendela ke asrama buat melihat dia.”

Aku langsung panik, sampai melupakan soal Sella.

Beda dari kemarin, biasanya aku menyelinap dulu ke asrama putri, bersembunyi di ranjang pacarku. Setelah pengecekan kamar selesai, barulah kami bersenang-senang.

Tapi setelah aku ketahuan pagi ini, penjagaan di asrama putri pasti semakin ketat. Aku tak mungkin bisa bersembunyi lagi di waktu pengecekan.

Jadi, satu-satunya cara biar bisa tetap bermalam di asrama putri adalah … memanjat jendela.

Begitu pengecekan selesai, aku langsung panjat teralis jendela di gedung asrama.

“Cepat buka jendelanya!”

Pacarku membuka jendela, sambil mengomel, “Kamu sudah gila? Ini lantai tiga, lho!”

“Demi kamu, lantai tiga puluh pun aku bersedia!”

Suasana di dalam kamar langsung penuh bisikan heboh. Tina dan temannya sampai menyeletuk gombalanku.

“Sudah merasa lebih enak?” tanyaku.

Pacarku kelihatan sangat terharu, sampai hampir menangis, “Hanya flu biasa saja.”

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari luar. Ternyata, penghuni asrama di lantai dua tadi belum tidur, dikira ada maling, jadi langsung melapor ke penjaga asrama.

Semuanya langsung panik. Baru saja aku mau sembunyi di ranjang pacarku, tapi dia malah menarikku turun.

“Aku sudah pernah ketahuan, kalau kamu sembunyi di ranjangku lagi, pasti bakal ketahuan. Sembunyi di tempat Sella saja.”

Akhirnya, aku buru-buru pindah ke ranjang Sella.

Penjaga asrama pun berhenti di depan ranjang pacarku, lalu mengintip dengan bantuan cahaya bulan.

Sementara itu, aku sudah rebahan di ranjang Sella, sampai tak berani napas kuat.

Masalahnya, gadis sebelahku hanya memakai pakaian dalam. Kami nyaris tidur berpelukan. Dalam situasi seperti ini … mana bisa ditahan?

Aku diam-diam meletakkan tanganku di bokong Sella, lalu meremasnya perlahan.

Tubuhnya gemetar pelan, tapi dia tak mengeluarkan suara sedikit pun.

Melihat reaksinya, aku jadi semakin berani. Tanganku yang satu lagi menyibakkan bagian bawah celana dalamnya.

“Benaran nggak ada orang yang datang ke asrama kalian?” tanya ibu penjaga asrama.

“Nggak ada!”

“Kenapa jendelanya nggak ditutup?”

“Tadi gerah sekali, jadi dibuka biar ada udara masuk.”

Situasi di bawah ranjang semakin panas, tapi pikiranku hanya tertuju pada gadis yang sedang kupeluk ini. Aku perlahan membuka kaki kanannya dan memiringkan badan, lalu menempel lebih dekat.

“Hmm ….”

Akhirnya, Sella tak tahan dan mengeluarkan suara lirih. Itu membuat ibu penjaga langsung menoleh curiga dan bertanya, “Ada apa itu?”

“Ah … aduh!”

Pacarku memang cepat tanggap, begitu melihat situasi yang tidak beres, dia langsung jongkok di lantai dan mengerang kesakitan, “Aduh … perutku sakit … ugh ….”

Dua gadis di ranjang sebelah juga langsung turun, “Dia lagi sakit, cepat bawa dia ke klinik.”

“Kenapa nggak bilang dari tadi? Ayo cepat!” teriak petugas buru-buru, mereka semua pun keluar dari asrama dengan langkah cepat.

Sekelilingnya kembali sunyi dan gelap.

Kemudian, aku memegang pinggang rampingnya, kuangkat kuat-kuat, bokong mungilnya pun terangkat tinggi dan kusobek celana dalamnya.

“Hmm … sudah kutebak … ada yang beda dengan dirimu dan Sella … ah ….”

Sambil meraba perutku, gadis dalam pelukanku menolehkan kepalanya, menunjukkan wajahnya yang memerah seperti langit senja, dengan tatapan yang penuh kekesalan, tapi juga malu-malu.

Suara yang terdengar menjadi sangat manja dan tidak tertahankan, “Kamu … kamu benar-benar … sepanjang 22cm ….”

Aku langsung terkejut, terpana tidak bisa berkata-kata.

“Tina? Kok kamu ada di sini?”

“Kenapa? Kecewa? Atau … takut? Kau bukan mau perkosa aku?”

Tak ada pria yang sanggup menahan diri melihat tatapan genit dan menggoda seperti itu. Aku berdiri dan mendorong bra Tina hingga ke lehernya, meraih kakinya dan meletakkannya di bahuku, lalu menekannya.

“Aku tetap akan melakukannya, meski salah orang. Kalau nggak menghajarmu sampai minta ampun malam ini, anggap aku kalah ….”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 4

    Tiba-tiba, sebuah suara langsung memudarkan semangatku.Ranjangku berada dekat pintu, jadi setiap suara sekecil apapun yang datang dari koridor bisa terdengar jelas.“Mbak, dia benar-benar sakit perut, kami nggak bohong ….”“Belakangan ini situasinya sangat ketat, nggak ada yang diperbolehkan keluar masuk sembarangan. Lagipula, ini juga sudah larut malam, klinik kampus juga tutup, lebih baik pulang dan minum obat saja ….”Itu suaranya Sella, tak salah.Mereka diusir kembali?Tentu saja, Tina juga menyadari hal ini. Dia berkata pelan, “Mereka sudah pulang!”Mendengar suara yang semakin mendekat, aku merasa alarm dalam diriku berbunyi keras.Aku masih tidur di ranjang Tina, jangan sampai Siska melihatnya!Aku tidak bisa tinggal di sini.Dengan terpaksa, aku segera melompat dari ranjang.Saat pintu hampir terbuka, aku dengan cekatan melompat keluar lewat jendela.Memang benar, akhir-akhir ini pengawasan sangat ketat. Ketika keluar dari asrama putri, aku sempat menoleh, terlihat ada orang

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 5

    Sesuai dengan alamat yang dikirim, aku tiba di sebuah taman terbengkalai pinggiran kota. Dia memintaku untuk mengikuti jalan setapak kecil menuju ke dalam hutan, katanya dia sedang menunggu di sana.Apa yang sebenarnya dia rencanakan? Kenapa harus semisterius ini?Aku menggerutu dalam hati.Begitu masuk ke hutan kecil itu, langsung tercium aroma samar yang harum, menyegarkan dan menenangkan.Aku berputar-putar beberapa kali, tapi tak melihat satu orang pun. Saat aku sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara dari belakang.“Akhirnya, kamu datang juga.”Suara itu mengejutkanku sampai merinding. Aku menoleh dan entah sejak kapan, sosok Tina sudah berdiri di belakangku.“Apa yang sebenarnya mau kamu bicarakan sampai harus memanggilku ke tempat begini?”Tina tersenyum dingin.“Soal kejadian tadi malam, bagaimana kamu mau ceritakan ke Siska?”Entah kenapa, perasaanku jadi tidak tenang. Hatiku gelisah dan ada sensasi aneh yang muncul.“Itu salahku, aku yang terlalu impulsif. Anggap saja nggak

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 6

    Tatapan Siska tampak tidak percaya dan terasa amarah yang luar biasa. Air matanya langsung menetes tanpa bisa ditahan.Jantungku seperti jatuh ke dasar jurang, ingin rasanya menjelaskan sesuatu, tapi otakku malah kosong. Aku kehilangan kemampuan untuk berpikir.“Sayang ….”Belum selesai aku bicara, Siska sudah menutup telinganya, tidak mau mendengarku lagi.“Jangan panggil aku seperti itu!”Setelah dijebak oleh Tina seperti ini, aku benar-benar tak bisa membela diri.“Percaya sama aku, aku nggak melakukan apa-apa ke dia ….”Tapi, Tina malah lempar batu teriak maling, dia menyela penuh emosi, “Siska, kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Semalam dia sudah coba perkosa aku, hari ini masih mengajakku ke tempat beginian!”Baru saja aku mau membela diri, Sella ikut-ikutan memperkeruh suasana dengan komentar pedasnya.“Dasar brengsek! Sudah punya Siska, masih saja godain Tina! Cih!”Siska terlihat sangat hancur. Dia memegangi telinganya dan terus menangis tanpa henti.“Tyson, awalnya aku nggak pe

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 7

    Siska menghela napas pelan, “Meskipun aku mengundurkan diri, bukan berarti kamu yang otomatis dapat posisinya.”Namun, Tina hanya menyilangkan tangan di dada dan mengangkat dagunya.“Asal kamu mundur, aku punya caraku sendiri.”Aku ingat Siska pernah berkali-kali cerita soal itu. Itu adalah panggung impian semua penari balet dan dia sudah bekerja keras untuk sampai di tahap ini.Bagaimana mungkin aku melihatnya harus mengorbankan mimpinya hanya karena aku?“Siska, jangan mundur … itu mimpimu.”Siska mengepalkan tangannya erat, sampai-sampai kukunya hampir menusuk ke telapak tangan.“Iya, aku mundur.”Usai bicara, Siska menoleh padaku, mencoba memperlihatkan wajah kuat dan tegar, lalu dengan tegas berkata, “Mulai sekarang … kita putus.”Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, mereka langsung pergi tanpa menoleh lagi.Aku hanya bisa menatap Siska yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk.Aku tahu sebenarnya dia masih berat hati, tapi demi aku … dia memilih untuk mengalah pada

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 8

    Dalam beberapa kata saja, informasi yang tersampaikan benar-benar mengejutkan.Aku nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.Ternyata … mereka punya hubungan seperti itu?Aku berdiri mematung di tempat, tubuhku membeku, tak bisa bergerak. Seolah disambar petir tak kasatmata yang melumpuhkan seluruh kemampuanku untuk bergerak.Semua yang tadinya terasa janggal, tiba-tiba seperti terhubung satu per satu oleh benang-benang halus.Aku pun mengerti.Yang dimaksud caranya itu adalah memanfaatkan kaprodi untuk membantunya dapat jalan pintas!Benar-benar tidak tahu malu, aku harus membongkar kelakuannya!Dengan tangan gemetar karena emosi, aku mengeluarkan ponsel, menyelipkan kamera di sisi pintu, memastikan sudutnya pas untuk merekam kejadian di dalam, lalu menekan tombol rekam.Percakapan mereka masih berlanjut.“Kamu mau jadi kandidat di kompetisi itu? Bukannya pihak kampus sudah tentukan siapa yang akan jadi pesertanya? Kalau nggak salah … namanya Siska.”Begitu mendengar nama

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 1

    “Ya ampun, nikmatnya ….”Di dalam asrama putri, seorang gadis telanjang mengeluarkan suara yang nyaris seperti tangisan. Tubuh mungilnya mencondong ke depan, kedua tangannya mencengkeram sprei erat-erat, lalu seluruh tubuhnya menegang di tempat.Aku memeluknya erat, sampai akhirnya dia terkulai lemas seperti tak bertulang di atas ranjang ….Namaku Tyson, seorang mahasiswa baru.Pelatihan ospek baru saja selesai kemarin. Setelah hampir setengah bulan menahan rindu, pacarku langsung tak sabar mengajakku masuk ke asrama putri.Dengan bantuan dia dan teman asramanya yang kompak membantuku bersembunyi, aku berhasil lolos dari pemeriksaan ibu penjaga asrama dan bermalam di sana.“Hei nakal, aku sudah menginginkannya ….”Begitu lampu asrama dipadamkan, pacarku langsung menarik tanganku dan menyelipkannya ke dalam dasternya, lalu menciumku penuh hasrat.Aku meremas bokong kecilnya dan berkata, “Mereka masih belum tidur.”“Jangan pikir aku nggak tahu ….”Dia menggeliat manja di pelukanku, pingg

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 2

    Tak lama kemudian, pintu bilik sebelah terbuka. Setelah terdengar suara gesekan seperti orang sedang melepas celana, suara air kencing mengenai permukaan kloset pun terdengar.Suara itu sebenarnya tidak keras, tapi di kamar mandi yang kosong dan sepi ini, jadi terdengar sangat jelas.Dengan wajah merah merona, Sella menggeliat tak tenang dalam pelukanku.Aku menunduk menatap gadis mungil yang lembut dalam pelukanku, mencium wangi dari rambutnya dan teringat hal-hal gila yang kami lakukan di asrama tadi malam. Satu tanganku pun meluncur melewati pinggulnya dan langsung menutupi bokong kecil yang luar biasa elastis.“Uuhh ….”Sella tak bisa menahan erangan pelan. Napasnya jadi lebih cepat, tubuhnya sedikit bergetar dan seluruh badannya melemas tak berdaya.Kalau aku tidak memeluknya erat, dia pasti sudah jatuh lemas ke lantai.Ternyata dia wanita yang begitu sensitif?Mumpung dia tak bisa melawan, aku pun menarik celana dan celana dalamnya sekaligus sampai ke pergelangan kaki, lalu menek

Bab terbaru

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 8

    Dalam beberapa kata saja, informasi yang tersampaikan benar-benar mengejutkan.Aku nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.Ternyata … mereka punya hubungan seperti itu?Aku berdiri mematung di tempat, tubuhku membeku, tak bisa bergerak. Seolah disambar petir tak kasatmata yang melumpuhkan seluruh kemampuanku untuk bergerak.Semua yang tadinya terasa janggal, tiba-tiba seperti terhubung satu per satu oleh benang-benang halus.Aku pun mengerti.Yang dimaksud caranya itu adalah memanfaatkan kaprodi untuk membantunya dapat jalan pintas!Benar-benar tidak tahu malu, aku harus membongkar kelakuannya!Dengan tangan gemetar karena emosi, aku mengeluarkan ponsel, menyelipkan kamera di sisi pintu, memastikan sudutnya pas untuk merekam kejadian di dalam, lalu menekan tombol rekam.Percakapan mereka masih berlanjut.“Kamu mau jadi kandidat di kompetisi itu? Bukannya pihak kampus sudah tentukan siapa yang akan jadi pesertanya? Kalau nggak salah … namanya Siska.”Begitu mendengar nama

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 7

    Siska menghela napas pelan, “Meskipun aku mengundurkan diri, bukan berarti kamu yang otomatis dapat posisinya.”Namun, Tina hanya menyilangkan tangan di dada dan mengangkat dagunya.“Asal kamu mundur, aku punya caraku sendiri.”Aku ingat Siska pernah berkali-kali cerita soal itu. Itu adalah panggung impian semua penari balet dan dia sudah bekerja keras untuk sampai di tahap ini.Bagaimana mungkin aku melihatnya harus mengorbankan mimpinya hanya karena aku?“Siska, jangan mundur … itu mimpimu.”Siska mengepalkan tangannya erat, sampai-sampai kukunya hampir menusuk ke telapak tangan.“Iya, aku mundur.”Usai bicara, Siska menoleh padaku, mencoba memperlihatkan wajah kuat dan tegar, lalu dengan tegas berkata, “Mulai sekarang … kita putus.”Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, mereka langsung pergi tanpa menoleh lagi.Aku hanya bisa menatap Siska yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk.Aku tahu sebenarnya dia masih berat hati, tapi demi aku … dia memilih untuk mengalah pada

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 6

    Tatapan Siska tampak tidak percaya dan terasa amarah yang luar biasa. Air matanya langsung menetes tanpa bisa ditahan.Jantungku seperti jatuh ke dasar jurang, ingin rasanya menjelaskan sesuatu, tapi otakku malah kosong. Aku kehilangan kemampuan untuk berpikir.“Sayang ….”Belum selesai aku bicara, Siska sudah menutup telinganya, tidak mau mendengarku lagi.“Jangan panggil aku seperti itu!”Setelah dijebak oleh Tina seperti ini, aku benar-benar tak bisa membela diri.“Percaya sama aku, aku nggak melakukan apa-apa ke dia ….”Tapi, Tina malah lempar batu teriak maling, dia menyela penuh emosi, “Siska, kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Semalam dia sudah coba perkosa aku, hari ini masih mengajakku ke tempat beginian!”Baru saja aku mau membela diri, Sella ikut-ikutan memperkeruh suasana dengan komentar pedasnya.“Dasar brengsek! Sudah punya Siska, masih saja godain Tina! Cih!”Siska terlihat sangat hancur. Dia memegangi telinganya dan terus menangis tanpa henti.“Tyson, awalnya aku nggak pe

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 5

    Sesuai dengan alamat yang dikirim, aku tiba di sebuah taman terbengkalai pinggiran kota. Dia memintaku untuk mengikuti jalan setapak kecil menuju ke dalam hutan, katanya dia sedang menunggu di sana.Apa yang sebenarnya dia rencanakan? Kenapa harus semisterius ini?Aku menggerutu dalam hati.Begitu masuk ke hutan kecil itu, langsung tercium aroma samar yang harum, menyegarkan dan menenangkan.Aku berputar-putar beberapa kali, tapi tak melihat satu orang pun. Saat aku sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara dari belakang.“Akhirnya, kamu datang juga.”Suara itu mengejutkanku sampai merinding. Aku menoleh dan entah sejak kapan, sosok Tina sudah berdiri di belakangku.“Apa yang sebenarnya mau kamu bicarakan sampai harus memanggilku ke tempat begini?”Tina tersenyum dingin.“Soal kejadian tadi malam, bagaimana kamu mau ceritakan ke Siska?”Entah kenapa, perasaanku jadi tidak tenang. Hatiku gelisah dan ada sensasi aneh yang muncul.“Itu salahku, aku yang terlalu impulsif. Anggap saja nggak

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 4

    Tiba-tiba, sebuah suara langsung memudarkan semangatku.Ranjangku berada dekat pintu, jadi setiap suara sekecil apapun yang datang dari koridor bisa terdengar jelas.“Mbak, dia benar-benar sakit perut, kami nggak bohong ….”“Belakangan ini situasinya sangat ketat, nggak ada yang diperbolehkan keluar masuk sembarangan. Lagipula, ini juga sudah larut malam, klinik kampus juga tutup, lebih baik pulang dan minum obat saja ….”Itu suaranya Sella, tak salah.Mereka diusir kembali?Tentu saja, Tina juga menyadari hal ini. Dia berkata pelan, “Mereka sudah pulang!”Mendengar suara yang semakin mendekat, aku merasa alarm dalam diriku berbunyi keras.Aku masih tidur di ranjang Tina, jangan sampai Siska melihatnya!Aku tidak bisa tinggal di sini.Dengan terpaksa, aku segera melompat dari ranjang.Saat pintu hampir terbuka, aku dengan cekatan melompat keluar lewat jendela.Memang benar, akhir-akhir ini pengawasan sangat ketat. Ketika keluar dari asrama putri, aku sempat menoleh, terlihat ada orang

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 3

    ”Dia sakit?” tanyaku terkejut.Tina balik bertanya, “Kamu nggak tahu?”“Nggak tahu. Setelah lampu dimatikan, aku panjat jendela ke asrama buat melihat dia.”Aku langsung panik, sampai melupakan soal Sella.Beda dari kemarin, biasanya aku menyelinap dulu ke asrama putri, bersembunyi di ranjang pacarku. Setelah pengecekan kamar selesai, barulah kami bersenang-senang.Tapi setelah aku ketahuan pagi ini, penjagaan di asrama putri pasti semakin ketat. Aku tak mungkin bisa bersembunyi lagi di waktu pengecekan.Jadi, satu-satunya cara biar bisa tetap bermalam di asrama putri adalah … memanjat jendela.Begitu pengecekan selesai, aku langsung panjat teralis jendela di gedung asrama.“Cepat buka jendelanya!”Pacarku membuka jendela, sambil mengomel, “Kamu sudah gila? Ini lantai tiga, lho!”“Demi kamu, lantai tiga puluh pun aku bersedia!”Suasana di dalam kamar langsung penuh bisikan heboh. Tina dan temannya sampai menyeletuk gombalanku.“Sudah merasa lebih enak?” tanyaku.Pacarku kelihatan sanga

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 2

    Tak lama kemudian, pintu bilik sebelah terbuka. Setelah terdengar suara gesekan seperti orang sedang melepas celana, suara air kencing mengenai permukaan kloset pun terdengar.Suara itu sebenarnya tidak keras, tapi di kamar mandi yang kosong dan sepi ini, jadi terdengar sangat jelas.Dengan wajah merah merona, Sella menggeliat tak tenang dalam pelukanku.Aku menunduk menatap gadis mungil yang lembut dalam pelukanku, mencium wangi dari rambutnya dan teringat hal-hal gila yang kami lakukan di asrama tadi malam. Satu tanganku pun meluncur melewati pinggulnya dan langsung menutupi bokong kecil yang luar biasa elastis.“Uuhh ….”Sella tak bisa menahan erangan pelan. Napasnya jadi lebih cepat, tubuhnya sedikit bergetar dan seluruh badannya melemas tak berdaya.Kalau aku tidak memeluknya erat, dia pasti sudah jatuh lemas ke lantai.Ternyata dia wanita yang begitu sensitif?Mumpung dia tak bisa melawan, aku pun menarik celana dan celana dalamnya sekaligus sampai ke pergelangan kaki, lalu menek

  • Rahasia Asrama Seni   Bab 1

    “Ya ampun, nikmatnya ….”Di dalam asrama putri, seorang gadis telanjang mengeluarkan suara yang nyaris seperti tangisan. Tubuh mungilnya mencondong ke depan, kedua tangannya mencengkeram sprei erat-erat, lalu seluruh tubuhnya menegang di tempat.Aku memeluknya erat, sampai akhirnya dia terkulai lemas seperti tak bertulang di atas ranjang ….Namaku Tyson, seorang mahasiswa baru.Pelatihan ospek baru saja selesai kemarin. Setelah hampir setengah bulan menahan rindu, pacarku langsung tak sabar mengajakku masuk ke asrama putri.Dengan bantuan dia dan teman asramanya yang kompak membantuku bersembunyi, aku berhasil lolos dari pemeriksaan ibu penjaga asrama dan bermalam di sana.“Hei nakal, aku sudah menginginkannya ….”Begitu lampu asrama dipadamkan, pacarku langsung menarik tanganku dan menyelipkannya ke dalam dasternya, lalu menciumku penuh hasrat.Aku meremas bokong kecilnya dan berkata, “Mereka masih belum tidur.”“Jangan pikir aku nggak tahu ….”Dia menggeliat manja di pelukanku, pingg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status