Share

Bab 3

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 3

Aku terkejut melihat kedatangan adiknya Mas Taka, Nadifa Reinata. Ia muncul begitu saja, aku harap Difa tidak melihat sosok yang berada di layar ponsel tadi.

"Kamu kok nggak bilang ke sini?" tanyaku heran.

"Iya, Mbak. Tadi disuruh nganter ini sama Mas Taka. Nggak tahu nih apaan isinya," ucap Difa membuatku menghela napas lega. Aku pikir ia tadi lihat aku menghubungi siapa, ternyata Difa tidak membicarakan hal itu.

Difa pun pamit dan pergi lagi. Aku membuka titipan yang masih tertutup rapat. Sebuah bingkisan kado, apa ini untukku?

[Lingerie ini untukmu, simpan, nanti dipakai.] Aku terkejut, bukankah Mas Taka tidak pulang malam ini? Kenapa kirim bingkisan seperti ini? Nanti saja kubuka jika sudah ketahuan benar atau tidaknya Mas Taka yang kirim.

Aku coba menghubungi Mas Taka. Namun, ponselnya tidak aktif. Coba hubungi Difa pun, kontaknya sudah tidak dapat dihubungi. Akhirnya aku letakkan saja bingkisan itu di atas kasur. Mungkin maksud Mas Taka ini nanti digunakan ketika ia pulang nanti.

Matahari tampak sudah berada di atas kepala. Tukang yang diperintahkan oleh Mas Taka pun pamit, sebab kerjaan mereka sudah beres.

Rasa penasaran pun mulai melanda ketika aku kembali ke kamar. Lebih baik coba kubuka saja bingkisan ini.

Setelah kubuka, benar isinya lingerie merah. Namun, di dalamnya ada sebuah flashdisk. Aku jadi semakin penasaran dengan ini semua.

Aku ambil laptop yang ada di atas meja. Lalu membukanya. Aku terkejut ketika melihat video yang ada di layar laptop. Mas Taka sedang duduk berdua Amira? Berati lingerie itu untuk Amira, istrinya Mas Reno? Nggak mungkin, ini nggak mungkin terjadi. Kalau benar begitu, itu artinya Mas Taka telah mengkhianatiku.

Tanpa pikir panjang, aku memilih menyusul Mas Taka. Ya, aku rapikan lingerie tadi sebagai bukti dan membawa flashdisk yang dikirim oleh Difa tadi. Namun, ketika aku mau berangkat. Mas Reno menghubungiku.

"Halo," ucapnya.

"Mas, udah ya, aku buru-buru, mau nyusul suamiku," ujarku padanya.

"Memang tahu di mana suamimu sekarang?" tanya Mas Reno seraya ngeledek.

Aku memang belum tahu, tapi aku bisa bertanya pada teman kantornya. Namun, teringat video suamiku sedang duduk berdua dengan istrinya Mas Reno pun membuatku jadi emosi.

"Mas, sudahlah jangan urus aku, urus saja istrimu tuh, yang sudah godain suami orang," tukasku dengan nada kesal.

"Maksudnya apa, Diana? Amira selingkuh dengan suamimu?" tanya Mas Reno diiringi dengan suara tawa.

"Iya, aku ada videonya, kamu tuh kalau punya istri dijaga, jadi nggak lirik suami orang!" hardikku lagi. Kali ini emosiku meninggi. Sebab, suamiku memiliki aset di beberapa tempat, sembarangan saja Amira mau merebutnya. Aku yang sudah menemani Mas Taka dari nol, lalu ia yang menikmatinya?

"Sayang, coba kamu tenang, jangan mudah percaya, siapa tahu itu hoax, kan bisa diedit," sanggah Mas Reno tidak percaya.

"Kalau nggak percaya, ke sini saja!" suruhku. Kemudian, ia pun mengindahkan ucapanku. 

Kini Mas Reno harus mutar untuk tiba di rumahku. Kira-kira butuh waktu lima menit untuk sampai di depan.

Setelah ia tiba di rumah, aku menyuruhnya untuk memperhatikan video dalam laptop. Di ruang tamu, aku menunjukkan video singkat itu.

"Ah, ini sih bisa saja hoax. Cuma duduk dan rangkulan doang," ucap Mas Reno.

"Mas, aku nggak rela kalau Amira merebut suamiku," timpalku.

"Kamu cantik kalau marah," rayu Mas Reno. Ia mulai meluluhkan hati ini lagi. Aku pun tak kuasa menahan rasa ketika menatap wajahnya yang tampan. 

Ia mendekatiku, jarak kami saat ini sekitar tiga jari. Lalu ia mencu*buku mesra. Aku pun membalasnya meskipun singkat.

"Sudahlah, aku mau berangkat dulu," ucapku sambil merapikan bibir ini. Khawatir lipstik jadi belepotan.

"Yah, kok dilepas," ujarnya seraya kecewa.

"Aku mau minta penjelasan Mas Taka, sudah ya, Mas, kita sudahi hubungan ini," ucapku sambil melangkah pergi. Mas Reno pun turut mengejar karena pintu akan aku tutup.

Aku coba hubungi kantor Mas Taka. Ya, kudapatkan nomor kantor dari Difa. Aku menanyakan keberadaan Mas Taka saat ini.

"PT. Indomulya Utama, selamat siang," ucapnya membuka percakapan.

"Halo, Mbak. Selamat siang," ucapku sambil duduk di kursi mobil taksi online yang kusewa.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Mau tanya, Mas Taka ke luar kotanya di mana ya? Maksud saya Bandung sebelah mananya? Meeting dengan perusahaan apa?" tanyaku dengan sederet pertanyaan.

"Wah, pagi ini tidak ada karyawan yang berangkat ke luar kota, Mbak. Semua sedang meeting bersama di PT. Jaya Kosmetik," ungkapnya membuatku bertambah kesal. Aku tutup teleponnya tanpa mengucapkan terima kasih lagi. Lalu mengurutkan dada ini pelan-pelan. Aku kecewa, PT. Jaya Kosmetik itu tempat Amira bekerja, itu artinya Mas Taka sedang meeting di sana.

'Astaga, kenapa Amira tega mencintai suamiku? Kenapa ia menggoda suami orang?' gerutuku dalam hati dengan tangan mengepal.

Bersambung

Bab terkait

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 4

    Bab 4Lebih baik aku ke rumah Mas Reno saja, memberikan informasi ini, bahwa istrinya ada main dengan suamiku.Akhirnya aku suruh taksi online untuk kembali ke lokasi penjemputan. Ya, aku akan labrak istrinya Mas Reno nanti. Begitu juga dengan Mas Taka, jika ia pulang nanti, akan kumarahi abis-abisan di rumah. Sudah lama mulut ini tidak memberikan ceramah panjang padanya.Aku duduk bersandar sambil melipat kedua tangan. Teringat masa-masa bersama Mas Taka, ia orang yang sabar, tidak pernah neko-neko, tiap kali aku memarahinya, pasti ia hanya diam, justru malah berbalik memelukku. Namun, bayang-bayang nama Amira kini tersemat di hatiku, otak ini tak berhenti berprasangka buruk padanya.Setibanya di rumah Mas Reno, aku pun segera masuk, khawatir ada tetangga depan atau samping yang melihat kedatanganku.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 5

    Bab 5Mas Reno menghentikan langkahnya, lalu beradu pandang denganku."Sebentar saja, tolong sembunyi di gudang," bisiknya."Iya, tapi siapa yang datang?" tanyaku penasaran."Mertuaku ada di depan, tidak ada pintu lain untuk kamu keluar dari sini, jalan satu-satunya bersembunyi, tolong jangan keluar sebelum aku panggil," pesannya sambil membawaku ke gudang kecil ukuran satu meter persegi.Gudang itu hanya cukup untuk aku berdiri, langit-langitnya pun dipenuhi sarang laba-laba. Mas Reno membuka pintunya sedikit untuk celah aku bernapas, sebab memang tidak ada lobang untuk sirkulasi udara.Mas Reno terlihat memakai kaos sambil bergegas membuka pintu, aku coba mengamati dari celah yang sengaja dibuka sedikit.Kulihat ia membuka pintu lebar

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 6

    Bab 6Mas Reno memegang kalungku yang tidak sengaja terjatuh dengan tangan terlihat bergetar. Pasti ia bingung harus jawab apa. Sementara mertuanya tampak menyecarnya dengan mata penuh menyoroti wajah menantunya."Mah, ini kalung untuk Amira, aku mau kasih ia surprise, tapi kelihatannya tadi jatuh, aku lupa," jawab Mas Reno membuatku menghela napas lega. Akhirnya, aku selamat. Kulihat mulut mertuanya sedikit bulat membentuk huruf O seraya ia percaya dengan apa yang menjadi alibi Mas Reno."Oh, gitu. Ya sudah Mama pulang dulu, itu belanjaan Amira taro di kulkas, Mama pulang, ya, sopir sudah nunggu," ucapnya sambil melambaikan tangan.Kuperhatikan wanita tua itu hingga tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Setelah itu, barulah aku keluar menghampiri Mas Reno kembali. Sepatu high heels membuatku agak sedikit kesulitan melangkah dengan cepat.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 7

    Bab 7Kemudian, ia membuang ikat pinggangnya. Lalu bertanya padaku. "Sudah berapa tahun kita kenal?" tanyanya sinis.Aku tak kuat dengan tatapannya, takut bercampur gemetar, sebab ia tidak pernah marah terhadapku, ini kali pertamanya ia menyorotiku seperti itu.Kupeluk tubuh kekarnya, agar reda amarahnya. Meskipun ia belum cerita apa yang membuatnya marah."Kita sudah menikah sekitar dua tahun, tanpa pacaran, dan baru kali ini aku melihatmu marah tak terkendali, ada apa, Sayang?" Aku balik bertanya di pelukannya.Mas Taka melepaskan pelukan, lalu mengajakku duduk. Namun, tiba-tiba ada suara ketukan pintu terdengar."Assalamualaikum." Salam pun menyertai setelah ketukan pintu terdengar."Waalaikumsalam," jawab kami berdua."Sebentar, Mas. Aku buka pintu dulu," ucapku."Ya sudah, aku mandi dulu," jawabnya masih dengan nada datar, lalu aku bergegas membuka pintu.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 8

    Bab 8Rupanya kami dihadapkan di depan RT. Kulihat yang tegang hanya aku dan Mas Reno. Sedangkan Amira dan Mas Taka tampak biasa saja.Aku dijejerkan dengan Amira oleh Bu Sonia. Sementara Mas Taka, ia disuruh duduk di sebelah Mas Reno. Lalu pintu ditutup oleh Pak Riko, dan ia duduk di hadapan kami berempat. Ini seperti rapat keluarga, bukan rapat RT dan warga.Pak Riko menghela napas, lalu menoleh ke arah istrinya. Setelah itu, mereka berdua mengangguk secara berbarengan.Mataku melirik ke arah Mas Reno seraya mencuri pandangan, ia pun sedikit mendongak seraya kode bertanya apa yang akan dibahas Pak Riko?Tak lupa kulirik ke arah Mas Taka yang fokus ke arah Bu Sonia dan Pak Riko. Terlihat tidak ada beban di matanya.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 9

    Bab 9"Oh itu, iya memang itu saya, kalau benar Anda mau apa? Jangankan saya, kalian pun curiga kan pada suami saya dan Amira, iya kan?" tanyaku balik. Sebenarnya aku sudah menyusun kata-kata ini jika Mas Taka tahu keberadaanku di rumah Mas Reno. Sebab, tadi ia sangat berperilaku aneh. Jadi saat itulah sanggahan sudah terlintas di otakku ini."Maksudnya Bu Diana itu awalnya juga curiga pada Bu Amira dan Pak Taka? Jadi, Bu Diana berniat menanyakannya gitu?" tanya Bu Sonia sambil mengangguk seraya percaya dengan ucapanku."Ya, seperti itu, jadi kedatanganku ke rumah Amira, ya karena ingin menanyakan langsung padanya gosip itu, dan kebetulan mamanya tiba-tiba datang, saya nggak mungkin dong nunjukin wajah, yang ada malah mencurigai saya, jadi ketika mamanya Amira datang, ya saya sembunyi," jawabku membuat Pak Riko menutup rapat kali ini."Baiklah,

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 10

    Bab 10"Tidur dulu, istirahatkan badan, aku juga lelah seharian ini, please kamu tidur, ya," suruhnya dengan lembut. Mataku berkaca-kaca ketika mendengar sosok lelaki yang kukhianati bertutur lembut."Mas, jangan ucapkan talak lagi ya, jadi jika emosimu sudah mereda, kita bisa balikan lagi," pintaku sambil menggenggam tangannya.Ia hanya diam, menatapku nanar, kemudian berbaring membelakangiku."Aku tidur di kamar ya, selamat malam," ucapku sambil turun dari ranjang. Ya, aku terpaksa bersikap lembut, khawatir ia mengucapkan talak satu kali lagi, bahkan talak tiga, astaga kalau sampai tiga kali dia berucap talak, maka kesempatan aku balik lagi harus merelakan ia menikah dengan wanita lain lebih dulu, dan aku nggak mau itu terjadi.Aku pindah ke kamar utama. Berbaring ke kanan, lalu balik ke kiri, tetap saja mata

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 11

    Bab 11"Kenapa jika kamu punya bukti, sewaktu Pak Riko dan Bu Sonia menyidang kita tidak diberikan saja bukti itu?" tanyaku memastikan.Mas Taka tertawa kecil, lalu ia menghela napas sambil tersenyum. "Diana, aku tidak ingin masalah rumah tangga kita dibuka di depan umum, aku mencintaimu, tidak ingin membuka aibmu di hadapan orang lain, meskipun kamu telah menyakitiku," jawabnya membuatku tambah menyesal.Astaga, kenapa setan merasukiku, hanya karena Mas Reno lebih tampan, aku melepaskan Mas Taka yang penyabar. Ibarat berlian aku telah melepaskannya hanya demi menggenggam perak. "Satu lagi, aku tidak akan memberitahu masalah ini pada kedua orang tuaku, agar kamu tidak diusir dari rumah ini," tambahnya lagi."Mas, aku sangat menyesal, bisakah kita perbaiki?" tanyaku seraya memohon."Sudah tidak ada yang perlu diperbaiki, kamu wajib perbaiki kelakuanmu, tapi dengan lelaki yang akan menyuntingmu nanti setelah masa i

Bab terbaru

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 50

    Bab 50Mas Taka sontak melepaskan dekapan Diana. Begitu juga sebaliknya, Diana segera mundur dan mengedarkan pandangannya ke arahku. Kemudian, ia tersenyum lekat sambil menghapus air matanya.Aku menghampiri Mas Taka, lalu menggandeng lengannya yang masih terdiam kaku di depan pintu."Maaf, aku bikin suasana rumah ini jadi kacau, sekali lagi maaf," ucap Diana sambil menunduk.Mas Taka menatapku, ia masih terdiam membisu."To the point aja, ada apa Diana? Kenapa datang-datang langsung nyergap suami orang?" cecarku sedikit sinis. Sebab, kecemburuan suatu hal yang wajar terjadi jika menyaksikan kejadian singkat tadi.Tidak lama kemudian, Mas Reno muncul turun dari mobil, membawa Dika dengan menggendongnya. Ada tawa yang terdengar renyah di ujung sana.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 49

    Bab 49"Siapa itu Taka?" tanya mertuaku pada anaknya. Dengan jawaban yang sama, ia hanya menggelengkan kepalanya.Kemudian, kami melepaskan seat. Setelah itu terlihat kaki seseorang turun dari mobil tersebut. Dari high heels yang dikenakan sudah terlihat ia adalah wanita.Aku coba tarik napas, lalu menoleh ke arah Mas Taka sesekali, dan memusatkan perhatianku padanya."Rosa kah itu?" tanyaku. Mamaku yang masih berada di dalam mobil, berusaha menepuk bahu ini dari belakang."Jangan emosi dulu, bicarakan baik-baik di dalam rumah," pesan Mama Silvi, mamaku. Seharusnya ia tidak berada di sini. Namun, karena aku khawatir dengannya, jadi meminta mama ikut ke rumah lebih dulu.Aku melontarkan senyuman pada mama dan mertuaku. Kemudian, kembali menyorot Mas Taka."

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 48

    Bab 48"Apa, Amira? Barusan kamu bicara apa?" tanya mamaku seperti meringis kesakitan.Tiba-tiba saja aku teringat, bahwa mama lemah jantung. Astaga, apa yang aku lakukan barusan?"Mah, Amira tidak bicara sungguhan, ia hanya main-main supaya diizinkan tetap bersama Taka, percayalah," lirih Mas Taka menghampiri. Aku baru tersadar, bahwa inilah tujuan Mas Taka menyuruhku ikut bersama mama, hanya ingin menjaga kondisi mertuanya baik-baik saja. Namun, aku sendiri yang membuyarkan rencana Mas Taka.Bruk!Mama ambruk seketika, ia jatuhkan bobot tubuhnya ke lantai."Mah!" teriakku ketika melihat sosok wanita yang membesarkanku kini jatuh lunglai ke lantai.Mas Taka membantu mengangkat mama dan membawanya ke rumah sakit. Aku yang selepas operas

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 47

    Bab 47"Nanti kita lihat saja di rumah ya, aku nggak bisa bicara sambil nyetir," ucap Mas Taka membuatku tambah penasaran. Apa yang sebenarnya ia rahasiakan dariku? Kenapa nunggu sampai di rumah?Aku terus menerus mempertanyakan dalam hati. Sesekali mataku melirik ke arahnya. Ia terlihat agak pendiam, tidak banyak bicara dan bersikap mesra seperti yang dilakukan biasanya. Dingin, kini Mas Taka berubah sedingin es, lelaki yang sudah berjanji telah memaafkan kini sikapnya berubah lagi.Otakku terus berputar, mengingat apakah ada kesalahan yang kuperbuat namun belum diketahui olehnya. Aku ingat-ingat tapi tidak ada satu pun yang melintas di kepala ini."Mas, jika ada satu kesalahan yang belum kusadari, tolong beritahu, aku ingin memperbaikinya," pintaku membuat ia menoleh. Sayup matanya memandangku diiringi senyuman tipis.&nbs

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 46

    Bab 46"Taka, kamu pindahin aja istrimu ke kelas 2, ngapain di VVIP," sindirnya membuatku menelan ludah. Tidak seperti biasanya ia bersikap seperti itu.Aku hanya tertunduk, sebab sebelumnya aku juga sudah memintanya untuk memindahkan aku ke ruangan yang sesuai dengan asuransi, supaya tidak menjadi beban keluarga."Mah, dua hari lagi juga sudah boleh pulang kok, nggak apa-apa di sini dulu," jawab Mas Taka membelaku.Diva hanya menunduk, sesekali wajahnya menatapku juga, tapi tidak seperti biasanya. Ada apa dengan mereka?"Mah, kalau aku ada salah, maafin aku," ucapku coba berlapang hati meminta maaf lebih dulu."Nggak, Amira, ini bukan tentang minta maaf, tapi tentang harga diri!" celetuk mertuaku membuatku sedikit mencerna ucapannya."Apa maksud Mam

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 45

    Bab 45"Kenapa bisa banyak darah, Sus? Padahal saya tidak merasakan sakit apa-apa?" tanyaku penasaran. Sebab, jika pendarahan, tentu aku mengalami nyeri hebat."Sebentar, Bu. Saya mau cek bagian saluran air seninya dulu," balasnya.Suster itu sangat sibuk memeriksa kenapa banyak darah yang berceceran di selimut hingga baskom untuk air kencing. Dengan cekatan ia membuang lebih dulu isi baskomnya. Kemudian, memeriksa kembali.Mas Taka yang trauma melihat darah ketika kemarin aku pendarahan pun pamit keluar."Sebentar ya, Bu. Kita ulang kembali masang kateter lagi. Sama pembalutnya diganti," ujar suster."Apa nggak bisa dilepas saja, Sus?" tanyaku balik."Nunggu 24 jam, Bu," jawabnya."Tapi ini kenapa kok bisa ba

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 44

    Bab 44"Mereka bilang Dika dirawat di rumah sakit ini juga, barusan banget, Dika kejang tanpa demam," ucap Mas Taka membuatku terkejut."Astaga, Mas. Aku ingin jenguk," sahutku padanya."Nanti ya nunggu kamu sudah bisa lepas kateter," timpal Mas Taka. "Padahal tadi ketika nunggu kamu dari observasi, Mas ketemu baik-baik saja," imbuhnya lagi.Tidak ada manusia yang mampu melawan takdir. Namun, aku baru saja ingin menerima Dika sebagai anakku juga, mau nerima atas kekurangan yang ia miliki. Baru saja hati ini ingin menebus kesalahanku yang pernah menelantarkan Dika, yang pernah cubit bahkan bentak Dika sebelum perasaan itu timbul."Mas, maafin aku, kalau boleh minta, aku ingin Dika ikut bersama kita supaya bisa menebus kesalahanku yang telah lalu, jujur sekarang hanya ada penyesalan," tuturku diiringi air mata ya

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 43

    Bab 43Kemudian dokter pun memberikan baskom, supaya jika aku muntah langsung ke baskom tersebut."Bu, Ibu nervous ya? Coba Bu Amira tarik napas, kemudian hembuskan. Jangan mikir macam-macam," suruh dokter yang berpakaian hijau dan memakai tutup kepala.Aku mengangguk, memang kuakui gugup ketika melihat jarum suntik hampir menusuk ke tubuh. Lalu kupraktekkan apa yang disuruh olehnya. Kemudian, bersama team dokter diminta untuk relaks lagi. Setelah itu barulah jarum itu disuntikkan."Tenang ya, Bu. Biusnya tidak total, hanya untuk pinggul ke bawah." Dokter bicara sambil mempersiapkan. Tidak lama kemudian, team medis berdoa. Lalu setelah memastikan obat biusnya mengalir ke organ tubuh bagian bawah, barulah dimulai melakukan operasi.***Setelah operasi selesai, aku dibawa ke ruangan observasi. Nanti

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 42

    Bab 42"Alhamdulilah, tumornya bukan tumor ganas, tapi tetap waspada ya Bu, kita lakukan operasi pengangkatan tumor jinak," ucap dokter. "Lalu bagaimana dengan Pak Taka? Apa setuju?" tanyanya lagi.Aku dan Mas Taka saling beradu pandang. Di sisi lain aku senang dengan ucapannya. Namun, ada rasa takut juga melakukan tindakan operasi."Lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok, kalau operasi jalan yang terbaik, maka lakukanlah," jawab Mas Taka membuatku menoleh ke arahnya.Ia sangat memperhatikanku. Seharusnya dari dulu aku menyadari apa yang ia korbankan semuanya demi aku. Dari berinvestasi untuk butik meskipun kini bangkrut, sampai harus mengorbankan menyerahkan Dafa demi aku."Baiklah, kalau begitu kita urus jadwal operasinya ya, Pak," ucap dokter sambil menepuk-nepuk bahunya. 

DMCA.com Protection Status