Share

Dikerjain Lagi

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rinai menganjur napas pelan sebelum mengetuk pintu bercat putih di hadapan. Ini hari pertama dia bekerja mengurus pria yang ada di balik pintu kayu itu. Pria yang membuat dia harus menahan malu. Bagaimana tidak? Rinai harus menarik ucapannya. Pria yang dia bilang gila itu adalah sumber keuangannya. Mana mungkin Rinai menolak pekerjaan yang sudah dia setujui beberapa hari yang lalu. Bisa-bisa dituntut mengingkari perjanjian kerja, lagipula dia sangat membutuhkan gaji yang dijanjikan.

Sejak mendapati Reinart tak setia, Rinai merasa dunianya hancur detik itu juga. Dia juga tak mengira reaksi Reinart yang datar, seolah-olah apa yang dilakukan pria itu bukan sesuatu yang menyakitkan.

"Jelaskan, Rien!" Rinai mencoba menahan genangan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan pria itu.

"Pulanglah, nanti aku jelaskan di rumah."

Rinai tertawa sumbang, mengalihkan pandangan sesaat. "Ke mana? Apa aku punya rumah di sini? Kamu tau, berapa puluh kilo meter yang harus kutempuh untuk menemuimu? Nyatanya ...."

Rienart mengusap wajahnya kasar, sesekali dia melihat ke dalam kamar. Bahkan, pria itu lebih mencemaskan Amanda bila mengetahui keberadaan Rinai.

"Aku enggak bisa menjelaskan sekarang." Reinart merogoh saku belakangnya untuk mengeluarkan dompet lalu menarik beberapa lembaran merah dari sana. "Aku rasa ini cukup untuk ongkos pulang atau carilah penginapan. Nanti aku akan menghubungimu."

Reinart meletakkan uang tersebut ke telapak tangan Rinai yang membeku. Wanita itu masih tidak percaya sang suami tega mengusirnya dengan cara seperti itu. Bahkan, Reinart sama sekali tak menunggu jawaban Rinai. Bodohnya, dia tak mampu melakukan apa-apa. Tubuhnya seolah-olah terpancang ke lantai. Irisnya membeku menatap pintu hotel yang tertutup di hadapannya.

"Hei! Apa aku menggajimu untuk menjaga pintuku?"

Rinai tersentak ketika suara Kenshi menembus membran telinganya, membuyarkan lamunan kejadian beberapa hari yang lalu. Dia mengangkat pandangan dan mendapati sang pria bersedekap di atas kursi roda, tepat di depan pintu.

"Maaf, aku baru saja ingin mengetuk,"  balas Rinai datar. Dia tak mau memancing konflik di pagi hari dengan pria tengil itu.

Kenshi berdecih, dia memutar kursi rodanya membelakangi Rinai. "Lakukan tugasmu, aku ingin mandi."

Otak Rinai mencoba memproses perintah yang diberikan Kenshi. Pria itu menggerakkan kursi rodanya ke pembaringan, lalu menunjuk ranjang yang terlihat berantakan. Rinai mengerti jika dia harus merawat pria itu, tetapi apa dia juga harus membersihkan kamar pria itu?

"Masih belum mengerti juga tugasmu?" Kenshi bertanya dengan wajah datar, tetapi sebenarnya otak pria itu sedang merencanakan sesuatu. Dia mengulum senyum ketika tangan Rinai bergerak melipat selimut, membersihkan ranjang, dan mengumpulkan pakaian kotor yang berserakan di atas lantai.

Kenshi tersenyum melihat wajah Rinai yang ditekuk serta bibirnya yang tak berhenti bergerak. Entah apa yang wanita itu katakan, sepertinya dia keberatan dengan tugas yang diberikan Kenshi.

"Eh, mau ke mana?" Kenshi menahan langkah Rinai yang hendak keluar kamar.

"Meletakan kain kotor Anda ke ke bawah."

"Nanti saja. Aku ingin mandi." Kenshi menarik baju kaos yang dia kenakan hingga memperlihatkan dadanya yang bidang. Walau pun duduk di kursi roda, tetapi dia selalu menjaga bentuk tubuhnya dengan melatihnya setiap hari.

Rinai memalingkan wajah melihat tubuh bagian atas Kenshi. Meski bukan sekali ini melihat tubuh seorang pria, tetapi ada risih ketika pria tersebut melakukannya. Apalagi mereka ada di dalam kamar, membuat canggung menyerang dada Rinai.

"Apa harus menunggu siang sampai kamu melangkah ke sini?"

Lagi-lagi teguran Kenshi membuat Rinai harus melapangkan dadanya. Bagaimana tidak, pria itu sekarang berada di dalam kamar mandi, membuat sang wanita ketar-ketir. Apa tugasnya juga termasuk memandikan sang pria?

Rinai menyesali kecerobohannya. Harusnya dia membaca kontrak perjanjian kerja yang disodorkan dokter Gunawan dengan lebih cermat. Namun, rasa putus asa dan terdesak membuatnya kehilangan kewaspadaan. Bagaimana mungkin dia memandikan seorang pria yang tidak memiliki hubungan dengannya. Apalagi pria itu tak bisa dikatakan tidak menarik.

Lihat saja kulitnya yang bersih dengan rambut-rambut halus di sekitar dada. Garis wajah yang tegas dan tulang hidung yang tinggi, serta cambang yang tumbuh tipis tak beraturan di sekitar rahang membuatnya terlihat seksi. Seksi?! Rinai menepuk dahinya, bisa-bisanya dia menilai fisik pria itu sekarang. Salahkan pria itu yang seenaknya memamerkan tubuhnya. Rinai masih mampu mengenali pria berkualitas.

"Aku kedinginan, Rinai."

Rinai berdehem. Meski terasa berat dia memaksakan langkah mendekat menuju kamar mandi. Sedikit gemetar tangan wanita itu ketika menyabuni bahu Kenshi. Berkali-kali dia menggigit bibirnya untuk menetralkan gugup yang menghantamnya. Baru saja hendak menyiramkan air, suara Kusuma membuat keduanya menoleh.

"Apa yang kalian lakukan?!" Kusuma menatap lekat keduanya yang menampilkan ekspresi berbeda. Rinai dengan kegugupannya dan Kenshi dengan senyum tengilnya.

"Maaf, Buk. Saya kesiangan memandikan Pak Kenshi."

Mata Kusuma melebar mendengar pengakuan Rinai. Dia menggelengkan kepala seraya menganjur napas panjang. Wanita itu sudah menduga jika putranya pasti berulah lagi.

"Kenshi! Jangan sampai Rinai berhenti di hari pertama. Ibu capek nyariin perawat baru buat kamu."

Kenshi hanya tertawa mendengar teguran sang ibu, dia melirik Rinai yang terlihat kebingungan masih memegang sabun dan selang air.

"Salah dia sendiri, Buk. Dia enggak nanya apa tugasnya, ya aku biarin aja dia mandiin aku. Lumayankan, hemat tenaga."

"Kamu keterlaluan, Ken!" Kusuma benar-benar kehilangan kata-kata menghadapi sifat tengil sang putra. Kusuma mengalihkan pandangan kepada Rinai yang masih tak mengerti. "Tugas kamu itu cuma merawat Kenshi, memastikan dia makan dan minum obat dengan teratur. Tidak ada selain itu." Jelas Kusuma.

Rinai terperangah mendengar penjelasan Kusuma. Matanya melirik Kenshi yang susah payah menahan tawa agar tak tersembur keluar. Rinai sadar jika pria itu membodohinya lagi. Andai saja tidak ada Kusuma, dia pasti akan memukul kepala pria itu dengan gayung.

"Jangan marah, lain kali tanya dulu tugasmu apa. Aku enggak salah, lho. Kamu aja yang ngebet pengen mandiin aku." Kenshi menjelaskan tanpa raut bersalah membuat otak Rinai membentuk rencana untuk meracuni pria itu dengan racun paling ganas di dunia.

Rinai mengikuti perintah kusuma yang memintanya membawakan sarapan Kenshi yang sudah disediakan di meja makan. Melihat Kusuma juga berjalan keluar, dia berbalik mengambil kesempatan dengan menjambak rambut Kenshi dengan kuat. Rinai tak peduli jika dia dipecat di hari pertama bekerja. Hari pertama saja sudah dikerjain seperti itu, entah apa yang akan dilakukan pria itu di hari selanjutnya. Jika dia tidak dipecat, Rinai ingatkan pada dirinya sendiri untuk menyantet pria itu nanti malam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kirain ada drama mengamuk dan menghajar pelakor. ternyata g ada. pantasnya si rinai memang jd babu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Dia Kesepian

    Rinai memicingkan mata menatap kantong kresek yang diulurkan Kenshi. Meski pria tersenyum tetap saja dia tidak ingin tertipu. Dia semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap pria tersebut. Apalagi setelah dikerjai tadi pagi, membuatnya semakin insecure."Ini hanya buah. Aku minta tolong dikupasin, ya." Kenshi mengeluarkan sebutir apel merah dan menunjukkan pada Rinai. Dia mengulum senyum melihat reaksi sang wanita yang masih saja dingin seraya menatapnya dengan sorot curiga. "Aku rasa itu bukan tugasku," jawab Rinai sambil bersedekap. Dia tak ingin bersimpati pada pria itu.Kenshi mendesah pelan. "Ya, aku cuma minta tolong. Kalau kamu enggak mau, ya, sudah." Dia memutar kursi rodanya menghadap jendela. Memang dari jendela itu dia bisa melihat pemandangan di bawah sana. Tepat di depan rumah Kenshi, terdapat taman terbuka yang digunakan warga sekitar untuk berjalan-jalan menunggu senja tiba. Dulu dia juga sering menghabiskan waktu di sana. Sekadar berlari mengitari taman, lalu memperhat

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Hidup Tetapi Mati

    Rinai mengaduk minumannya tanpa semangat. Sesekali mata bulat wanita itu melirik ke arah pintu restoran, dia menunggu seseorang yang kemarin mengirimkan pesan padanya. Dia sama sekali tidak mengira jika Reinart mengajaknya bertemu. Hampir satu bulan setelah Rinai memergoki perselingkuhan suaminya, baru kali ini Reinart menghubunginya kembali. Padahal sang pria berjanji akan menghubunginya secepat mungkin. Rinai tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Yang pasti dia penasaran apa yang akan disampaikan Reinart. Langkah kaki yang mendekat, membuat Rinai mengangkat pandangannya. Mata wanita itu menangkap sosok Reinart yang telah berdiri di hadapan. Pria itu terlihat sangat kacau, cambangnya dibiarkan tumbuh begitu saja. Padahal Reinart adalah tipe pria pesolek. Dia sangat memperhatikan penampilan hingga untuk memangkas rambut pun harus ke barber shop ternama."Sorry, kamu lama nunggu?" sapa Reinart duduk di hadapan Rinai. "Enggak terlalu lama. Kamu apa kabar?" Rinai mencoba bersikap

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Awas Nanti Jatuh Cinta

    Kenshi berdecak kesal, berkali-kali teleponnya ditolak Rinai. Sejak sore kemarin wanita itu bersikap aneh, dia lebih banyak diam dan membuang wajah setiap kali bersitatap dengannya, membuatnya urung untuk menggoda wanita tersebut. Hari ini pun sama, Rinai meminta izin untuk keluar seharian. Dia beralasan ingin menemui keluarganya. Kenshi penasaran, apa wanita itu berkata jujur atau tidak. Meski belum terlalu lama mengenal Rinai, tapi pria tersebut mampu mengenali bahasa tubuh seseorang dan dia tahu si wanita berbohong. Oleh karena itu Kenshi menghubungi seseorang untuk mengawasi Rinai. Dia tak mengerti mengapa wanita itu menarik perhatiannya.Saat Kenshi ingin menghubungi orang suruhannya, sebuah taksi berhenti tepat di depan rumahnya. Dari jendela kamarnya, pria itu bisa melihat sosok Rinai keluar dari sana. Wanita itu berjalan dengan cepat sambil menunduk. Kenshi bisa merasakan sesuatu yang tidak beres sedang menimpa sang wanita. Setelah sosok Rinai hilang dari pandangan, sang pria

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Sandiwara yang Sempurna

    Rinai masih tak percaya dia menyetujui permintaan Kenshi. Apa rasa kecewa pada Reinart membuat otaknya juga tak bisa berpikir logis. Bagaimana dia bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang baru dikenal dalam hitungan hari. Bahkan, dia tak tahu siapa nama lengkap pria tersebut. Sebenarnya dia buta tentang Kenshi. Bagaimana karakter dan masa lalu pria itu.Wanita berambut panjang bergelombang itu memperhatikan Kenshi yang sedang tertidur. Pria itu baru saja terlelap setelah meminum obat dan dipijat kakinya oleh Rinai. Dia bilang, pijatan sang wanita merilekskan kondisi tubuhnya. Entah benar atau tidak, tapi Kenshi benar-benar tertidur. Rinai bangkit dari pembaringan, gerakannya sangat pelan seolah-olah takut mengganggu tidur si pria.Setelah menyelimuti Kenshi, Rinai masih sempat memperhatikan wajah pria tersebut. Saat tidur Kenshi terlihat seperti bocah. Raut wajahnya begitu tenang, tak terlihat gundah yang terkadang ditangkap mata Rinai. Deru napasnya pun sangat tenang dan entah me

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Fakta Baru yang Melukai

    "Udah, dong, Rin. Aku minta maaf." Kenshi berusaha meraih tangan wanita tersebut, tapi Rinai menepisnya pelan."Kamu itu kebiasaan. Ngomong itu difilter napa?""Lah! Salahnya di mana, coba? Kita, kan, udah sepakat memulai hubungan. Siapa tau emang beneran jodoh," ujar Kenshi ringan sambil tersenyum yang di mata Rinai terlihat menyebalkan."Dengar ..." Rinai menganjur napas sejenak. Menghadapi Kenshi seperti mendebat seorang balita. "Ini enggak logis. Gimana mungkin kita bisa bareng kalau enggak ada rasa sama sekali.""Ini bisa," balas Kenshi dengan sorot jenaka.Rinai mengembuskan napas panjang dan dalam. Dia benar-benar kehabisan kata mementahkan argumen pria itu. "Udahlah, jangan bahas lagi. Liat aja, ntar.""Nah, gitu dong. Keknya kamu emang calon istri idaman." Kenshi hendak tertawa setelah melemparkan candaan itu pada Rinai, tetapi urung setelah melihat sorot sang wanita menajam, persis silet."Wanita tadi siapa?" tanya Rinai seraya mengulurkan mangkok kecil yang berisi obat-obat

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Sadar Diri

    Kenshi menatap Rinai dalam diam. Setelah selesai melakukan fisioterapi, pria itu mendapati si wanita duduk di ruang tunggu khusus ruangan terapi dengan mata sembab. Meski Rinai mati-matian menyembunyikan keadaannya, dia tahu ada sesuatu yang membuat sang wanita bersedih. Saat ditanya, wanita itu menjawab jika dia baik-baik saja sembari mengulas senyum. Jelas berbanding terbalik dengan rautnya yang terlihat suram. Sepanjang perjalanan menuju pulang hanya hening yang mengambil tempat di antara keduanya. Rinai selalu menghindari bertatapan langsung dengan Kenshi. Wanita itu memilih melihat keluar melalui jendela kaca mobil. Otaknya masih saja mengira-ngira sejak kapan pengkhianatan itu dimulai. Di dalam surat itu jelas tertulis jika Amanda mengandung selama dua belas minggu. Jika benar, artinya janji pernikahan yang diucap Reinart hanya bertahan enam bulan, sisanya adalah sandiwara yang sangat sempurna."Kalau mau cerita aku siap dengerin." Suara kenshi mengembalikan kesadaran Rinai. P

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Semua Akan Baik-Baik Saja

    Tangan Rinai menyeka kaca yang berembun perlahan hingga dingin terasa di telapak tangannya, sedingin hatinya saat ini. Kata-kata Kenshi terus memantul-mantul di gendang telinganya, membuat ngilu tak henti merayap di sekujur tubuhnya. Rinai heran, harusnya sakit dan kekecewaan ini tak perlu ada. Bukankah sudah jelas bagaimana hubungan mereka sejak awal? Hanya sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan. Tidak ada rasa di sana dan dia begitu percaya diri tak akan jatuh cinta pada pria tersebut.Tunggu, cinta?! Rinai tertawa pelan ketika pemikiran itu masuk ke benaknya. Tak mungkin dia jatuh cinta secepat itu. Sedangkan bersama Reinart saja dia tak yakin apakah mereka menikah karena cinta, sebab sakit yang diberi pria itu seolah-olah lenyap begitu saja. Namun, bersama Kenshi dia menemukan kenyamanan itu. Rinai menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia menampik asumsi itu sekuat hati. Tak mungkin jatuh cinta kepada pria itu."Kamu aneh."Suara Kenshi membuat Rinai menoleh. Matanya menang

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Petaka

    Aku tidak tahu sejak kapan rasa itu berkembang. Tapi, melihat keadaan Kenshi membuat rasa bersalah membakar dadaku. Andai saja aku tak berpura-pura tak tahu tentang perasaannya, andai sejak awal aku tegas padanya, tentu dia tak akan putus asa seperti itu. Dan sekarang bukan hanya perasaan bersalah, tapi keinginan untuk merawat dan membuat dia sembuh seperti semula. Aku tahu, kecelakaan itu tersebab kekecewaan berlebih kepadaku. Ah, Kenshi ... mengapa dadaku kini mulai berdebar setiap mengingat namamu? Tapi, ini tak boleh, kan? Aku tak mungkin menodai hati pada suamiku, Kakakmu. Tuhan ... aku harus bagaimana? Tak mungkin ada dua cinta dalam hatiku. Bila aku bersama Riyad, pikiranku berkelana pada Kenshi. Begitu pula sebaliknya.*Riyad berkali-kali mengembuskan napas perlahan. Wajah pria itu terlihat begitu gelisah. Berkali-kali dia membaca buku yang ada di tangannya, perasaan bersalah semakin berdenyut di dadanya. Andai saja dia tahu hubungan Kenshi dan Nailah sedekat itu, tentu dia t

Bab terbaru

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Dan Akhirnya

    Sebuah Villa berdiri sangat kokoh di daerah perbukitan. Satu-satunya bangunan yang berada di tengah-tengah perkebunan teh itu terlihat sangat mencolok, baik dari bentuk maupun catnya. Bangunan yang lebih mirip sebuah kastil di abad pertengahan tersebut milik Kenshi. Tanah itu sengaja dia beli setahun yang lalu saat berkunjung ke rumah Nailah. Tanah itu dia bangun dalam waktu enam bulan, sambil menanam harapan kelak tempat tersebut akan menjadi tempat liburan bersama Rinai dan anak-anak mereka.Kenshi percaya jika kata-kata memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu dia selalu mengucapkan semua keinginannya setiap saat. Dia yakin semua ucapannya akan menjadi kenyataan suatu hari nanti. Penantian dan semua harapan pria tersebut dikabulkan Sang Mahakuasa, bangunan megah yang berdiri di atas tanah seluas dua hektar tersebut, kini dipenuhi kendaraan roda empat. Mereka hadir untuk menjadi saksi pernikahan Rinai dan Kenshi. Setelah drama percintaan yang panjang, akhirnya sang wanita menerima l

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Will You Marry Me?

    Rinai bergegas mengayuh sepedanya. Mujur, hujan semalam sudah berhenti sejak subuh, meninggalkan jejak basah di jalanan dan genangan air di lubang-lubang yang berlumpur. Andai saja semalam dia tak tidur larut malam, mungkin tak akan terlambat mengantar kepergian Ayu menuju tempat kuliahnya.Gadis itu memberi kabar bahwa dia diterima di universitas yang direkomendasikan Rinai. Wanita tersebut memenuhi janjinya membayar uang pangkal masuk ke universitas itu dan berjanji sesekali akan mengunjungi Ayu nanti."Mbak Rinai!" Ayu berseru begitu melihat kedatangan Rinai, dia menyongsong seraya tersenyum melihat Rinai memarkirkan sepedanya. "Aku pikir Mbak enggak jadi datang."Rinai tersenyum, dia memperbaiki anak rambut yang dimainkan semilir angin. "Jadi dong. Mbak enggak akan lewatkan kesempatan ngantar kamu, meski cuma sampai terminal ini.""Makasih, ya, Mbak. Kalau enggak ada Mbak, enggak mungkin Ayu bisa kuliah di tempat sebagus itu." Lirih Ayu, di menggenggam tangan Rinai erat dan menata

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Masih Adakah Cinta Itu?

    Rinai menunduk melihat jemarinya yang terjalin erat di atas pangkuan. Sesekali melihat ke depan, di mana dua orang pria beda usia sedang bercengkerama, mereka ayah dan anak yang sedang bermain di taman rumah sakit. Sang ayah yang memiliki profil wajah bukan keturunan Indonesia murni itu, sedang berlari-lari kecil dikejar putranya yang masih berumur satu tahun. Sesekali bocah itu terjatuh, tapi bangkit lagi begitu si ayah mendekat."Mereka seperti anak kecil, kan?" ujar Nailah sembari tersenyum. Dia tahu Rinai memperhatikan putra dan suaminya.Rinai mengangguk, dia juga mengulas senyum. "Ya, anakmu lucu sekali.""Iya, dong. Karna ayahnya juga lucu. Coba kalau Kenshi jadi ayahnya, tentu enggak seganteng itu anakku." Nailah sengaja menyebut nama Kenshi, dia ingin memancing reaksi Rinai."Pasti gantenglah, Kenshi ganteng gitu." Tanpa sadar Rinai menyelutuk.Nailah tertawa mendengar ucapan Rinai. Memang, alam bawah sadar tidak akan berdusta tentang apa yang kita pikirkan dan rasakan. Saat

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   I Still Love You

    "Gimana keadaan Rinai?" Nailah bertanya lewat saluran telepon.Kenshi melirik sebentar ke arah brankar rumah sakit, di mana Rinai terbaring lemah. Di tubuh wanita itu terpasang infus untuk menyalurkan cairan."Dia baik-baik aja. Dokter bilang dia mengalami shock saja.""Aku harap dia segera siuman. Kasihan dia, sebagai seorang wanita aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Kadang, kita enggak butuh mendengar keluhan, cukup menatap ke dalam mata, kita sudah bisa melihat seperti apa keadaan hatinya. Ada kalanya, wanita yang terlalu banyak senyum dan terlihat kuat, adalah wanita yang sangat rapuh."Kenshi bergeming mendengar penjelasan Nailah. Dia sangat paham luka di dada Rinai, mengerti hancurnya hati wanita itu. Oleh karena itu dia bertekad untuk memperjuangkan lebih. Meski Rinai menolak sekalipun, dia akan akan memaksa. Sebab Kenshi yakin, jauh di hati sang wanita cinta untuknya masih sangat besar."Em, Nai, aku matikan telepon dulu. Sepertinya Rinai mulai sadar." Kenshi mengakhiri

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Cinta yang Tak Lekang

    Kenshi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kebetulan jalanan menuju tempat tinggal Nailah tidak terlalu ramai. Kata-kata Nailah memantul-mantul di gendang telinganya. Rinai ... benarkah Nailah bertemu wanita itu? Setelah sekian lama mencari, membongkar setiap sudut kota, pulau, dan mendatangi rumah yang dicurigai menjadi tempat tinggal Rinai, semua berakhir sia-sia.Rupanya, keputusan Nailah memilih tinggal di kota kelahirannya bertahun yang lalu, adalah takdir yang telah digariskan Tuhan. Di kota itulah ternyata wanita yang selalu Kenshi cintai, berada. Bagaimana bisa dia melewatkan kota tersebut, padahal hampir setiap akhir pekan Kenshi menyambangi rumah Nailah untuk bertemu Damian. Toko bunga, Kenshi mencurigai toko bunga yang sering dia lalui saat mengunjungi rumah Nailah. Setiap melewati toko bunga tersebut, dia selalu memelankan laju mobilnya. Melihat banyaknya bunga mawar dan lili ditanam di luar toko. Bunga-bunga itu favorit Rinai. Dia juga berujar dalam hati, bila

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Aku Menemukannya, Ken!

    "Kamu sudah menemukannya?" Reinart merobek sepi yang membungkus ruang kerja Kenshi. Pria itu sengaja menemui adik tirinya itu kembali setelah pertemuan bisnis mereka selesai.Kenshi menggeleng pelan, dia masih sibuk menandatangani beberapa dokumen yang diletakkan oleh sekretarisnya. "Rinai seperti lenyap begitu saja. Sudah dua tahun, bayangannya saja tak pernah terlihat.""Apa mungkin dia ke luar provinsi?" tanya Reinart lagi. Kenshi meletakkan pulpelnya ke 'pen holder' setelah selesai dengan dokumen-dokumen tadi, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Aku sudah mencari ke seluruh tempat, tapi enggak menemukan. Enggak mungkin juga Rinai ke luar negeri. Aku udah meminta bantuan temanku yang bekerja di imigrasi, mengecek nama Rinai. Tapi, enggak ada."Reinart terdiam. Dia tahu usaha Kenshi cukup keras mencari keberadaan Rinai. Besarnya cinta sang adik membuat Reinart malu pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berpikir bisa berkompetisi dengan Kenshi, sementara niat untuk

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Rasa yang Tertinggal

    Waktu menunjukkan pukul 02:30 dini hari. Tetapi, lampu di perpustakaan yang merangkap ruang kerja Kenshi saat di rumah, masih menyala terang. Tiga cangkir kopi yang dihidangkan asisten rumah tangga telah tandas diminum semua. Sejak Rinai menghilang, pria itu membenamkan diri dengan bekerja siang dan malam. Baginya, tidur adalah siksaan, karena setiap tubuhnya rebah di pembaringan, wajah Rinai akan selalu terbayang. Begitupun setiap kenangan yang pernah ada. Semua seolah-olah mengorek dada Kenshi.Kenshi sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk mencari Rinai. Banyak detektif sudah dia sewa untuk menemukan keberadaan sang wanita, tapi sosok wanita tersebut seakan lenyap ditelan bumi. Dua tahun ... selama itu Kenshi menahan kerinduannya. Makin lama cintanya pada Rinai semakin besar, berbanding lurus dengan rasa bersalahnya. Banyak kata pengandaian diujarkan si pria, tapi dia sadar tak bisa merubah apa pun.Tangan Kenshi meraih cangkir kopi yang sudah kosong. Dia menekan tombol save aga

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Pertemuan Garis Takdir

    Pagi belum sempurna datang, walaupun ayam jantan bersemangat berkokok saling bersahutan. Sang surya masih enggan beranjak dari peraduannya. Dia membiarkan awan-awan hitam menyelubungi langit sisa hujan semalam. Pikirnya, manusia pasti masih asyik terlena di dalam selimutnya.Tapi, tidak bagi seorang wanita. Pagi-pagi sekali dia sudah mengayuh sepeda menyusuri jalanan yang masih sedikit gelap. Sesekali bertegur sapa dengan para pekerja yang berpapasan. Desa tempat wanita itu tinggal terkenal sebagai penghasil teh terbaik. Tak heran, di sepanjang jalan banyak kebun-kebun teh yang terhampar. Semakin terang, makin banyak terlihat aktifitas warga yang mencari nafkah sebagai pemetik teh. Rata-rata dari mereka adalah perempuan berusia tujuh belas tahun ke atas. Wanita itu menghentikan sepedanya saat melihat seorang gadis yang dia kenal sedang memetik teh. Dia mengambil map yang terbuat dari plastik bening dari keranjang sepedanya. Seperti tahu diperhatikan, sang gadis mengangkat pandanganny

  • RInai (Cinta Tak Sesakit Ini)   Ssmua Sudah Berakhir

    Rinai mengusap pipinya yang terasa basah. Entah bagaimana caranya air matanya bisa jatuh begitu saja. Melihat Kenshi berdiri di hadapan, semua kisah mereka berputar di matanya. Rencana pernikahan dan membangun rumah tangga, serta memiliki banyak anak dihancurkan oleh pria itu.Susah payah Rinai menahan hatinya agar tak lagi merasakan sakit, tapi dia gagal. Bohong jika dia tak mencintai Kenshi. Jauh di relung hati, pria itu masih menempati tahta tertinggi. Kenshi masih menguasai pikiran dan juga dirinya. Namun, wanita itu mencoba logis. Kisah mereka terlalu rumit, jika dipaksa terus bersama, yang ada hanyalah rasa sakit berkepanjangan."Rin, boleh aku bicara?" Kenshi mencoba melepaskan hening yang membelit mereka berdua.Rinai tak menjawab. Wanita itu merapatkan cardigannya, lalu duduk di kursi yang ada di teras rumah."Apa kabar?" Kenshi merapatkan bibirnya kembali, dia merutuki lidahnya yang berucap tanpa kendali. Harusnya tak perlu bertanya kabar. Dia bisa melihat sendiri dari pena

DMCA.com Protection Status