Share

Part 83

Part 83

Langit sore di ufuk barat memancarkan warna merah saga. Mobil kami melaju menuju rumah yang hanya hitungan kilometer. Gendis sudah bangun dan ia selalu terdiam. Meminta duduk di pinggir, pandangannya terarah ke luar jendela.

“Nanti malam kita jalan-jalan, ya? Ndis mau?” tanyaku.

Ia menggeleng lemah.

“Ndis mau nonton?”

Dia menggeleng lagi.

“Ayah, aku rindu Bunda. Ayah, aku ingin berada di dekat Bunda. Apa anak kecil boleh ikut ibunya ke penjara? Kalau boleh, antarkan aku kesana, Yah. Aku mau menemani Bunda,” ucap Gendis setelah lama terdiam.

“Kalau orang dipenjara, tidak boleh ada keluarga yang ikut,” jawabku.

“Aku ingin sama Bunda ....”

Aku memilih tidak menanggapi ucapan Gendis, karena Ibu sudah terlihat berdiri di depan rumah. “Eyang sudah menunggu,” ucapku.

Tidak ada yang Ibu tanyakan. Beliau hanya menatap kami dengan tatapan yang susah diartikan. Mengikuti aku dan Gendis masuk ke dalam kamar.

“Ayah, aku mau sendiri. Ayah tutup pintu kamarnya,” pinta Gendis yang langsung me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status