Home / Lain / Racun Mulut Tetangga / Tabungan Ratna

Share

Tabungan Ratna

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bu Endang berkelit ketika ditanya ada berapa tabungan anaknya yang katanya berprestasi dan karirnya cemerlang itu. Harusnya kalau karir cemerlang sudah punya tabungan banyak dan kebeli ini itu.

"Tabungan mah jangan di tanya dong bu. Masa bu Siti pengen tahu dapur orang segala. Ya ada lah pokoknya tabungan," balas bu Endang.

"Asal bu Endang tahu ya. Uang bawaan lima puluh juta itu dipakai buat sewa gedung dan juga pernak pernik nikahan kurang. Kami pihak cewek juga mengeluarkan banyak dana. Apalagi setelah nikah di gedung selama dua jam kami masih mengadakan syukuran di rumah," ucap ibuku.

Ibuku karena kesal merincikan setiap pengeluaran yang kami pakai untuk acara pesta pernikahanku beberapa bulan yang lalu. Jangan kira mentang-mentang pihak lelaki memberikan uang lima puluh juta lantas kami semua tidak mengeluarkan uang sepeserpun.

"Jadi seperti itu bu Endang. Jangan apa-apa di limpahkan pihak lelaki saja jadi tidak ada harga dirinya sama sekali nanti pihak perempuan," ucap ibuku.

"A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Racun Mulut Tetangga   Nasehat Tetangga

    Ya memang apa-apa mahal sekarang kalau nggak mampu buat acara nikahan yang mewah lebih baik ya biasa saja yang penting halal gitu loh. "Bu bisa loh tiga puluh juta di jadiin pesta asal ngelolanya baik," balas bu Sri."Lah gimana bisa bahan makanan aja mahal, nanti habis itu buat belanja bayar tukang masaknya belum, pengejek dan lain-lain nggak di hitung?" tanya bu Endang lagi.Bu Sri menyarankan pada bu Endang kalau memang mau menyelenggarakan pest pernikahan anak tapi duitnya mepet ya lebih baik seadanya saja nggak usah mewah nggak usah di gedung. ya minimal kembang dan foto aja undang keluarga dekat saja sudah. Yang penting halal dan sah di mata Tuhan dan negara."Nggak usah maksa sih pengen menggelar acara wah, besok masih ada hari untuk melanjutkan hidup," balas bu Arum."Loh kalian ini nganggap aku nggak mampu to?" tanya bu Endang sewot."Bukan nganggap nggak mampu tapi kami ini hanya menasehati bu," jawab bu Sri.Tetangga yang satu itu memang tak aneh bin ajaib. Mereka ini kena

  • Racun Mulut Tetangga   Keinginan Bu Endang

    "Maunya ya di gedung dua jam selesai, rumah saya bersih tidak capek iya 'kan bu," balas bu Endang. "Iya bu benar kalau di gedung praktis dan tidak repot masalahnya adalah uangnay cukup tidak untuk biaya di gedung?" tanya bu Sri.Bu Endang menegaskan kalau dari pihak mempelai pria akan membiayai gedung beserta tetek bengeknya jika menikah di gedung tapi tidak di kasih uang bawaan. Bu Endang maunya nikah di rumah dan uangnya lebih dari tiga puluh juta emasnya dua puluh gram."Saya maunya di rumah saja bu tapi uangnya lebih dari tiga puluh juga. Emasnya juga jangan dikitlah malu-maluin saja," ucap bu Endang."Jangan seperti itu bu Endang kita memang punya keinginan tapi kan ya jangan seperti itu kekah nanti lelakinya kalau mundur karena tidak bisa mengikuti keinginan bu Endang bagaimana? Pada kabur bu lelaki tidak mau menikah dengan Ratna," jawba bu Sri kembali mengingatkan.Yah namanya bu Endang orang yang bebal mana mau sih di nasehati sama tetangga padahal nasehatnya juga baik loh. B

  • Racun Mulut Tetangga   Primadona

    Bu Endang menuturkan kalau primadona di kampung ini kan cuma ada dua walaupun banyak gadis seumuran tapi mereka tidak menonjol. Menurut bu Endang pula hanya aku dan Ratna yang dari dulu menjadi buah bibir di kampung ini. "Kenapa Dara karena Dara itu cantik dan banyak pemuda meliriknya begitu pula Ratna tapi Dara dan Ratna adalah sesuatu yang berbeda Dara hanya cantik tanpa prestasi sementara Rarna cantik dan berprestasi," ucap bu Endang selalu membanggakan anaknya. "Makan tuh prestasi! Emangnya hidup itu cuman makan prestasi?" tnya bu Sri yang geram. "Loh kok bu sri nyolot banget sih, atau jangan-jangan bu Sri ada dendam pribadi sama saya ya," ucap bu Endang kesal.Bu Sri menjelaskan tak ada dendam pribadi antara dia dan bu Endang melainkan hanya mengutarakan isi hati yang tak karuan dan kesal dengan apa yang di ucapkan oleh bu Endang selalu membuat orang berpikir jelek tentangku. "Tidak ada dendam pribadi bu. Tapi bu Endang dari dulu selalu membedakan anak satu dengan anak lain k

  • Racun Mulut Tetangga   Di nasehati ngamuk.

    Ibu-ibu yang ada di bale-bale membenarkan apa yang di ucapkan oleh bu Sri. Pasalnya bu Endang memang selalu menganggap putrinya selalu lebih unggul dariku. Selalu melihat apa yang aku raih Ratna harus mendapatkan yang lebih dariku."Betul sekali bu contohnya yang di depan mata ini saja. Dara menggelar pesta di dua tempat gedung dan Rumah bu Endang ingin juga menggelar pesta pernikahan Ratna jauh lebih megah dari keluarga bu Siti," balas bu Mutia."Keluarga bu Siti menerima uang lima puluh juta dari mempelai pria. Bu Endang tak mau kalah ingin diberi uang bawaan lebih dari itu," imbuh bu Arum.Mereka mengobrol sambil makan rujak awalnya. Mendengar omongan dari ibu-ibu tentang penilaian mereka bu Endang murka dan marah sendiri. Mendengar cerita ini aku merasa geli dan tertawa sendiri dengan reaksi yang ditunjukkan bu Endang."Dasar kalian ini ya. Tentu saja aku tak terima kalau mendapatkan uang bawaan lebih rendah dari keluarga bu Siti yang hanya penjual ikan dan anaknya hanya pegawai s

  • Racun Mulut Tetangga   Di berakin burung

    Semua ibu-ibu menoleh ke bu Sri. Mereka penasaran bu Sri mau mengajak taruhan apa. Mereka langsung mendekat dan menyimak apa yang dikatakan bu Sri. Duh aku juga turut deg-degan nih bu Sri mau mengajak taruhan apa ke ibu-ibu yang lain. "Apa sih bu mau taruhan apa. Kalau tentang bu Endang aku mau deh," balas bu Arum."Betul kita harus taruhan nanti acara pesta pernikahan Ratna seperti apa," ucap bu Sri."Maksdunya apa bu Sri. Aku belum paham apa yang kalian bicarakan?" tanya bu Mutia.Jadi ceritanya hari itu bu Sri mengatakan kalau ingin mengajak ibu-ibu taruhan seperti apa sih wujud dari pesta pernikahan yang akan di adakan oleh bu Endang. Tentu saja para ibu-ibu menyetujuinya karena selama ini bu Endang selalu membual atau sering berbicara tinggi nanti pernikahannya ini anu dan itu. Misalnya minta uang bawaan besar dan juga emas seberat lima puluh gram. Atau ingin mengadakan pesta di gedung yang lebih mahal dariku dan juga masih banyak bualan yang dikatakan bu Endang setiap hari. "

  • Racun Mulut Tetangga   Bergosip Dengan Suami.

    Aku menoleh ke suara suamiku dan segera duduk di ranjang dan menceritakan semua gosip yang aku dengar di rumah. Nungki yang mendengarnya ikut tertawa menikmati gosip yang aku katakan padanya."Ada-ada saja tetanggamu itu ya istriku. Haduh tidak mau kalah dengan orang lain ya bisa babak belur sendiri kalau dananya nggak ada," ucap Nungki."Ya begitulah aku juga nggak tahu apa sih yang bu Endang iri dariku. Padahal aku ini 'kan hanya wanita biasa gitu loh," balasku.Nungki menjelaskan mungki di dalam diriku ini ada sesuatu yang orang lain tidak miliki sehingag membuat beberapa orang mencemburui atau iri apa yang aku miliki. Entah itu apa aku sendiri juga tidak tahu."Ada satu hal yang orang lain tidak miliki dari tubuh istriku ini yaitu kejujuran dan ketulusan hatinya. Makanya orang melihat kamu adalah orang baik selalu baik, sifat ini tidak dimiliki oleh bu Endang dan anaknya si Ratna jadi mereka terus iri padamu," ucap Nungki sambil mengelus pipiku."Kamu bisa saja sih, aku jadi malu

  • Racun Mulut Tetangga   Undangan Pernikahan.

    Saat aku bertanya undangan dari mana. Nungki memintaku untuk sarapan dahulu karena memang suamiku itu kalau sedang makan tidak mau ada suara sedikitpun."Habiskan makanmu dulu baru kita ngobrol lagi masalah undangan," pinta Nungki seraya menyembunyikan undangan itu. Sontak semua itu membuatkuncuriga undangan dari siapa kok Nungki menyembunyikannya dariku."Oke aku sarapan dulu," sahutku.Selesai sarapan serta mengenuk air minum dalam gelas. Nungki baru memberikan undangan itu kepadaku tanpa bersuara. Aku semakin heran apakah undangan dari mantan sehingga tidak mau buka suara dan di sembunyikan agar aku tak marah. Setelah aku lihat undangan itu aku jadi merasa lega karena bukan dari mantan melainkan dari Ratna."Ya Allah maafkan aku karena telah berburuk sangka pada suamiku tadi," ucapku."Kamu berburuk sangka padaku apa. Bukannya kamu sudah paham kalau lagi makan kita tidak boleh berbicara, ini aturan yang aku buat ya," sahut Nungki.Aku tertawa menertawakan diriku sendiri yang mencur

  • Racun Mulut Tetangga   Bertemu Husna

    Aku menoleh ke seseorang yang menepuk pundakku. Ternyata si Husna dan dua anaknya juga suaminya. Terlihat perutnya buncit karena sedang mengandung anak pertama dari lelaki ketiga yang merupakan suami sahnya."Husna lagi jalan-jalan ya," jawabku."Iya Dara. Omong-omong sudah dapat undangan belum dari Ratna?" tanya Husna.Aku mengangguk undangan dari Ratna baru tiba tadi pagi saat aku dan suami sedang sarapan. Tapi kenapa Husna menanyakan itu apa dia mau bergosip."Sudah tadi pagi," jawabku singkat."Masa orang kaya undangannya jelek. Nggak seperti kalau sedang ngomong setinggi langit. Itu sama aja undangan murahan kaya orang kampung," balas Husna."Hus nggak boleh begitu Husna. Sudah biarkan saja dia mau ngapain kek. Yang penting kita jangan sampai seperti dia yang membuat sakit hati tetangganya," ucapku.Karena waktu sudah siang dan mepet aku juga takut telat aku pamit sama Husna untuk segera masuk kerja. "Eh sudah setengah delapan aku masuk dulu ya. Tempat kerjaku di atas nanti lift

Latest chapter

  • Racun Mulut Tetangga   Hamil- Season satu tamat

    Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara

  • Racun Mulut Tetangga   Nggak jadi belanja

    Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja

  • Racun Mulut Tetangga   Sindiran bu Sri

    "Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."

  • Racun Mulut Tetangga   Saingan yang mencolok

    Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D

  • Racun Mulut Tetangga   Pagi-pagi Gosip

    Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda

  • Racun Mulut Tetangga   Selesai Hajatan

    Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di

  • Racun Mulut Tetangga   Ribut

    Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah Siap bergosip

    Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I

  • Racun Mulut Tetangga   Teman Ratna

    Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal

DMCA.com Protection Status