Wajah Irma jadi pucat karena mendengar pertanyaan Metta. Aku hanya tertawa saja bagiku mau ada aku atau tidak itu sama saja karena irma akan tetap membuat ulah dan bertengkar kepada siapapun juga.
"Karena aku akan berkuasa dan menjadi ratu saat Dara tidak ada puas kamu atas jawabanku!" seru Irma.
"Jadi kamu merasa tidak mampu menyaingi Dara ya. Aku tahu kok kalau kamu memang tidak mampu dari dulu untuk menandingi Dara level kamu dan Dara beda," ucap Metta sambil tertawa.
Irma kesal atas ucapan Metta dan menatapku sinis ia mengacungkan jari tengah untukku. Dia sepertinya sangat dendam padaku. Tapi itu tidak berarti untukku karena aku sebentar lagi tidak bekerja di sini. Semoga Irma akan berubah sikapnya juga akan berperilaku yang sangat baik kedepannya.
"Irma kamu jangan membenciku terlalu dalam. Karena saat kamu membenciku otakmu akan dipenuhi memori tentangku. Kamu akan rugi sendiri, lebih baik kita damai saja," ucapku pada Irma.
"Aku tidak
Aku tak menggubrisnya kemarin perasaan sudah bertanya tentang pingitan ini deh kenapa harus mulai lagi apa karena lagi ada banyak tamu yang berkumpul di rumahku bu Endang sengaja mencari sensasi."Ya kan saya kerja bu. Ini jaman sudah modern orang juga ngurus surat harus berdua nggak bisa di wakili," balasku sembari berjalan masuk rumah."Dasar anak jaman sekarang kalau di bilangin aturan turun temurun selalu ngeyel," ucap bu Endang sewot.Bodoh amat lah mau ngomong apa aku sudah capek kerja masa ngladeni orang model bu Endang begitu. Masuk rumah banyak ibu-ibu lingkungan yang bertamu ke rumah."Assalammualaikum, ibu dara pulang wah lagi ada tamu ya bu," ucapku ketika masuk rumah."Walaikumsalam iya nih ibu-ibu pada bertamu tanya tentang nikahan kamu," jawab Ibuku.Tetangga pada mau naruh-naruh barang belanjaan, air mineral juga uang untuk yang akan hajatan. Tradisi di lingkunganku tinggal kalau ada orang hajatan akan memberikan sesuatu yang di taroh nanti ka
Bu Endang melotot ke bu Lastri ia lalu melihat ke sekeliling ruang tamu rumahku. Memang benar ada sepuluh dus air mineral tertata rapi di sana.. satu kresek bumbu dapur juga satu kantong kresek besar daging sapi. Ku intip dari balik tirai dapur dan menertawakannya mungkin bu Endang sekarang sudah kena mental."Ngapain naroh bahan-bahan katanya resepsi di restauran. Emang kalau di resepsi di gedung gitu makanan bawa dari rumah sendiri. munazir aja kalian ini," balas bu Endang sambil mulutnya moncap mencep."Setidaknya kalau ada yang datang ke rumah ada makanan. Kami juga nanti akan bantu masak rawon, soalnya acara di restauran hanya dua jam saja," balas bu Mutia.Aku dengar saja mereka mematahkan omongan bu Endang yang tak beraturan itu. Senang banget ada yang membuat bu Endang jantungan. Pasti semakin terbakar itu hatinya dengar aku mau resepsi di gedung."Halah kalau begitu kan jadi double pengeluaran, apa nggak sayang-sayang duitnya. Ya mending kalau di rumah saja.
Ibuku Mengelus dada karena bu Endang berpikiran jahat tentang uang yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki untuk keperluan yang tidak perlu di luar urusan hajatan pernikahan. Padahal uang yang aku gunakan untuk membelikan kado Husna adalah uangku sendiri."Ya jelas to aku berpikiran seperti itu karena Dara itu kan terbiasa hidup susah iya to, lalu dapat uang banyak lima puluh juta dipakai beli ini itu supaya dianggap wah sama tetangganya warga desa sukma jaya ini toh," ucap bu Endang yang bersemangat sekali."Kalau ternyata uang yang aku gunakan adalah uangku sendiri bu Endang mau bersujud minta maaf padaku nggak?" tanyaku kesal pada bu Endang yang selalu menyulut emosi orang bertutur kata semaunya sendiri tanpa melihat kebenaran yang ada.Bu Endang menatapku kesal ia bersumpah kalau memang aku memakai uang dari hajatan yang diberikan Nungki tidak digunakan sebagaimana mestinya malah dipakai hal yang tidak perlu."Untuk apa aku takut. Kamu mema
Semua orang yang ada di rumahku mendukung apa yang aku katakan barusan. Memang yang namannya bu Endang ini harus di sudutkan terlebih dahulu agar tidak banyak berkata apa-apa. Sudah banyak kejadian yang membuatnya malu tapi tidak pernah kapok dan mengulangi perbuatan yang sama. Harus seperti apa aku mengungkapkan kata-kataku sehingga mudah dicerna oleh bu Endang."Heh Ratna memang belum bisa membelikan mobil atau apapun itu tapi tetap saja dia membuatku bangga denagn prestasinya sekarang juga bekerja di ruamh sakit angkatan dan memakai baju dinas seperti pns," ucap bu Endang yang menurutku tidak nyambung dengan pertanyaan. Prestasi mulu di banggakan lulusan universitas negeri dan jurusan yang paling susah katanya diomong mulu untuk menghina orang lain."Nggak nyambung banget sih jeng. Prestasi mulu diomongin pakai baju seragam pns juga guru honorer pakai seragam pns tapi gajinya tak masuk akal," balas bu Sri."Saya jadi penasaran berapa gaji Ratna yang kat
Bu Endang menertawakan bu Arum yang bertanya kenyataan anaknya bu Arum sekolah apa. Ya jelas bu Endang merasa hapal dan tahu kalau anaknya cuman lulusan smk perawat terus bekerja di rumah sakit. Jelas banget gajinya kecil mana ada lulusan smk yang gajinya gede tutur bu Endang membuat telingaku gatal ingin melempar gelas padanya."Bu Arum ini kok nglawak emang anak bu Arum itu sekolah apa sih. Semua orang kampung sini juga tahu cuma lulusan smk doang langsung kerja. Menang lulusan smk perawat doang ya jangan samakan sama anak saya yang lulusan S1 kerja di rumah sakit bu. Beda bu beda!" seru bu Endang pede sekali."Bu Endang nggak malu ya sepertinya hanya bu Endang yang nggak tahu anak bu Arum dapat beasiswa sekolah di luar negeri dan sudah lulus. Cuman nggak koar-koar kaya bu Endang baru dapat sekolah dalam negeri saja sudah heboh seluruh dunia harus tahu," balas bu Sri.Bu Endang tidak percaya dengan perkataan bu Sri kapan keluar negerinya. Orang selalu lihat ada di
Bu Arum langsung menceritakan bagaimana pengalamannya naik pesawat. Bagaimana pesawat kalau ada awan mendung saat melintas ya seperti jalan terjal yang ada di darat. Lalu saat mau terbang seperti apa suara bisingnya makanya anak bayi di larang naik pesawat karena suara bisingnya bisa merusak gendang telinga."Begitu ibu-ibu rasanya naik pesawat. Saya banyak baca sholawat saat pertama kali naik pesawat namanya juga orang kampung," ucap bu Arum menceritakan kisahnya naik pesawat."Bu Arum ini loh membual banget jadi orang. Naik pesawat itu emang mau kemana sih, biasa naik becak juga sok-sokan nyeritain naik pesawat. Mimpi kali ah!" seru bu Endang.Mungkin bu Endang ini ketinggalan informasi karena memang bu Arum sudah pernah menggunakan moda transportasi udara itu saat anaknya wisuda di luar negeri. Pulang kampung pun juga naik pesawat pernah. Anak bu Arum itu memang hanya terlihat bekerja saja tapi ternyata karena ingin memiliki karir yang lebih makanya sekolah lagi
Yah ada orang ini lagi nggak kapok banget sih ngurusin hidup orang harus berapa kali di ingatkan kalau ngurus surat ke kua sekarang harus berdua dan tidak bisa diwakilkan seperti jaman bu Endang muda dulu."Ayo masuk mobil dan selesaikan urusan kita. Tidak usah pedulikan mulut tetangga yang satu itu," ajak Nungki."Baiklah ayo kita sudah telat belum lagi perjalanan ke sana juga butuh waktu," balasku.Kami sengaja mengabaikan bu Endang yang sudah pasti nanti akan marah dan nyeletuk kata-kata mutiara untuk kami karena tidak menggubrisnya sama sekali."Dasar anak muda jaman sekarang dibilangin orang tua malah ngeyel nyelonong pergi aja. Mana sih orang tuanya ngebiarin anak yang mau nikah berdua-duaan mulu tidak dipingit ya ampun jaman boleh modern tradisi harus tetap dijalankan!" seru bu Endang."Apa sih bu Endang ini pagi-pagi sudah ngedumel sendirian ngurusin hidup orang melulu," ucap ibuku."Eh Bu Siti sebagai orang tua itu bagaimana sih ken
Hatiku kesal karena bu Endang tidak pernah mendengarkan orang lain dan hanya percaya pada pikirannya sendiri. Bisa gila kalau berurusan dengan wanita seperti ini setiap hari. Lebih baik cepat masuk rumah dan istirahat."Sudah Dara jangan ladeni orang yang kurang pengetahuan seperti bu Endang ini, percuma karena bisanya nyinyir doang," balas bu Arum."Eh bu Arum kok bela anak yang salah sih. Emang ada seminar-seminar pra nikah sebelum menikah. Itu paling alasan saja juga sertifikat dan buku buat sendiri di tukang cetak!" seru bu Endang.Bener juga kata bu Arum bu Endang memang kurang pengetahuan dan bisanya hanya mengelurkan kata-kata yang menurutnya benar saja tanpa melihat kenyataan dan fakta yang ada."Kamu jangan gila bu Endang. Lebih baik gunakan ponselnya untuk melihat pengetahuan yang terbaru. Agar ilmu juga terbarui terus jangan gunakan ponsel buat gosip di pesan singkat saja!" seru bu Arum."Iya sudah jelas ada logo kementerian agama RI. bagaimana bi